Vous êtes sur la page 1sur 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini penggunaan senyawa antioksidan berkembang dengan pesat
baik untuk makanan maupun pengobatan, seiring dengan makin bertambahnya
pengetahuan tentang aktivitas antiradikal bebas terhadap beberapa penyakit
degeneratif seperti atherosklerosis, kanker dan katarak (Langseth, 1995). Penyakit
degeneratif merupakan akibat stress oksidatif yang ditimbulkan karena
terakumulasinya radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas yang bersifat sangat
reaktif akan berinteraksi dengan organ-organ tubuh maupun sel-sel tertentu dan
menyebabkan sel tersebut menjadi tidak normal (Morteir et al., 1995 cit Suzery
dkk, 2004).
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mengandung satu atau lebih
elektron-elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Windono dkk,
2001).Radikal bebas dapat berasal dari polutan lingkungan, radiasi, zat-zat kimia,
racun, makanan cepat saji dan makanan yang digoreng pada suhu tinggi. Radikal
dapat menyebabkan penurunan sistem imunitas, perubahan ekspresi gen dan
mendorong pembentukan protein abnormal (Pourmorad et al., 2006). Selain itu,
radikal bebas juga terbentuk dalam tubuh akibat reaksi reduksi oksidasi oksigen

yang tidak sempurna (dalam sel aerobik) (Ramanujam, 2007) dan bersifat
merusak lemak dan karbohidrat (Halliwel et al., 1995 cit Jamilah dkk, 2005).
ROS (reactive oxygen species) merupakan gabungan dari radikal-radikal
bebas oksigen seperti O2-, OH- , RO2- dan RO- serta senyawa yang mengandung
oksigen tetapi tidak merupakan radikal misalnya HOCl, H2O2, O3, dan ONOO-.
Radikal-radikal bebas yang terbentuk ini akan bersifat memicu terbentuknya
radikal bebas berikutnya, sehingga pembentukannya di dalam tubuh harus
dihalangi atau dihambat dengan antioksidan (Halliwel et al., 1995 cit Jamilah dkk,
2005).
Secara alamiah tubuh manusia telah dilengkapi pertahanan antioksidan dari
enzim-enzim seperti katalase, superoksida dismutase (SOD), dan glutation
peroksidase.Namun demikian, antioksidan tersebut tidak dapat sepenuhnya
mencegah kerusakan sel. Sistem perbaikan atau pencegahan yang efisien oleh
antioksidan tetap berasal dari diet (makanan) (Kumalaningsih, 2006).
Antioksidan alami seperti tocopherol (vitamin E) banyak digunakan karena
aktivitas antioksidannya lebih aman dan memiliki efek samping merugikan lebih
kecil.Vitamin E bekerja memutus rantai radikal bebas melalui penangkapan
radikal bebas (Halliwel et al., 1995 cit Jamilah dkk, 2005). Namun aktivitas
vitamin E lebih rendah daripada antioksidan sintetik (Han et al., 2004) seperti
BHA (butylated hydroxy anisole) dan BHT (butylated hydroxy toluene) yang
diduga menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan (Pourmorad et al., 2006),

yaitu meningkatkan terjadinya karsinogenesis (Amarowiez et al., 2000 cit


Rohman dan Riyanto, 2004).
Oleh karena itu antioksidan sintetik tersebut perlu disubstitusi dengan
antioksidan alami yang lebih aman dan memiliki aktivitas tinggi.Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa beberapa tumbuhan dan buah - buahan terbukti
bermanfaat melindungi tubuh manusia terhadap bahaya radikal bebas.Hal ini
disebabkan karena adanya aktivitas antioksidan yang terdapat dalam tanaman
tersebut (Soong et al., 2004 cit Rohman dan Riyanto, 2006).Secara alami,
tumbuhan yang mengandung antioksidan tersebar pada berbagai bagian tumbuhan
seperti akar, batang, kulit, ranting, daun, buah, bunga dan biji.Umumnya
antioksidan tersebut termasuk golongan senyawa fenol seperti flavonoid
(Muchtaridi dkk, 2005).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan menjelaskan karakteristik dari daun kembang sepatu.
2. Mengetahui aktivitas antioksidan dalam daun kembang sepatu.

1.3 Batasan masalah


1. Mengetahui senyawa-senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan
dalam daun kembang sepatu
2. Membahas senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun kembang yang
memiliki aktivitas antioksidan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1

Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau

mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau
menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam
konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai didefinisikan sebagai senyawasenyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen
reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas inidapat berasal dari
metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya.Kondisi oksidasi dapat
menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker, penuaan, dan penyakit
lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa
golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut
banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki
kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak
ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan
karotenoid, EGCG, dan sebagainya. Selain itu, juga terdapat enzim yang
memiliki kemampuan sebagai antioksidan seperti Superoksida Dimustase

(SOD), katalase, ataupun glutation dismustase. Senyawa-senyawa ini


terkandung dalam makanan dan minuman, suplemen makanan atau farmasi,
ataupun kosmetik.

Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting


untuk mempertahankan mutu produk pangan. Berbagai kerusakan seperti
ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan
fisik lain pada produk pangan karena oksidasi dapat dihambat oleh
antioksidan ini.

Fungsi utama antioksidan adalah sebagai berikut :

1. Mencegah terjadinya penyakit degeneratif.

2. Mencegah atau menghambat proses penuaan dini.

3. Memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak.

4. Memperkecil terjadinya proses kerusakan bahan makanan.

5. Memperpanjang masa pemakaian suatu produk makanan.

6. Meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan.

Hal penting mengenai antioksidan

Antioksidan diharapkan aman dalam penggunaan atau tidak toksik,


efektif padakonsentrasi rendah (0,01-0,02%), tersedia dengan harga cukup
terjangkau, dan tahan terhadap proses pengolahan produk . Antioksidan
penting dalam melawan radikal bebas, tetapi dalam kapasitas berlebih
menyebabkan kerusakan sel.

Sumber antioksidan

Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas antioksigen yang berasal


dari dalamtubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen).Adakalanya sistem
antioksidan endogen tidak cukup mampu mengatasi stres oksidatif yang
berlebihan.Stres oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan
tidak cukup untuk memecah spesi oksigen reaktif.Oleh karena itu, diperlukan
antioksidan dari luar (eksogen) untuk mengatasinya.

Penggolongan Antioksidan berdasarkan sumbernya

Ada dua macam antioksidan berdasarkan sumbernya, yaitu antioksidan


alami dan antioksidan sintetik .

1. Antioksidan alami

Antioksidan alami biasanya lebih diminati, karena tingkat keamanan


yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan,
kesehatan dan kosmetik.Antioksidan alami dapat ditemukan pada sayuran,
buah-buahan, dan tumbuhan berkayu. Metabolitsekunder dalam tumbuhan
yang berasal dari golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin,
steroid/ triterpenoid.Quezada et al. (2004) menyatakan bahwa fraksi
alkaloid

pada

daun

Peumus

boldus

dapat

berperan

sebagai

antioksidan.Zin et al. (2002) menyatakan bahwa golongan senyawa yang


aktif sebagai antioksidan pada batang, buah, dan daun mengkudu berasal
dari golongan flavonoid. Gingseng yang berperan sebagai antioksidan,
antidiabetes, antihepatitis, antistres, dan antineoplastik, mengandung
saponin glikosida (steroid glikosida). Uji aktivitas antioksidan yang
dilakukan pada daun Ipomea pescaprae menunjukkan keberadaan
senyawa kuinon, kumarin, dan furanokumarin.Tanin yang banyak terdapat
pada teh dipercaya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Sementara
itu, Iwalokum et al.(2007)menyatakan bahwa Pleurotus ostreatus yang
mengandung triterpenoid, tanin, dan sterois glikosida dapat berperan
sebagai antioksidan dan antimikroba.

2. Antioksidan sintetik
Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang diperoleh dari
hasilsintesisreaksi kimia. Diantara beberapa contoh antioksidan sintetik

yang

diijinkanuntuk

makanan,

ada

empat

antioksidan

yang

penggunaannya meluas danmenyebar di seluruh dunia, yaitu Butil


Hidroksi Anisol (BHA), Butil HidroksiToluen (BHT), propil galat, TertButil Hidoksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan tersebut
merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secarasintesis untuk
tujuan komersial (Trilaksani, 2003).

Penggolongan Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi


antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau
mengubahnya menjadi produk yang stabil , dan antioksidan sekunder atau
antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju awal reaksi rantai serta
antioksidan tersier. Mekanisme kerja antioksidan selular menurut Ong et al.
(1995) antara lain, antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan,
radikal bebas, atau oksigen tunggal; mencegah pembentukan jenis oksigen
reaktif; mengubah jenis oksigen rekatif menjadi kurang toksik; mencegah
kemampuan oksigen reaktif; dan memperbaiki kerusakan yang timbul.

1. Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal
bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi
produk yang lebih stabil.

Contoh

enzim

superoksida

dimustase

(SOD),

katalase,

dan

glutationdimustase.
2. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta
mencegah terjadinya reaksi berantai.
Contoh :vitamin E, Vitamin C, dan -karoten.
3. Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan
yang disebabkan oleh radikal bebas.
Contoh : enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin
sulfoksidareduktase.

2.1.2. Pengertian radikal bebas dan pembentukannya


Radikal bebas merupakan suatu senyawa atau molekul yang
mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya.
Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut
sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat
elektron molekul yang berada di sekitarnya. Jika elektron yang terikat oleh
senyawa radikal bebas tersebut bersifat ionik, dampak yang timbul memang
tidak begitu berbahaya. Akan tetapi, bila elektron yang terikat radikal bebas
berasal dari senyawa yang berikatan kovalen, akan sangat berbahaya karena
ikatan digunakan secara bersama-sama pada orbital terluarnya. Umumnya,

senyawa yang memiliki ikatan kovalen adalah molekul-molekul besar


(biomakromolekul), seperti lipid, protein, maupun DNA.
Dalam tubuh kita terbentuk radikal bebas secara terus-menerus, baik
melalui proses metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi, dan
akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti polusi lingkungan,
ultraviolet (UV), asap rokok, dan lain-lain. Dari pernyataan ini dapat diyakini
bahwa dengan meningkatnya usia seseorang, pembentukan radikal bebas juga
makin meningkat. Secara endogenus, hal ini berkaitan dengan laju
metabolisme seiring bertambahnya usia. Bertambahnya glikolisis juga akan
menyebabkan peningkatan oksidasi glukosa dalam siklus asam sitrat sehingga
radikal bebas akan terbentuk lebih banyak. Secara eksogenus, kemungkinan
tubuh terpapar dengan polutan juga semakin tinggi, seiring dengan
meningkatnya umur seseorang. Kedua faktor tersebut secara sinergis
meningkatkan jumlahradikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas terbentuk melalui dua cara yaitu:
1. Secara endogen radikal bebas dihasilkan sebagai respon normal dari reaksi
biokimia dalam tubuh berupa hasil sampingan dari proses oksidasi sel
yang
belangsung pada saat metabolisme tubuh.
Beberapa radikal yang terdapat didalam tubuh manusia yaitu:

10

Hidroksi (OH), merupakan radikal bebas yang sangat reaktif yang


diproduksiolehsel-sel dalam netrofil dan monosit tubuh.
Nitrit Oksida (NO), dihasilkan dari sel endotelium vaskular.
Super Oksida (O2*), juga dihasilkan dari sel endotelium vaskular.

2. Secara eksogen radikal bebas dihasilkan dari beberapa polutan lingkungan


(emisi kendaraan bermotor dan industri, asap rokok, dan limbah ),
makanan, paparan zat kimia dan radiasi sinar UV yang masuk ke dalam
tubuh melalui jalan inhalasi (terhirup), mulut, dan penyerapan melalui
kulit.

Tahap-tahap reaksi radikal bebas didalam tubuh :


a. Tahap inisiasi, yaitu tahapan awal yang menyebabkan terbentuknya
radikalbebas.
RH R + H
DPPH H DPPH + H
b. Tahap propagasi, yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung
bertambah banyak dengan membuat reaksi berantai dengan molekul
lain.
R + O2 ROO
DPPH + RH R + ROOH
DPPHOO + DPPH DPPH + DPPHOOH

11

c. Tahap terminasi, yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas


dengan radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan senyawa
antioksidan sehingga membentuk produk yang non radikal.
R + R R:R
DPPH + DPPH Produk non radikal

3. Cara makanan yang mengandung antioksidan dalam mencegah terjadinya


reaksi berantai radikal bebas.
Dalam makanan terdapat senyawa antioksidan seperti flavonoid,
tokoferol,vitamin C, betakaroten, asam urat, billirubin dan albumin. Jika
terdapat radikal bebas maka senyawa antioksidan yang terdapat pada
makanan tersebut akan melakukan mekanisme pemutusan rantai reaksi
radikal dengan mendonorkan atom hidrogen secara cepat pada suatu lipid
yang radikal. Selain itu senyawa antioksidan yang terdapat dalam
makanan tersebut dapat menghilangkan penginisiasi oksigen maupun
nitrogen radikal atau bereaksi dengan komponen atau enzim yang
menginisiasi reaksi radikal, antara lain dengan menghambat enzim
pengoksidasi dan menginisiasi enzim pereduksi atau mereduksi oksigen
tanpa membentuk spesies radikal yang reaktif.

12

2.2 Tinjauan khusus


2.2.1. Delima
a. Klasifikasi
Divisi

: Spermatophyta

SubDivisi : Angiospermae

b.

Kelas

: Dicotyledonae

Bangsa

: Malvales

Suku

: Malvaceae

Marga

: Hibiscus

Jenis

: Hibiscus rosa-sinensis L. (Syamsuhidayat, 1991

Nama Daerah
Sumatera : Bungong roja (Aceh), Bunga-bunga (Batak Karo),
Soma-soma (Nias), Bekeju (Mentawai).
Jawa : Kembang sepatu (Betawi), Kembang Wera (Sunda),
Kembang Sepatu (Jawa Tengah), Bunga Rebong (Madura).
Bali : Waribang
Nusa Tenggara : Embuhanga (Sangir)
Sulawesi : Ulange (Gorontalo), Kulango (Buol), Bunga Cepatu
(Makasar), Bunga Bisu (Bugis).
Maluku : Ubu-ubu (Ternate), Bala Bunga (Tidore).

13

c. Deskripsi dan Morfologi Tumbuhan.


Merupakan

tanaman

perdu,

tahunan,

tumbuh

tegak

dan

mempunyai tinggi kurang lebih 3m. Batang berbentuk bulat,


berkayu, keras dan berdiameter kurang labih 9 cm, jika masih
muda batangnya berwarna ungu dan berwarna putih kotor setelah
tua. Daunnya tunggal, tepi daun beringgit, ujungnya runcing,
pangkal tumpul, mempunyai panjang 10-16 cm, lebarnya 5-11 cm,
daun berwarna hijau muda dan hijau (Syamsuhidayat, 1991).
Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh
kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis
kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika
merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang
dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari.
Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima
(Anonim, 2009). Termasuk bunga tunggal, bentuknya terompet,
terletak di ketiak daun, kelopaknya berbentuk lonceng, berbagi
lima, hijau kekuningan, mahkota terdiri dari lima belas sampai dua
puluh daun mahkota, merah muda, benang sari banyak, tangkai
sari merah, kepala sari kuning, putik bentuk tabung, dan bunga
berwarna merah. Buahnya kecil, lonjong, berdiameter kurang lebih
4 mm, jika masih muda berwarna putih dan jika sudah tua

14

berwarna coklat. Bentuk biji pipih dan berwarna putih. Akarnya


tunggang dan berwarna coklat muda (Syamsuhidayat, 1991).
d. Daerah distribusi, habitat dan budidaya.
Kembang sepatu adalah tanaman semak yang berasal dari Asia
Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis
dan subtropis. Bunganya besar, berwarna merah dan tidak berbau.
Bunga dari berbagai kultivar dan hibrida bisa berupa bunga
tunggal (daun mahkota selapis) atau bunga ganda (daun mahkota
berlapis) yang berwarna putih hingga kuning, oranye hingga merah
tua atau merah jambu (Anonim, 2009a). Tanaman ini tumbuh pada
ketinggian 1000-800 m di atas permukaan laut. Dengan curah
hujan tahunan 1000 mm/ tahun. Suhu udara lingkungan berkisar
24-27C, dengan kelembaban sedang dan penyinaran tinggi.
Syarat tekstur tanah lempung berpasir, liat berpasir, dengan
kedalaman air tanah di atas 50 cm dari permukaan tanah. Tanaman
ini diperbanyak dengan stek dan cangkok. Penanaman dilakukan
dengan membuat lubang 30 cm x 30 cm x 30 cm, dengan jarak
tanam 3 m x 3 m (Santoso, 1998).
e. Kandungan kimia
Daun, bunga dan akar bunga kembang sepatu mengandung
flavonoida. Di samping itu daunnya juga mengandung saponin dan
polifenol, bunga mengandung polifenol (Syamsuhidayat, 1991).

15

Secara

khusus,

daunnya

mengandung

tarakseril

asetat

(Widjayakusuma dkk., 1994), beta karoten (Duke, 2008).


Kembang sepatu mengandung tarakseril asetat, -sitosterol,
kampesterol, stigmasterol, kolesterol, ergosterol, lipid, sitrat, asam
tartrat, asam oksalat, fruktosa, glukosa, sukrosa, hibiscetin,
sianidin dan glikosida sianidin, alkana (Kardono dkk., 2003),
kuersetin

(Duke,

(Syamsuhidayat

2008).
&

Bunganya

Hutapea,

1991),

mengandung
diglukosida

polifenol
sianidin

(Widjayakusuma dkk., 1994), asam askorbat, fosfor, kalsium, besi,


lemak, serat, niasin, riboflavin, tiamin, dan air (Duke, 2008),
Puckhaber dkk. (2002) melaporkan kandungan aglikon flavonoid
utama dalam bunga kembang sepatu segar, yaitu kuersetin dan
sianidin. Akarnya mengandung tanin dan saponin (Syamsuhidayat,
1991). Ekstrak etanolik bunga kembang sepatu mengandung
alkaloid (Septyna,2009).
f.

Khasiat
Daun bunga kembang sepatu berkhasiat sebagai obat demam pada
anak-anak, obat batuk dan obat sariawan. Untuk obat demam pada
anak-anak dipakai kurang lebih 25 gram daun segar ditambah
dengan air dua sendok makan, ditumbuk sampai lumat, kemudian
dibalurkan pada bagian dada punggung dan leher (Syamsuhidayat,
1991).

16

Sebagai ekspektoran, emollients, mengeluarkan lendir sebagai obat


bronchitis, obat gonore dan sariawan (Sastromidjojo, 2001).
Bagian bunga dimanfaatkan untuk peluruh dahak, penurun panas,
dan pelembut kulit (Anonim, 1985), mimisan, disentri, infeksi
saluran kencing, haid tidak teratur (Widjayakusuma dkk., 1994).
Bunga kembang sepatu merah yang direbus dalam santan serta
dibubuhi gula merupakan obat batuk. Resep ini digunakan di
Yogyakarta dan Surakarta (Heyne, 1950). Ekstrak etanolik bunga
kembang

sepatu

mampu

menghambat

pertumbuhan

Mycobacterium tuberculosis yang sensitif dan resisten (Gartinah


dkk., 2004). Ekstrak etanolik daun kembang sepatu mampu
menghambat

pertumbuhan

Candida

albicans

(Skarayadi

dkk.,2004). Gauthaman dkk. (2006) melaporkan khasiat bunga


kembang sepatu dalam meningkatkan senyawa antioksidan
endogen miokardial, sehingga berefek kardioprotektif. Ekstrak
etanolik akar kembang sepatu mempunyai aktivitas sebagai
antiimplantasi (Vasudeva & Sharma, 2008). Ekstrak petroleum
eter, hidroalkohol, dan kloroform bunga kembang sepatu mampu
menurunkan tekanan darah (Siddiqui dkk., 2006).

17

2.2.2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan
pelarut cair. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak.
Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental, dan cair,
dibuat dari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai.
Macam-macam metode ekstraksi :
1. Ekstraksi cara dingin
a. Metode Maserasi
Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerar, yang
artinya merendam. Merupakan proses paling tepat dimana
obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam
menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel,
sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut.
Dalam proses maserasi, obat yang akan diekstraksi biasanya
ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar,
bersama menstruum yang telah ditetapkan, bejana ditutup
rapat, dan isinya dikocok berulang-ulang lamanya biasanya
berkisar dari 2 14 hari. Pengocokan memungkinkan pelarut
segar mengalir berulang- ulang masuk ke seluruh permukaan
dari obat yang sudah halus. Cara lain untuk pengocokan yang
berulang- ulang ini dengan menempatkan obat dalam kantung

18

kain yang berpori yang diikat dan digantungkan pada bagian


atas menstruum, banyak persamaannya dengan kantung teh
yang digantungkan dalam air pada pembuatan secangkir teh.
Begitu zat-zat yang mudah larut, melarut dalam menstruum, ia
cenderung untuk turun ke dasar bejana karena meningkatkan
khususnya gaya berat dari cairan, yang disebabkan oleh
penambahan berat. Kemudian menstruum yang segar naik ke
permukaan dan proses ini berlanjut secara siklis. Pencelupan
kantung obat kerap kali akan membantu kecepatan dari
ekstraksi. Ekstrak akan dipisahkan dari ampasnyadengan
memeras kantung obat dan membilasnya dengan penambahan
menstruum baru, hasil pencucian merupakan tambahan ekstrak.
Apabila maserasi dilakukan dengan obat yang tidak dalam
kantung, ampasnya dapat dipisahkan dengan menapis dan/ atau
menyaring di mana ampas yang telah dibilas bebas dari ekstrak
dengan penambahan menstruum melalui ayakan atau saringan
ke dalam seluruh ekstrak dalam wadahnya. Untuk obat
obatan yang mengandung sedikit atau tidak sama sekali bahan
seperti benzoe, aloe, tolu dan stiraks, yang hampir seluruhnya
melarut dalam menstruum, maserasi merupakan metode yang
baik untuk ekstraksi. Maserasi biasanya dilakukan pada
temperatur 15 - 20C dalam waktu selama 3 hari sampai

19

bahan-bahan yang larut, melarut ( Ansel, H. C. 1989 ).


Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana dan
tidak banyak energi yang diperlukan. Sedang kerugiannya
antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak
dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur
keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
b. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Kecuali dinyatakan lain cara perkolasi adalah sebagai
berikut :
Sepuluh bagian simplisia atau campuran simplisia dengan
derajat halus yang cocok dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5
bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana
tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Masa dipindahkan
sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali
ditekan hati-hati, dituangi dengan cairan penyari secukupnya
sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih
terdapat selapi cairan penyari.
Lalu perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam.
Kemudian kran dibukadan dibiarkan cairan penyari menetes

20

dengan kecepatan I ml per menit, cairan penyari berulangulang ditambahkan secukupnya hingga selalu terdapat selapis
cairan

penyari

secukupnya

diatas

simplisia.

Perkolasi

diteruskan sampai 500 mg perkolat yng keluar terakhir


diuapkan, tidak meninggalkan sisa.
Perkolat kemudian disuling atau diuapkan dengan tekanan
rendah pada suhu tidak lebih 50C hingga konsentrasi yang
dikehendaki. Pada pembuatan ekstrak cair, 0.8 bagian perkolat
pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga 0.2
bagian dan selanjutnya dicampur dengan perkolat pertama.
Pembuatan ekstrak cair dengan etanol dapat dilakukan dengan
cara reperkolasi tanpa penggunaan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air dihangatkan segera
pada suhu lebih kurang 90C, dienapkan dan diserkai, serkaian
diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50C
hingga bobot sama dengan bobot simplisia yang digunakan.
Dienapkan di tempat yang sejuk selama 24 jam, diserkai,
diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50C
hingga konsistensi yang dikehendaki.
Pemanasan 90 dimaksudkan agar zat putih telur mengendap
dan disaring agar ekstrak tidak lekas busuk. Hasil akhir ekstrak
cair dengan penyari etanol harus dibiarkan di tempat sejuk

21

selama 1 bulan, kemudian disaring sambil mencegah


penguapan ( Anief, M. 2005 ). Kelemahan perkolasi adalah
diperlukan banyak pelarut dan waktu yang lama sedangkan
substansi yang didapat relatif tidak banyak.

Keuntungan

adalah tidak diperlukannya pemanasan, sehingga teknik ini


baik untuk substansi termolabil (yang tidak tahan terhadap
panas).
2. Ekstraksi cara panas
a. Metode Refluks
Refluks merupakan cara penyarian dengan pelarut organik
yang

menggunakan

panas.

Refluks

dilakukan

dengan

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari didalam labu


bundar. Dengan pemanasan proses penyariannya akan lebih
cepat dan dengan adanya kondensor akan dapat mendestilasi
penyari, seolah-olah ditambahkan pelarut baru kedalam sistem
tersebut, sehingga dapat menarik lebih banyak senyawa aktif
dari simplisia. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan
untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur
kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah
membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.

22

b. Metode Soxhletasi
Soxhletasi

merupakan

berkesinambungan,

penyarian

cairan

penyari

simplisia
dipanaskan

secara
sehingga

menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekulmolekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam
labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :

Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang


lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara
langsung.

Digunakan pelarut yang lebih sedikit

Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini :

Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul


pada

wadah

dipanaskan

di

sebelah

sehingga

bawah

dapat

terus-menerus

menyebabkan

reaksi

peruraian oleh panas.

Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan


melampaui
sehingga

kelarutannya
dapat

23

dalam

mengendap

pelarut

dalam

tertentu

wadah

dan

membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk


melarutkannya.

Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok


untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang
terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh
alat yang berada di bawah komdensor perlu berada
pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut


murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat
digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang
diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair
di dalam wadah.

c. Metode Destilasi Uap


Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi
minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari
simplisia

yang

mengandung

24

minyak

menguap

atau

mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih


tinggi pada tekanan udara normal.
d. Metode Infundasi
Infusa merupakan proses ekstraksi dengan menyari sampel
(khususnya simplisia) dengan air pada suhu 90C selama 15
menit. Sedangkan dekok hampir sama dengan infus hanya
waktunya 30 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan
sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini
tidak boleh disimpan pada suhu kamar lebih dari 24 jam.
2.2.3. Metode DPPH
Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas
antioksidan adalah metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada
kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan
mendonorkan atom hidrogen. Penurunan absorbansi DPPH dari warna
ungu ke kuning diukur pada 517 nm menurut reaksi :
(DPPH) + (HA) DPPHH + (A)
Ungu

Kuning

H-A adalah senyawa antioksidan yang akan diuji.

25

Senyawa antioksidan akan menyumbangkan atom hidrogennya


kepada radikal DPPHagar menjadi stabil (Rohman dan Riyanto,
2004). Ketika larutan DPPH dicampur dengan senyawa yang dapat
mendonorkan atom hidrogen, maka warna ungu dari larutan akan
hilang seiring dengan tereduksinya DPPH. Uji aktivitas antioksidan
dengan menggunakan metode ini berdasarkan dari hilangnya warna
ungu akibat tereduksinya DPPH oleh antioksidan. Intensitas warna
dari larutan uji diukur melalui spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang sekitar 517 nm. Hasil dari uji ini diinterpretasikan sebagai
IC50, yaitu jumlah antioksidan yang diperlukan untuk menurunkan
konsentrasi awal DPPH sebesar 50%.
Pada metode ini tidak diperlukan substrat sehingga memiliki
keuntungan, yaitu lebih sederhana dan waktu analisis yang lebih cepat.
Metode ini menggunakan kontrol positif sebagai pembanding untuk
mengetahui aktivitas antioksidan sampel. Kontrol positif ini dapat
berupa tokoferol, BHT, dan vitamin C. Uji aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidra-zil
(DPPH) sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan
hidrogen oleh DPPH dari senyawa antioksidan, misalnya troloks, yang
mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin. Pemilihan metode

26

ini karena pelaksanaannya mudah, sederhana, cepat, peka serta hanya


membutuhkan sedikit pereaksi DPPH dan sampel (Hanani dkk, 2005).
2.2.4. Spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometer adalah alat untuk menukur transmitan atau
absorban

suatu

sampel

sebagai

fungsi

panjang

gelombang.

Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika


serta sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana detector dapat mengukur
intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang
diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang
terbentuk.
Gambar 1 Spektrofotometer UV-Vis beserta perangkatnya

Spektrofotometri

UV-Vis

merupakan

gabungan

antara

spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah


sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber
cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar ultra
violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat
dalam larutan tersebut. Warna yang diserap oleh suatu senyawa
merupakan warna komplementer dari warna yang teramati. Beberapa

27

warna yang diamati dan warna komplementernya terdapat pada tabel


berikut ini :
Panjang gelombang Warna terlihat

Warna
komplementer

<400

Ultraviolet

400-450

Violet

Kuning

450-490

Biru

Jingga

490-550

Hijau

Merah

550-580

Kuning

Ungu

580-650

Jingga

Biru

650-700

Merah

Hijau

>700

Inframerah
3. Tabel 1 Spektrum Warna

Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua berkas oleh
cermin yang berputar pada bagian dalam spektrofotometer. Berkas
pertama akan melewati kuvet berisi blanko, sementara berkas kedua
akan melewati kuvet berisi sampel. Blanko dan sampel akan diperiksa
secara bersamaan. Adanya blanko, berguna untuk menstabilkan
absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya.

28

A. Prinsip kerja
Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer.
Apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan),
maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan
dan sebagian lagi akan dipancarkan.
B. Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis
1. Sumber cahaya
Sumber

cahaya

pada

spektrofotometer

harus

memiliki

panacaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber


cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
a. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah
tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar
biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm.
Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya
memiliki waktu 1000jam pemakaian.

Gambar 2 Lampu Tungsten (Wolfram)


b. Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm.
Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk

29

mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki


waktu 500 jam pemakaian.
Gambar 3 Lampu Deuterium

2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya
polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan
komponen

panjang

gelombang

tertentu.

Bagian-bagian

monokromator, yaitu :
a. Prisma
Gambar 4 Prisma

Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik


sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik
dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Gambar 5 Kisi Difraksi
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses
spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata,
dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih
baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh
jangkauan spektrum.

30

c. Celah optis
Celah

ini

digunakan

untuk

mengarahkan

sinar

monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi.


Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi
akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh
panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga
cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang
sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
3. Kompartemen sampel
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya
kuvet. kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh
sampel yang akan dianalisis. Pada spektrofotometer double
beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan sebagai
tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan
untuk menaruh blanko. Sementara pada spektrofotometer
single beam, hanya terdapat satu kuvet.
Gambar 6 Kuvet plexiglass
Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai
berikut :
a. Permukaannya harus sejajar secara optis

31

b. Tidak

berwarna

sehingga

semua

cahaya

dapat

di

transmisikan.
c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia.
d. Tidak rapuh.
e. Bentuknya sederhana
Gambar 7 Kuvet Kuarsa
Terdapat

berbagai

jenis

dan

bentuk

kuvet

pada

spektrofotometer. Umumnya pada pengukuran di daerah


UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa atau
plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv,
sehingga tidak digunakan pada saat pengukuran di daerah
UV. Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan
daerah panjang gelombang yang digunakan. Gunanya agar
dapat melewatkan daerah panjang gelombang yang
digunakan.
UV : fused silika, kuarsa
Visible : gelas biasa, silika atau plastik
IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion
Bahan

Panjang gelombang

Silika

150-3000

Gelas

375-2000

32

Plastik

380-800
Tabel 2 Bahan Kuvet Sesuai Panjang Gelombang

4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan.
Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier
dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angkaangka pada reader (komputer). Terdapat beberapa jenis
detector pada spektrofotometer :
Jenis detector

range (nm)

Sifat pengukuran Penggunaan

Phototube

150 1000

arus listrik UV

Photomultiplier

150 1000

arus listrik UV/Vis

Solid state

350 3000

Thermocouple

600 20.000

arus listrik IR

Thermistor

600 20.000

hambatan listrik IR

Tabel 3 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang

6. Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah :

33

Mempunyai kepekaan tinggi.

Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.

Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa


radiasi.

Sinyal listrik yang dihasilkan harus sebanding


dengan tenaga radiasi.

7.

Visual display
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya
isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan
maupun Absorbansi.

C. Prosedur Kerja
Gambar 8 Diagram kerja spektrofotometer
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada
fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya
polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkasberkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan
pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi
tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi)
dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini

34

kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan


menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang
diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan
konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan
diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.
D. Cara Perawatan dan Penyimpanan Alat
1. Sebelum digunakan, biarkan mesin warming-up selama 15-20
menit.
2. Spektrofotometer sebisa mungkin tidak terpapar sinar matahari
langsung, karena cahaya dari matahari akan dapat mengganggu
pengukuran.
3. Simpan spektrofotometer di dalam ruangan yang suhunya
stabil dan diatas meja yang permanen.
4. Pastikan kompartemen sampel bersih dari bekas sampel.
5. Saat memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering.
8. 6.

Lakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban

secara teratur.
9.
10. E. Hal-hal yang harus diperhatikan
11. 1.

Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna

12. Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan


yang tidak berwarna, maka larutan tersebut harus diubah

35

terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali


apabila diukur dengan menggunakan lampu UV.
13. 2.

Panjang gelombang maksimum

14. Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang


gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini
dikarenakan

pada

panajgn

kepekaannya

juga

maksimal

gelombang
karena

maksimal,

pada

panjang

gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap


satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu
disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk
kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer
dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang,
tingkat kesalahannya akan kecil sekali.
15.
16. 3.

Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban

17. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas


cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal
ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang
diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa
yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi

36

panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer


agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.
18.
19. F.
20. 1.

Kelebihan Spektrofotometer
Penggunaannya luas. Dapat digunakan untuk

senyawa organic, anorganik dan biokimia yang diabsorbsi


pada daerah ultraviolet maupun daerah tampak
21. 2.

Sensitivitasnya

tinggi.

Batas

deteksi

untuk

mengabsorbsi dapat diperpanjang menjadi 10-6 sampai 107M


22. 3.

Selektivitasnya tinggi

23. 4.

Ketelitiannya baik

24. 5.

Pengukurannya mudah, dengan kinerja yang cepat

37

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pembahasan

Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah salah satu buah


asli negara tropik yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Manggis di luar negeri dikenal sebagai Queen of Fruits dan The Finest

38

Fruit of Tropis , karena memiliki keistimewaan dari warna kulit, daging


buah dan mempunyai rasa yang unik yaitu manis, asam serta menyegarkan.
Selain itu, manggis juga memiliki nilai gizi yang tinggi.Salah satu nilai
gizinya adalah sebagai sumber vitamin dan mineral yang sangat bermanfaat
bagi tubuh manusia.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan kulit buah manggis kaya akan
antioksidan, terutama antosianin, xanthone, tanin, dan asam fenolat.
Antioksidan yang unik dengan kadar tinggi pada kulit buah manggis adalah
senyawa xanthone. Turunan senyawa xanthone yang sudah diidentifikasi ada
14 jenis, dan senyawa yang paling banyak pada kulit buah manggis adalah
alfa-mangostin. Selain mengandung antioksidan tetapi ada hasil penelitian
terbaru di Jepang menunjukkan, ekstrak kulit buah manggis yang
mengandung lebih dari 90% xanthone (campuran alfa-mangostin 80-90% dan
gama-mangostin 5-10%) mampu berperan dalam mengobati kanker dan
direkomendasikan sebagai pendamping dalam pengobatan kanker (cancer
therapeutic).
Pemanfaatan manggis, terutama kulit buah manggis untuk konsumsi
(produk pangan atau pengobatan) harus dilakukan secara hati-hati. kulit buah
manggis mengandung kadar resin, tanin, serat kasar, dan komponen lainnya
yang tidak dapat dicerna tubuh pada kadar tinggi. Beberapa kasus dapat
muncul akibat mengonsumsi kulit buah manggis dalam bentuk tepung tanpa

39

perlakuan yang baik, seperti gangguan pada ginjal dan usus serta beberapa
organ tubuh lainnya.
Kandungan antioksidan yang berada dalam kulit buah manggis dapat
di uji aktivitasnya menggunakan metode DPPH. Metode DPPH (2,2-diphenyl1-picrylhydrazyl) adalah senyawa radikal bebas yang dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu senyawa sebagai antioksidan atau antiradikal
bebas dengan melihat persentase peredaman dengan alat spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm.
DPPH merupakan senyawa yang stabil dan hanya bisa diredam oleh
antioksidan yang bisa memberikan atom hidrogen.Karena itu, semakin banyak
gugus hidroksil, semakin tinggi kemampuan suatu senyawa untuk meredam
DPPH, semakin tinggi pula kemampuan senyawa tersebut sebagai antioksidan
atau antiradikal bebas (Ozcelik, et. al., 2000).Tingginya kemampuan suatu
senyawa sebagai antioksidan, dinyatakan dengan IC50 pada konsentrasi
kurang dari 1000 ppm.
Jika solusi DPPH dicampur dengan substansi yang dapat memberikan
ion hidrogen, dan kemudian hal ini meningkatkan jumlah bentuk tereduksi
dengan hilangnya warna ungu. Apabila DPPH disebut dengan Z* dan donor
molekul adalah AH, maka reaksi utamanya adalah sebagai berikut :
Z* + AH ZH + A*
Dimana ZH adalah bentuk tereduksi dan A* adalah radikal bebas yang
dihasilkan pada tahap pertama ini. Radikal ini kemudian akan mengalami

40

reaksi selanjutnya yang mengendalikan stoikiometri keseluruhan, itulah


jumlah molekul DPPH yang tereduksi oleh satu molekul reduktan.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka, ternyata kulit buah manggis


mengandung banyak antioksidan, diantaranya yaitu antosianin, xanthone,

41

tanin, dan asam fenolat. Antioksidan juga berfungsi untuk mencegah


terjadinya penyakit degeneratif, mencegah atau menghambat proses penuaan
dini, memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak,
memperkecil terjadinya proses kerusakan bahan makanan, memperpanjang
masa pemakaian suatu produk makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang
terkandung dalam makanan.
Untuk menguji adanya aktivitas antioksidan bisa digunakan metode
DPPH, yaitu didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat
radikal bebas dengan mendonorkanatom hidrogen. Perubahan warna ungu
DPPH menjadi ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas
senyawa antioksidan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinna Sofia. 2005. Antioksidan dan Radikal Bebas. Majalah ACID FMIPA
Universitas Lampung Edisis III/Tahun V/Mei 2005, ISSN: 1410-1858.
Lampung.
2. Fesenden dan Fesenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
3. Pikiran Rakyat Online. 2008. Antioksidan, Zat Ajaib Antipenuaan Dini.
Terdapat dalam Situs Web (www.JawaBali.com).

42

4.

Antioksidan. 2012. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan


tanggal 15 Juni 2012.

5. Winarsi, Dr. Hery, M.S. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. pp. 13-15, 77-81.
6. Apa

sih

antioksidan

itu?.

2012.

Diakses

dari

http://www.blogdokter.net/2008/10/28/antioksidan/tanggal 15 Juni 2012


7. Antioksidan dan radikal bebas. 2012. Diakses dari http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/berita/antioksidan_dan_radikal_bebas/ tanggal 15 Juni
2012
8. Berbagai

khasiat

kulit

buah

manggis.

2012.

Diakses

dari

http://www.smallcrab.com/kesehatan/857-berbagai-khasiat-kulit-buahmanggis.
Tanggal 5 juli 2012.
9. Khasiat

kulit

buah

manggis.2012.

Diakses

dari

http://ulatmedia.blogspot.com/2012/05/khasiat-kulit-buah-manggis.html.
Tanggal 5 juli 2012.
10. http://www.scribd.com/doc/74226524/04530016. Diakses tanggal 18 juni
2012.
11. Manggis. 2012. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Manggis tanggal 5
Juli 2012

43

12. Antolovich, Michael, Paul D. Prenzler, Emilios Patsalides, Suzanne


McDonald, Kevin Robards. 2002. Methods for Testing Antioxidant Activity.
Analyst. 127: 183-198.
13. Molyneux, Philip. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin J. Sci.
Technol. 26(2): 211-219.

44

Vous aimerez peut-être aussi