Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A.
Pengertian
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jerih dan lensa yang berkabut
atau opak.( Suzanne C. Smeltzer. 2001)
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang
diproyeksikan pada retina.
( Indriyana N. Istiqomah. 2005)
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa dan denaturasi protein.
( Sidarta Ilyas. 2003)
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh.
( Sidarta Ilyas. 2004)
B.
Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degenerati stsu bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata faktor terjadinya katarak diatas usia 60 tahun, akan tetapi katarak
juga dapat terjadi pada usia bayi/ neonatus karena terinveksi virus saat kehamilan usia muda.
Ada beberapa penyebab yaitu lensa katarak yang keruh terjadi karena kelainan bawaan,
proses ketuaan, penyakit umum seperti diabetes, penggunaan obat khususnya steroid, mata
tanpa pelindung yang terkena sinar matahari yang lama, rokok atau alkohol, operasi mata
sebelumnya, trauma (kecelakaan) pada mata dan faktor lain yang belum diketahui.
C.
Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan yang berbentuk
seperti kancing baju yang memepunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis, pada zona sentral terdapat nukleus, korteks pada perifer sedangkan
kapsul adalah bagian yang menegelilingi korteks dan nukleus.
Manifestasi dari katarak biasany ditandai dengan adanya laporan dari klien terjadi
penurunan penglihatan, silau dan gangguan fungsional sampai derajat yang diakibatkan
kehilangan penglihatan, pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tidak tamak dengan oftalmoskop, pandangan kabur atau redup, distorsi hingga susah melihat
dimalam hari. Komplikasi pada katarak, penyulit yang terjadi berupa visus tidak akan mampu
mencapai 5/5, ampliopia dan kehilangan penglihatan.
D.
Penatalaksanaan Medis
1.
Konserfatif
a.
Farmakoterapi
Non Farmakoterapi
2.
Operatif
a.
b.
E.
1.
Pengkajian
a.
Aktivitas / Istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
b.
Makanan / Cairan
Gejala : Mual / Muntah (glaukoma akut)
c.
Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/merasa di ruang gelap (katarak). penglihatan berawan, kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi di sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma
akut).
d.
Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan / maya berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba berat
menetap / tekanan pada air mata , sakit kepala (glaukoma akut).
e.
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat glaukoma diabetes, gangguan sistem voskuler, riwayat stress. Alergi :
Gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vera), keseimbangan endokrin,
diabetes (glaukoma).
f.
F.
Diagnosa Keperawatan
2.
3. Gangguan
sensori
perseptual
penglihatan
berhubungan
dengan
gangguan
G.
Perencanaan
1.
b. Dapatkan deskriptif fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh
klien.
c.
d.
e.
TV dan
percakapan).
2.
f.
g.
h.
Ajarkan tanda dan gejala komplikasiyang harus dilaporkan pada dokter dengan
segera, meliputi meningkatnya nyeri mata, keluarnya diskar purulen,
penurunan visus, demam, meningkatnya nyeri dahi.
b.
c.
Kaji derajat dan durasi gangguan visual, dorong percakapan untk mengetahui
keprihatinan pasien, perasaan dan tingkat pemahaman.
d.
e.
f.
Dorong untuk menjalankan kebiasaan atau orang yang berarti dalam perawatan
pasien.
3.
Resiko cidera berhubungan dengan penurunan visus, umur atau berada pada
lingkungan yang tidak dikenal.
Tujuan
Kriteria hasil
risiko cidera. Klien mampu menyingkirkan benda yang berbahaya dari lingkungan.
Dapat melaporkan tidak mengalami cidera.
a.
Beritahu klien bahwa penutupan mata dengan bebat dan/ atau shield
menyebabka pandangan monokulera atau mempersempit lapang pandang.
4.
b.
c.
d.
Beritahu klien agar tidak meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi.
e.
Kriteria hasil
Perencanaan
5.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
kontak.
Kriteria hasil : keluarga memberikan bantuan dalam penatalaksanaan pengobatan
dan perawatan mata pasca operasi.
Perencanaan
a.
Jelaskan rutinitas pre dan post operasi katarak padaklien serta libatkan
keluarga dalam penjelasan yang berubungan dengan perawatan pasca operasi.
b.
6.
Kriteria hasil
b.
c.
7.
d.
e.
f.
Bantu klien untuk menentukan aktivitas apa yang akan memerlukan bantuan.
g.
Beritahu klien apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata.
b.
c.
Berikan pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau keposisi yang tak sakit.
d.
8.
b.
Ajarkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar
dengan tissu basah untuk setiap usapan.
9.
c.
d.
e.
Berikan antibiotic.
perubahan
Perecanaan
a.
Kaji ketajaman penglihatan , cacat apakah satu atau dua mata terlibat
b.
c.
d.
Perenanaan
a.
b.
c.
d.
H.
Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang
spesifik (lyer et al., 1996). Yang dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan
pada nursing order untui membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
(Nursalam)
Tujuan dari implementasiadalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
Penyususnan asuhan keperawatan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, intervensi
dan pendokumentasian.
1.
Tahap persiapan
2.
Tahap Intervensi
3.
Tahap Dokumentasi
Implementasi asuhan keperawatan harus diikuti oleh pendokumentasian yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian yang terjadi dalam proses keperawatan. Ada tiga model
pendokumentasian yang digunakan dalam proses keperawatan, yaitu sources- oriented
records, problem-otiented records (POR), dan Computer-assicsted record.
I.
Evaluasi Keperawatan
keberhasilan
dari
diagnosis
keperawatan,
rencana
intervensi,
dan
implementasinya. Menurut griffith dan Cristensen (1986), evaluasi sebagai suatu yang
direncanakan dan perbandingan yang sistemik pada status kesehatan klien.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
dapat dilakukan dengan melihat respons klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan (lyer et al., 1996) yaitu Mengakhiri rencana
asuhan keperawatan, Memodifikasi rencana asuhan keperawatan, dan Meneruskan asuhan
keperawatan
Kognitif (pengetahuan)
Wawancara
Cara terbaik untuk mengevaluasi pengethauan klien. Strategi untuk mengetahui tingkatan
pengetahuan klien :
a) Recall knowledge : menanyakan kepada klien untuk mengingat beberapa fakta.
b) Komprehensif : menanyakan kepada klien untuk menanyakan info yang spesifik dengan
kata-katanya sendri.
c) Aplikasi fakta : mengajak klien pada situasi hipotensi dan tanyakan intervensi yang tepat
terhadap apa yang ditanyakan.
2)
Tes tertulis
Perawat biasanya menggunakan kertas dan pensil untu mengevaluasi pengetahuan klien
terhadap hal-hal yang telah diajarkan.
b.
Penilaian afektif klien cenderung bersifat subjektif dan sangat sukar dievaluasi. Ditulis dalam
bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap staus emosoi klien.
1)
Observasi secara langsung. Perawat mengobservasi ekspresi wajah, postur tubuh, nada
suara, dan isi pesan secara verbal pada waktu melakukan wawancara.
2)
Umpan balik dari profesi kesehatan lain. Perawata dapat menginformasikan profesi
kesehatan lain untuk memberikan umpan balik (feedback) mengenai hasil observasi keadaan
lien. Dapat dilakukan dengan berkomunikasi secara informal, pada saat rapat rapat tentang
keadaan klien, dan didalam laporan pergantian jam dinas. Dengan adanya umpan balik dan
tukar menukar informasi tersebut maka perawat akan mendapatkan banyak keuntungan.
c.
Psikomotor
Biasanya lebih mudah dievaluasi dibandingkan dnegan lainnya jika perlu yang dapat
diobservasi sudah diidentifikasi pada kriteria hasil (tujuan), dan dapat dilakukan observasi
perilaku secara langsung.
d. Perubahan fungsi tubuh
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek status kesehatan
klien yang dapat diobservasi. Dengan cara memfokuskan pada bagian fungsi fungsi kesehatan
klien berubah setelah dilakukan asuhan keperawatan. Evaluasi pada gejala yang spesifk
digunakan untuk menilai penurunan atau peningkatan gejala yang mempengaruhi status
kesehatan klien. Dilakukan secara langsung, wawancara, dan pemeriksaan fisik.
2.
Ada tiga kemungkinan keputsan pada tahap ini yaitu klien telah mencapai hasil yang
ditentukan dalam tujuan, klien dalam proses mencapai haisl yang ditentukan, klien tidak
dapat mencapai hasil yang telah ditentukan.
Kualitas asuhan keperawatan dapat dievaluasi pada saat proses (formatif) dan melihat
hasilnya (sumatif).
a.
Evaluasi proses
Fokus pada evaluasi proses (sumatif) adalah aktivitas dari proses keperawatandan hasil
kualitas hasil pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus terus menerus
dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Sistem penulisan pada tahap
evaluasi ini dapat memnggunakan sistem SOAP atau model dokumentasi lainnya.
b.
Evaluasi hasil. Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
asuhan keperawatan secara paripurna. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel dan efisien.
c.
Komponen evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi lima komponen (pinnell dan Meneses, 1986)
1)
a)
Kriteria
Digunakan sebagai pedoman observasi untuk mengumpulkan data dan sebagai enentuan
kesahihan data yang terkumpul. Digunakan pada tahap evaluasi ditulis sebagai kriteria hasil
menandakan hasil akhir asuhan keperawatan.
b)
Standar praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluai praktik keperawatan secara
luas. Standar tersebut menyatakan hal yang harus dilaksanakan dan dapat digunakna sebagai
suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil, penelitian, konsep
teori, dan dapat diterima oleh praktik klinik keperawatan saat ini.
c)
Pertanyaan evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan pertanyaan evaluatif
(evaluative questions) sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dan respons
klien terhadap intervensi. Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi :
Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengajian pada klien ?
Diagnosis : apakah diagnosis bersama dengan klien ?
Perencanaan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam perencanaan ?
Implementasi : apakah klien telah mengetahui tentang intervensi yang akan diberikan
Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan ?
2)
Pada tahap ini kita perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan. Perawat yang profesional
pertama kali mengkaji dan menyusun perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab
dalam mengevaluasi respon klien terhadap intervens yang diberikan. Perawat lain yang
membantu dalam memberikan intervensi kepada klien harus berpartisipasi dalam proses
evaluasi. Validitas informasi meningkat jika lebih dari satu oran yang ikut melakukan
evaluasi.
3)
4)
Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh perawat pada tahap ini adalahmenyimpulkan
efektivitas semua intervensi yang telah dilaksanakan. Kemudian menentukan kesimpulan
pada setiap diagnosis yang telah dilakukan intervensi.
5)
Pada tahap ini perawat melakuakan suatu intervensi berdasarkan hasil kesimpulan yang sudah
diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria hasil, dan rencana asuhan keperawatan.
Meskipun pengkajian dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, aspek-aspek khusus
perlu dikaji ulang dan penambahan data untuk akurasi suatu asuhan keperawatan.
d. Dokumentasi
Perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada rekam medik (medical
record). Penggunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya untuk
menghindarai salah persepsi dan ketidak jelasan dalam menyusun asuhan keperawatan lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Nursalam. 2007. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktek, Ed. 2. Jakarta
: Salemba Medika.
Sidarta Ilyas, dkk. 2003. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Gaya Baru.