Vous êtes sur la page 1sur 19

PELETAKAN DAN UKURAN SAMPLING

(MINIMUM AREA)
Disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Ekologi Tumbuhan

Disusun oleh :
Kelompok 1
Diah Ima Istima

140410110087

Annisa Nur Alillah

140410120009

Shaiyanne Fauziah

140410120024

Ekky Edytya Edison

140410120035

Dwiningrum Rachel

140410120044

Venny Ulya Bunga

140410120048

Tryesramira S.

140410120065

Cynthia Rizka Riani

140410120078

Dania Clarisa

140410120079

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJDJARAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spesies
yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relatif
spesies. Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies
yang yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan
jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi. Analisa vegetasi dibagi atas tiga
metode yaitu : (1) minimal area, (2) metode kuadrat, (3) metode jalur atau transek (Harun,
1993)
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang
menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain.
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah
tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan
dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenic (Harun, 1993)
Lokasi pengamatan yang digunakan untuk menentukan minimum area adalah
kawasan arboretum universitas padjadjaran bagian tanaman langka. Arboretum berasal dari
kata arbor yang berarti pohon dan retum yang berarti kebun, sehingga arboretum dapat
dikatakan sebagai kebun pepohonan. Dalam arti luas arboretum didefinisikan sebagai kebun
koleksi pepohonan dengan luasan tertentu berisi berbagai jenis pohon yang ditanam sedapat
mungkin

mengikuti

habitat

aslinya

dan

dimaksudkan

sebagai

areal

pelestarian

keanekaragaman hayati dan sedikitnya dapat memperbaiki atau menjaga kondisi iklim di
sekitarnya (Nurrohman dan Swandayani, 2011). Arboretum di UNPAD sendiri merupakan
kawasan yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan terutama jenis tumbuhan pohon.
Arboretum di UNPAD ini terbagi menjadi berbagai daerah seperti daerah tumbuhan langka,
tumbuhan industri, tumbuhan perkebunan dan lain-lain.
Untuk mendapatkan data mengenai jumlah populasi dalam suatu ekosistem
dibutuhkan suatu metoda yang dapat memenuhi kebutuhan akan data tersebut. Untuk
memenuhi akan kebutuhan data tersebut maka diperlukan suatu nilai yang dapat mewakili

jumlah data yang ingin didapat, yaitu melalui pengambilan nilai rata-rata dari suatu populasi
yang diwakili oleh suatu tempat atau plot yang kita asumsikan plot tersebut dapat mewakili
jumlah populasi dan kerapatan jenis dari spesies yang akan diamati nantinya.
Oleh karena itu melalui metode minimal area, dengan mudah kita dapat mengetahui
jumlah populasi dalam suatu daerah dengan mengasumsikan bahwa daerah yang kita pakai
sebagai sampling dapat mewakili kerapatan dan keberagaman jenis populasi pada daerah
yang akan diamati.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Berapakah ukuran sampling yang ideal untuk suatu analisis ekologi tumbuhan.
2. Berapakah luas minimal area yang perlu dibuat.
3. Apakah komposisi vegetasi yang ada pada daerah yang diamati telah terwakili.

1.3. Tujuan
Mengetahui ukuran sampling yang akan dilakukan bila memulai suatu penelitian dan
cara pengumpulan sampel.
1.4. Lokasi
Lokasi pengamatan dilakukan di Arboretum Unpad Jatinangor (Zona Tanaman
Langka) pada transek 1 dari plot 1 sampai dengan plot 3.

Gambar 1. Lokasi pengamatan


1.5.

Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 September 2014 pukul 07.00

WIB.

BAB II
METODE PENELITIAN
2.1.

Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum kali ini dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:
Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum Minimum Area
Alat
Alat Tulis
Busur Protaktor
Meteran Jahit
Milimeter Block
Patok
Soil Tester
Tali Rafia
Termohigrometer

Fungsi
Mencatat data yang diperoleh
Memproyeksikan garis pada grafik
Mengukur panjang petak yang akan dibuat
Membuat grafik luas minimum area
Menandai petak
Mengukur kelembaban tanah dan pH tanah
Menandakan panjang petak kuadrat
Mengukur suhu udara dan kelembaban
udara

2.2

Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


Ukuran sampling yang dilakukan dengan minimal area ini merupakan pembuatan plot
sementara dan hanya untuk mengetahui data kehadiran vegetasi, yaitu dilihat dari struktur
dan komposisi yang ada pada daerah tersebut. Setelah pengamatan selesai dan hasil
perhitungan minimal area telah didapat, plot yang telah kita buat bisa dihilangkan kembali.
2. Tata Cara Pengumpulan Data
Dipilih area yang akan diamati, dengan mengunakan jalur transek yang telah
ditetapkan dengan ukuran 10x10 m sebanyak 3 sabuk transek. Setiap kelompok memulai
pembuatan 2 petak kuadrat empat bujur sangkar berukuran 0,5 m x 0,5 m pada masingmasing sabuk transek. Selanjutnya plot pertama ini ditempat yang jumlah vegetasinya rapat
atau banyak, kemudian dicatat semua jenis tumbuhan yang berada dalam plot kuadrat
tersebut.Bila seluruh tumbuhan dalam plot telah dicatat, perluas plot menjadi dua kali lipat
semula, yaitu menjadi 0,5 m x 1 m. Dicatat penambahan jenis tumbuhan pada ukuran yang

telah diperluas tadi. Dilakukan penambahan luas dengan cara yang sama yaitu dua kali lipat
asal : (1x1), (1x2), (2x2),dst. Diperluasanplot tidak lagi dilakukan bila tidak terjadi
penambahan jenis tumbuhan atau bila ada pertambahan tidak lebih dari 10% secara konstan.
3. Analisa Data
Menurut Chain (1938) dalam Dombois (1982) , minimal area ditunjukkan pada suatu
presentasi grafik yang dipengaruhi rasio ordinat Y dan X. Beliau mengusulkan menggunakan
titik pada ssepanjang dimana dalam 10 persen dari area sampel hanya menggunakan >10
persen kenaikan jumlah spesies. Sehingga ditentukan 10 persen dari total area dan
menghasilkan hanya 10 persen total tumbuhan yang didata dan juga diambil 5 persen dari
total spesies sebagai garis minimum. Kedua titik tersebut dimasukkan dalam grafik dan
dibuatlah sebuah garis yang menyinggung kurva pertambahan spesies dalam suatu wilayah.
Area persinggungan tersebutlah merupakan minimal area pengamatan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Fisik Area Pengamatan


Data Fisik

Plot 1

Plot 2

Plot 3

pH tanah

5,6

6,4

6,4

kelembaban

50

25

15

suhu udara

28,1oC

27,3oC

28,2oC

kelembapan

54

54

51

tanah

udara
3.2 Minimum Area Setiap Plot Pengamatan
Plot 1
No

Luas Area (m)

0.25

0.5

3
4

1
2

7
8

16
32

Spesies
Imperata cylindrica
Lagerstroma speciosa
Imperata cylindrica
Lagerstroma speciosa
Lantana camara
Cinnamomum sintoc
Centrosoma sp.
Thunbergia alata
Anona muricata
Achycrantes aspera
Mimosa pudica
Syzygium jambos
Isachreum muticum
Bauhinia purpurea
Baringtonia asiatica

Jumlah Kumulatif
2
2
3
4
7

11
12
13

Plot 2
No.
1
2
3
4

Luas Area (m)


0.25
0.5
1

Spesies
Lagerstromiaspeciosa
Isachree sp.
Ischaemummuticum
Lagerstromiaspeciosa

JumlahKumulatif
2
3
3

4
5
6
7
8
9
10

4
8
16
32

11

64

Isachree sp.
Ischaemummuticum
Lagerstromiaspeciosa
Isachree sp.
Ischaemummuticum
Maesopsiseminii
Bauhinia purpurea
Spesies c
Swieteniamacrophylla
Urenalobata
Centrosema sp.
Gardenia augusta
Spesies c
Swieteniamacrophylla
Urenalobata
Centrosema sp.

3
4
5
9
10
10

Gardenia augusta
Plot 3
No.

Luas Area (m)

0.25

2
3
4

0.5
1
2

16

32

64

Spesies
Ischaemummuticum
Isachree sp.
Ischaemummuticum
Isachree sp.
Ischaemummuticum
Isachree sp.
Ischaemummuticum
Isachree sp.
Lagerstomiaspeciosa
Mussaendafrondosa
Flacourtiarukam
Urenalobata
Bauhinia purpurea
Spesies C
DurioZebethinus
Spesies E
Diospyrosblancoi
Phaseolus sp.
Saurousandrogymus
Mimmosa sp.
Spathodeacampanulata
Nephaliumlapaseum
Cinnamomum sp.

JumlahKumulatif
2
2
2
2
5
6

12

13
17

10

128

11

256

Ficuslyrata
Mimusopselengi
Spesies M
Olyralatifolia

19
21

Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui luasan petak minimum yang akan
mewakili suatu ekosistem hutan. Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah
awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimumdigunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area)
yang dianggaprepresentatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang
sedang dipelajari.Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis
yang terdapatpada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut,maka makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat
berbentuk bujursangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas
petak contohminimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan
dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Sugianto, 1994).
Besarnya petak contoh diamati ini tidak boleh terlalu besar ukurannya agar luas
minimum dari suatu ekosistem hutan dapat terpenuhi. Pada praktikum ini, ukuran petak
pertama yang diamati menggunakan luas 0,5 m x 0,5 m. Caranya mendaftarkan jenis-jenis
tumbuhan yang masuk ke dalam petak lalu petak diperbesar 2 kali lipat, hal ini terus
dilakukan hingga penambahan jenis tumbuhan tidak menyebabkan penambahan yang berarti
atau konstan.
Pada praktikum kali ini, yang menjadi lokasi pengamatan adalah arboretum bagian
tanaman langka dimana lokasi tersebut dibagi menjadi tiga plot. Setiap plot memiliki jenis
tumbuhan yang berbeda-beda. Pada plot 1 ditemukan 13 spesies yang termasuk dalam
perhitungan luas minimun area kali ini, sedangkan pada plot 2 ditemukan sebanyak 10
spesies dan pada plot 3 ditemukan 21 jenis tumbuhan. Pendataan banyaknya jenis tumbuhan
pada plot ini didasarkan dari daerah pengamatan yang diambil adalah daerah dimana
pertambahan spesies telah konstan dibawah 10% (<10%). Pada plot 1 jenis tumbuhan yang
paling dominan adalah dari famili poaceae yaitu Isachreum muticum, namun ditemukan pula
jenis rumput lain seperti Imperata cylindrica. Adapun tumbuhan lain yang ditemukan pada
plot 1 adalah tumbuhan semak ataupun tumbuhan pohon (seedling, anakan maupun dewasa)
seperti Lantana camara, Lagerstoma speciosa, Syzygium jambos, Bauhinia purpurea dan
lain-lain. Pada plot 2 jenis tumbuhan yang ditemukan lebih sedikit dibandingkan dengan plot

1. Pada plot 2 terdapat beberapa tumbuhan yang juga ditemukan di plot 1 seperti Bauhinia
purpurea, Mimosa pudica dan Lagerstoma speciosa. Tumbuhan yang tergolong famili
rumput-rumputan (Poaceae) masih mendominasi pada plot ini seperti Isachree sp.

dan

Isachreum muticum. Sedangkan pada plot 3 ditemukan jenis tumbuhan terbanyak dari plotplot lainnya yaitu sebanyak 21 jenis. Pada plot ini famili poaceae merupakan yang paling
dominan, namun pada plot ini tumbuhan bertajuk pohon banyak ditemukan seperti Spathodea
Campanulata, Durio Ziberthinus,Diospyros blancoi, Bauhinia purpurea dan Ficus lyrata.
Pada plot 1 petak yang menjadi batas akhirnya adalah petak pertama yaitu pada
0,5x0,5 m. Karena tidak terlihat lagi adanya pertambahan spesies pada petak-petak tersebut.
Pertambahan spesies pada plot 1 terlihat pada tiap petak, meskipun tidak terlihat konstan
namun pertambahan spesies tercatat banyak. Pertambahan spesies berkisar antara 0-4 spesies.
Spesies yang banyak pada plot 1 dari setiap petak adalah Imperata cylindrica dan
Lagerstroemia speciosa karena spesies ini mewakili tiap-tiap petak dan penyebarannya
meluas. Kehadiran speses ini ditemukan banyak pada plot 1. Jumlah kumulatif spesies pada
plot ini mencapai 28 yang merupakan banyaknya spesies yang ditemukan dengan luas ideal
sampling hingga 4x8 m. Persentase pertambahan jumlah spesies paling terbesar terlihat pada
petak 2x2 m dengan persentase 75% yang menunjukkan bahwa pada petak tersebut
mengalami peningkatan jumlah spesies

Tabel.1 Hasil Pengamatan Area Plot 1

PetakContoh NO. (meter)


No

Jenis (Spesies)

Imperata
1 cylindrica
Lagerstoma
2 speciosa
3 Lantana camara
Cinnamomum
4 sintoc
5 Centrosema sp.
6 Thunbergia alata
7 Anona muricata
Achycranthes
8 aspera
9 Mimosa pudica
10 Syzygium jambos
Isachreum
11 muticum
Bauhinia
12 purpurea
Baringtonia
13 asiatica
14 Musa paradisiaca
15 Ficus lyrata
16 Bixa orientalis
17 Isachree sp.
Swietenia
18 macrophylla
19 Spesies M
20 Cenanga odonata
Sauropus
21 androgymus
Polyalthia
22 longifolia
23 Bambusa sp.
24 Gemelina arborea
Cordiline
25 fruticosa
26 Spesies Q
27 Hacori tarukan
28 Artocarpus altilis
JumlahKumulatif
Spesies
PertambahanJ umlah
Spesies
Pertambahan Jumlah
Spesies (%)

0,5
x
0,5

0,5
x1

1
x
1

1x2

2x
2

2x4

4x
4

4x8

11

12

13

4
57.142
9

1
33.3
3

1
5
0

9.09

8.33

75

Gambar.2 Kurva Minimum Area Plot 1: 8

m2 (2x4) m2

Pada plot 2 luas petak akhir ada pada petak 8x16 m dengan ditemukan sebanyak 11
spesies. Spesies yang paling banyak ditemukan kehadirannya dan tersebar luas pada tiap-tiap
petak adalah Lagerstroemia speciosa dan Isachree sp. Pada petak 1x1 m sampai dengan 1x2
m tidak didapati pertambahan spesies lagi. Namun, untuk mendapatkan kurva yang ideal
untuk menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan dilakukan hingga petak 8x16 m.
Pertambahan spesies yang paling signifikan adalah pada petak 4x4 m dimana pertambahan
jenis dari spesies yang ditemukan berada dibawah 10%, sesuai dengan persinggungan garis
10%, 5% dan kurva pertambahan. Sedangkan pada petak yang lain hanya memiliki
penambahan spesies sebanyak 1 spesies dengan persentase pertambahan jumlah spesies yang
berbeda-beda.

No

Jenis

Lagerstroemia
speciosa
Isachree sp.
Ischaemum
3 muticum
4 Maesopsis eminii
5 Bauhinia purpurea
6 sp.e
Swietenia
7 macrophylla
8 Urena lobata
9 Centrosema sp.
10 Gardenia augusta
11 Mimosa pudica
Jumlah Kumulatif
Spesies
Pertambahan Jumlah
Spesies
Pertambahan Jumlah
Spesies (%)
1
2

PetakContoh NO. (meter)


1,0
2,0
x
2,0 x
x
4,0 x
2,0
2,0
4,0
4,0

0,5
x
0,5

0,5
x
1,0

1,0
x
1,0

4,0 x
8,0

8,0 x
8,0

10

10

1
0.5
0

0
0.0
0

0
0.0
0

1
33.3
3

1
0.2
5

4
80.0
0

11.11

0.00

Tabel.2 Hasil Pengamatan Area Plot 2

Gambar.3 Kurva Minimum Area Plot 2: 16

m2 (4x4) m2

Pada plot 3 memiliki luas petak akhir terletak pada petak 16x16 m dengan jumlah
kumulatif spesies yang ditemukan sebanyak 21 spesies dengan persentase pertambahan
spesies paling signifikan adalah pada petak 16x16 m dimana pertambahan jenis dari spesies
yang ditemukan berada dibawah 10%, sesuai dengan persinggungan garis 10%, 5% dan kurva
pertambahan. Pada petak 0,5x0,5 m sampai dengan petak 1x2 m tidak terjadi penambahan
spesies namun agar mendapat hasil kurva yang dapat menggambarkan vegetasi secara
keseluruhan dilakukan hingga petak 16x16 m. Spesies tumbuhan yang sangat banyak
ditemukan dan tersebar luas pada plot ini adalah Ischaemum muticum dan Isachree sp.

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9

0,5 x
0,5

0,
5
x
1,
0

1,
0
x
1,
0

Jenis

Ischaemum
muticum
Isachree sp.
Lagerstromi
a speciosa
Mussaenda
frondosa
Flacourti
arukam
Urena lobata

Bauhinia
purpurea
Sp. C
Durio

PetakContoh No. (meter)


4, 8,
0
0
1,0
2,0
x
x
x 2,0 x
x
4,0 x 8, 8,
2,0 2,0
4,0
4,0
0
0

8,0 x
16,0

16,0 x
16,0

Zebethinus
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Sp.E
Diospyros
blancoi
Phaseolus sp.
Sauropusan
drogymus

Mimmosa
sp.
Spathodea
Campanulat
a
Nephalium
lapaseum
Cinamomum
sp.
Ficuslyrata
Mimusop
selengi
Sp. M
Olyralati
folia

Jumlah
Kumulatif
Spesies
Pertambahan
Jumlah Spesies
Pertambahan
Jumlah Spesies

12

13

17

19

21

3
150
%

1
20
%

6
100
%

1
8
%

4
31
%

2
11.8
%

2
10.52
%

Tabel.3 Hasil Pengamatan Area Plot 3

Gambar.4 Kurva Minimum Area Plot 3: 32

m2 (4x8) m2

Jenis-jenis spesies yang ditemukan pada ketiga plot tersebut termasuk memiliki
kelimpahan yang banyak dengan rata-rata spesies yang ditemukan adalah semakin luas petak
maka semakin banyak spesies baru yang ditemukan dan semakin kecil petak semakin sedikit
jenis spesies yang akan ditemukan. Terbukti dari hasil yang didapati pada plot 1 yang
memilki petak akhir 4x8 m memiliki spesies sebanyak 13 spesies. Pada plot 2 pada petak
akhir 8x16 hanya memiliki 11 spesies dan plot 3 yang memiliki petak hingga 16x16 dengan
banyaknya spesies yang ditemukan adalah 21 spesies.
Dengan menggunakan kurva, data yang telah didapatkan dari hasil pengamatan dapat
ditetapkan luas minimum dari suatu petak yang dapat mewakili habitat yang dapat diukur dan
hasil jumlah minumal petak ukur dimana hasilnya akan mewakili keadaan panjang jalur pada
metode jalur atau Line transect. Kurva minimal area merupakan grafik yang menggambarkan
hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya
menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil
sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring dengan
peningkatan ukuran kuadrat.
Pada tiap-tiap plot menunjukkan kurva selalu naik kemudian mendatar. Hal ini sesuai
dengan pendekatan menurut Mueller-Dombois (1925) bahwa luas area minimal ditetapkan
pada bagian kurva yang pada awalnya meningkat tajam lalu menyentuh garis kurva yang
hampir mendatar. Kurva yang mulai mendatar menunjukkan bahwa pertambahan jenis dari
petak batas akhir dan seterusnya telah mencapai 10%. Luas petak dengan batas akhir
merupakan hasil data yang persentase pertambahan jenis dari hasil pertambahannya tidak
melebihi 10% sehingga pengukurannya akan dihentikan. Selain itu, luas minimun area
optimum ditentukan dari garis persinggungan kurva pertambahan spesies dengan garis yang
sejajar antara garis ujung kurva pertambahan.
Berdasarkan grafik, sumbu x adalah luas area (m 2) dan sumbu y adalah jumlah
kumulatif jenis. Dari grafik dapat ditentukan berapa luas minimal area yang diperlukan untuk
menganalisis bentuk vegetasi tersebut. Penentuan luas minimum dapat dilakukan dengan
menentukan titik saat kurva mulai mendatar yaitu perpotongan dari garis yang dibuat dari
titik tersebut dengan sumbu y. Dicari titik dimana kenaikan jumlah jenis tidak lebih dari 10%
dengan mencari garis 10% dan 5%. Menurut Oosting (1985), 10% dan 5% diguakan karena
dimana pada saat pembesaran ukuran petak dilakukan sampai saat dimana penambahan luas
petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih 10% atau 5%. Luas minimal area

juga ditentukan dari garis persinggungan kurva pertambahan spesies dengan garis yang
sejajar antara garis ujung kurva pertambahan.
Setiap plot memiliki luas minimum area yang berbeda-beda. Pada plot 1 luas
minimun adalah 8 m2 dari luas area total sebesar 32 m2 sedangkan pada plot 2, luas minimum
adalah 16 m2 dari luas area total 128 m2 dan untuk plot 3, luas minimum adalah 32 m2 dengan
total area sebesar 256 m2. Sehingga dilihat dari hasil yang didapat, luas minimum area pada
kebun pepohonan universitas padjadjaran / arboretum tersebut adalah 8 m2 32 m2. Menurt
Dumbois dan Ellenberg (1974), minimum area sangat dipengaruhi keanekaan jenis komunitas
dan varietas pada suatu luas daerah tertentu. Untuk vegetasi pada zona beriklim biasanya
minimum area untuk hutan yang termsuk kedalamnya strata pohon maka luas minimum
areanya adalah 200-500 m2, sedangkan bila hanya mengambil vegetasi yang tidak termasuk
strata pohon , luas minimum area adalah 50-200 m2. Arboretum sendiri bisa digolongkan
sebagai hutan kampus, bila dilihat dari literatur yang didapat, luas minimum pada literature
tidak sesuai dengan yang telah didapatkan selama praktikum. Hal ini memungkinkan karena
variasi komunitas yang berbeda.
Keanekaragaman spesies yang didapat pada plot 1 sampai 3 sangat dipengaruhi faktor
abiotik yang ada disekitarnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di
dalam suatu daerah adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman
merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang
ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck)
yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah (Harun, 1993).
Reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,2 - 8,5 yang optimal antara 5,8 7,8 (Zakariah,
2012). Berdasarkan literature tersebut, nilai pH tanah yang didapatkan melalui pengukuran
dengan menggunakan soiltester menunjukkan bahwa derajat keasaman tanah tersebut di
lokasi pengamatan masih berada dalam kondisi optimum untuk pertumbuhan tanaman dan
tumbuhan. pH tanah yang sangat rendah akan menyebabkan sulitnya unsur hara diserap
tanaman

sehingga

menggangu

pertumbuhan

tanaman

yang

tumbuh

di

atasnya.

(Hardjowigeno, 2003 dalam Hilwan dkk, 2013).


Menurut Ashari, 1995, suhu udara untuk tanaman tropis berkisar antara 15 40oC
dan suhu udara yang dibutuhkan tanaman untuk berkembang dengan baik berkisar antara 21
28oC. Dari data diatas didapatkan bahwa suhu udara dilokasi penelitian berkisar 27,3 oC 28,2oC yang merupakan suhu yang cocok untuk tumbuhan berkembang.

Kelembaban udara penting untuk tanaman karena apabila daerah tempat tumbuh
kurang lembab maka tanaman stress dan akan mengurangi efesiensi proses fotosintesis
(Taihuttu, 2013). Tanaman yang tumbuh pada daerah tropis menyukai kelembaban udara
sebesar 60 persen (Anonim, 2010 dalam Taihuttu, 2013). Dari data diatas kelembaban udara
yang didapat sekitar 51-54 persen. Hal itu berarti bahwa tumbuhan yang hidup disekitar plot
1 sampai 3 memiliki kelembaban udara yang kurang yang akan menyebabkan tanaman stress
dan efisiensi proses fotosintesis berkurang.
Dari data diatas diketahui bahwa faktor-faktor abiotik seperti pH tanah, suhu udara
dan kelembaban udara yang ada dilokasi pengamatan cukup baik untuk pertumbuhan
tumbuhan tropis. Hal tersebut terbukti dengan didapatkannya banyak jenis (spesies) pada
setiap plotnya yaitu 11 spesies pada plot satu, 11 spesies pada plot dua, dan 13 spesies pada
plot tiga dengan minimum area masing-masing plot.

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1.

Ukuran sampling yang ideal untuk suatu analisis ekologi tumbuhan pada hutan
200-500 m2.

2.

Luas minimal area yang perludibuat untuk plot 1 adalah 8 m2 (2x4)m2 , plot 2 16
m2 (4x4) m2 , dan plot 3 adalah 32 m2 (4x8) m2

3.

Ya, komposisi vegetasi yang ada pada daerah yang diamati telah terwakili karena
luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area)
yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu
yang sedang dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 1995, Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia: Jakarta.
Dombois, Dieler Mueller dan Heinz Ellenberg.1974. Aims and Methods of Vegetation
Ecology. John Wiley & Sons.Canada.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka: Jakarta.
Hilwan, Iwan, Mulyana, D., dan Pananjung, W. G. 2013. Keanekaraaman Jenis Tumbuhan
Bawah Pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi
(Samaneasaman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai
Kartanagara Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Tropika. 4 (1): 610.
Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg. 1925. Aims and Methods of Vegetation Ecology.John
Wiley & Sons: New York.

Nurrohman, Edi dan Tri Hastuti Swandayani. 2011. Info Teknis Arboretum. Kementerian
Hutan: Bangkinang.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM University Press. Yogyakarta
Oosting. 1985. The Study of Plant Communities. W. H. Freeman and Company: San
Fransisco.
Sugianto, A. 1994.Ekologi Kwantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha
Persada : Malang.
Taihuttu, H.N. 2013. Identifikasi Karakteristik Lahan Tanaman Gandaria (Bouea macrophylla
Griff) di Desa Hunuth Kecamatan Baguala Kota Ambon. Jurnal Agrologia, Vol.2 No.1,
April 2013.
Zakariah, M. A. 2012. Budidaya Hijauan Pakan dan Pastura: Pengaruh Dosis Pemupukan
Urea Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Serta Kecernaan Hijauan Jagung. Program
Pascasarjana Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Vous aimerez peut-être aussi