Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ACHMAD WINARKO
07211001
07211029
07211071
M. FANDY A.
07211081
TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT karena atas rahmat-Nya, kami
dimampukan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun proses penyusunan
makalah ini sekitar 1 bulan berturut-turut terhitung dari Oktober.
Makalah tentang "Termokimia" ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas
semester VII mata kuliah kimia fisika dan diharapkan melalui makalah ini, kami sebagai
penulis dapat memahami konsep Termokimia lebih detail.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen dan asisten dosen Kimia
Fisika yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
I.2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Konsep Dasar
II.2
II.3
Kalor Reaksi
II.4
Entalpi
II.5
13
II.6
Energi Ikatan
16
BAB III
PENUTUP
20
III.1
Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
21
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Dalam makalah ini, kami mengambil tema mengenai Termokimia yang merupakan
bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan energi yang menyertai reaksi
kimia. Termokimia merupakan penerapan dari hukum I termodinamika dan kaitannya dengan
reaksi kimia. Termokimia berawal dari hasil kerja Antoine Laurent Lavoisier pada abad ke
18, dilanjutkan dengan adanya hukum Hess. Termokimia mengalami dua macam
generalisasi. Pernyataan tentang termokimia bervariasi sesuai dengan pengusulnya, yaitu:
Perubahan energi selama reaksi bisa sama dengan atau berkebalikan dengan
perubahan energi pada proses kebalikan.
Hukum Hess
Perubahan energi selama reaksi adalah sama, walaupun perubahan itu berjalan tahap
demi tahap. Lavoisier, Laplace, dan Hess juga meneliti tentang kalor jenis dan kalor laten.
Selanjutnya Joseph Black yang memberi peranan besar dalam penelitian kalor laten.
Salah satu terapan ilmu termokimia dalam kehidupan sehari-hari ialah reaksi kimia
dalam tubuh kita dimana produksi dari energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk
semua tugas yang kita lakukan. Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara
dipakai untuk pembangkit listrik. Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan
kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan. Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita
membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk
memasak. Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan yang dimakan akan
menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh agar berfungsi. Hampir semua reaksi
kimia selalu ada energi yang diambil atau dikeluarkan.
Termokimia membahas hubungan antara kalor dengan reaksi kimia atau proses-proses
yang berhubungan dengan reaksi kimia. Dalam praktiknya termokimia lebih banyak
berhubungan dengan pengukuran kalor yang menyertai kimia atau proses- proses yang
berhubungan dengan perubahan struktur zat, misalnya perubahan wujud atau perubahan
struktur kristal. Untuk mempelajari perubahan kalor dari suatu proses perlu kiranya dikaji
beberapa hal yang berhubungan dengan energi apa saja yang dimiliki oleh suatu zat,
bagaimana energi tersebut berubah, bagaimana mengukur perubahan energi tersebut, serta
bagaimana pula hubungannya dengan struktur zat.
Oleh karena itu termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau
yang dapat diperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan dasar
untuk pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam termokimia
5
adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara
pengukuran kalor reaksi.
I.2
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah tentang termokimia ini adalah agar
mengetahui dan memahami konsep dasar termokimia, dapat membedakan entalpi dan
perubahan entalpi, reaksi kimia dalam kedudukan kesetimbangan serta bisa menentukan
perubahan entalpi, baik berdasarkan hukum Hess ataupun hukum Lavoiser serta memahami
perubahan entalpi pembentukan standar dan data energi ikatan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Konsep Dasar
Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi, yaitu
pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia. Karena dalam sebagian besar reaksi kimia
selalu disertai dengan perubahan energi yang berwujud perubahan kalor, baik kalor yang di
lepaskan maupun di serap. Kalor merupakan salah satu bentuk energi. James Prescott joule
(1818-1889) merupakan asaz kekekalan energi. Energi tidak dapat di ciptakan maupun di
musnahkan, tetapi dapat di ubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk yang lain.
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi
kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang dikandung setiap unsur atau
senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam suatu zat adalah semacam energi potensial zat
tersebut. Energi potensial kimia yang terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau
entalpi dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil pada
suatu reaksi disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan entalpi reaksi diberi simbol H.
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu zat yang
menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut termokimia. Secara operasional
termokimia berkaitan dengan pengukuran dan pernafsiran perubahan kalor yang menyertai
reaksi kimia, perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau yang dapat
diperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan dasar untuk
pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam termokimia adalah
tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara
pengukuran kalor reaksi.
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa
kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia.
Termodinamika I
Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang menangani
hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan
dalam perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena
termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan. Termodinamika merupakan ilmu
tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas dengan
kerja.
Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan
kajian dari termokimia. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah
7
dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah konstan. hukum
termodinamika 1
Perubahan kalor pada tekanan konstan:
H = E + PV
W= PV
E = energi dalam
Hukum pertama termodinamika dapat dirumuskan sebagai
U = Q W
U = perubahan tenaga dalam sistem
Q = panas yang masuk/keluar dari sistem
W = Usaha yang dilakukan thp sistem
II.2
Sistem adalah segala sesuatu yang sedang diamati. Sedangkan lingkungan adalah
segla sesuatu di luar system atau segala sesuatu yang berada di sekitar system (dengan apa
system tersebut berinteraksi).
Contoh : Reaksi larutan HCl dan NaOH di dalam tabung reaksi yang diukur suhunya dengan
thermometer.
Larutan HCl dan NaOH sebagai system dan tabung reaksi, thermometer, rak
tabung reaksi dan udara sebagai lingkungan.
Selanjutnya, Transfer (pertukaran) energi antara system dan lingkungan dapat berupa kalor
(a) atau bentuk engergi lainnya yang sama secara kolektif kita sebut kerja (w).
Tanda untuk kalor dan kerja ditetapkan sebagai berikut : Jika energi (kalor dan kerja)
meninggalkan system di beri tanda negative (-), sebaiknya jika engergi memasuki system di
beri tanda positif (+).
Berdasarkan interaksi dengan lingkungan, system di bedakan menjadi 3 macam yaitu,
system terbuka system tertutup, system terisolasi.
a. Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu system yang memungkinkan terjadi perpindahan energi
dan zat (materi) antara lingkungan dengan system).
Contoh : Reaksi antara logm magnesium dengan asam klorida encer yang dilakukan pada
tabung reaksi yang terbuka. Pada peristiwa ini terjadi reaksi.
8
memungkinkan
terjadinya
Contoh : Bila reaksiantara logam magnesium dan asam kelorida encer tersebut di lakukan di
dalam suatu tempat yang tertutup rapat (terisolasi) seperti di dalam penyimpanan air panas.
Energi yang dimiliki oleh suatu zat system dapat di golongkan ke dalam energi kinetic
dan energi potensial. Energi kinetic dan energi yang berkaitan dengan gerak molekulmolekul system, sedangkan bentuk energi lain yang tidak berhubungan dengan gerak disebut
energi potensil.
II.3
Kalor Reaksi
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas, sebab itu
lebih tepat bila istilahnya disebut panas reaksi.
Ada beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya adalah sistim
terbuka, yaitu ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-ubah. Ada juga sistim tertutup,
dimana tidak ada perubahan massa, tetapi hanya panas dan kerja saja. Sementara, perubahan
adiabatis merupakan suatu keadaan dimana sistim diisolasi dari lingkungan sehingga tidak
ada panas yang dapat mengalir. Kemudian, ada pula perubahan yang terjadi pada temperature
tetap, yang dinamakan perubahan isotermik.
Pada perubahan suhu, ditandai dengan t (t menunjukkan temperatur), dihitung
dengan cara mengurangi temperatur akhir dengan temperatur mula-mula.
t = takhir tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial;
(E.P) = (E.P)akhir (E.P)mula-mula
9
Kalor reaksi (H) adalah kalor yang diserap (diperlukan) atau dilepaskan (dihasilkan)
dalam reaksi, disebut juga perubahan entalpi. Pada beberapa reaksi kimia jumlah kalor reaksi
dapat diukur melallui suatu percobaan di dalam laboratorium. Pengukuran kalor reaksi
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Kalorimeter
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diberikan atau diambil
dalam suatu proses tertentu. Sebuah termometer sederhana terdiri dari bejana terisolasi, alat
pengaduk, dan termometer.
II.4
Entalpi
Entalpi adalah jumlah total dari semua bentuk energi yang dimiliki dari suatu materi
atau zat yang mempunyai isi kalor tertentu, dengan simbol (H) yang berasal dari bahasa
Yunani Enthalpein yang berarti menghangatkan.
Besarnya entalpi (H) dari suatu zat tidak dapat diukur, akan tetapi perubahan entalpi
(H) yang dapat ditentukan, yaitu perubahan kalor yang terjadi dalam suatu reaksi kimia.
Dengan demikian, besarnya entalpi dari suatu zat hanya bisa diketahui dari perubahannya.
a) Perubahan Entalpi (H)
Entalpi dari suatu materi tidak dapat dihitung, sedangkan yang dapat dihitung adalah
perubahan entalpinya. Istilah perubahan entalpi merujuk pada perubahan kalor selama suatu
proses yang dilakukan pada suatu tekanan yang konstan.
Ada dua macam perubahan entalpi, yaitu:
1)
Yaitu terjadi perubahan panas dari sistem ke lingkungan, sehingga suhu lingkungan
akan naik, sehingga H berharga negatif (-). Reaksi eksoterm yaitu reaksi yang
membebaskan kalor, kalor mengalir dari sistem ke lingkungan (terjadi penurunan entalpi),
entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya
bertanda negatif. Pada reaksi eksoterm umumnya suhu sistem menjadi naik, adanya kenaikan
suhu inilah yang menyebabkan sistem melepas kalor ke lingkungan.
Reaksi eksoterm: DH = HP - HR < 0 atau DH = (-)
A= H dari pereaksi
B= H dari zat hasil
Hpereaksi > Hzat hasil atau HA > HB
Sehingga: H = Hzat hasil Hpereaksi= HB HA
2)
Yaitu perpindahan panas dari lingkungan kedalam sistem, sehingga suhu lengkungan
akan turun, sehingga H berharga pisotif (+).Reaksi Endoterm yaitu reaksi yang memerlukan
10
kalor, kalor mengalir dari lingkungan ke sistem (terjadi kenaikan entalpi), entalpi produk
lebih besar daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpinya bertanda positif.
Pada reaksi endoterm umumnya suhu sistem terjadi penurunan, adanya penurunan suhu inilah
yang menyebabkan sistem menyerap kalor dari lingkungan.
Reaksi endoterm: DH = HP - HR > 0 atau DH = (+)
Reaksi eksoterm terlihat bahwa kalor dibebaskan dalam reaksi yang ditunjukkan oleh
produk/hasil reaksi yang mempunyai kalor/entalpi yang lebih rendah dari pada pereaksi.
Reaksi endoterm terlihat dari hasil reaksi yang mempunyai kalor yang lebih tinggi dari pada
pereaksi.
Contoh Soal: Hitung entalpi perubahan CH4 (g) menjadi CO2 (g) dan H2O(g). Pada
temperatur 298 K, bila diketahui pada temperatur tersebut :
H CH4 = -74,873 KJ mol-1 ; H O2 = 0,00 KJ mol-1
H CO2 = - 393,522 KJ mol-1 dan H H2O = -241,827 KJ mol-1
Jawab : CH4 + 2O2
CO2 + 2H2O
11
Contoh:
H2O(l) -> H2(g) + 1/2 O2(g) H=+286 kJ mol-1 (bnd. contoh Hf no. 1)
3. Entalpi Pembakaran Standar (Hc)
Entalpi pembakaran standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan
atau dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang stabil
pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (Hc) simbol d berasal
dari kata combustion yang berarti pembakaran.
Pembakaran selalu membebaskan kalor sehingga nilai entalpipembakaran selallu negatif
(eksoterm)
Contoh :
1/2 C2H4(g) + 3/2 O2 -> CO2(g) + H2O(l) H=-705.5 kJ mol-1
Catatan:
Hc bisa digunakan untuk menilai kandungan energi bahan bakar atau makanan
Catatan:
Penentuan besarnya energi tidak bisa dilakukan secara langsung, tetapi hanya bisa
diukur perubahan suhu akibat adanya transfer energi.
q = kalor (energi)
m = massa air
c = kalor jenis air = 1 kalori/gramoC = 4,184 Joule /gram oC.
t = perubahan suhu = t2 t1
C = kapasitas panas.
2)
Kalorimetri
= jumlah kalor ( J )
m = massa zat ( g )
T = perubahan suhu ( oC atau K )
c = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi = kalor
yang diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.
14
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (V = nol).
Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
E = q + w dimana w = - P. V ( jika V = nol maka w = nol )
maka E = qv
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.
2. Kalorimeter Sederhana
15
Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan
menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat
dari gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang
reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi netralisasi asam basa /
netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan
sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi
= - (qlarutan + qkalorimeter )
qkalorimeter
= Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan sehingga
perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam
kalorimeter.
qreaksi
= - qlarutan
qlarutan = m x c x DT
dengan :
m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga
perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Contoh kalorimeter sederhana adalah kalorimeter larutan.
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap
menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas
pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter
larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.
Dalam menentukan entalpi berlaku persamaan
Qreaksi = - (Qlarutan + Q kalorimeter )
16
Keterangan :
M = massa zat (kg)
t = perubahan suhu
(Celcius)
Sementara itu, persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya
disebut persamaan termokimia.
H2 (g) + 1/2 O2 (g) > H2O (l)
H = -286 kJ
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr).
Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi
pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga perubahan entalpi untuk reaksi endoterm dapat
dinyatakan:
H = Hp- Hr > 0
Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan
berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu ,
perubahan entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:
H = Hp- Hr < 0
II.5
Hukum HESS
Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat ditentukan
langsung dengan kalorimeter, misalnya penentuan perubahan entalpi pembentukan standar (
DHf o )CO.
Reaksi pembakaran karbon tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja tanpa
disertai terbentuknya gas CO2. Jadi, bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari reaksi
tersebut; yang terukur tidak hanya reaksi pembentukan gas CO saja tetapi juga perubahan
entalpi dari reaksi pembentukan gas CO2.
Untuk mengatasi hal tersebut, Henry Hess melakukan serangkaian percobaan dan
menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi merupakan fungsi keadaan.
17
Artinya : perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal ( zat-zat
pereaksi ) dan keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari suatu reaksi dan tidak tergantung
pada jalannya reaksi. Pernyataan ini disebut Hukum Hess, rumus yang dapat dipakai yaitu
Hreaksi = H1 + H2 +.
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari
suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk
memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang
berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak
dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada
beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan
reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan
menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi)
dengan suatu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu
dibalik, maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -H). Berdasarkan
Hukum Hess, penentuan DH dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1). Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan dari perubahan
entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.
2). Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih entalpi pembentukan (
DHf o ) antara produk dan reaktan.
3). Perubahan entalpi ( DH ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi ikatan.
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai H juga dapat diketahui dengan
pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi pembentukan reaktan.
Secara matematis
Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum
Kegunaan
Dengan mengetahui Hf (perubahan entalpi pembentukan) dari reaktan dan
produknya, dapat diramalkan perubahan entalpi reaksi apapun, dengan rumus
H=HfP-H fR
Perubahan entalpi suatu reaksi juga dapat diramalkan dari perubahan entalpi
pembakaran reaktan dan produk, dengan rumus
H=-HcP+HcR
Konsep dari hukum Hess juga dapat diperluas untuk menghitung perubahan fungsi
keadaan lainnya, seperti entropi dan energi bebas. Kedua aplikasi ini amat berguna karena
18
besaran-besaran tersebut sulit atau tidak bisa diukur secara langsung, sehingga perhitungan
dengan hukum Hess digunakan sebagai salah satu cara menentukannya.
Untuk perubahan entropi:
So = (Sfoproduk) - (Sforeaktan)
S = (Soproduk) - (Soreaktan).
Untuk perubahan energi bebas:
Go = (Gfoproduk) - (Gforeaktan)
G = (Goproduk) - (Goreaktan).
Penentuan H Reaksi dengan Hukum Hess
Hukum Hess : Kalor reaksi yang dilepas atau diserap hanya bergantung pada keadaan awal
dan keadaan akhir.
Untuk mengubah zat A menjadi zat B (produk) diperlukan kalor reaksi sebesar H. Atau cara
lain yaitu mengubah zat A menjadi zat B dengan kalor reaksi H1, zat B diubah menjadi zat
C dengan kalor reaksi H2 dan zat C diubah menjadi zat D dengan kalor reaksi H3 .
Sehingga harga perubahan entalpi adalah
Hreaksi = H1 + H2 + H3 .
Hal tersebut dapat dibuat siklus dan diagram tingkat energinya sebagai
berikut :
Siklus energi pembentukan zat D dari zat A
Diagram tingkat energi pembentukan zat D dari zat A
Contoh Soal :
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + O2(g) CaO(s) H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) CO2(g) H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + O2(g) CaCO3(g) H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) CaCO3(s) !
19
Penyelesaian :
CaO(s) ............................. Ca(s) + O2(g) ....H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ C(s) + O2(g) ............H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + O2(g) CaCO3(s)................. H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ........... CaCO3(s).................. H = - 178,1 kJ
Hukum Lavoiser-Laplace
Hukum ini diajukan oleh Marquis de Laplace dan dia menyatakan bahwa jumlah kalor
yang dilepaskan dalam pembentukan sebuah senyawa dari unsur-unsurnya sama dengan
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa tersebut menjadi unsur-unsurnya.
Panjabaran dari hukum ini untuk entalphi reaksi H dan kalor reaksi;
C + O2 CO2 H = -94 Kkal
CO2 C + O2 H = +94 Kkal
Sedangkan untuk kalor reaksi,
C + O2 CO2 -94 Kkal
CO2 C + O2 +94 Kkal
Untuk reaksi pertama, unsur C bereaksi dengan gas oksigen menghasilkan
karbondioksida dan kalor sebesar 94 Kkal. Sedangkan reaksi kedua karbondioksida terurai
menjadi unsur C dan gas oksigen dengan membutuhkan kalor sebesar 94 Kkal.
Dari sisi tanda, tampak jelas perbedaan antara entalphi reaksi dengan kalor reaksi, jika
entalphi bernilai positif maka kalor reaksi bernilai negatif, demikian pula sebaliknya jika
entalphi negatif maka kalor reaksi positif.
II.6
Energi Ikatan
20
21
= memerlukan energi.
= membebaskan energi
Misalnya, pada reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen
klorida dapat digambarkan sebagai berikut :
Sesuai dengan hukum Hess, H reaksi total adalah H tahap-I + H
tahap-II.
H
tahap-I
=
Energi
ikatan
pada
pereaksi
(yang
putus)
H
tahap-II
=
-
Energi
ikatan
pada
produk
(yang
terbentuk).
H reaksi = Energi ikatan pereaksi yang putus - Energi ikatan produk yang terbentuk
= Eruas kiri - Eruas kanan
TABEL ENERGI IKATAN
Ikatan
E (kJ/mol)
Ikatan
E (kJ/mol)
H-H
436
O=O
498
H-C
415
CN
891
H-N
390
F-F
160
C-C
345
Cl-Cl
243
CC
837
H-Cl
432
C-O
350
C=C
611
C=O
741
I-I
150
C-Cl
330
N=N
418
O-H
450
C-F
485
22
Penyelesaian :
........H
.........l
H C O-H +
1 O=O O=C=O +
........l
.......H
H reaksi = Epemutusan -Epembentukan
2H-O-H
23
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Entalpi adalah suatu besaran termodinamika untuk menyatakan kalor reaksi yang
berlangsung pada tekanan tetap .
Suatu Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau
pelepasan kalor dinyatakan dengan perubahan entalpi(H) .
Besarnya perubahan entalpi (H) sama dengan besarnya panas reaksi, tetapi dengan
tanda berlawanan.
Reaksi termokimia dapat di bedakan menjadi dua yaitu reaksi eksoterm dan endoterm.
Reaksi Eksoterm
Reaksi Endoterm
Hk.Hess : Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi tidak
tergantung pada jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James .E. 1999. Kimia Universitas Azas & Struktur Jilid 1, Edisi ke-5. Jakarta :
Binarupa Aksara
Michel Purba. 2007. Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan
http://blogmerko.blogspot.com/2013/04/makalah-kimia-tentang-termo-kimia.html
http://septiankurniaa.blogspot.com/2013/05/makalah-termokimia.html
http://kimiabisa.blogspot.com/2012/12/termokimia_12.html
http://sectoranalyst.blogspot.com/2011/10/makalah-termokimia.html#.VGH0MvmUcZ4
25