Vous êtes sur la page 1sur 7

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


Topik : Rujukan Pneumonia Berat Pada Balita
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internship sekaligus sebagai bagian
dari persyaratan menyelesaikan Program Internship Dokter Indonesia di
Puskesmas Rawat Inap Lempake Samarinda

Disusun oleh :
dr. Isti Sundari

Program Dokter Internship Indonesia


Samarinda
Kalimantan Timur

Halaman Pengesahan

Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat


Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Topik : Rujukan Pneumonia Berat Pada Balita
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian
dari persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas
Rawat Inap Lempake Samarinda

Disusun oleh :
dr. Isti Sundari

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ... Oktober 2014

Oleh
Pembimbing Dokter Internship Puskesmas Lempake

dr. Deni Wardani


NIP. 198310062011011001

LATAR
BELAKANG

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun


bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang
parenkim paru. ISPA merupakan suatu penyakit yang
terbanyak dan tersering diderita oleh balita karena sistem
pertahanan tubuh masih rendah.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah
satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan
negara maju. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya
pneumonia, terutama pada balita. Berdasarkan laporan
World Health Organization (WHO) tahun 2005 menyatakan
kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar
19% atau berkisar 1,62,2 juta, di mana sekitar 70% terjadi
di negara-negara berkembang terutama di Afrika dan Asia
Tenggara.
Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus
pneumonia pada balita pada tahun 2006 dengan jumlah
penderita mencapai enam juta jiwa. Laporan Direktorat
Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman (Ditjen P2M-PLP) Depkes RI
tahun 2007 menyebutkan dari 31 provinsi ditemukan
477.429 balita dengan pneumonia atau 21,52% dari jumlah
seluruh balita di Indonesia. Proporsinya 35,02% pada usia
di bawah satu tahun dan 64,97% pada usia satu hingga
empat tahun (Djelantik, 2008).
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun
2001, kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita
per tahun. Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari
100.000 balita setiap tahun atau hampir 300 balita setiap
hari atau 1 balita setiap 5 menit Tingginya mortalitas balita
karena pneumonia menyebabkan penanganan penyakit

pneumonia menjadi sangat penting artinnya.


PERMASALAHAN Pneumonia masih banyak dialami oleh balita di Indonesia
yaitu 21,52% dari jumlah seluruh balita di Indonesia
dengan prevalensi paling banyak usia 1-4 tahun. Angka
mortalitas pneumonia pada balita juga masih tinggi. Data
SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa 20,9% kematian
bayi disebabkan oleh pneumonia dan merupakan penyebab
kematian nomor dua pada bayi. Sedangkan pada anak balita
21,9% kematiannya disebabkan oleh pneumonia dan
merupakan penyebab kematian nomor satu dari semua
penyebab kematian pada anak balita.
PERENCANAAN
DAN PEMILIHAN
INTERVENSI

a. Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan


i. Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi
pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih.
ii. Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.
b. Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan <
5 tahun
i. Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan
dinding dada bagian bawah.
ii. Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan
<1 tahun 50 kali per menit, untuk usia 1 tahun - <5 tahun
40 kali per menit.
iii. Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas
cepat.
Pada penderita pneumonia perlu dilakukan pencegahan
sekunder dan tersier.
Pencegahan sekunder sebagai upaya untuk membuat
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat
progresifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder
meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan
terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan

antara lain:
a. Pneumonia berat : dirujuk ke rumah sakit, diberikan
antibiotik parenteral dan penambahan oksigen, serta
obati demam dan wheezing jika ada.
b. Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral
atau amoksilin, obati demam dan wheezing jika ada.
c. Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak
diberikan terapi antibiotik. Obati demam dan wheezing
jika ada. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami
pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi
air garam. Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri
amoksisilin dan dipantau selama 5 hari ke depan.
Pencegahan Tertier adalah mencegah agar

tidak

munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan


memperburuk kondisi balita, mengurangi kematian serta
usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat ini
dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit lebih
lanjut seperti perawatan dan pengobatan.
Upaya yang dilakukan dapat berupa:
a. Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di
rumah, beri antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu untuk
tetap kontrol bila keadaan anak memburuk.
b. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke
sarana kesehatan terdekat agar penyakit tidak bertambah
berat dan tidak menimbulkan kematian.
PELAKSANAAN

Pada tanggal 15 Oktober 2014 pukul 09.30 WITA telah


dirujuk seorang pasien dengan diagnosa pneumonia berat.
Pasien dirujuk ke RSUD A.W. Sjahranie dengan alat bantu
nafas didampingi oleh perawat IGD Puskesmas Lempake.
Identitas
Nama: An. A
Usia: 6 bulan
Jenis Kelamin: Perempuan
Alamat: Kebon Agung
Keluhan Utama: Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang: Sesak nafas dialami pasien


sejak tadi malam sebelum datang ke Poli Anak,. Dua hari
sebelum sesak nafas muncul, pasien mengalami batuk
berdahak dan pilek, juga disertai demam. Pasien tidak
sampai terlihat kebiruan.
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah mengalami
keluhan serupa sebelumnya
Riwayat Persalinan: Pasien lahir di praktek bidan, ditolong
oleh bidan, jenis partus normal
Imunisasi:
BCG umur 1 bulan
Polio umur 1,2,4 bulan
DPT umur 2,4 bulan
Hepatits B umur 0,2,4 bulan
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: compos mentis, keadaan sakit: sedang
BB= 8kg
Tanda-tanda vital: Nadi=120x/menit, RR= 52x/menit,
T=38,20C
Kepala/leher: anemis(-), ikterik (-), cyanosis (-)
Thoraks: pererakan dinding dada simetris,

retraksi

intercosta, stridor (+), suara nafas bronkovesikuler, Rhonki


(+/+), Wheezing (-/-)
Andomen: flat, soefl, organomegali (-), thymphani, bisisng
usus (+)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-)
Penatalaksanaan:
Nebulizer dengan salbutamol 1,5cc diencerkan dengan
NaCl 1cc
Tidak dilakukan injeksi ampicilin karena tidak ada
MONITORING
DAN EVALUASI

Ibu penderita diminta untuk memeriksakan anaknya ke


pelayanan kesehatan, 2 hari lagi untuk pneumonia dan 5
hari lagi untuk batuk bukan pneumonia atau lebih cepat jika
keadaan

memburuk

sehingga

dapat

mengetahui

keberhasilan pengobatan yang diberikan dan mencegah

komplikasi. Dan untuk pneumonia berat setelah perawatan


di

RS

selesai,

ibu

penderita

juga

diminta

untuk

memeriksakan anaknya kembali untuk merehabilitasi


kondisi pasien sampai sehat kembali.
Komentar/Umpan Balik:

Samarinda, ... Oktober 2014


Peserta

Pendamping

dr. Isti Sundari

dr. Deni Wardani

Vous aimerez peut-être aussi