Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HEPATOMA
PIPIN OKTAVIANI
J230145056
A. Definisi
Karsinoma Hepato seluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering
ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, Fibrosarkoma
dan Hemangioen dotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma
atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal
dari selhati (Misnadiarly, 2007).
Hepatoma adalah tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel
saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
Hepatoma(karsitoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit
(karsitoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu(kolangio karsinoma.(Corwin, 2009).
B. Etiologi
1. Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya hepatoma terbukti kuat,baik
secara epidemiologis, klinis maupun eksperimental. Sebagian besar wilayah yang hiperendemik HBV
menunjukkan angka kekerapan hepatoma yang tinggi. Umur saat terjadinya infeksi merupakan faktor
resiko penting karena infeksi HBV pada usia diniberakibat akan terjadinya kronisitas.
Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik,
peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel penjamu, dan
aktifitas protein spesifik-HBV berinteraksi dengan gen hati. Pada dasarnya, perubahan
hepatosit dari kondisi inaktif menjadi sel yang aktif bereplikasi menentukan tingkat
karsinogenesis hati. Siklus sel dapat diaktifkan secara tidak langsung akibat dipicu
oleh ekspresi berlebihan suatu atau beberapa gen yang berubah akibat HBV. Infeksi HBV dengan
pajanan agen onkogenik seperti aflatoksin dapat menyebabkan terjadinya hepatoma tanpa melalui
sirosis hati.
2. Sirosis Hati
Sirosis hati merupakan faktor resiko utama hepatoma di dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80%
kasus hepatoma. Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat dikaitkan dengan alkohol, infeksi
hepatitis C, dan infeksi hepatitis B. Setiap tahun, 3-5% dari pasien dengan sirosis hati akan
menderita hepatoma. Hepatoma merupakan penyebab utama kematian pada sirosis hati.
3. Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disesease (NAFLD),
Khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan
kemudian berlanjut menjadi hepatoma.
4. Diabetes Mellitus
Tidak lama ditengarai bahwa DM menjadi faktor resiko baik untuk penyakit
hatikronis maupun untuk hepatoma melalui terjadinya perlemakan hati dan steatohepatitis
non-alkoholik (NASH). Di samping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulinlike growth factors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensialuntuk kanker.
5.Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat
alkohol(>50-70 g/hari atau > 6-7 botol per hari) selama lebih dari 10 tahun meningkatkanrisiko karsinoma
hepatoseluler 5 kali lipat. Hanya sedikit bukti adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol.
C. Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan
oleh alkoholik dan post nekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya
kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai
pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian
akibat kanker.
Stadium Hepatoma
- Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm
- Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau
multi-fokal tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
- Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan
segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular)
atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri
hati.
- Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati.
atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun
pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati
(extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava
inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)
D. Manifestasi Klinik
Pada tahap awal hepatoma tidak memberi gejala dan tanda kunik pada stadium lanjut
mungkin bisa di dapatkan gejalan dan tanda-tanda seperti :
Fase lanjut
Ascites
Sesak napas
Ikterus
Edema
Hipoalbuminemia
Jaundice/ icterus
Komplikasi endokrin
E. PATHWAY
virus
virus
Integrasi DNA,
virus ke DNA sel
Peningkatan
poliferasi
hepatosit
Alfatoksin
Mutasi gen
inflamasi
Alkohol, steroid
anabolic,
androgen yang
berlebihan,
bahan
kontrasepsi oral,
penimbunan zat
besi
Mutasi gen
Sirosis hepatik
hepatoma
Mutasi gen
anoreksia
ascites
Mutasi gen
Mutasi gen
Mendesak
diafragma
Dinding perut
menegang
Mutasi gen
nyeri
Gangguan pola
napas
Mutasi gen
Kelebihan volume
cairan
Penumpukan cairan
dalam tubuh
F. Pemeriksaan diagnostik
Biopsi
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama ditujukan
untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan
laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatoma.
Radiologi
Dengan peralatan radiologi yang baik dan ditangani oleh dokter spesialisradiologi yang
berpengalaman sudah terjamin dapat mendeteksi tumor dengan diameter kurang dari 1 cm
dan dapatlah menjawab semua pertanyaan seputar kanker ini antara lain berapa banyak
nodule yang dijumpai, berapa segment hati yang terkena, bagaimana aliran darah ke
kanker yang dilihat itu apakah sangat banyak (lebih ganas), apakah sedang (tidak begitu
ganas) atau hanya sedikit (kurang ganas), yang penting lagi apakah ada Kanker hepato
selular ini bisa dijumpai di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu
buah,dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati
atau berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk benjolan besar yang bisa
berkapsul.
Ultrasonografi
Dengan USG, hati yang normal tampak warna keabu-abuan dan tekstur merata. Bila ada
kanker akan terlihat jelas berupa benjolan berwarna kehitaman, atau berwarna putih
campur kehitaman dan jumlahnya bervariasi pada tiap pasien, benjolan dapat terdeteksi
dengan diameter 2-3 cm Untuk meminimalkan kesalahan hasil pemeriksaan.
CT SCAN
CT scan sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar yang
dengan USG gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja. CTscan dapat membuat
gambar kanker dalam tiga dimensi danempat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula memperlihatkan
hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.
Angiografi
Angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat
dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran
sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angiografi bisa memperlihatkan ukuran kanker
yang sebenarnya.
Emission
kanker menggunakan
Tomography
glukosa
(PET)
radioaktif
yang
yang
merupakan
dikenal
alat
sebagai
pendiagnosis
flourine18
atau
Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini.
Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif untuk mendiagnosis sel-selkanker di
dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap
sel-sel yang terkena kanker. PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker hati sehingga
tindakan lanjutpenanganan kanker ini serta pengobatannya menjadi lebih mudah. Di samping itu juga
dapat melihat metastase (penyebaran).
G. Penatalaksanaan medis
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaanradiologi dan
biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnyaukuran kanker,lokasi kanker di bagian
hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker
yang sangat besar berkapsul, ataukanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya
metastasis (penyebaran) ketempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor
thrombus di dalam venaporta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan
dibagi menjadi duayaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah.
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi.
Sebelum
ditentukan
pilihan
terapi
hendaklah
dipastikan
besarnya
ukuran
kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau
banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau
kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke
tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam
vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap tindakan pengobatan terbagi
tiga, yaitu tindakan bedah hati digabung dengantindakan radiologi dan tindakan nonbedah dan tindakan transplantasi (pencangkokan) hati.
G. Komplikasi
Koma hepatik
Koma hipoglikemia
Ruptur tumor
H. Pengkajian
Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: klien biasanya mengeluh mual, muntah, nyeri perut kanan atas, pembesaran
perut, berak hitam.
2) Riwayat penyakit sekarang: biasanya klien awalnya mengalami mual, nyeriperut kanan atas, berak
hitam, kemudian perut klien membesar dan sesak nafas.
3) Riwayat penyakit dahulu: biasanya klien pernah mengalami penyakit hepatitisB atau C atau
D dan mengalami sirosis hepatic.
4) Riwayat penyakit keluarga: biasanya salah satu atau lebih keluarga klien menderita
penyakit hepatitis B atau C atau D. Biasanya ibu klien menderita hepatitis B atau C atau D yang
diturunkan kepada anaknya pada waktu hamil.
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum Biasanya klien terlihat lemah, letih, dengan perut membesar dan sesak nafas, penurunan
BB
TTVTD: >120/80 mmHgN: >100 x/mntRR: <16 x/mntS: >37,5 C
Kepala dan leher Biasanya terjadi pernafasan cuping hidung, ikterus, muntah
Thoraks : Biasanya terjadi retraksi dada dikarenakan kesulitas bernafas, penggunaan
otot-otot bantu pernafasan
Abdomen: Biasanya terjadi pembesaran hati (hepatomegali), permukaan hati terasa
kasar, asites, nyeri perut bagian kanan atas dengan skala 7-10, splenomegali
Ekstremitas: Biasanya terjadi gatal-gatal, kelemahan otot
2. Gejala klinik
Fase dini
: Asimtomatik.
Fase lanjut
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh
setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita
mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
a) Ascites
b) Ikterus
c) Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.
d) Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi :
Gangguan metabolisme
Perdarahan
Asites
Edema
Hipoalbuminemia
Jaundice/icterus
Komplikasi endokrin
Aktivitas terganggu akibat pengobatan
H. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada perut kanan atas dan
punggung.
3.
4.
Defisit volume cairan b/d intake yang tidak adekuat, mual, status puasa/aspirasi
nasogestrik.
5.
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada pada perut atas dan
punggung, terapi tirah baring.
6.
7.
Gangguan peran diri b/d Penyakit jangka panjang, ketergantungan pada orang lain.
Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri pasien
2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan kenyamanan
3. Berikan aktifitas hiburan yang tepat
4. Libatkan keluarga dalam askep
5. Berikan obat analgetik
Rasional:
1. Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi
komplikasi
2. Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi
3. Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi
nyeri.
4. Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih pasien relaksasi.
5. Memberikan penurunan nyeri
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada perut kanan atas dan punggung
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam diharapkan gangguan pola tidur pasien
akan teratasi, dengan kriteria hasil:
Pasien
Pasien
Pasien
Intervensi:
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
2. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
3. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obatobatan dan suasana ramai
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi
5. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien
Rasional:
1. Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat
2. mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan
mempengaruhi pola tidur pasien
3. Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan
pasien
4. Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi
akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5. Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan
pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
c. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral, mual, status puasa/aspirasi nasogestrik
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan perubahan status
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan criteria:
Intervensi:
1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan oleh pasien
2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
3. Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai dengan program diit
Hepatomegali.
4. Berikan pengobatan secara teratur sesuai indikasi
5. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi
Rasional:
1. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
2. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)
3. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam pencernaan makan,
kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang
4. Pemberian obat antimual dapat mengurangi rasa mual sehingga kebutuhan nutrisi
pasien tercukupi.
5. Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi kepada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien
d.
Defisit volume cairan b/d intake yang tidak adekuat, mual, status puasa/aspirasi
nasogestrik
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi
dengan kriteria hasil:
TD 120/80 mmHg
RR 16-24 x/mnt
Intervensi:
1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.
2. Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
3. Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya
4. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
5. Pantau masukan dan pengeluaran cairan
6. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang
dapat ditoleransi jantung
7. Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
8. Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak
teratur
9. Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
Rasional:
1. hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi
2. pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan pemecahan asam aseto-asetat dan
harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi
3. demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi.
4. merupakan indicator dari dehidrasi
5. memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program pengobatan
6. mempertahankan volume sirkulasi
7. kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah sehingga kekurangan cairan
dan elektrolit.
8. pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan
beban cairan
9. mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan.
e. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada pada perut atas dan
punggung, terapi tirah baring
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam diharapkan pasien dapat mencapai
kemampuan aktivitas yang optimal, dengan kriteria hasil:
Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan
Intervensi:
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas.
3. Anjurkan
pasien
kemampuan
untuk
menggerakkan/mengangkat
ekstrimitas
bawah
sesui
Rasional:
1. mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2. Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan
3. melatih otot otot kaki sehingga berfungsi dengan baik
4. Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi
5. Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.
Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan
dapat menjelaskan kembali bila ditanya
Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit Hepatomegali.
2. Kaji latar belakang pendidikan pasien
3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan
bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti
4. Jelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
5. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada/memungkinkan)
Rasional:
1. Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh
mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga
2. Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan
kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien
3. Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman
4. Dengan penjelasan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan,
pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang
5. gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.