Vous êtes sur la page 1sur 118

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA


DI DESA DUKUHWALUH KECAMATAN KEMBARAN
KABUPATEN BANYUMAS

SKRIPSI

Oleh:
RETNO DYAH PALUPI
G1D010027

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2014

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA
DI DESA DUKUHWALUH KECAMATAN KEMBARAN
KABUPATEN BANYUMAS

SKRIPSI

Oleh:
RETNO DYAH PALUPI
G1D010027

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2014

HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillaahirabbilaalamiin...puji syukur kehadirat-Mu ya Allah,
Telah kuselesaikan skripsiku dengan lancar.
Perkenankanlah aku persembahkan karya ini untuk:
Orang tuaku: Bapak Sutino, S.Sos., M.A. dan Ibu Kustari, S.Pd. SD.
Kakakku: Indah Eka Kurniati, S.P. dan Rani Arista Jati, S.E.
Keponakanku: Goldy
Saudara-saudaraku: Ipeh dan Fifi
Seluruh keluarga besarku
Teman-teman keperawatan 2010:
Sidra, Tia, Venny, Nana, Risya, Meta (terima kasih atas bantuan kalian dalam
penyusunan skripsi ini)
Indah, Dinna, Totoh, Hanif, dan semua temen-temen angkatan 2010 yang
ngga bisa aku sebutin satu-persatu, terima kasih atas dukungan dan doa kalian
dan terima kasih atas kebersamaan kita selama ini...
Pembimbingku dan pengujiku: Ibu Haryatiningsih Purwandari, S.Kep., Ns.,
M.Kep., Sp. Kep. An. dan Ibu Acik Yuli Purwanti, S.Kep., Ns. serta Ibu
Dian Ramawati, S.Kep., Ns., M.Kep., terima kasih atas segala bantuan,
saran, masukan, dan motivasi yang ibu berikan. Tanpa semua itu, karya ini tidak
akan pernah tercipta...
Ibu kader posyandu dan seluruh warga Desa Dukuhwaluh
Teman-teman KKN Pliken 2013: Siti, Mayang, Widya, Lia, Oda, Helmi,
Fian, Glo, Yahya
Semua yang mengenalku, terutama orang-orang yang sudah banyak berjasa
padaku, terima kasih atas bantuan dan doa kalian semua...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Retno Dyah Palupi

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 10 Maret 1993


Alamat

: Jalan Gunung Muria 34 RT. 3/8 Grendeng, Purwokerto


Utara, 53122

Agama

: Islam

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 5 Grendeng, Lulus Tahun 2004


2. SMP Negeri 9 Purwokerto, Lulus Tahun 2007
3. SMA Negeri 5 Purwokerto, Lulus Tahun 2010
4. Mahasiswa FKIK, Jurusan Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Tahun angkatan 2010-sekarang

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Status Gizi Baik Dan Gizi Kurang Pada Balita Di Desa Dukuhwaluh
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1.

Dr. Warsinah, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

2.

Dr. Saryono, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas


Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

3.

Haryatiningsih Purwandari, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep. An., selaku dosen
pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan
petunjuk dalam penulisan karya ilmiah ini.

4.

Acik Yuli Purwanti, S.Kep., Ns., selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam penulisan
karya ilmiah ini.

5.

Dian Ramawati, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen penguji yang telah
berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan skripsi ini.

6.

Bapak, ibu, kakak serta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat
dan motivasi serta doa selama proses penulisan karya ilmiah ini.

7.

Teman-teman keperawatan angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan


dan bantuan dalam proses penulisan karya tulis ini.

8.

Seluruh pihak Posyandu Desa Dukuhwaluh yang telah memberikan ijin dan
membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini.

9.

Ibu balita Posyandu Desa Dukuhwaluh yang bersedia menjadi responden


dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan
moral maupun material dalam penulisan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan
penelitian ilmiah ini, oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi hasil yang lebih baik. Semoga penelitian ini mendapat ridho
dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Purwokerto,

Februari 2014

Retno Dyah Palupi


G1D010027

ABSTRAK
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Baik Dan Gizi
Kurang Pada Balita Di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas
Retno Dyah Palupi1, Haryatiningsih Purwandari2, Acik Yuli Purwanti3
1

Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan,


Universitas Jenderal Soedirman
2
Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Jenderal Soedirman
3
RSUD Banyumas

Latar belakang: Balita merupakan salah satu kelompok usia rawan terhadap
masalah gizi, khususnya gizi kurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi status
gizi antara lain tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,
pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit infeksi. Faktor-faktor tersebut berisiko
untuk menyebabkan balita mengalami gizi kurang.
Tujuan: Mengidentifikasi faktor yang paling dominan mempengaruhi status gizi
baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran,
Kabupaten Banyumas.
Metode: Jenis penelitian ini adalah analitic correlational dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu balita gizi
kurang sebesar 24 dan ibu balita gizi baik sebesar 24 yang diambil dengan teknik
quota sampling. Analisis yang digunakan yaitu univariat dengan distribusi
frekuensi, bivariat dengan Chi-square dan Fisher, dan analisis multivariat dengan
regresi logistik.
Hasil: Hasil analisis hubungan pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan,
infeksi dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita didapatkan nilai p
(0,077); (1.000); (0,026); (0,770); (0,489). Analisis regresi logistik menunjukkan
faktor yang paling dominan mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada
balita adalah pendapatan keluarga dengan nilai p sebesar 0,016 dan OR sebesar
5,923.
Kesimpulan: Pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang balita.
Kata kunci: analisis faktor, balita, status gizi.

ABSTRACT
Analysis Factors Related to Good Nutrition Status and Malnutrition of
Under-five Years Old Children at Dukuhwaluh Village,
Kembaran Sub-District, Banyumas Regency
Retno Dyah Palupi1, Haryatiningsih Purwandari2, Acik Yuli Purwanti3
1

Student, Nursing Science Program, Medicine and Health Sciences,


Jenderal Soedirman University
2
Nursing Science Program, Medicine and Health Sciences,
Jenderal Soedirman University
3
Banyumas Hospital

Background: Under-five years old children is one age group have a high risk to
nutritional problems, specifically malnutrition. Factors that affect the nutritional
status include the mothers education level, mothers occupation, family income,
mothers knowledge of nutrition, and infectious diseases. These factors lead to
under-five years old children at risk for malnutrition.
Objectives: To identify the dominant factor related to good nutrition status and
malnutrition of under-five years old children at Dukuhwaluh Village, Kembaran
Sub-District, Banyumas Regency.
Method: The method of this study was analytic correlation using cross sectional
approach. Twenty four mothers of malnutrition under-five years old children and
24 mothers of good-nutrition under-five years old children who were taken by
quota sampling technique. Chi square, fisher and logistic regression used to
analysis in this study.
Results: Bivariate analysis showed the mothers education level, mothers
occupation, family income, mothers knowledge of nutrition, and infectious
diseases have p value (0,077); (1,000); (0,026); (0,770); (0,489) respectively.
Logistic regression analysis showed the family income have p-value (0,016) and
OR (5,923).
Conclusion: Family income was a dominant factor related to good nutrition status
and malnutrition of under-five years old children.
Key words: analysis factors, nutritional status, under-five years old children.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. .

HALAMAN PENGESAHAN ....

ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ....

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................

PRAKATA .

vi

ABSTRAK......................................................................................................

viii

ABSTRACK ...................................................................................................

ix

DAFTAR ISI ..

DAFTAR TABEL .

xii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .

xiv

BAB I PENDAHULUAN ..

A. Latar Belakang ........................

B. Rumusan Masalah ..........

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian ..

E. Keaslian Penelitian..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

15

A. Landasan Teori ..

15

1. Status Gizi.......................................................................................

15

2. Balita ..............................................................................................

20

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita...................

21

B. Kerangka Teori .

28

C. Kerangka Konsep ..

29

D. Hipotesis Penelitian ...

30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..

32

A. Desain Penelitian

32

B. Populasi dan Sampel Penelitian .

32

C. Variabel Penelitian .

33

D. Definisi Operasional ..

34

E. Instrumen Penelitian ..

35

F. Validitas dan Reliabilitas ...

36

G. Teknik Pengumpulan Data .........

40

H. Pengolahan dan Analisis Data ....

42

I. Etika Penelitian ...

44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................

47

A. Hasil Penelitian ...................................................................................

47

B. Pembahasan ........................................................................................

54

C. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian.............................................

65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................

66

A. Kesimpulan..........................................................................................

66

B. Saran....................................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel
2.1

Halaman
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Anak Umur 0-60 Bulan ..............

18

3.1

Definisi Operasional..............................................................................

35

3.2

Kisi-kisi Kuesioner Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status


Gizi Baik dan Gizi Kurang Balita .........................................................

4.1

36

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu, pekerjaan


ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit
infeksi di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas, 2014 (n= 48) .......................................................................

47

4.2

Hasil Analisis Bivariat ..........................................................................

50

4.3

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik .........................................

53

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Kerangka Teori.........................................................................................

29

2.2 Kerangka Konsep.....................................................................................

30

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Jadwal penelitian

Lampiran 2.

Surat ijin validitas dan penelitian dari Kesbang Polingmas


Kabupaten Banyumas

Lampiran 3.

Surat ijin validitas dan penelitian dari BAPPEDA Kabupaten


Banyumas

Lampiran 4.

Lembar bimbingan konsultasi skripsi

Lampiran 5.

Lembar Permohonan menjadi Responden

Lampiran 4.

Lembar Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 5.

Lembar Kuesioner

Lampiran 8.

Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan tentang


gizi

Lampiran 9.

Data balita

Lampiran 10. Data responden


Lampiran 11. Data pengetahuan ibu tentang gizi
Lampiran 12. Tes normalitas data pengetahuan ibu tentang gizi
Lampiran 13. Analisis univariat
Lampiran 14. Analisis bivariat
Lampiran 15. Analisis multivariat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya yang ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Dalam

rangka

mencapai

tujuan

tersebut,

pembangunan

kesehatan

dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis

sesuai

pentahapannya (Depkes RI, 2009). Salah satu cara meningkatkan derajat


kesehatan yaitu dengan memperbaiki status gizi masyarakat khususnya pada
balita yang merupakan kelompok usia rawan terhadap masalah gizi
(Sediaoetama, 2000).
Permasalahan gizi merupakan masalah nasional yang harus segera
ditangani. Permasalahan gizi utama di Indonesia dan di negara berkembang
antara lain kurang energi protein (KEP), anemia besi, gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY), kurang vitamin A (KVA), dan masalah
obesitas. Masalah gizi lainnya yaitu masalah gizi mikro seperti defisiensi
zink, namun sampai saat ini belum terungkap karena keterbatasan iptek gizi
(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
Status gizi merupakan keadaan yang dapat menggambarkan gizi
seseorang apakah tergolong gizi baik, gizi kurang, gizi buruk, atau gizi lebih.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan prevalensi status

gizi balita (BB/U) di Indonesia yaitu gizi buruk sebesar 4,9%, gizi kurang
sebesar 13%, gizi baik sebesar 76,2%, dan gizi lebih sebesar 5,8%. Prevalensi
status gizi balita (BB/U) di Jawa Tengah yaitu gizi baik sebesar 78,1%, gizi
kurang sebesar 12,4%, gizi buruk sebesar 3,3%, dan gizi lebih sebesar 6,2%.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2012 menunjukkan
prevalensi gizi di Banyumas yaitu gizi baik sebesar 88,4%, gizi kurang
sebesar 9,53%, gizi buruk sebesar 0,18%, dan gizi lebih sebesar 1,89%.
Penentuan status gizi yang biasa digunakan yaitu dengan rumus berat
badan dibanding umur. Pada kondisi normal, dimana kondisi kesehatan baik
dan konsumsi serta kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan
berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam kondisi
abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu
berkembang cepat atau lebih lambat dari kondisi normal.
Umur memegang peranan penting dalam penentuan status gizi.
Penentuan umur yang salah tentunya akan menyebabkan kesalahan dalam
menginterpretasikan status gizi. Penimbangan berat badan yang akurat tidak
memiliki arti apabila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks berat badan menurut umur
digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi karena lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status)
(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
Faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan
tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan,

makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006), faktorfaktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Desa Tinggarjaya
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas yaitu tingkat pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian Taufiqurrahman
(2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita.
Salah satu permasalahan gizi pada balita adalah gizi kurang.
Seseorang yang mengalami gizi kurang akan menunjukkan tanda klinis yaitu
tampak kurus. Masalah gizi kurang dapat mengakibatkan tumbuh kembang
anak terganggu dan juga dapat mengalami gangguan pada organ dan sistem
tubuh (Dahlia, 2012). Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh
kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu
seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (iodium) (Almatsier,
2010).
Faktor-faktor penyebab gizi kurang dapat dilihat dari penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung meliputi
asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung meliputi
persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil, dan pelayanan
kesehatan. Adapun pokok masalah yang menyebabkan gizi kurang yaitu
kemiskinan, kurang pendidikan, dan kurang keterampilan, sedangkan akar
masalah gizi kurang yaitu krisis ekonomi langsung Persagi (1999) dalam

Supariasa, Bakri, & Fajar (2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ferdous, et al (2013), faktor yang signifikan berhubungan dengan malnutrisi
yaitu keparahan penyakit, usia, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan
keluarga.
Hasil

penelitian

Midyat,

Aksit,

Gokce,

dan

Yagci

(2011)

menunjukkan anak-anak dari tingkat sosial ekonomi yang rendah, lebih


banyak mengkonsumsi karbohidrat, dan kurang mengkonsumsi protein dan
lemak. Hasil penelitian Patodo (2012) menunjukkan adanya korelasi yang
signifikan antara pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu dengan status
gizi. Analisis multivariat didapatkan pendapatan keluarga adalah faktor yang
paling berhubungan dengan status gizi balita (OR=2,713). Semakin besar
pendapatan keluarga maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya
(Patodo, 2012).
Hasil penelitian Permana (2011) menunjukkan pola asuh gizi, status
ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan gizi merupakan faktor yang
berhubungan dengan status gizi kurang pada balita. Analisis regresi logistik
ganda menunjukkan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya
status gizi kurang ialah pendidikan dengan nilai p = 0,012.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2012,
Puskesmas Kembaran I merupakan wilayah di Kabupaten Banyumas dengan
prevalensi gizi buruk sebesar 1.13%, gizi kurang sebesar 11,62%, gizi baik
sebesar 86,11%, dan gizi lebih sebesar 1,13%. Di wilayah Puskesmas
Kembaran I terdapat beberapa desa dan Dukuhwaluh merupakan desa

tertinggi dengan balita gizi kurang. Data Puskesmas Kembaran I


menunjukkan jumlah balita gizi kurang di Desa Dukuhwaluh bulan
September tahun 2013 sebanyak 64 dari 712 balita (8,98%). Sedangkan
jumlah balita gizi baik sebanyak 407 dari 712 balita (57,16%).
Hasil survei pada 15 ibu balita di wilayah Dukuhwaluh bulan Januari
2014 menunjukkan bahwa ibu balita rata-rata berpendidikan rendah yaitu SD
dan SMP. Dari 15 ibu, 8 ibu berpendidikan SD, 6 ibu berpendidikan SMP,
dan 1 ibu berpendidikan SMA. Sebagian besar ibu tidak bekerja atau hanya
sebagai ibu rumah tangga yaitu sejumlah 8 ibu, 6 ibu bekerja sebagai buruh
dan 1 ibu sebagai pedagang. Rata-rata pendapatan keluarga yaitu di bawah
UMK Kabupaten Banyumas yaitu sejumlah 10 ibu dan 5 ibu di atas UMK
Kabupaten Banyumas. Delapan ibu memiliki pengetahuan yang baik
mengenai gizi dan 7 ibu memiliki pengetahuan yang kurang. Sedangkan pada
balita, sebagian besar balita tidak mengalami penyakit infeksi dalam 3 bulan
terakhir, hanya beberapa balita yang mengalami penyakit infeksi. Satu balita
mengalami diare, 1 balita mengalami ISPA, dan 1 balita mengalami batuk
rejan. Berbagai upaya untuk menanggulangi masalah gizi juga sudah
dilakukan oleh kader setempat seperti memberikan makanan tambahan dan
penyuluhan gizi. Namun tampaknya upaya-upaya tersebut belum efektif
untuk mengatasi permasalahan gizi pada balita.
Melihat fakta yang ada di lingkungan sekitar Desa Dukuhwaluh
seperti tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga,
pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit infeksi pada balita serta upaya-

upaya yang sudah dilakukan untuk memperbaiki masalah gizi, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa
Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Faktor yang
mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita dalam penelitian
ini akan dibatasi yaitu meliputi tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit infeksi.
Namun dalam tinjauan teori akan dijelaskan juga mengenai faktor asupan
nutrisi.

B. Rumusan Masalah
Balita merupakan salah satu kelompok usia rawan terhadap masalah
gizi. Salah satu masalah gizi yang dialami balita yaitu gizi kurang. Faktorfaktor yang mempengaruhi status gizi balita antara lain tingkat pendidikan
ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan
penyakit infeksi. Hasil survei di wilayah Dukuhwaluh menunjukkan tingkat
pendidikan ibu sebagian besar rendah, sebagian besar ibu tidak bekerja,
pendapatan keluarga sebagian besar di bawah UMK Kabupaten Banyumas,
pengetahuan ibu tentang gizi sebagian baik dan sebagian kurang, dan
beberapa balita mengalami penyakit infeksi serta berbagai upaya sudah
dilakukan namun belum cukup efektif untuk memperbaiki masalah gizi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah: Faktor-

faktor apa sajakah yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada
balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi faktor yang paling dominan mempengaruhi status gizi
baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status
gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas.
b. Menganalisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi baik
dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas.
c. Menganalisis hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi
baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas.
d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan
status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
e. Menganalisis hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi baik
dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu
keperawatan saat mata kuliah gizi agar dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Jurusan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
Jurusan Keperawatan untuk menambah pengetahuan mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita.
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi
kurang pada balita.
c. Bagi masyarakat Desa Dukuhwaluh
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada
balita,

sehingga

masyarakat

khususnya

orangtua

balita

dapat

mengantisipasi faktor-faktor yang memungkinkan anak mengalami gizi


kurang.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Status Gizi Baik dan Gizi Kurang pada Balita di Desa Dukuhwaluh
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas belum peneliti temukan, tetapi
penelitian yang hampir serupa yaitu:
1. Penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Kurang pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden II (Permana,
2011). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi kurang pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Baturaden II. Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian
ini adalah analitic correlation dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang
mengalami gizi kurang berjumlah 23 balita dan 23 balita yang non gizi
kurang yang diambil dengan teknik total sampling. Analisis yang
digunakan adalah analisis univariat, bivariat, dan multivariat dengan
regresi logistik ganda.
Hasil penelitian Permana (2011) berdasarkan analisis bivariat
dengan analisis chi-square menunjukkan dari enam variabel bebas yang
diteliti (pola asuh gizi, status ekonomi, pendidikan, pengetahuan gizi,
penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan), didapatkan variabel pola asuh
gizi, status ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan gizi merupakan faktor
yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita dengan
signifikansi 0,000; 0,003; 0,001; 0,000. Analisis regresi logistik ganda

10

menunjukkan faktor yang paling dominan mempengaruhi terjadinya status


gizi kurang ialah pendidikan dengan nilai p = 0,012.
Persamaan penelitian Permana (2011) dengan penelitian yang telah
peneliti lakukan adalah pada variabel bebas, variabel terikat, dan metode
penelitian. Variabel bebas yaitu status ekonomi, pendidikan, pengetahuan
gizi, dan penyakit infeksi. Variabel terikat yaitu status gizi kurang pada
balita. Metode penelitian yaitu analitic correlation dengan menggunakan
pendekatan cross sectional.
Perbedaan penelitian terletak pada variabel bebas, variabel terikat,
sampel penelitian, dan teknik pengambilan sampel. Variabel bebas pada
penelitian yang dilakukan Permana (2011) meliputi pola asuh gizi, status
ekonomi, pendidikan, pengetahuan gizi, penyakit infeksi, dan pelayanan
kesehatan, sedangkan variabel bebas pada penelitian yang telah peneliti
lakukan meliputi tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit infeksi. Variabel
terikat pada penelitian yang dilakukan Permana (2011) yaitu status gizi
kurang pada balita, sedangkan variabel terikat pada penelitian yang telah
peneliti lakukan yaitu status gizi baik dan gizi kurang pada balita. Sampel
pada penelitian Permana (2011), yaitu balita gizi kurang dan balita non
gizi kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden II, sedangkan sampel
pada penelitian yang telah peneliti lakukan adalah ibu balita gizi baik dan
ibu balita gizi kurang di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh

11

Permana (2011) yaitu teknik total sampling, sedangkan peneliti


menggunakan teknik quota sampling.
2. Penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi
dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas
(Taufiqurrahman, 2013). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi balita di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
Jenis

penelitian

ini

menggunakan

analitik

observasional

dengan

pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah ibu beserta


balitanya di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Jumlah sampel
sebanyak 33 orang. Variabel yang diukur adalah tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi dan status gizi balita. Tingkat pengetahuan ibu diukur dengan
menggunakan kuesioner, sedangkan status gizi balita diukur berdasarkan
Z-score WHO menurut BB/TB.
Hasil

penelitian

yang

dilakukan

Taufiqurrahman

(2013)

menunjukkan hasil analisis data menggunakan chi-square diperoleh nilai p


sebesar 0,003 (p<0,05), menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita.
Persamaan penelitian Taufiqurrahman (2013) dengan penelitian yang telah
peneliti lakukan adalah pada variabel bebas. Salah satu variabel bebas
yang digunakan oleh Taufiqurrahman (2013) dan yang telah peneliti
lakukan yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.

12

Perbedaan penelitian terletak pada variabel bebas, variabel terikat,


metode penelitian dan pengukuran variabel terikat. Variabel bebas pada
penelitian

yang

dilakukan

Taufiqurrahman

(2013)

yaitu

tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi, sedangkan variabel bebas pada penelitian


yang telah peneliti lakukan meliputi tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit infeksi.
Variabel terikat pada penelitian yang dilakukan Taufiqurrahman (2013)
yaitu status gizi balita, sedangkan variabel terikat pada penelitian yang
telah peneliti lakukan yaitu status gizi baik dan gizi kurang pada balita.
Metode penelitian pada penelitian yang dilakukan Taufiqurrahman (2013)
menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross sectional,
sedangkan metode penelitian pada penelitian yang telah peneliti lakukan
menggunakan analitic correlation dengan menggunakan pendekatan cross
sectional. Pengukuran variabel status gizi balita pada penelitian yang
dilakukan Taufiqurrahman (2013) yaitu berdasarkan Z-score WHO
menurut BB/TB, sedangkan pengukuran variabel status gizi balita pada
penelitian yang telah peneliti lakukan yaitu berdasarkan Z-score WHO
menurut BB/U.
3. Penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Gizi
Anak Bawah Lima Tahun di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas (Isnansyah, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita yaitu
faktor tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga.

13

Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara simple random sampling.


Besar sampel adalah 229 balita. Jenis penelitian yang dipakai adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan studi korelasi. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara.
Responden diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
dengan jawaban yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari data
monografi yang terdapat di Desa Tinggarjaya dan Puskesmas Kecamatan
Jatilawang.
Hasil penelitian Isnansyah (2006) menunjukkan ada hubungan
yang positif dan sangat signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan
status gizi balita (p=0,000 dan r=0,617), yang berarti tingkat hubungannya
sedang. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pekerjaan ibu
dengan status gizi balita (p=0,034 dan r=0,140), yang berarti tingkat
hubungannya sangat lemah. Ada hubungan yang positif dan sangat
signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita (p=0,000
dan r=0,386), yang berarti tingkat hubungannya sangat lemah.
Persamaan penelitian Isnansyah (2006) dengan penelitian yang
telah peneliti lakukan adalah pada variabel bebas. Variabel bebas yaitu
tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga.
Perbedaan penelitian terletak pada variabel bebas, variabel terikat,
metode penelitian dan teknik pengambilan sampel. Variabel bebas pada
penelitian yang dilakukan Isnansyah (2006) yaitu tingkat pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga, sedangkan variabel bebas pada

14

penelitian yang telah peneliti lakukan meliputi tingkat pendidikan ibu,


pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan
penyakit infeksi. Variabel terikat pada penelitian yang dilakukan
Isnansyah (2006) yaitu status gizi anak bawah lima tahun, sedangkan
variabel terikat pada penelitian yang telah peneliti lakukan yaitu status gizi
baik dan gizi kurang pada balita. Metode penelitian pada penelitian yang
dilakukan

Isnansyah

(2006)

adalah

penelitian

deskriptif

dengan

pendekatan studi korelasi. Sedangkan metode penelitian pada penelitian


yang

telah

peneliti

lakukan

yaitu

analitic

correlation

dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel


pada penelitian Isnansyah (2006) adalah dengan cara simple random
sampling. Sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian yang
telah peneliti lakukan yaitu teknik quota sampling.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Status Gizi
Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan sebagai cara
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, dan dapat menghasilkan energi. Makanan yang dimakan akan
melalui

berbagai

proses

seperti

digesti,

absorpsi,

transportasi,

penyimpanan, metabolisme, dan akhirnya akan dikeluarkan dari tubuh


(Proverawati & Asfuah, 2009).
Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah
direkomendasikan penggunaan baku rujukan World Health OrganizationNational Centre for Health Service (WHO-NCHS) (Gizi Indonesia, Vol.
XV No. 2 tahun 1990). Berdasarkan baku WHO-NCHS status gizi dibagi
menjadi empat, yaitu:
a. Gizi lebih
Gizi lebih adalah keadaan gizi yang melampaui batas normal
dalam waktu yang cukup lama dan dapat dilihat dari berat badan yang
berlebih (Sandjaja et al., 2010). Kegemukan dan obesitas termasuk
kedalam gizi lebih. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan
semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner,

16

diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit hati (Supariasa,


Bakri, & Fajar, 2002).
b. Gizi baik
Gizi baik akan dicapai apabila jumlah makanan yang dimakan
dan yang dibutuhkan tubuh seimbang (Sandjaja et al., 2010). Keadaan
fisik yang normal antara lain rambut berkilat dan tidak mudah lepas,
wajah tidak bengkak, mata bercahaya dan bersih, bibir dan lidah halus
dan

tidak

ada

pembengkakan,

kulit

bersih

dan

tidak

ada

pembengkakan serta tidak ada bercak, tonus otot baik, irama jantung
normal, pada sistem gastrointestinal tidak ada massa yang teraba, dan
sistem saraf stabil serta refleks normal (Supariasa, Bakri, & Fajar,
2002).
c. Gizi kurang
Gizi kurang merupakan kurang gizi tingkat sedang yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein yang terjadi
dalam waktu yang cukup lama (Sandjaja et al., 2010). Gizi kurang
mencakup kurang energi protein (KEP) tingkat ringan dan sedang.
Gejala klinis dari KEP tingkat ringan dan sedang pada pemeriksaan
hanya tampak kurus (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
Balita yang mengalami gizi kurang tentunya akan berdampak
pada berbagai hal, antara lain pada tumbuh kembang, organ, dan
sistem tubuh.

17

1) Tumbuh kembang balita


Dampak terhadap pertumbuhannya yaitu postur tubuh kecil
dan pendek sehingga merugikan performance anak. Dampak
terhadap perkembangannya yaitu terhambatnya perkembangan
mental dan otak. Perkembangan mental jangka pendek yang
terganggu seperti anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara
dan

gangguan

lainnya.

Sedangkan

untuk

dampak

jangka

panjangnya yaitu penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan


kognitif, gangguan pemusatan perhatian, penurunan rasa percaya
diri dan penurunan prestasi akademik (Dahlia, 2012).
2) Organ dan sistem tubuh
Sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun
pertahanan mekanik akan melemah sehingga mudah menimbulkan
infeksi (Dahlia, 2012).
d. Gizi buruk
Gizi buruk merupakan kurang gizi tingkat berat akibat
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari yang
terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sandjaja et al., 2010). Gizi
buruk mencakup KEP tingkat berat yang meliputi marasmus,
kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor.
Gejala klinis marasmus antara lain anak tampak sangat kurus,
wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, sering disertai
diare kronik atau konstipasi serta penyakit kronik lainnya, dan

18

berkurangnya tekanan darah dan pernafasan. Kwashiorkor memiliki


gejala antara lain edema yang umumnya mengenai seluruh tubuh
terutama di kaki, wajah membulat dan sembab, otot mengecil,
cengeng, rewel, anoreksia, pembesaran hati, sering disertai infeksi,
anemia dan diare, rambut kusam dan mudah dicabut, gangguan pada
kulit, dan pandangan mata yang sayu. Sedangkan gejala dari
marasmic-kwashiorkor yaitu gabungan dari gejala pada marasmus dan
kwashiorkor (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
Tabel 2.1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan
Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Anak Umur 0-60
bulan.
Ambang Batas (Z-Score)
Kategori Status Gizi
< -3 SD
Gizi buruk
- 3 SD sampai dengan <-2 SD
Gizi kurang
- 2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi baik
> 2 SD
Gizi lebih
Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2011
Penilaian status gizi (PSG) dapat diperoleh dari data yang telah
diinterpretasi menggunakan berbagai metode. Tujuan dari penilaian status
gizi yaitu memberikan gambaran umum mengenai metode yang digunakan
dalam menilai status gizi, memberikan penjelasan mengenai kelebihan dan
kekurangan dari metode-metode yang ada, dan memberikan gambaran
singkat untuk menilai status gizi yang meliputi pengumpulan data,
perencanaan, dan implementasi. Metode dalam PSG dibagi menjadi tiga,
yaitu metode secara langsung, tidak langsung, dan penilaian dengan
melihat variabel ekologi. Metode secara langsung meliputi penilaian
dengan melihat tanda klinis, tes laboratorium, metode fisik, dan

19

antropometri. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan melihat


statistik kesehatan. Penilaian dengan melihat variabel ekologi diperlukan
untuk mengetahui penyebab kurang gizi seperti dengan melihat faktor
sosial ekonomi, faktor yang berhubungan dengan makanan, aspek
kesehatan, faktor demografi, politik dan kebijakan, budaya, geografi dan
iklim (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010).
Antropometri adalah salah satu metode PSG secara langsung yang
paling sering digunakan untuk menilai dua masalah utama mengenai gizi
yaitu kurang energi protein (KEP) dan obesitas. Pengukuran antropometri
dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan balita yang meliputi massa
tubuh, pengukuran linear (panjang), dan komposisi tubuh. Pengukuran
antropometri yang utama yaitu tinggi badan, berat badan, lingkar lengan,
dan lipatan lemak. Salah satu pengukuran antropometri yang paling sering
digunakan untuk melihat pertumbuhan yaitu berat badan. Untuk menilai
status gizi, biasanya berat badan dikaitkan dengan umur (Departemen Gizi
dan Kesehatan Masyarakat, 2010).
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan massa
mineral tulang. Berat badan menjadi pilihan utama untuk melihat status
gizi karena beberapa alasan antara lain mudah terlihat perubahan dalam
waktu yang singkat karena konsumsi makanan dan keadaan kesehatan,
memberikan gambaran status gizi sekarang, umum dipakai di Indonesia,
dan keterampilan pengukur tidak banyak mempengaruhi hasil pengukuran
(Proverawati & Asfuah, 2009).

20

Umur memegang peranan penting dalam penentuan status gizi.


Kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan yang akurat tidak memiliki arti
apabila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun, 1,5
tahun, atau 2 tahun merupakan kesalahan yang sering muncul. Oleh karena
itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Penentuan umur
adalah 1 tahun = 12 bulan, 1 bulan = 30 hari. Jadi perhitungan umur
adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).

2. Balita
Balita merupakan singkatan dari bawah lima tahun, yaitu usia 1
sampai 5 tahun (Sediaoetama, 2000). Salah satu golongan penduduk yang
rawan terhadap kekurangan gizi adalah balita. Lebih dari setengah
kematian anak di negara berkembang disebabkan oleh kekurangan energi
dan protein. Gangguan pada status gizi ini berhubungan dengan asupan
makanan yang dikonsumsi balita (Suprihatin, 2006). Usia balita adalah
periode penting dalam tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan berkaitan dengan peningkatan secara bertahap dari
tubuh, organ, dan jaringan, sedangkan penampilan kemampuan (skill) yang
diakibatkan oleh kematangan sistem saraf pusat, khususnya otak disebut
dengan perkembangan (Dewi, Pujiastuti, & Fajar, 2013). Pada masa ini,

21

balita akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Jenisjenis pertumbuhan antara lain pertumbuhan linear dan pertumbuhan massa
jaringan. Pertumbuhan linear berhubungan dengan ukuran panjang, antara
lain panjang atau tinggi badan, lingkar dada, dan lingkar kepala. Ukuran
yang rendah menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi
dan protein yang diderita waktu lampau. Pertumbuhan massa jaringan
berhubungan dengan ukuran massa tubuh, antara lain berat badan, lingkar
lengan atas, dan tebal lemak bawah kulit. Ukuran yang rendah
menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein
yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan (Supariasa, Fajar, &
Bakri, 2002). Balita juga mengalami perkembangan, antara lain
kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan
intelegensia. Anak yang sehat perkembangannya akan searah dengan
pertumbuhannya (Dewi, Pujiastuti, & Fajar, 2013).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita


Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi balita baik dari faktor internal maupun eksternal.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Tingkat Pendidikan Ibu
Salah satu faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak
yaitu pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan yang ditempuh ibu
balita akan mempengaruhi penerimaan pesan dan informasi gizi serta

22

kesehatan anak. Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih


mudah menerima pesan mengenai gizi dan kesehatan anak
(Rahmawati, 2006). Tingkat pendidikan terdiri dari SD, SMP, SMA,
dan Perguruan Tinggi.
Pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan
mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan, sehingga kurangnya
pengetahuan

tentang

gizi

akan

mengakibatkan

berkurangnya

kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari


yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi
(Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Isnansyah (2006) melalui uji korelasi Spearman, menunjukkan adanya
hubungan positif dan sangat signifikan antara tingkat pendidikan ibu
dengan status gizi balita.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Sen, Bharati, Som, Pal, &
Bharati (2011) juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
merupakan satu-satunya variabel yang ditemukan yang dapat
mempengaruhi gizi anak. Tingkat pendidikan ibu menjadi prioritas
utama untuk mengurangi prevalensi gizi kurang dan terhentinya
pertumbuhan pada anak.
Hasil penelitian Permana (2011) dengan analisis Chi-square
menunjukkan pendidikan merupakan faktor yang berhubungan dengan
status gizi kurang pada balita dengan signifikansi 0,001. Analisis
regresi logistik ganda menunjukkan faktor yang paling dominan

23

mempengaruhi terjadinya status gizi kurang ialah pendidikan dengan


nilai p = 0,012.
Hasil penelitian Kamiy (2011) menunjukkan bahwa anak-anak
dari keluarga yang kurang beruntung seperti dalam hal lokasi
geografis, etnis, pendidikan orang tua, aset rumah tangga, ketersediaan
pelayanan kesehatan setempat, sanitasi, dan air, mempunyai risiko
lebih besar mengalami kekurangan gizi dari pada anak-anak yang
tinggal di lingkungan yang lebih baik. Tingkat pendidikan orang tua,
sikap ibu terhadap kekerasan dalam rumah tangga, aset rumah tangga,
pelayanan kesehatan setempat, dan kondisi sanitasi dan air dianggap
sebagai penentu penting dari status gizi anak-anak.
b. Pekerjaan Ibu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006)
melalui uji korelasi, menunjukkan adanya hubungan yang positif dan
signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Ibu yang
tidak bekerja secara otomatis tidak akan mendapatkan penghasilan
sehingga ada kemungkinan kurang mencukupi kebutuhan gizi balita
sehari-hari. Hasil penelitian Devi (2010) dengan menggunakan uji
regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan
berhubungan dengan status gizi adalah jenis pekerjaan ayah dan jenis
pekerjaan ibu.

24

c. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah penghasilan orang tua baik bapak
maupun ibu dalam setiap bulan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Gubernur Jateng Nomor: 560/60 Tahun 2013 tentang Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) 2014, UMK untuk Kabupaten Banyumas
yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 (Infoblora, 2013). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji korelasi
Spearman, menunjukkan adanya hubungan yang positif dan sangat
signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita.
Pendapatan yang rendah berpengaruh terhadap asupan makanan yang
dikonsumsi karena penghasilannya terbatas. Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara pendapatan
keluarga dengan status gizi (p=0,024). Semakin besar pendapatan
keluarga maka semakin baik status gizi balita dan sebaliknya (Patodo,
2012). Analisis Chi-square menunjukkan bahwa status ekonomi
merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada
balita dengan signifikansi 0,003 (Permana, 2011).
d. Pengetahuan ibu tentang gizi
Menurut Sajogjo et al (1994) dalam Rahmawati (2006),
pengetahuan

ibu

tentang

gizi

secara

tidak

langsung

akan

mempengaruhi status gizi anak sehingga gizinya dapat terjamin.


Dengan pengetahuan yang dimiliki tersebut, maka ibu dapat
mengasuh dan memenuhi zat gizi balitanya. Hasil penelitian yang

25

dilakukan oleh Patodo (2012) menunjukkan adanya korelasi yang


signifikan (p=0,026) antara pengetahuan ibu dan status gizi.
Hasil penelitian Taufiqurrahman (2013) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi dengan status gizi balita. Hasil penelitian Permana (2011) dengan
analisis Chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan gizi merupakan
faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita dengan
signifikansi 0,000. Menurut Permana (2011), jika pengetahuan
masyarakat

tentang

gizi

kurang,

maka

masyarakat

kurang

memperhatikan asupan makanan yang baik sehingga status gizi balita


menjadi kurang.
e. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan
gizi yang buruk dapat mempermudah terkena penyakit infeksi,
sehingga penyakit infeksi dengan keadaan gizi merupakan suatu
hubungan timbal balik. Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh faktor
agent (penyebab infeksi), host (induk semang), dan route of
transmission (jalannya penularan). Faktor agen penyebab penyakit
infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, riketsia, dan protozoa.
Berbagai agen infeksi tersebut akan menyebabkan seseorang
mengalami penyakit-penyakit infeksi seperti influenza, cacar, typhus,
disentri, malaria, dan penyakit kulit seperti panu. Suatu penyakit
infeksi juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang ada pada induk

26

semang itu sendiri, tergantung dari kekebalan atau resistensi orang


yang bersangkutan. Penyakit infeksi ini merupakan penyakit yang
menular dan penularan dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung (Notoatmodjo, 2003).
Diare, tuberkulosis, campak, dan batuk rejan merupakan
penyakit yang umum terkait dengan masalah gizi. Kematian awal di
negara berkembang banyak diakibatkan oleh penyakit infeksi
(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002). Setiap tahun kurang lebih sebelas
juta balita meninggal. Hal ini disebabkan karena penyakit-penyakit
infeksi seperti diare, campak, malaria, ISPA dan lain-lain, 54% dari
kematian tersebut berkaitan dengan gizi kurang (Syatriani, 2011).
Keadaan malnutrisi juga sering dikaitkan dengan penyakit campak
yang dikenal sebagai faktor pencetus terjadinya xeroftalmia dan
kwashiorkor. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis mengenai
penyakit campak sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai
keadaan kurang gizi (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
Salah satu masalah gizi yaitu KEP (Kurang Energi Protein),
yang dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi energi dan protein
dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut dapat mengakibatkan
pertumbuhan balita terhambat dan rentan terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi (Almatsier, 2010). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Ferdous, et al (2013), faktor yang signifikan

27

berhubungan dengan malnutrisi yaitu keparahan penyakit, usia,


tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga.
Hasil penelitian Caulfield, et al (2004) menunjukkan bahwa
secara keseluruhan 52,5% dari semua kematian pada anak-anak
disebabkan karena kekurangan gizi dan dari angka kematian tersebut,
44,8% kematian pada anak disebabkan karena anak yang kurang gizi
menderita campak dan 60,7% kematian pada anak disebabkan karena
anak yang kurang gizi menderita diare.
f. Asupan nutrisi
Salah satu penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi
yaitu asupan nutrisi yang kurang. Makanan yang dikonsumsi tidak
dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam tubuh seperti energi dan
protein. Energi dapat diperoleh dari kandungan bahan makanan seperti
karbohidrat, lemak, dan protein. Energi tersebut dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi basal, menunjang proses
pertumbuhan serta untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Kekurangan
protein dalam tubuh juga dapat menyebabkan status gizi menurun
sampai pada gizi buruk apabila terjadi dalam jangka lama. Hal ini
dikarenakan

fungsi

protein

itu

sendiri

sebagai

pembangun,

pertumbuhan, pemeliharaan jaringan, mekanisme pertahanan tubuh,


dan mengatur metabolisme tubuh (Faradevi, 2011).
Hasil penelitian Midyat, Aksit, Gokce, dan Yagci (2011)
menunjukkan bahwa anak-anak dari tingkat sosial ekonomi yang

28

rendah, lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat, dan kurang


mengkonsumsi protein dan lemak. Asupan harian anak seperti air,
serat, fluoride, kalium, asam linoleat, dan asupan vitamin D rendah,
sedangkan energi harian, besi, dan asupan asam folat hanya di bawah
tingkat yang direkomendasikan. Kemiskinan memiliki efek negatif
pada kesehatan anak-anak, untuk itu diperlukan dukungan nutrisi
untuk anak-anak dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah.

B. Kerangka Teori
Status gizi dibedakan menjadi 4 kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi
kurang, dan gizi buruk. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
antara lain tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, asupan nutrisi, dan
lain-lain. Berdasarkan tinjauan pustaka menurut Supariasa, Bakri, & Fajar
(2002), Ferdous, et al (2013), Almatsier (2010), Isnansyah (2006),
Taufiqurrahman (2013), dan Permana (2011) yang telah dijelaskan, maka
dibentuk kerangka teori penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

29

Tingkat pendidikan ibu


Gizi lebih

Pekerjaan ibu
Pendapatan keluarga
Pengetahuan ibu tentang gizi
Penyakit infeksi

Status gizi
balita

Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk

Asupan nutrisi

Gambar 2.1. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan gambaran alur pemikiran penelitian yang
dirumuskan dari fakta, observasi, dan tinjauan pustaka (Saryono, 2011).
Kerangka konsep ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Berikut
kerangka konsep dari penelitian ini.

30

Variabel bebas

Variabel terikat

Tingkat pendidikan ibu


Pekerjaan ibu
Pendapatan keluarga
Pengetahuan ibu tentang gizi

Status gizi
balita

Gizi baik
Gizi kurang

Penyakit infeksi
Asupan nutrisi

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara dari hasil penelitian. Uji hipotesis
dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) dan
hipotesis nol atau hipotesis statistik (Ho). Hipotesis penelitian ini
kebenarannya akan dibuktikan dari penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan teori yang ada dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:

31

Ha1: Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi baik dan
gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas.
Ha2: Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi baik dan gizi
kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas.
Ha3: Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi baik dan
gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas.
Ha4: Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi
baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas.
Ha5: Ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi baik dan gizi
kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitic correlational
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross
sectional merupakan rancangan dengan observasi dan pengukuran variabel
yang dilakukan pada satu saat tertentu saja (Saryono, 2011). Metode
analitik korelasi pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan
(korelasi) antara tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit infeksi dengan status
gizi balita.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Handayani I dan Posyandu
Handayani IV Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas pada tanggal 21 dan 22 Januari 2014.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam
penelitian (Saryono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
balita gizi baik dan gizi kurang usia 1-5 tahun di Posyandu Handayani I

33

dan Posyandu Handayani IV Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran


Kabupaten Banyumas yaitu sebanyak 109 ibu balita, gizi baik sebanyak 85
ibu dan gizi kurang sebanyak 24 ibu.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang keberadaannya
dapat mewakili keseluruhan populasi. Dalam penelitian ini, teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel yaitu teknik quota sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel dengan kriteria dan jumlah yang telah
ditentukan sebelumnya (Saryono, 2011).
3. Besar sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Role of
Thumb, yaitu N= 5 - 50 kali jumlah variabel bebas yang diteliti.
Variabel bebas dalam penelitian ini sebanyak 5. Jadi besar sampel yaitu
antara 25-250, namun karena di kedua posyandu ini yang mengalami gizi
kurang hanya 24, peneliti memutuskan kuota 24 balita gizi kurang dan 24
balita gizi baik. Total sampel sebesar 48 ibu balita (1-5 tahun) yang tinggal
di wilayah Posyandu Handayani I dan Posyandu Handayani IV, dan
bersedia dilibatkan dalam penelitian.

C. Variabel Penelitian
Variabel merupakan sesuatu yang bervariasi (Saryono, 2011).
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan
variabel terikat (dependent).

34

1. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya akan mempengaruhi variabel


lain. Variabel independent biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur agar
hubungan atau pengaruh terhadap variabel lain dapat diketahui (Nursalam,
2003). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan
penyakit infeksi.
2. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel
lain. Faktor yang diamati dan diukur pada variabel terikat akan
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas
(Nursalam, 2003). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi
baik dan gizi kurang pada balita.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi variabel secara operasional
yang diukur secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan
menggunakan parameter tertentu (Hidayat, 2007). Komponen pada bagian ini
meliputi variabel, definisi operasional, alat ukur, hasil ukur, dan jenis data.

35

Tabel 3.1. Definisi Operasional


Jenis
data

No

Variabel

Definisi operasional

Alat ukur

Hasil ukur/kode

1.

Status gizi balita

Keadaan gizi balita yang


diukur
menggunakan
rumus BB/U

Kuesioner

Ordinal

2.

Tingkat
pendidikan ibu

Tingkat bangku sekolah


yang terakhir dilalui oleh
ibu balita.

Kuesioner

3.

Pekerjaan ibu

Profesi yang dijalani oleh


ibu balita.

Kuesioner

1. Gizi kurang (-3 SD


sampai dengan <-2
SD)= 1
2. Gizi baik (-2 SD
sampai dengan 2
SD)= 2
1. Tingkat pendidikan
rendah
(Tidak
sekolah, tidak lulus
SD, SD/sederajat,
SMP/sederajat)= 1
2. Tingkat pendidikan
tinggi
(SMA/sederajat,
Diploma/S1)= 2
1. Tidak bekerja= 1
2. Bekerja= 2

4.

Pendapatan
keluarga

Jumlah
hasil
dalam
bentuk
uang
yang
diperoleh orang tua balita
setiap bulan.

Kuesioner

Ordinal

5.

Pengetahuan ibu
tentang gizi

Kuesioner

6.

Penyakit infeksi

Jumlah skor ibu yang


didapatkan dari
menjawab pernyataan
dalam kuesioner
pengetahuan tentang gizi
balita.
Penyakit menular yang
pernah diderita oleh
balita dan bukan
penyakit keturunan.

1. Rp 1.000.000/
bulan= 1
2. >Rp 1.000.000/
bulan= 2
(Infoblora, 2013).
1. Kurang (skor <
median)= 1
2. Baik (skor
median)= 2

1. Terkena penyakit
infeksi= 1
2. Tidak terkena
penyakit infeksi= 2

Nominal

Kuesioner

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat atau fasilitas yang
digunakan untuk mengumpulkan data sehingga pelaksanaannya lebih mudah,
hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, dan sistematis), dan lebih mudah untuk
diolah (Saryono, 2011). Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian
mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi

Ordinal

Nominal

Ordinal

36

kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten


Banyumas adalah dengan menggunakan lembar kuesioner untuk mengetahui
variabel-variabel dalam penelitian. Variabel pengetahuan tentang gizi dibuat
oleh Taufiqurrahman (2013) yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
ulang oleh peneliti, dan didapatkan dari 15 pernyataan, 11 valid dan 4 tidak.
Sedangkan pada uji reliabilitas menunjukkan kuesioner tersebut reliabel
dengan nilai -Cronbach sebesar 0,668. Pengetahuan ibu tentang gizi ini
meliputi pengaturan pemberian makanan untuk balita, pengolahan makanan
untuk balita, dan pengaruh makanan bagi kesehatan balita.
Tabel 3.2. Kisi-kisi kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
baik dan gizi kurang pada balita
Indikator
Pengetahuan gizi
1. Pengaturan
pemberian
makanan untuk
balita
2. Pengolahan
makanan untuk
balita
3. Pengaruh
makanan bagi
kesehatan balita

Nomor item
Favourabel
Unfavourabel

Jumlah

1, 2, 3, 7

4, 6

10, 11

F. Validitas dan Reliabilitas


1. Pengukuran Validitas
Validitas merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan alat
ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas memiliki ciri-ciri yaitu ketepatan ukuran, sensitivitas (mengukur
apa yang akan diukur), dan spesifitas (tidak terukur hal lain selain yang
akan diukur).

37

Uji coba dan analisis dilakukan untuk menguji apakah suatu


kuesioner dianggap valid (Saryono, 2011). Setelah kuesioner tersebut
diuji cobakan kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan
rumus korelasi Pearson Product Moment untuk mengetahui pernyataan
yang terdapat dalam kuesioner tersebut valid atau tidak. Rumus yang
digunakan yaitu:
r=

N (XY) (X . Y)
[NX2 (X)2] [NXY2 (Y)2]

Keterangan:
r

= koefisien korelasi Product Moment

X = skor variabel X
XY = skor variabel X dikalikan skor variabel Y
N = jumlah sampel
Y = skor variabel Y
Keputusan uji:
Apabila nilai r hitung nilai r tabel, maka Ho ditolak yang artinya variabel
tersebut valid, sedangkan apabila nilai r hitung nilai r tabel maka Ho
diterima yang artinya variabel tidak diterima atau tidak valid (Hastono,
2001).
Sebelum dilakukan penelitian, kuesioner mengenai pengetahuan
ibu tentang gizi diuji cobakan terlebih dahulu kepada responden yang
bukan akan dijadikan responden dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui pernyataan dalam kuesioner tersebut valid atau tidak.

38

Kevalidan suatu kuesioner dapat diketahui dengan menggunakan rumus


korelasi Product Moment. Kuesioner dianggap valid apabila memenuhi
syarat koefisien korelasi (r)>0,05 (Azwar, 2004).
Kuesioner mengenai pengetahuan ibu tentang gizi sudah diuji
validitas oleh Taufiqurrahman (2013), dengan hasil dari 17 pernyataan, 15
pernyataan valid karena dengan rumus korelasi Product Moment diperoleh
hasil dengan nilai p<0,05, sedangkan 2 pernyataan tidak valid. Kedua
pernyataan tersebut dieliminasi karena tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan total.
Kuesioner pengetahuan ibu tentang gizi tersebut diuji validitas
ulang oleh peneliti, dari 15 pernyataan, 11 valid dengan rentang nilai
0,403-0,569, sedangkan 4 pernyataan tidak valid. Dua pernyataan tidak
valid karena memiliki jawaban konstan, satu karena bernilai negatif (0,083), dan satu pernyataan tidak valid karena hasil korelasi tidak
signifikan (0,018).
2. Pengukuran Reliabilitas
Reliabititas menunjukkan apakah suatu alat pengukur dapat
dipercaya, artinya bila dilakukan pengukuran berulang (konsistensi,
akurasi, dan presisi) maka hasil pengukurannya konsisten atau tetap
(Saryono, 2011). Reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan analisis -Cronbach. Menurut Nurgiyantoro (2000) dalam
Sulistyowati (2012), rumus koefisien reliabilitas -Cronbach yaitu:

39

r=

. (1 - p2)

k1

Keterangan:
r = koefisien reliabilitas yang dicari
k = jumlah butir pertanyaan (soal)
p2 = varians butir-butir pertanyaan (soal)
2 = varians skor tes
Pada kuesioner dalam penelitian ini, setelah didapatkan butir-butir
pernyataan yang valid, kemudian dilakukan uji reliabilitas -Cronbach.
Koefisien reliabilitas angkanya berada pada rentang 0-1,00. Semakin
tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 artinya semakin reliabel
(Azwar, 2004).
a. Nilai -Cronbach 0,00 0,20, berarti kurang reliabel
b. Nilai -Cronbach 0,21 0,40, berarti agak reliabel
c. Nilai -Cronbach 0,42 0,60, berarti cukup reliabel
d. Nilai -Cronbach 0,61 0,80, berarti reliabel
e. Nilai -Cronbach 0,81 1,00, berarti sangat reliabel
Triton (2005) dalam Sulistyowati (2012).
Hasil uji reliabilitas pada kuesioner mengenai pengetahuan ibu
tentang gizi oleh Taufiqurrahman (2013) didapatkan nilai -Cronbach
sebesar 0,669 yang artinya reliabel. Setelah dilakukan uji reliabilitas ulang
oleh peneliti, kuesioner reliabel dengan nilai -Cronbach sebesar 0,668.

40

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Cara Pengambilan Data
a. Tahap Persiapan
1) Mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian.
2) Menyusun proposal penelitian yang terlebih dahulu dikonsultasikan
kepada pembimbing.
3) Mendapatkan ijin dari pihak jurusan keperawatan untuk melakukan
studi pendahuluan.
4) Melakukan studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas, Puskesmas Kembaran I, dan Desa Dukuhwaluh.
5) Melaksanakan ujian proposal penelitian.
6) Melaksanakan revisi proposal penelitian sebelum melaksanakan
penelitian

yang

kemudian

dikonsultasikan

kembali

kepada

pembimbing dan penguji.


7) Setelah mendapatkan ijin dari pihak jurusan keperawatan untuk
melakukan penelitian, kemudian peneliti meminta ijin kepada
Kesatuan Bangsa Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang
Polinmas), diteruskan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), dan diteruskan kepada Kepala Desa Dukuhwaluh
untuk melakukan uji validitas dan melakukan penelitian di wilayah
tersebut.
8) Melakukan uji validitas kuesioner di Posyandu Handayani VI dan
Handayani IX Desa Dukuhwaluh.

41

b. Tahap Pelaksanaan
1) Mengumpulkan data primer dan data sekunder.
2) Memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan
tujuan penelitian.
3) Meminta responden menandatangani lembar persetujuan (informed
concent) dengan memberikan tanda tangan di atas lembar
persetujuan tersebut.
4) Memberikan lembar kuesioner kepada responden.
c. Tahap Pengumpulan Data Terakhir
Peneliti mengumpulkan data terakhir yang kemudian dilakukan
analisis data.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari
lembar kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan mendukung
data primer yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas,
dari Puskesmas Kembaran I dan dari kader Posyandu Desa
Dukuhwaluh. Data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas adalah data hasil pemantauan status gizi balita di
Kabupaten Banyumas tahun 2012. Data yang diperoleh dari Puskesmas
Kembaran I adalah prevalensi status gizi balita di Desa Dukuhwaluh,

42

sedangkan data yang diperoleh dari kader Posyandu Desa Dukuhwaluh


adalah jumlah balita beserta nama, usia, alamat, dan hasil penimbangan
berat badan.

H. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Data yang terkumpul dari lembar kuesioner kemudian akan diolah
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Editing
Editing dilakukan dengan memeriksa data yang diperoleh dari
lembar kuesioner. Pemeriksaan data ini diperlukan untuk meneliti
kembali kelengkapan isi kuesioner. Apabila terdapat kekurangan maka
dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Pengkodean dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban dari
responden ke dalam kategori-kategori sesuai dengan kode yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Kode-kode tersebut berupa angka yang
disesuaikan dengan jenis variabel.
c. Skoring
Memberikan skor pada item-item yang perlu diberi skor.
Variabel yang perlu diberi skor pada penelitian ini adalah pengetahuan
ibu tentang gizi.

43

d. Entry
Memasukkan

data

ke

dalam

program

komputer

untuk

selanjutnya diolah menggunakan komputer.


e. Tabulating
Memasukkan data ke dalam tabel sesuai variabel yang akan
diteliti untuk memudahkan proses pengolahan data selanjutnya.
f. Aplikasi data/pengujian data
Menggunakan uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan komputer untuk
melakukan pengujian data.
2. Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka dilakukan analisis
data menggunakan perhitungan statistik dengan cara:
a. Analisis univariat
Analisa data univariat digunakan untuk menggambarkan
karakteristik subjek penelitian dengan menghitung distribusi frekuensi
dan proporsi dari faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baik dan
gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas yaitu tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit
infeksi. Penyajian hasil disajikan secara deskriptif.

44

b. Analisis bivariat
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Chisquare dan uji Fisher untuk mencari hubungan variabel bebas (tingkat
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu
tentang gizi, dan penyakit infeksi) dengan variabel terikat (status gizi
baik dan gizi kurang pada balita). Uji Chi-square digunakan apabila
data penelitian berupa frekuensi-frekuensi dalam bentuk kategorik baik
nominal maupun ordinal. Syarat uji ini yaitu sel yang mempunyai nilai
expected (nilai E) kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Uji
Fisher digunakan sebagai alternatif uji Chi-square untuk tabel 2x2 yang
tidak memenuhi syarat uji Chi-square (Dahlan, 2011).
Pada penelitian ini digunakan nilai alpha sebesar 5%. Bila p
value , berarti Ho ditolak yaitu ada hubungan yang bermakna antara
dua variabel yang dianalisis, dan sebaliknya (Dahlan, 2011).
c. Analisa Multivariat
Analisis yang digunakan adalah regresi logistik karena variabel
terikat berupa variabel kategorik dikotom. Variabel bebas yang
dimasukkan ke dalam analisis ini yaitu variabel yang pada analisis
bivariat mempunyai nilai p<0,25 (Dahlan, 2011).

I. Etika Penelitian
Peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian karena 90%
subjek penelitian adalah manusia yang harus dihormati hak-hak (otonomi)

45

manusia. Prinsip-prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data


menurut Nursalam (2003) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian ini tidak menimbulkan penderitaan kepada subjek,
karena tidak ada intervensi didalamnya.
b. Bebas dari eksploitasi
Subjek yang ikut berpartisipasi harus terhindar dari hal-hal yang
merugikan, dengan cara peneliti meyakinkan kepada responden bahwa
hal-hal yang berkaitan dengan data yang diperoleh hanya untuk
kepentingan penelitian saja.
c. Resiko (benefits ratio)
Resiko dapat dihindarkan seminimal mungkin karena penelitian
ini hanya menggunakan kuesioner.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect Human Dignity)
a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to selfdetermination)
Subjek berhak memutuskan untuk terlibat atau tidak dalam
penelitian.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right
to full disclosure)
Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat
penelitian yang dilakukan.

46

c. Informed consent
Informasi mengenai tujuan penelitian dan hak untuk menerima
atau menolak menjadi responden diinformasikan kepada subjek
sebelum penelitian tersebut dilakukan. Informed consent juga
menjelaskan

bahwa

data

tersebut

hanya

digunakan

untuk

pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (Right to Justice)
a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (right in fair treatment)
Subjek yang menjadi responden diperlakukan secara adil
sebelum, selama, dan setelah penelitian tanpa adanya diskriminasi.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek berhak untuk dijaga kerahasiaannya dengan berbagai
cara, salah satunya dengan tidak mencantumkan nama.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa
Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mengenai analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita,
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
variabel yang diteliti. Distribusi responden dijabarkan berdasarkan tingkat
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu
tentang gizi, dan penyakit infeksi.
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang
gizi, dan penyakit infeksi di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas, 2014 (n= 48)
Variabel independen
Tingkat pendidikan ibu

Rendah
Tinggi

n
29
19

%
60,4
39,6

Pekerjaan ibu

Tidak bekerja
Bekerja

27
21

56,2
43,8

Pendapatan keluarga

Kurang dari atau sama


dengan Rp 1.000.000
Lebih dari Rp 1.000.000

34

70,8

14

29,2

Pengetahuan ibu tentang gizi

Kurang
Baik

20
28

41,7
58,3

Penyakit infeksi

Terkena penyakit infeksi


Tidak terkena penyakit infeksi

46
2
48

95,8
4,2
100

Total

Kategori

48

a. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu


Tabel 4.1 menunjukkan dari 48 ibu didapatkan hasil ibu dengan
tingkat pendidikan rendah (Tidak lulus SD, SD/sederajat, dan
SMP/sederajat) sebesar 29 (60,4%) dan ibu dengan tingkat pendidikan
tinggi (SMA/sederajat dan Diploma/S1) sebesar 19 (39,6%).
b. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 ibu didapatkan hasil
sebesar 27 ibu (56,2%) tidak bekerja dan 21 ibu (43,8) bekerja. Dari 21
ibu yang bekerja, 7 ibu bekerja sebagai buruh, 5 ibu bekerja sebagai
PNS, 6 ibu bekerja sebagai pedagang, dan 3 ibu bekerja yang lainnya
yaitu sebagai pegawai swasta.
c. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu memiliki
pendapatan keluarga dibawah atau sama dengan UMK Kabupaten
Banyumas yaitu Rp 1.000.000. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebesar
34 ibu (70,8%) memiliki pendapatan keluarga kurang dari atau sama
dengan Rp 1.000.000 dan sebesar 14 ibu (29,2) memiliki pendapatan
keluarga lebih dari Rp 1.000.000.
d. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang Gizi
Data pengetahuan ibu tentang gizi diperoleh dari jumlah skor
yang dijumlahkan dari setiap item pernyataan kemudian dikategorikan
menjadi pengetahuan kurang dan pengetahuan baik. Karena data yang
didapatkan yaitu berupa variabel numerik, maka sebelum dikategorikan,

49

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data secara analitis


menggunakan uji Shapiro Wilk karena sampel kecil yaitu 50. Karena
data tidak berdistribusi secara normal yang ditunjukkan oleh nilai p
sebesar 0,000 < (0,05) maka digunakan median sebagai ukuran
pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran.
Diperoleh

median

sebesar

10,0000.

Sehingga

untuk

kategori

pengetahuan kurang yaitu skor < median dan pengetahuan baik yaitu
skor median. Tabel 4.1 mendapatkan hasil dari 48 ibu, sebanyak 20
ibu (41,7%) memiliki pengetahuan yang kurang mengenai gizi dan
sebanyak 28 ibu (58,3%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai
gizi.
e. Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit Infeksi pada Balita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar balita
mengalami penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir. Penyakit infeksi
yang dialami balita antara lain diare, campak, dan ISPA. Balita yang
terkena penyakit infeksi sebanyak 46 (95,8%), sedangkan balita yang
tidak terkena penyakit infeksi sebanyak 2 (4,2%).
2. Hasil Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat disajikan dalam bentuk tabulasi silang.
Tabulasi silang dimaksudkan untuk mengamati dan mengetahui hubungan
dua variabel dengan menggunakan uji Chi-square.

50

Tabel 4.2 Hasil analisis bivariat


Variabel
independen

Kategori

Gizi
kurang
N
%
18 37,5
6
12,5

n
11
13

%
22,9
27,1

N
29
19

Gizi baik

Jumlah

IK95%

OR

%
60,4
39,6

0,077

3,545

Min
1,042

Maks
12,058

1,000

1,185

0,378

3,710

0,026

5,923

1,387

25,300

Tingkat
pendidikan
ibu

Rendah
Tinggi

Pekerjaan
ibu

Tidak
bekerja
Bekerja

14

29,2

13

27,1

27

56.2

10

20,8

11

22,9

21

43.8

Rp
1.000.00
0
>Rp
1.000.00
0

21

43,8

13

27,1

34

70,8

6,2

11

22,9

14

29.2

Pengetahuan
ibu tentang
gizi

Kurang
Baik

11
13

22,9
27,1

9
15

18,8
31,2

20
28

41.7
58.3

0,770

1,410

0,446

4,464

Penyakit
infeksi

Terkena
penyakit
Tidak
terkena
penyakit

24

50

22

45,8

46

95.8

0,489

0,478

0,354

0,647

4,2

4.2

24

50

24

50

48

100

Pendapatan
keluarga

Total

a. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Balita


Berdasarkan tabel 4.2, hubungan antara tingkat pendidikan ibu
dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita mendapatkan hasil
nilai p sebesar 0,077 > (0,05) yang menunjukkan Ho diterima, artinya
tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi
baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas.
b. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Balita
Tabel 4.2 mendapatkan hasil hubungan antara pekerjaan ibu
dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita yaitu nilai p sebesar

51

1,000 > (0,05), menunjukkan bahwa Ho diterima yang berarti tidak


ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi baik dan gizi
kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas.
c. Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan tabel 4.2, hubungan antara pendapatan keluarga
dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita mendapatkan hasil
nilai p sebesar 0,026 < (0,05) yang menunjukkan Ho ditolak, artinya
ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi baik dan
gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas.
d. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi
Balita
Hasil uji Chi-square mengenai hubungan antara pengetahuan
ibu tentang gizi dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita yang
dapat dilihat pada tabel 4.2 didapatkan hasil nilai p sebesar 0,770 >
(0,05), menunjukkan bahwa Ho diterima yang berarti tidak ada
hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi baik
dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas.
e. Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Balita
Tabel 2x2 mengenai hubungan antara penyakit infeksi dengan
status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh

52

Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas tidak memenuhi syarat


untuk diuji dengan uji Chi-square karena nilai ekspektasi sel yang
kurang dari lima sebesar 50%. Oleh karena itu digunakan uji
alternatifnya yaitu uji Fisher (Dahlan, 2011). Hasil uji mengenai
hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi baik dan gizi
kurang pada balita didapatkan hasil nilai p sebesar 0,489 > (0,05),
menunjukkan bahwa Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan
antara penyakit infeksi dengan status gizi baik dan gizi kurang pada
balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas.
3. Hasil Analisis Multivariat
Analisis

multivariat

digunakan

untuk

mengetahui

variabel

independen yang paling dominan berpengaruh dan seberapa besar


pengaruhnya terhadap variabel dependen. Pada penelitian ini, variabel
independen yang meliputi tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit infeksi
dilihat nilai signifikansinya, dan variabel dependen yaitu status gizi baik
dan gizi kurang pada balita. Analisis multivariat pada penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh
terhadap status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
Uji yang digunakan dalam analisis ini yaitu uji regresi logistik
dengan metode Backward Stepwise (Likelihood Ratio).

Variabel

53

independen yang dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik adalah


variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p < 0,25, yaitu
variabel tingkat pendidikan ibu dengan nilai p= 0,077 dan pendapatan
keluarga dengan nilai p= 0,026.
Langkah pertama dengan menggunakan metode Backward
Stepwise (Likelihood Ratio), dimasukkan variabel tingkat pendidikan ibu
dan pendapatan keluarga. Pada langkah pertama ini, variabel tingkat
pendidikan ibu mempunyai nilai p= 0,163 dan mempunyai nilai OR atau
Exp (B)= 2,539, sedangkan variabel pendapatan keluarga mempunyai nilai
p= 0,046 dan nilai OR= 4,604. Karena variabel tingkat pendidikan ibu
mempunyai nilai p paling besar dan mempunyai nilai OR paling mendekati
1 maka variabel tingkat pendidikan ibu tidak lagi tercantum pada langkah
kedua.
Tabel 4.3 Hasil analisis multivariat regresi logistik
Koefisien

OR

Tingkat
pendidikan ibu
rendah

0,932

0,163

2,539

IK95%
Min
Maks
0,687
9,386

Pendapatan
keluarga kurang

1,527

0,046

4,604

1,024

20,693

Konstanta

-1,689

0,022

0,185

Pendapatan
keluarga kurang

1,779

0,016

5,923

1,387

25,300

Konstanta

-1,299

0,046

0,273

Variabel
Langkah 1

Langkah 2

Hasil tabel 4.3 menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan


mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa
Dukuhwaluh

Kecamatan

Kembaran

Kabupaten

Banyumas

yaitu

54

pendapatan keluarga, dengan koefisien= 1,779, nilai p= 0,016 dan OR=


5,923, yang artinya ibu yang memiliki pendapatan keluarga kurang dari
atau sama dengan UMK yaitu sebesar Rp 1.000.000 mempunyai
kemungkinan 5,923 kali mengalami gizi kurang dibandingkan dengan
keluarga yang memiliki pendapatan lebih dari UMK.

B. Pembahasan
1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan uji Chi-square antara tingkat pendidikan ibu dengan
status gizi baik dan gizi kurang pada balita didapatkan nilai p sebesar
0,077 > (0,05) yang berarti Ho diterima dan tidak ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi baik dan gizi
kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas.
Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Isnansyah (2006) melalui uji korelasi Spearman yang
menunjukkan adanya hubungan positif dan sangat signifikan antara tingkat
pendidikan ibu dengan status gizi balita. Temuan dalam penelitian yang
dilakukan Sen, Bharati, Som, Pal, & Bharati (2011) juga menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan merupakan satu-satunya variabel yang
ditemukan yang dapat mempengaruhi gizi anak. Tingkat pendidikan ibu
menjadi prioritas utama untuk mengurangi prevalensi gizi kurang dan
terhentinya pertumbuhan pada anak. Hal ini diperkuat dengan penelitian

55

yang dilakukan oleh Permana (2011) dengan analisis Chi-square yang


menunjukkan pendidikan merupakan faktor yang berhubungan dengan
status gizi kurang pada balita dengan signifikansi 0,001. Analisis regresi
logistik ganda menunjukkan faktor yang paling dominan mempengaruhi
terjadinya status gizi kurang ialah pendidikan dengan nilai p = 0,012.
Tidak adanya hubungan antara faktor tingkat pendidikan ibu dengan
status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh
Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas dapat dikarenakan walaupun
ibu balita sebagian besarnya hanya berpendidikan rendah (tidak lulus SD,
SD/sederajat, dan SMP/sederajat) yaitu sebanyak 29 ibu (60,4%), namun
sebanyak 15 ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai gizi. Dari ibu
yang berpendidikan rendah, sebanyak 18 ibu memiliki balita dengan status
gizi kurang, dari angka tersebut, 10 ibu memiliki pengetahuan yang baik
mengenai gizi. Hal ini tidak berarti pendidikan yang rendah akan memiliki
pengetahuan yang kurang, karena berdasarkan hasil wawancara dengan
kader posyandu menunjukkan bahwa terkadang di Desa Dukuhwaluh
diadakan penyuluhan kesehatan sehingga pengetahuan tentang gizi
bertambah.
2. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan uji Chi-square antara pekerjaan ibu dengan status gizi
baik dan gizi kurang pada balita didapatkan nilai p sebesar 1,000 >
(0,05), yang berarti Ho diterima dan tidak ada hubungan yang bermakna
antara pekerjaan ibu dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita di

56

Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Hasil


penelitian menunjukkan sebanyak 21 ibu (43,8%) bekerja, dan dari jumlah
tersebut, sebanyak 11 ibu (22,9%) memiliki balita dengan gizi baik.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Isnansyah (2006) melalui uji korelasi, menunjukkan adanya hubungan
yang positif dan signifikan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita.
Ibu yang tidak bekerja secara otomatis tidak akan mendapatkan
penghasilan sehingga ada kemungkinan kurang mencukupi kebutuhan gizi
balita sehari-hari, padahal asupan nutrisi yang dikonsumsi kemungkinan
besar dapat mempengaruhi status gizi balita, sehingga butuh pengawasan
dari keluarga agar dapat memberikan asupan makanan yang cukup dan
bergizi.
Namun demikian, hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kristianti, Suriadi, & Parjo (2013) yang didapatkan hasil
bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak
usia 4-6 tahun di TK Salomo, hal ini ditunjukan dari hasil uji Chi-square
dengan p value= 0,805. Hasil penelitian mendapatkan data sebagian besar
ibu bekerja, namun status gizi balita tergolong status gizi baik. Menurut
Kristianti, Suriadi, & Parjo (2013), hal ini bisa disebabkan karena adanya
faktor lain yang menunjang ibu-ibu yang bekerja memiliki anak dengan
status gizi yang baik yaitu pendapatan keluarga. Keluarga dengan
pendapatan lebih kemungkinan besar akan baik bahkan berlebihan dalam
memenuhi kebutuhan makanan, sebaliknya keluarga dengan pendapatan

57

terbatas kemungkinan besar akan kurang dalam memenuhi kebutuhan


makanan terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi.
Tidak adanya hubungan antara faktor pekerjaan ibu dengan status
gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas dikarenakan dari 27 ibu yang tidak
bekerja, 6 keluarga memiliki pendapatan keluarga lebih dari UMK.
Pendapatan keluarga lebih dari UMK tersebut mungkin sudah mencukupi
kebutuhan sehari-hari sehingga walaupun ibu tidak bekerja maka tidak
akan mempengaruhi status gizi balita.
3. Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan uji Chi-square antara pendapatan keluarga dengan
status gizi baik dan gizi kurang pada balita didapatkan nilai p sebesar
0,026 < (0,05) yang berarti Ho ditolak dan ada hubungan yang bermakna
antara pendapatan keluarga dengan status gizi baik dan gizi kurang pada
balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
Hasil penelitian menunjukkan dari 14 ibu yang memiliki pendapatan
keluarga lebih dari UMK, sebanyak 11 ibu memiliki balita dengan status
gizi baik, sehingga pendapatan keluarga tersebut dapat digunakan untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan beraneka ragam.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnansyah
(2006) melalui uji korelasi Spearman, menunjukkan adanya hubungan
yang positif dan sangat signifikan antara pendapatan keluarga dengan
status gizi balita. Keluarga dengan pendapatan yang rendah lebih banyak

58

menderita gizi kurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki


pendapatan yang cukup maupun tinggi (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi yang
signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi (p=0,024).
Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin baik status gizi balita
dan sebaliknya (Patodo, 2012). Analisis Chi-square menunjukkan bahwa
status ekonomi merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi
kurang pada balita dengan signifikansi 0,003 (Permana, 2011).
Menurut Apriadji (1986) dalam Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat (2010), pendapatan keluarga akan mempengaruhi daya beli
keluarga

sehingga

akan

berpengaruh

terhadap

status

kesehatan.

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain


tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan
makanan itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan
pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar
akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sesuai dengan zatzat gizi yang dibutuhkan tubuh.
4. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan uji Chi-square antara pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita didapatkan nilai p
sebesar 0,770 > (0,05), yang berarti Ho diterima dan tidak ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi baik

59

dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran


Kabupaten Banyumas.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Patodo (2012) yang menunjukkan adanya korelasi yang
signifikan (p=0,026) antara pengetahuan ibu dan status gizi. Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Taufiqurrahman (2013) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi dengan status gizi balita. Hasil penelitian Permana (2011)
dengan analisis Chi-square mendukung hasil penelitian Patodo (2012) dan
Taufiqurrahman (2013) yang menunjukkan bahwa pengetahuan gizi
merupakan faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada balita
dengan signifikansi 0,000. Jika pengetahuan masyarakat tentang gizi
kurang, maka masyarakat kurang memperhatikan asupan makanan yang
baik sehingga status gizi balita menjadi kurang.
Tidak adanya hubungan antara faktor pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh
Kecamatan

Kembaran

Kabupaten

Banyumas

dikarenakan

tingkat

pendidikan ibu yang rendah tidak selalu menunjukkan pengetahuan ibu


tentang gizi yang kurang. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang
menunjukkan 29 ibu (60,4%) memiliki pendidikan yang rendah, namun 28
ibu (58,3%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai gizi. Dari 29 ibu
yang memiliki pendidikan yang rendah, sebanyak 5 ibu memiliki balita
dengan status gizi baik dan pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang baik

60

tersebut dapat dimanfaatkan untuk dapat memenuhi zat-zat gizi yang


dibutuhkan tubuh. Hasil wawancara dengan kader posyandu mendapatkan
temuan bahwa terkadang di Desa Dukuhwaluh diadakan penyuluhan
kesehatan, sehingga walaupun ibu memiliki pendidikan yang rendah
namun belum tentu memiliki pengetahuan yang kurang mengenai gizi.
5. Hubungan antara Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Balita
Berdasarkan uji Fisher antara penyakit infeksi dengan status gizi
baik dan gizi kurang pada balita didapatkan nilai p sebesar 0,489 >
(0,05), yang berarti Ho diterima dan tidak ada hubungan yang bermakna
antara penyakit infeksi dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita
di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ferdous, et al (2013) yang menunjukkan bahwa faktor yang signifikan
berhubungan dengan malnutrisi yaitu keparahan penyakit, usia, tingkat
pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga. Gizi baik secara umum akan
meningkatkan resistensi tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi, dan
sebaliknya gizi kurang akan mengakibatkan seseorang rentan terhadap
penyakit infeksi (Notoadmodjo, 2003). Hal ini perkuat oleh hasil
penelitian Caulfield, et al (2004) yang menunjukkan bahwa secara
keseluruhan 52,5% dari semua kematian pada anak-anak disebabkan
karena kekurangan gizi dan dari angka kematian tersebut, 44,8% kematian
pada anak disebabkan karena anak yang kurang gizi menderita campak dan
60,7% kematian pada anak disebabkan karena anak yang kurang gizi

61

menderita diare. Namun penelitian yang dilakukan oleh Permana (2011)


menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor
riwayat penyakit infeksi dengan terjadinya gizi kurang pada balita dengan
nilai p sebesar 0,549.
Tidak adanya hubungan antara faktor penyakit infeksi dengan status
gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas dikarenakan walaupun sebanyak 24
balita memiliki status gizi baik, namun sebanyak 22 balita mengalami
penyakit infeksi dan 2 balita tidak mengalami penyakit infeksi dalam 3
bulan terakhir. Sementara itu 24 balita dengan status gizi kurang,
semuanya mengalami penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir. Keduanya
baik balita dengan status gizi baik maupun kurang, hampir semua balita
mengalami penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir. Hal tersebut
menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor penyakit infeksi dengan
status gizi baik dan gizi kurang pada balita. Hasil wawancara dengan
beberapa ibu balita menunjukkan bahwa hampir setiap hari balita makan
jajanan dan jajanan tersebut belum tentu sehat dan bersih. Hal ini dapat
menyebabkan balita terkena penyakit infeksi. Hasil penelitian juga
menunjukkan dari 46 balita (95,8%) yang terkena penyakit infeksi dalam 3
bulan terakhir, sebanyak 26 ibu memiliki pengetahuan yang baik, sehingga
kemungkinan ibu dapat memberikan perawatan dasar sebelum dibawa ke
pelayanan kesehatan setempat. Sebanyak 14 ibu (29,2%) juga memiliki

62

pendapatan keluarga lebih dari UMK, sehingga pendapatan tersebut dapat


digunakan untuk berobat ke tempat pelayanan kesehatan.

6. Analisis Multivariat
Hasil analisis menggunakan uji regresi logistik menunjukkan
bahwa pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa
Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, dengan
koefisien= 1,779, nilai p= 0,016 dan OR= 5,923, menunjukkan bahwa ibu
yang memiliki pendapatan keluarga kurang dari atau sama dengan UMK
yaitu sebesar Rp 1.000.000 mempunyai kemungkinan 5,923 kali
mengalami gizi kurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki
pendapatan lebih dari UMK.
Kemiskinan sebagai pokok masalah gizi kurang merupakan
masalah yang serius karena berhubungan dengan konsumsi pangan.
Sebagian besar pendapatan keluarga pada golongan yang memiliki
pendapatan rendah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan,
pada negara berkembang yaitu sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 2005).
Masalah gizi kurang ini sangat erat kaitannya dengan konsumsi pangan.
Konsumsi makanan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi
dalam kehidupan sehari-hari untuk memelihara pertumbuhan dan
perkembangan, mengganti jaringan tubuh yang rusak, untuk memperoleh
energi sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur

63

metabolisme dan keseimbangan cairan dalam tubuh, dan berperan di


dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit. Makanan
yang dikonsumsi harus mengandung zat-zat gizi yang cukup sehingga
dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Berg
(1986) dalam Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat (2010)
mengatakan bahwa pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan
kualitas dan kuantitas hidangan. Hal ini berarti semakin besar pendapatan
maka semakin baik makanan yang diperoleh. Selain mempengaruhi
konsumsi pangan, pendapatan keluarga juga akan mempengaruhi
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan mungkin karena tidak memiliki cukup
uang untuk berobat (Notoatmodjo, 2003).
Suatu perencanaan keuangan diperlukan agar dengan jumlah
pendapatan yang ada dapat mencukupi berbagai kebutuhan hidup. Apabila
pendapatan keluarga dinilai kurang mencukupi kebutuhan atau hanya
cukup untuk kebutuhan pokok saja, dapat dilakukan suatu cara untuk
meningkatkan pendapatan disamping mengadakan efisiensi penggunaan
keuangan dan penghematan. Dalam hal ini, perlu diperhatikan, apakah
sumber daya manusia, keterampilan, dan keahlian sudah dimanfaatkan
seoptimal mungkin. Kepala keluarga sebagai pencari nafkah utama dapat
mencari pekerjaan yang menghasilkan keuangan sampingan, atau apabila
anggota keluarga yang lain sanggup membantu, dapat mengikutsertakan
anggota keluarga tersebut untuk mencari tambahan penghasilan. Seorang

64

ibu rumah tangga yang mempunyai keterampilan atau keahlian khusus


dapat membantu menambah penghasilan keluarga, tanpa mengorbankan
pekerjaan rutin dalam urusan keluarga, misalnya dengan membuat kue
untuk dijual (Sediaoetama, 2000).
Untuk meningkatkan status gizi juga dapat dilakukan dengan
peningkatan penyediaan beraneka ragam pangan dalam jumlah yang
mencukupi. Perlu dilakukan suatu upaya untuk mengubah perilaku
masyarakat agar mengkonsumsi beraneka ragam makanan yang bergizi,
baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Almatsier, 2010).
Perawat memiliki berbagai macam peran, salah satunya yaitu
sebagai pendidik (educator). Sebagai pendidik, perawat memberikan
pendidikan kesehatan kepada individu, kelompok, ataupun masyarakat
agar pengetahuannya semakin bertambah. Menurut Notoatmodjo (2003),
pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk
membantu

individu,

kelompok,

maupun

masyarakat

agar

dapat

meningkatkan kemampuan atau perilaku untuk mencapai kesehatan yang


optimal.
Pendapatan

keluarga

merupakan

satu-satunya

faktor

yang

berhubungan dengan status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa
Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, untuk itu
perawat perlu memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya pada
ibu yang memiliki balita agar dapat memberikan makanan dan pelayanan
yang mencukupi kebutuhan gizi balita walaupun memiliki pendapatan

65

yang rendah. Pendapatan yang rendah ini dapat dimanfaatkan untuk


membeli bahan makanan yang bergizi tinggi dan beraneka ragam namun
dengan harga yang terjangkau sehingga masih dapat memenuhi zat-zat gizi
yang dibutuhkan tubuh. Perawat dapat berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk memberikan contoh makanan dengan harga terjangkau namun
memiliki zat gizi yang tinggi. Untuk memantau kesehatan, balita dapat
menggunakan tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada disekitar
lingkungan rumah seperti posyandu dan puskesmas, dengan biaya yang
minimal.

C. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian


Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status
gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan
Kembaran Kabupaten Banyumas memiliki beberapa keterbatasan. Adapun
beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya meneliti tentang faktor tingkat pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu tentang gizi, dan
penyakit infeksi, sehingga hanya terbatas pada hal tersebut. Faktor asupan
nutrisi tidak diteliti karena peneliti tidak menguasai dalam bidang gizi.
Padahal faktor asupan nutrisi merupakan faktor yang sangat penting dan
kemungkinan besar mempengaruhi status gizi balita.
2. Daerah penelitian kurang menyeluruh, terbatas hanya di Posyandu
Handayani I dan IV Desa Dukuhwaluh.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis faktorfaktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita di
Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis univariat diperoleh mayoritas distribusi responden
yaitu memiliki tingkat pendidikan rendah (60,4%), tidak bekerja (56,2%),
pendapatan keluarga kurang dari atau sama dengan UMK (70,8%),
pengetahuan tentang gizi baik (58,3%), dan terkena penyakit infeksi
(95,8%).
2. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh faktor yang berhubungan dengan
status gizi baik dan gizi kurang pada balita adalah pendapatan keluarga.
Faktor yang tidak berhubungan dengan status gizi balita adalah tingkat
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi, dan penyakit
infeksi.
3. Berdasarkan analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dominan
mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita adalah
pendapatan keluarga.

67

B. Saran
Hasil

penelitian

dan

pembahasan

analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi status gizi balita baik dan gizi kurang pada di Desa
Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas telah diuraikan,
maka peneliti menyarankan:
1. Bagi masyarakat
Saran bagi masyarakat, khususnya bagi para ibu yang memiliki
balita agar dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang ada untuk
bekerja sampingan dan memanfaatkan keterampilan atau keahlian khusus
untuk digunakan dalam menambah penghasilan. Selain itu, pemanfaatan
pekarangan rumah untuk memproduksi bahan makanan juga dapat
digunakan untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
2. Bagi Posyandu
Bagi posyandu disarankan dapat bekerja sama lintas sektor dengan desa
agar menemukan solusi untuk menambah pendapatan keluarga dengan
memanfaatkan sumber daya manusia yang ada seperti dengan memberikan
informasi mengenai peluang usaha ataupun dengan menggali potensi
masyarakat khususnya bagi ibu yang belum bekerja agar dapat
memanfaatkan keterampilan atau keahlian khusus sehingga pendapatan
keluarga dapat meningkat dan kejadian gizi kurang dapat dikurangi. Selain
itu, kader posyandu agar dapat memantau status gizi balita dan apabila
status gizi balita menurun, dapat segera ditangani.

68

3. Bagi institusi pendidikan


Bagi institusi pendidikan khususnya jurusan keperawatan apabila akan
mengembangkan penelitian ini, disarankan untuk meneliti faktor-faktor
lain yang kemungkinan juga dapat mempengaruhi status gizi baik dan gizi
kurang pada balita. Daerah penelitian juga diperluas tidak hanya beberapa
posyandu dalam satu desa, namun seluruh posyandu di desa tersebut,
sehingga lebih merata, dan lebih baik lagi bila cakupan kawasannya di
wilayah kerja puskesmas tertentu sehingga akan mencakupi beberapa desa.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010. Kementerian Kesehatan RI. Retrieved 15 Juni
2013,
from
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.
pdf.
Caulfield, L. E., Onis, M. D., Blossner, M. & Black, R. E. (2004). Undernutrition
as an underlying cause of child deaths associated with diarrhea,
pneumonia, malaria, and measles. The American Journal of Clinical
Nutrition, 2004(80), 193-198. Retrieved 16 Januari 2014, from
http://ajcn.nutrition.org/content/80/1/193.full.pdf+html
Dahlan, M. S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif,
bivariat, dan multivariat, dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS.
Jakarta: Salemba Medika.
Dahlia, S. (2012). Pengaruh pendekatan positive deviance terhadap peningkatan
status gizi balita. Jeneponto. Media Gizi Masyarakat Indonesia, 2(1).
Retrieved
10
Oktober
2013,
from
http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/view/432/374
Depkes RI. (2009). Sistem kesehatan nasional. Jakarta. Retrieved 31 Desember
2013, from http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_3742009_TTG_SKN-2009.pdf
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2010). Gizi dan kesehatan
masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.
Devi, M. (2010). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi
balita di pedesaan. Teknologi dan kejuruan 33 (2). 183-192. Retrieved 15
November 2013, from http://journal.um.ac.id/index.php/teknologikejuruan/article/view/3054/426
Dewi, A. B. F. K., Pujiastuti, N. & Fajar, I. (2013). Ilmu gizi untuk praktisi
kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Faradevi, R. (2011). Perbedaan Besar Pengeluaran Keluarga, Jumlah Anak serta


Asupan Energi dan Protein Balita antara Balita Kurus dan Normal.
(Skripsi), Universitas Diponegoro, Semarang. Retrieved 22 Oktober 2013,
from
http://eprints.undip.ac.id/32558/1/382_Reny_Faradevi_G2C309004.pdf
Ferdous, et al. (2013). Severity of diarrhea and malnutrition among under fiveyear-old children in rural bangladesh. American Journal of Tropical
Medicine and Hygiene, 89(2), 223-228. Retrieved 11 November 2013,
from http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=e795c524149e-41dd-8b66-c175000aa611%40sessionmgr110&vid=1&hid=118
Hastono, S. P. (2001). Analisa data. Jakarta: Pustaka Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
Hidayat, A. A. A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Infoblora. (2013). Daftar UMK Jateng 2014 Berdasarkan SK Gubernur Nomor
560/60 Tahun 2013. Semarang. Retrieved 29 Desember 2013, from
http://www.infoblora.com/2013/11/daftar-umk-jateng-2014-berdasarkansk.html
Isnansyah, Y. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak
bawah lima tahun di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang Kabupaten
Banyumas. (Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Kamiy, Y. (2011). Socioeconomic determinants of nutritional status of children in
Lao PDR: effects of household and community factors. Journal of Health,
Population and Nutrition, 29(4), 339-348. Retrieved 29 Desember 2013,
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3190364/pdf/jhpn00290339.pdf
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman kader seri kesehatan anak.
Retrieved 22 Oktober 2013, from http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-KesehatanAnak.pdf
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri
penilaian status gizi anak. Retrieved 16 Juni 2013, from
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/11/buku-skantropometri-2010.pdf

Kristianti, D., Suriadi, & Parjo. (2013). Hubungan antara karakteristik pekerjaan
ibu dengan status gizi anak usia 4-6 tahun Di TK Salomo Pontianak.
Jurnal Publikasi Mahasiswa Keperawatan FK UNTAN, 3(1). Retrieved 23
Januari
2014,
from
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/view/3804/38
07
Midyat, L., Aksit, S., Gokce, S., & Yagci, R.V. (2011). Nutritional status of
preschool (2-6 years of age) children from families from farious
socioeconomic groups, in the city of zmir, Turkey. Journal of Pediatric
Sciences,
3(3).
Retrieved
25
Oktober
2013,
from
http://www.pediatricsciences.com/ojs/index.php?journal=jps&page=article
&op=view&path[]=209&path[]=pdf_108
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian. Jakarta:
Salemba Medika.
Patodo, S. (2012). Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa Kota Manado Tahun 2012.
Retrieved
30
Juni
2013,
from
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpascasarjanaunsrat.c
om%2Fhome%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F08%2FFaktor%2523U2013-faktor-yang-Berhubungan-dengan-Status-Gizi-Balita-diWilayah-Kerja-Puskesmas-Wawonasa-Kota-Manado-Tahun2012.docx&ei=CkTAUs22BYbjrAe3zYEY&usg=AFQjCNHLDIvmJKJL
G13yOZtDewUi4vjyaQ&bvm=bv.58187178,d.bmk
Permana, W. E. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
kurang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden II. (Skripsi),
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Proverawati, A., & Asfuah, S. (2009). Buku ajar gizi untuk kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmawati, D. (2006). Status gizi dan perkembangan anak di Taman Pendidikan
Karakter Semai Benih Bangsa Sutera Alam, Desa Sukamantri, Kecamatan
Tamansari, Bogor. (Skripsi), Institut Pertanian Bogor, Bogor. Retrieved
30
Juni
2013,
from
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1673/Rahmawati.%
20Dina_A2006.pdf

Sandjaja, et al. (2010). Gizi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.


Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT
Percetakan dan Penerbitan Universitas Jenderal Soedirman.
Sediaoetama, A. D. (2000). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta:
Dian Rakyat.
Sen, P., Bharati, S., Som, S., Pal, M., & Bharati, P. (2011). Growth and nutritional
status of preschool children in India: a study of two recent time periods.
Food And Nutrition Bulletin, 32(2), 84-93. Retrieved 26 Oktober 2013,
from http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=e3e6b1aa8a43-4d74-a50a-bda6c970398e%40sessionmgr111&vid=1&hid=121
Suhardjo. (2005). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sulistyowati, E. (2012). Pengaruh bermain aktif (bermain bongkar pasang balok
lego) terhadap perkembangan kecerdasan emosional pada anak usia
prasekolah (3-5 tahun). (Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta:
EGC.
Suprihatin. (2006). Pengaruh kecacingan terhadap kejadian berat badan bawah
garis merah (BGM) pada balita usia 2-5 tahun di wilayah Puskesmas
Kandangan Kabupaten Tamanggung (Skripsi). Retrieved 20 Oktober
2013, from http://eprints.undip.ac.id/9148/1/2871.pdf
Syatriani, S. (2011). Faktor yang berhubungan dengan status gizi bayi di
Kelurahan Bira Kota Makassar Tahun 2010. Media Gizi Pangan, XI(1).
Retrieved
15
November
2013,
from
http://jurnalmediagizipangan.files.wordpress.com/2012/03/10-faktor-yangberhubungan-dengan-status-gizi-bayi-di-kelurahan-bira-kota-makassartahun-2010.pdf
Taufiqurrahman, M. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi balita di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.
(Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


No

Kegiatan

Pengumpulan
materi

Studi
pendahuluan
penelitian

Penyusunan
proposal
penelitian

Konsultasi
dan
revisi
proposal

Seminar
proposal

Perijinan
penelitian

Pelaksanaan
penelitian

Penyusunan
hasil
penelitian

Seminar hasil
penelitian

10

Pengumpulan
skripsi

September

Oktober

November

Desember

Januari

Februari

Lampiran 2. Surat Ijin Validitas dan Penelitian dari Kesbang Polingmas


Kabupaten Banyumas

Lampiran 3. Surat Ijin Validitas dan Penelitian dari BAPPEDA Kabupaten


Banyumas

Lampiran 4. Lembar Bimbingan Konsultasi Skripsi

Lampiran 5. Permohonan menjadi Responden


PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Ibu dari

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Retno Dyah Palupi
NIM

: G1D010027
Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-

Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman yang akan mengadakan


penelitian dengan judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
baik dan gizi kurang pada balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada balita di Desa
Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.
Sehubungan dengan hal tersebut, dan dengan kerendahan hati saya mohon
kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Semua data maupun
informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ibu bersedia untuk menjadi
responden, mohon ibu untuk menandatangani pernyataan kesediaan menjadi
responden.
Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu, saya ucapkan terima kasih.
Purwokerto,
Peneliti

Januari 2014

(Retno Dyah Palupi)

Lampiran 6. Persetujuan menjadi Responden


PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan dan saya memahami bahwa penelitian


Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi baik dan gizi kurang pada
balita di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas ini
tidak akan merugikan saya dan telah dijelaskan secara jelas tentang tujuan
penelitian, cara pengisian kuesioner dan kerahasiaan data, oleh karena itu saya
bertanda tangan di bawah ini:
Nama responden/Ibu

Nama Anak

Alamat

:
Menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam

penelitian yang akan dilakukan oleh Retno Dyah Palupi, mahasiswa Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman.
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Purwokerto,

Januari 2014

Responden

(.)

Lampiran 7. Lembar kuesioner

LEMBAR KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI
BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA DUKUHWALUH
KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS

Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda check list () pada jawaban yang paling sesuai.
2. Isilah pertanyaan dibawah ini pada tempat yang tersedia.
3. Jawaban yang ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya maka diharapkan ibu
menjawab semua pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat
atau keyakinan.
4. Tiap jawaban yang ibu kembalikan kepada kami merupakan bantuan yang tak
ternilai bagi penelitian ini, untuk itu peneliti mengucapkan penghargaan yang
setinggi-tingginya.

A. Identitas Responden
1.

Nomor responden (diisi peneliti):

2.

Nama responden/ibu :

3.

Usia responden

4.

Alamat responden

5. Tingkat pendidikan Ibu :


Tidak sekolah

SMP/Sederajat

Tidak lulus SD

SMA/Sederajat

SD/Sederajat
6. Pekerjaan Ibu

Diploma/S1
:

Tidak bekerja

Pedagang

Buruh

Lainnya, sebutkan...........

PNS

7. Pendapatan Keluarga:

Kurang dari atau sama dengan


Rp 1.000.000/bulan
Lebih dari Rp 1.000.000/bulan

B. Identitas Anak
1. Nama anak

2. Jenis kelamin

3. Usia (diisi peneliti)

4. Berat badan (diisi peneliti)

5. Riwayat penyakit 3 bulan terakhir:


Diare

Campak

Tuberkulosis

ISPA

Lainnya, sebutkan..........

C. Pengetahuan Ibu tentang Gizi


Berilah tanda () pada kotak berikut ini, benar atau salah sesuai dengan
jawaban anda!
No

Pernyataan

1.

Pada usia 0-6 bulan bayi hanya boleh diberi ASI (Air
Susu Ibu) saja.

2.

ASI (Air Susu Ibu) sebaiknya diberi segera setelah


lahir karena mengandung banyak zat gizi yang
dibutuhkan bayi.

3.

Balita 1-5 tahun makan-makanan utama sebanyak 3


kali sehari ditambah makanan selingan diantara
setiap makanan utama.

4.

Makanan yang diberikan sebaiknya hanya sejenis dan


tidak perlu beraneka ragam.

5.

Banyak memberi makanan ringan sebelum waktu


makan itu baik untuk menambah nafsu makan anak.

Benar

Salah

6.

Anak usia 1-5 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang


kurang, untuk itu ibu tidak perlu memiliki
keterampilan yang baik dalam mengolah makanan.

7.

Pada usia balita 6 bulan, makanan pendamping


sangat penting bagi balita karena air susu ibu akan
semakin berkurang.

8.

Pada usia 9-12 bulan diberikan makanan yang


berbentuk lunak seperti bubur nasi yang ditambah
lauk pauk (ikan dan sayuran).

9.

Kurang gizi dapat mengakibatkan anak mudah


terserang penyakit sehingga mengganggu
pertumbuhannya.

10. Makanan yang baik adalah makanan enak dan


mengenyangkan, tidak harus bergizi.
11. Bahan makanan seperti buah dan sayuran sebelum
diolah/dimasak tidak perlu dicuci terlebih dahulu.

Lampiran 8. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan


tentang gizi

Correlations
p1
p1

Pearson
Correlation

p2

N
p3

Pearson
Correlation

30

30

30

30

30

30

p9

p10

p11 p12 p13

.055

.856 .827 .481

. .559 .235 .797

30 30

.094 .827 .159


30

30

30

.000 .a -.035 .375* .075


.

30 30

.856 .041 .692


30

30

30

30

30

30

30

30 30

30

**

1 . .489
.
30 30
.

30

30

30

30

30

30

30

30

.006

30 30

30

Sig. (2tailed)

.055

.094

30 30

30

30

30

.236 .253 .139 .569**


.001

30

30

30

30

.a

30 30

30

30

30

30

.019 .094 .281


30

30

30 30

1 -.113 -.138 .167 -.200


.552

Sig. (2tailed)

.780

.378 .552
30

30

. .904 .871 .618

.053 .a .167 -.113

30 30

30

.094 .378

Pearson
.264 .075 -.015
Correlation

30

30

. .210 .177 .465

30 30
a

30

.a -.023 .031 -.095 .493**

30

30

.010

.311 .167 -.426* .311 .203

30

.064 .055 .039

30
.

30 30

.354 .053 -.342 .354


.378*

.006 .055 .780

.354 .a .311

30

30

. .299 .057 .478

.568 .797 .938

Pearson
-.042 .375* .049
Correlation

30

.618 .115 .581

.159 .692 .938

30

.465

Pearson
.311 -.035 .109 .489** .a
Correlation

30

30

.a .196 .351 .135 .461*

30

30

30 30

.027

.095 .294 .105

30

30

30

.139 .a .109 .049 -.015

30

30

. .000 .235 .797

30

.827 .041 .797

30

.271 .183 .288

30

30

30

.a .667** .224 .049 .403*

30 30

30

30 30

.027

.208 -.250 -.200

30

p15 Jmlh

.a .111 -.224 .049 .403*

.094 .856 .568

p14

.035 -.042 .134

p8

Sig. (2tailed)

p7

.354 .a .311 -.042 .264

.055 1.000 .465


30

p6

p9

30

Pearson
.354 .000 .139
Correlation

Sig. (2tailed)

p8

.797 .797
30

p5

.797 1.000

p7

1 .049

.827
30

30

30

Sig. (2tailed)

p6

30

30

p5

30

Pearson
.049 .049
Correlation
Sig. (2tailed)

p4

.827 .797

Pearson
-.042
Correlation
Sig. (2tailed)

p4

1 -.042 .049

Sig. (2tailed)
p2

p3

30

.466 .379 .288


30

30

30

30

30

.006
30

.a .389* .447* .294 .567**


. .034 .013 .115

30 30

30

30

30

.001
30

.146 .264 .161

.a -.201 -.067 .207 .411*

.441 .159 .395

. .287 .723 .272

30

30

Pearson
.035 .208 .095 -.342 .a -.426* -.138 .146
Correlation

30

30 30

-.203
.484**

30

30

.024

30

30

.a .023 -.031 .095

.018

Sig. (2tailed)

.856 .271 .618

30

30

30

p10 Pearson
-.042 -.250 .294
Correlation
Sig. (2tailed)

.827 .183 .115

30

30

30

.064

30 30

.019 .466 .441


30

30

.354 .a .311 .167 .264

.055

30 30

30

30

.007 .281

.094 .379 .159


30

30

30

30

Sig. (2tailed)

.481 .288 .581

N
p12 Pearson
Correlation

30

30

30

Sig. (2tailed)
N

30

30

30

p13 Pearson
.111 .667** .196
Correlation
Sig. (2tailed)

.559 .000 .299

30

30

30

p14 Pearson
-.224 .224 .351
Correlation
Sig. (2tailed)

.235 .235 .057

30

30

30

p15 Pearson
.049 .049 .135
Correlation
Sig. (2tailed)

.797 .797 .478

30

30

30

.039

30 30
.

.281 .288 .395

1 .134

.007

.481

30

30

30

30

30

30

.027 .027 .010

30

30

30

30 30

30

30

30

30

30

Cronbach's
Alpha

N of Items
.668

16

30 30

.904 .379 .053

30 30

.904 .034 .287


30

30

30

30

30

.210

30

30

30

.a

30

30

30

30

30 30

30

30

30

30

1 .447

.196 .460*

.013 .299
30

. .013

30

.661

30 30

.871 .235 .203

30

30

.177

30 30

30

.a .447*

.871 .013 .723

30

.027

30

.253 .a .031 .447* -.067 -.031 .224 -.239


.

30

.a -.356 -.239 -.288 -.083

30 30

.023 -.167 -.356

30

. .053 .203 .122

.236 . -.023 .389 -.201

30

30

30

.011
30

1 .351 .514**

30

.057

.004

30

30

.139 .a -.095 .294 .207

.095 .294 -.288

.a .196 .351

1 .461*

.465

.618 .115 .122

. .299 .057

.010

30 30

.618 .115 .272


30

30

30

.001

30 30

.006 .001 .024


30

30

30

30

30

30

.018 .403* -.083

.a .460* .514** .461*

.924 .027 .661

. .011 .004 .010

30

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Jmlh Pearson
.403* .403* .461* .569** .a .493** .567** .411*
Correlation
Sig. (2tailed)

30

. .379 .235 .115

30 30
1

30

.924

.a -.167 .224 .294 .403*

.281 .481

30
.

30 30

.484**

p11 Pearson
.134 -.200 .105 -.378* .a .203 -.200 .161 -.203 .134
Correlation

. .904 .871 .618

30

30

30 30

30 30

30

30

30

30

30

30

Lampiran 12. Tes normalitas data pengetahuan ibu tentang gizi


Case Processing Summary
Cases
Valid
N

Missing

Percent

pengetahuanibutentanggizi

48

Total

Percent

100.0%

.0%

Percent
48

100.0%

Descriptives
Statistic
pengetahuanibutentanggizi Mean

9.7292

95% Confidence Interval


for Mean

Lower Bound

9.3761

Upper Bound

10.0822

5% Trimmed Mean

Std. Error
.17549

9.7778

Median

10.0000

Variance

1.478

Std. Deviation

1.21585

Minimum

7.00

Maximum

11.00

Range

4.00

Interquartile Range

2.00

Skewness
Kurtosis

-.415

.343

-1.146

.674

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic
pengetahuanibutentanggizi
a. Lilliefors Significance Correction

.227

df

Shapiro-Wilk

Sig.
48

.000

Statistic
.848

df

Sig.
48

.000

Lampiran 13. Analisis univariat

Frequencies
Statistics
Tingkatpendidika pekerjaani pendapatankelu pengetahuanibutenta penyakitinfe statusg
nibu

bu

N Valid
Missi
ng

arga

nggizi

ksi

izi

48

48

48

48

48

48

Frequency Table
tingkatpendidikanibu
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

rendah

29

60.4

60.4

60.4

tinggi

19

39.6

39.6

100.0

Total

48

100.0

100.0

pekerjaanibu
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tidak bekerja

27

56.2

56.2

56.2

Bekerja

21

43.8

43.8

100.0

Total

48

100.0

100.0

pendapatankeluarga
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

kurang dari UMK

34

70.8

70.8

70.8

lebih dari UMK

14

29.2

29.2

100.0

Total

48

100.0

100.0

pengetahuanibutentanggizi
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

kurang

20

41.7

41.7

41.7

baik

28

58.3

58.3

100.0

Total

48

100.0

100.0

penyakitinfeksi
Cumulative
Frequency
Valid

terkena penyakit infeksi


tidak terkena penyakit infeksi
Total

Percent

Valid Percent

Percent

46

95.8

95.8

95.8

4.2

4.2

100.0

48

100.0

100.0

statusgizi
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

gizi kurang

24

50.0

50.0

50.0

gizi baik

24

50.0

50.0

100.0

Total

48

100.0

100.0

Lampiran 14. Analisis bivariat

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
tingkatpendidikanibu *
statusgizi
pekerjaanibu * statusgizi
pendapatankeluarga *
statusgizi
pengetahuanibutentanggizi
* statusgizi
penyakitinfeksi * statusgizi

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

48

100.0%

.0%

48

100.0%

48

100.0%

.0%

48

100.0%

48

100.0%

.0%

48

100.0%

48

100.0%

.0%

48

100.0%

48

100.0%

.0%

48

100.0%

tingkatpendidikanibu * statusgizi
Crosstab
statusgizi
gizi kurang
Tingkatpendidikanibu

rendah

Count

Total

Total

18

11

29

14.5

14.5

29.0

13

19

Expected Count

9.5

9.5

19.0

Count

24

24

48

24.0

24.0

48.0

Expected Count
tinggi

gizi baik

Count

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

df

Likelihood Ratio

sided)

.039

3.136

.077

4.347

.037

4.269
b

sided)

Exact Sig. (1-

Fisher's Exact Test

sided)

.075

Linear-by-Linear

4.180

Association
b

N of Valid Cases

.041

48

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Upper

Odds Ratio for


tingkatpendidikanibu (rendah

3.545

1.042

12.058

1.966

.956

4.040

.554

.318

.967

/ tinggi)
For cohort statusgizi = gizi
kurang
For cohort statusgizi = gizi
baik
N of Valid Cases

48

.038

pekerjaanibu * statusgizi
Crosstab
statusgizi
gizi kurang
pekerjaanibu

tidak bekerja

Count
Expected Count

bekerja

Total

13

27

13.5

13.5

27.0

10

11

21

10.5

10.5

21.0

24

24

48

24.0

24.0

48.0

Count
Expected Count

Total

14

Count
Expected Count

gizi baik

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

sided)

sided)

.771

.000

1.000

.085

.771

.085
b

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear

1.000
.083

Association
b

N of Valid Cases

Exact Sig. (1-

.773

48

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.
b. Computed only for a 2x2 table

sided)

.500

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for pekerjaanibu
(tidak bekerja / bekerja)
For cohort statusgizi = gizi
kurang

Lower

Upper

1.185

.378

3.710

1.089

.611

1.940

.919

.522

1.618

For cohort statusgizi = gizi


baik
N of Valid Cases

48

pendapatankeluarga * statusgizi
Crosstab
statusgizi
gizi kurang
pendapatankeluarga

kurang dari UMK

Count

Total

Total

21

13

34

17.0

17.0

34.0

11

14

Expected Count

7.0

7.0

14.0

Count

24

24

48

24.0

24.0

48.0

Expected Count
lebih dari UMK

gizi baik

Count

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

df

Likelihood Ratio

sided)

.011

4.941

.026

6.760

.009

6.454
b

sided)

Exact Sig. (1-

Fisher's Exact Test

sided)

.024

Linear-by-Linear

6.319

Association
b

N of Valid Cases

.012

48

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Upper

Odds Ratio for


pendapatankeluarga (kurang

5.923

1.387

25.300

2.882

1.022

8.133

.487

.293

.808

dari UMK / lebih dari UMK)


For cohort statusgizi = gizi
kurang
For cohort statusgizi = gizi
baik
N of Valid Cases

48

.012

pengetahuanibutentanggizi * statusgizi
Crosstab
statusgizi
gizi kurang
pengetahuanibutentanggizi

kurang

Count
Expected Count

baik

Count
Expected Count

Total

Count
Expected Count

gizi baik

Total

11

20

10.0

10.0

20.0

13

15

28

14.0

14.0

28.0

24

24

48

24.0

24.0

48.0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

sided)

sided)

.558

.086

.770

.343

.558

.343
b

df

Fisher's Exact Test


Linear-by-Linear

N of Valid Cases

sided)

.770
.336

Association

Exact Sig. (1-

.562

48

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table

.385

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value

Lower

Upper

Odds Ratio for


pengetahuanibutentanggizi

1.410

.446

4.464

1.185

.676

2.077

.840

.463

1.522

(kurang / baik)
For cohort statusgizi = gizi
kurang
For cohort statusgizi = gizi
baik
N of Valid Cases

48

penyakitinfeksi * statusgizi
Crosstab
statusgizi
gizi kurang
penyakitinfeksi

terkena penyakit infeksi

Count

infeksi
Total

Total

24

22

46

23.0

23.0

46.0

Expected Count

1.0

1.0

2.0

Count

24

24

48

24.0

24.0

48.0

Expected Count
tidak terkena penyakit

gizi baik

Count

Expected Count

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

(2-sided)

sided)

sided)

df
a

.149

.522

.470

2.860

.091

2.087
b

Asymp. Sig.

Fisher's Exact Test

.489

Linear-by-Linear

2.043

Association
b

N of Valid Cases

.153

48

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
For cohort statusgizi = gizi
baik
N of Valid Cases

Lower

.478
48

.354

Upper
.647

.245

Lampiran 15. Analisis multivariat

Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases

Selected Cases

N
Included in Analysis

Percent
48

100.0

.0

48

100.0

.0

48

100.0

Missing Cases
Total
Unselected Cases
Total

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of


cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value

Internal Value

gizi baik

gizi kurang

Categorical Variables Codings


Parameter coding
Frequency
pendapatankeluarga

tingkatpendidikanibu

(1)

kurang dari UMK

34

1.000

lebih dari UMK

14

.000

rendah

29

1.000

tinggi

19

.000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)


Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
Step 1

Step 2

df

Sig.

Step

8.727

.013

Block

8.727

.013

Model

8.727

.013

Step

-1.967

.161

Block

6.760

.009

Model

6.760

.009

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares


value has decreased from the previous step.

Model Summary

Step
1
2

Cox & Snell R

Nagelkerke R

Square

Square

-2 Log likelihood
57.816

.166

.222

59.782

.131

.175

a. Estimation terminated at iteration number 4 because


parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test


Step

Chi-square

df

Sig.

.839

.657

.000

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Step 1

Step 2

statusgizi_reg = gizi baik

statusgizi_reg = gizi kurang

Observed

Observed

Expected

Expected

Total

7.596

1.404

3.404

1.596

5.404

4.596

10

7.596

17

16.404

24

11

11.000

3.000

14

13

13.000

21

21.000

34

Classification Table

Predicted
statusgizi_reg
Observed
Step 1

statusgizi_reg

gizi baik
gizi baik
gizi kurang

Percentage

gizi kurang

Correct

17

70.8

17

70.8

Overall Percentage
Step 2

statusgizi_reg

gizi baik
gizi kurang

Overall Percentage
a. The cut value is ,500

70.8
11

13

45.8

21

87.5
66.7

Variables in the Equation


95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step
1

Wald

df

Sig.

Exp(B) Lower

tingkatpendidikanibu(1)

.932

.667

1.950

.163

2.539

pendapatankeluarga(1)

1.527

.767

3.965

.046

4.604

-1.689

.736

5.260

.022

.185

1.779

.741

5.766

.016

5.923

-1.299

.651

3.979

.046

.273

Upper

.687

9.386

Constant
Step
2

S.E.

pendapatankeluarga(1)

1.024 20.693

1.387 25.300

Constant

a. Variable(s) entered on step 1: tingkatpendidikanibu,


pendapatankeluarga.

Model if Term Removed

Variable
Step 1

Step 2

Model Log

Change in -2

Likelihood

Log Likelihood

Sig. of the
df

Change

tingkatpendidikanibu

-29.891

1.967

.161

pendapatankeluarga

-31.097

4.379

.036

pendapatankeluarga

-33.271

6.760

.009

Variables not in the Equation


Score
Step 2

Variables

tingkatpendidikanibu(1)

Overall Statistics
a. Variable(s) removed on step 2: tingkatpendidikanibu.

df

Sig.

2.007

.157

2.007

.157

Block 0: Beginning Block


Classification Table

a,b

Predicted
statusgizi_reg
Observed
Step 0

gizi baik

statusgizi_reg

Percentage

gizi kurang

Correct

gizi baik

24

.0

gizi kurang

24

100.0

Overall Percentage

50.0

a. Constant is included in the model.


b. The cut value is ,500

Variables in the Equation


B
Step 0

Constant

S.E.
.000

.289

Wald

df

.000

Sig.
1

Exp(B)

1.000

1.000

Variables not in the Equation


Score
Step 0

Variables

df

Sig.

tingkatpendidikanibu(1)

4.269

.039

pendapatankeluarga(1)

6.454

.011

8.179

.017

Overall Statistics

Vous aimerez peut-être aussi