Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari lima indra yaitu
pendengar, penglihatan, peraba, pengecap, penghidu (Stuart and Laraia, 2001 :
hal, 390) Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkannya atau tidak ada obyek. (Sunardi, 2005 dalam
Dalami 2009 : hal, 19). Halusinasi didefinisikan sebagai pengalaman atau kesan
sensori yang salah terhadap stimulus (Rasmun, 2001, hal, 23).
Halusinasi adalah keadaan seorang individu yang mengalami suatu
perubahan pada jumlah atau pola stimulus yang diterima, di ikuti dengan suatu
respons terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan, dilebihkan, disimpangkan,
atau dirusakan (Judith M. Wilkinson 2001 : hal, 449)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang meliputi semua sistem
penginderaan.
B. Pisikodinamika
Menurut (Nurjanah, 2008 : hal, 30)
1. Komplikasi
Respon Adaptif
Pikiran Logis
Persepsi Akurat
Emosi Konsisten Perilaku Sosial
Hubungan Sosial
-
Keterangan Gambar :
Pikiran Kadang
Menyimpang
Ilusi
Emosional Berlebih
Dengan Pengalaman
Kurang
Perilaku Ganjil
Menarik Diri
Kelainan Pikiran
Halusinasi
Tidak mampu emosi
Ketidakteraturan
Perilaku Ganjil
Isolasi Sosial
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Faktor Predisposisi (Stuart and Laraia, 2001 : hal. 396 397)
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Faktor-faktor predisposisi meliputi :
1) Faktor Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurobilolgi yang maladaptif
termasuk hal-hal berikut : penelitian pencitraan otak yang menunjukan
keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizoprenia, lesi
pada area prontal, temporal dan limbik. Beberapa kimia otak dikaitkan
dengan
skizoprenia
seperti
covamine
neourottranmister
yang
seperti
darah,
urin,
feses.
Halusinasi
khususnya
2. Fase II
Ansetas meningkat berhubungan dengan penglaman eksternal dan
internal klien berada pada tingkat pendengaran halusinasinya
(listening). Pemikiran eksternal jadi lebih menonjol, gambaran
halusinasi berupa suara dan sensasi berupa bisikan yang tidak jelas,
akan tetapi klien merasa takut apabila ada orang lain yang mendengar
atau memperhatikannya. Perasaan klien tidak efektif untuk mengontrol
pemikiran tersebut. Klien berusaha untuk membuat jarak antara dirinya
dengan halusinasinya
e. Manifestasi Klinis
Menurut tahap-tahap halusinasi karakteristik dan perilaku yang
ditampilkan oleh klien yang mengalami halusinasi sebagai berikut :
1) Halusinasi pengelihatan
a) Melirikkan mata kekiri dan kekanan seperti mencari siapa atau apa
yang sedang dibicarakan.
b) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang
sedang tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.
c) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang
yang tidak tampak.
d) Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
2) Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati :
a) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,
benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
b) Tiba-tiba berlari keruangan lain.
3) Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat diamati pada klien gangguan halusinasi penciuman
adalah :
a) Hidung yang dikerutkan seperti, mencium bau yang tidak enak.
b) Mencium bau tubuh.
Isolasi Sosial
Masalah Keperawatan
Dari pohon masalah di atas dapat disimpulkan bahwa masalah
keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi
halusinasi adalah sebagai berikut :
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian tekhnik mengenai respon
individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual maupun potensial ( NANDA, 2001 dalam
Keliat,
2006).
Adapun diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien
dengan halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu :
1. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
yang
biasanya
dilakukan
untuk
mengendalikan
perawat,
teman,
anggota
keluarga)
untuk
menceritakan
halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan seharihari yang telah disusun, meminta keluarga, teman, perawat,
menyapa jika sedang halusinasi, bantu klien memilih cara yang
sudah dianjurkan dan dilatih untuk mencobanya, beri kesempatan
untuk melakukn cara yang dipilih dan dilatih, panto pelaksanaan
yang telah dipilih dan dilatih, bila berhasil, beri pujian, anjurkan
klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita,
simulasi persepsi.
d) TUK 4 : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
Kriteria Evaluasi : keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti
pertemuan dengan perawat, keluarga menyebutkan pengertian,
tanda, dan gejala proses terjadinya halusinasi, dan tindakan untuk
mengendalikan halusinasi.
Rencana Tindakan Keperawatan : buat kontrak dengan keluarga
untuk pertemuan ( Waktu, tempat, dan topik diskusi dengan
Kerugian tidak minum obat, nama, dosis, efek terapi dan efek
samping obat, klien mendemonstrasikan penggunaan obat yang
benar, menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter.
Rencana Tindakan Keperawatan : diskusikan dengan klien
tentang manfaat, dosis dan efek samping obat. Pantau klien saat
penggunaan obat, beri pujian saat klien menggunakan obat dengan
benar, menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter. Anjurkan klien dengan dokter/ perawat jika terjadi
hal yang diinginkan.
b. Haloperidol (HPL)
Indikasinya berbahaya berat dalam kemampuan menilai
realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan seharihari.
Mekanisme kerja obat anti psikopsis dalam memblokade
dopamine pada reseptor paska sinoptik neuron di otak, khususnya
sistem limbic dan sistem ekstra piramidal.
Efek samping adalah sedasi dan inhibisi psimotor gangguan
otonomik yaitu mulut kering, kesulitan nuksi dan defekasi, hidunga
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okular meninggi dan
gangguan irama jantung.
Kontra indikasi, seperti penyakit hati, epilepsi, kelainan
jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit gangguan saraf dan
gangguan kesadaran.
c. Trihexyphenidyl (THP)
Indikasi adalah segala penyakit parkinsan, termasuk paska
ensephalistis dan idiopatik sindrom parkinson akibat obat misalnya,
reserpina dan senoliazyne. Mekanisme kerja sinergi dengan
kinidine, obat anti depresan trisiclin dan anti kolagenik lainnya.
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, pusing,
mual, muntah, bingung, konstipasi takhikardi, gagal ginjal, retensi
urin.
Kontra indikasi : hyper sensitif terhadap triheksyphendil,
glukoma sudut sempit, psikis berat psikoneurosis, hipertropi
prostat, obstruksi saluran cerna.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. MMPI (Minnesota Multphasic Personality Infentary) adalah suatu
bentuk pengujian oleh psikiater atau psikolog dengan menemukan
kepribadian seseorang yang terdiri dari pertanyaan benar atau
salah.
b. EEG (Electro Ensefalo Grafik) adalah suatu pemeriksaan untuk
membantu dalam membedakan etiologi fungsional dan organic
dalam kelainan status mental.
1) Pemeriksaan sinar X, untuk mengetahui apakah gangguan jiwa
disebabkan oleh struktur anatomi tubuh.
2) Pemeriksaan laboraturium, kromosom, darah berfungsi untuk
mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan oleh unsure genetik.
c. Prinsip keperawatan pada pasien Halusinasi
dalam memenuhi
kebutuhan.
4. Implementasi
Implementasi adalah pengololaan dan perwujudan dari rencana
penerapan yang telah disusun pada tahapan perencanaan. Pada diagnosa
gangguan sensori persepsi halusinasi disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan, yang terdiri dari strategi pelaksanaan untuk klien dan strategi
pelaksanaan untuk keluarga (Nurjannah, 2005 : hal 47).
5. Evaluasi