Vous êtes sur la page 1sur 2

JENIS CAIRAN INFUS (Terapannya)

Posted: Mei 27, 2010 by Fathir in Tak terkategori

1. Cairan hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada
pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam
otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah
cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%,
NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk
darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya :


1. Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
(volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna
pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam
fisiologis.
2. Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar
dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik,
dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan
steroid.
Cairan yang digunakan dalam terapi Cairan yang sering digunakan ialah cairan elektrolit
(kristaloid) cairan non-elektrolit, dan cairan koloid.
Cairan elektrolit (kristaloid) : Sesuai dengan penggunaannya dapat dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu untuk pemeliharaan, pengganti dan tujuan khusus.
Cairan pemeliharaan (rumatan) : Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh
lewat urin, feses, paru dan keringat. Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai
dengan umur, yaitu: Dewasa : 1,5 2 ml/kg/jam Anak-anak : 2 4 ml/kg/jam Bayi : 4 6
ml/kg/jam Orok (neonatus) : 3 ml/kg/jam Mengingat cairan yang hilang dengan cara ini
sedikit sekali mengandung elektrolit, maka sebagai cairan pengganti adalah hipotonik,
dengan perhatian khusus untuk natrium.
Cairan kristaloid untuk pemeliharaan misalnya dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%
(D5NaCl 0,45). Sediaan Cairan Pemeliharaan (rumatan) Cairan pengganti : Tujuannya
adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh sekuestrasi atau
proses patologi yang lain (misalnya fistula, efusi pleura, asites drainase lambung dsb).
Sebagai cairan pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan isotonis, dengan perhatian
khusus untuk konsentrasi natrium, misalnya dekstrose 5 % dalam ringer laktat (D5RL),
NaCl 0,9 %, D5 NaCl.
Sediaan Cairan Pengganti Cairan untuk tujuan khusus (koreksi): Yang dimaksud adalah
cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya natrium bikarbonat 7,5 %, NaCl 3 %,
dll. Sediaan Cairan Koreksi Cairan non elektrolit : Contoh dekstrose 5 %, 10 %,
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dan kalori, dapat juga digunakan sebagai
cairan pemeliharaan.
Cairan koloid : Disebut juga sebagai plasma ekspander, karena memiliki kemampuan
besar dalam mempertahankan volume intra-vaskuler. Contoh cairan ini antara lain :
Dekstran, Haemacel, Albumin, Plasma, Darah. Cairan koloid ini digunakan untuk
menggantikan kehilangan cairan intra-vaskuler. Smg informatif.

Vous aimerez peut-être aussi