Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKENARIO B BLOK 20
04121401018
Muhammad Ramzie
04121401019
04121401020
Abdillah Husada
04121401023
Rafenia Nayani
04121401024
Ramitha Yulisman
04121401036
04121401047
Iqbal Habibie
04121401063
M. Yufimar R. F.
04121401076
Stefen Agustinus
04121401081
Rina Novitriani
04121401092
04121401093
04121401094
Asyriva Yossadania
04121901001
M. Shulakshana M.
04111401095
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. 3
KEGIATAN TUTORIAL....4
1. SKENARIO .............................
3. IDENTIFIKASI MASALAH...
4. PRIORITAS MASALAH
5. ANALISIS MASALAH ..
6. TEMPLATE.
27
7. TOPIK PEMBELAJARAN .
38
8. SINTESIS ........
38
38
46
54
10. KESIMPULAN .
54
55
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
tugas kompetensi kelompok Laporan Tutorial Skenario B Blok 20. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
umatnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan
terimakasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Anita Marsidin M. S., Sp. OK selaku tutor kelompok 6,
3. teman-teman sejawat FK Unsri,
4. semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas segala amal yang diberikan kepada semua
pihak yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 6
KEGIATAN TUTORIAL
Tutor
Moderator
Sekretaris Meja
Pelaksanaan
1. SKENARIO
Ny. Luna, umur 69 tahun, memilki riwayat penyakit hipertensi dan DM tipe 2. Sejak 1,5 tahun
yang lalu dia sukar berjalan karena kelemahan tubuh sebelah kanan. Sejak 1 tahun terakhir dia
sering lupa meletakkan benda, sering ketinggalan belanjaan di pasar dan sering lupa waktu
makan dan mandi. Keluhan sering lupa waktu makan dan mandi semakin berat. Lalu dia dibawa
oleh keluarganya ke dokter.
Hasil Pemeriksaan Fisik: GCS 15, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 82 x/menit regular,
pernafasan 20 x/menit, temperatur 37,2C.
Hasil Pemeriksaan Status Neurologis: Gerakan ekstremitas kanan menurun, kekuatan
ekstremitas kanan 4, refleks fisiologis kanan meningkat, refleks patologis sebelah kanan (+)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium : GDS 240 mg/dL, kolesterol total 160 mg%, TG 120 mg%
Hasil Pemeriksaan Penunjang
: CT Scan kepala: Infark lacunar di lobus temporalis kiri
Hasil Pemeriksaan Kognitif
: MMSE 17/30
2. KLARIFIKASI ISTILAH
2.1 GCS: Glasgow Comma Scale; skala untuk mengukur tingkat kesadaran seseorang
2.2 Refleks Fisiologis: refleks yang muncul pada orang nomal
2.3 Refleks Patologis: refleks yang menunjukkan atau disebabkan oleh keadaan yang sakit
2.4 GDS: Gula darah sewaktu (<200mg/dL)
2.5 Trigliserida: senyawa yang terdiri dari 3 molekul asam emak yang teresterifikasi menjadi
gliserol, lemak netral yan merupakan bentuk penyimpanan lipid yang biasa pada hewan.
2.6 Infark Lakunar: daerah nekrosis iskemik terbatas yang disebabkan oleh oklusi suplai arteri
atau drainase vena pada bagian tersebut yang berbentuk cekungan kecil atau rongga
berlubang.
2.7 CT Scan: computerized axial tomography, mesin sinar X khusus yang mengirimkan
berbagai berkas pencitraan secara bersamaan dari sudut yang berbeda.
2.8 Lobus Temporal: Lobus temporalis adalah lobus otak yang terletak di bawah lobus frontalis
dan lobus parietalis. Lobus ini juga merupakan lokasi dari korteks pendengaran
primer.Kerusakan pada lobus temporalis dapat menyebabkan masalah memori, persepsi
bahasa, dan kemampuan bahasa.
2.9 MMSE: tes untuk menunjukkan ada atau tidaknya kelemahan kognitif pada pasien, dengan
memberikan pertanyaan sederhana atau masalah pada pasien dengan cakupan: tempat dan
waktu tes dilakukan, mengulangi beberapa kata, aritmatika, penggunaan dan pemahaman
bahasa, dan kemampuan motorik dasar.
5
3. IDENTIFIKASI MASALAH
3.1. Ny. Luna, umur 69 tahun, memilki riwayat penyakit hipertensi dan DM tipe 2.
3.2. Sejak 1,5 tahun yang lalu dia sukar berjalan karena kelemahan tubuh sebelah kanan.
3.3. Sejak 1 tahun terakhir dia sering lupa meletakkan benda, sering ketinggalan belanjaan di
pasar dan sering lupa waktu makan dan mandi. Keluhan sering lupa waktu makan dan mandi
semakin berat. Lalu dia dibawa oleh keluarganya ke dokter.
3.4. Hasil Pemeriksaan Fisik: GCS 15, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 82 x/menit regular,
pernafasan 20 x/menit, temperatur 37,2C.
3.5. Hasil Pemeriksaan Status Neurologis: Gerakan ekstremitas kanan menurun, kekuatan
ekstremitas kanan 4, refleks fisiologis kanan meningkat, refleks patologis sebelah kanan (+)
3.6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium : GDS 240 mg/dL, kolesterol total 160 mg%, TG 120 mg
%
3.7. Hasil Pemeriksaan Penunjang: CT Scan kepala: Infark lacunar di lobus temporalis kiri
3.8. Hasil Pemeriksaan Kognitif : MMSE 17/30
4. PRIORITAS MASALAH
MASALAH
Ny. Luna, umur 69 tahun, memilki riwayat penyakit hipertensi dan DM tipe 2.
Sejak 1,5 tahun yang lalu dia sukar berjalan karena kelemahan tubuh sebelah
kanan.
PRIORITAS
MASALAH
VV
VV
Sejak 1 tahun terakhir dia sering lupa meletakkan benda, sering ketinggalan
belanjaan di pasar dan sering lupa waktu makan dan mandi. Keluhan sering
VVV
lupa waktu makan dan mandi semakin berat. Lalu dia dibawa oleh keluarganya
ke dokter.
Hasil Pemeriksaan Fisik: GCS 15, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 82
V
V
V
5. ANALISIS MASALAH
5.1
Ny. Luna, umur 69 tahun, memilki riwayat penyakit hipertensi dan DM tipe 2.
5.1.1
Apa hubungan hipertensi dan DM tipe 2 dengan keluhan?
Penderita diabetes memiliki peningkatan risiko terjadi demensia oleh sebab apapun
sebesar 47 %, peningkatan risiko penyakit alzheimer sebesar 39 %, dan lebih dari 2 kali
peningkatan risiko menderita demensia vaskular
Diabetes bisa menyebabkan demensia melalui beberapa cara yang oleh para peneliti
masih dipilah-pilah. Resistensi pada insulin yang menyebabkan gula darah tinggi, dan
pada sejumlah kasus mengarah pada diabetes tipe 2, bisa saja merusak kemampuan
tubuh untuk memecah protein (amyloid) yang membentuk plak otak yang terkait dengan
alzheimer. Gula darah yang tinggi juga memproduksi molekul yang mengandung
oksigen yang bisa merusak sel-sel, dalam proses yang disebut stress oksidatif.
Selain itu, gula darah dan kolesterol yang tinggi berperan untuk memperkeras dan
mempersempit arteri pada otak. Kondisi yang dikenal sebagai atherosclerosis ini bisa
menyebabkan vascular demensia.
5.1.2
Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan?
Demensia vaskuler umumnya terjadi pada usia 60 sampai 75. Pria umumnya lebih rentan
dibanding perempuan untuk menderita demensia. Penyakit ini terjadi umumnya akibat
hipertensi yang berkepanjangan.
5.1.3
Apa saja komplikasi hipertensi dan DM tipe 2?
Komplikasi hipertensi:
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal ginjal
d. Kerusakan pada mata
Komplikasi DM tipe 2:
a. Penyakit jantung iskemik
b. Stroke
c. Amputasi tungkai bawah
d. Kebutaan non traumatik
e. Gagal ginjal
f. Meningkatkan resiko disfungsi kognitif dan demensia melalu proses penyakit
seperti penyakit Alzheimer dan demensia vaskular
g. Akantosis nigrikans
h. Disfungsi seksual
i. Sering mengalami infeksi
5.2
Sejak 1,5 tahun yang lalu dia sukar berjalan karena kelemahan tubuh sebelah
kanan.
5.2.1
Penyebab Hemiparesis
1.
2.
Akibat gumpalan darah mengalir lalu berhenti pada salah satu begian otak
(embolisme). Bisa jadi sumber pergerakan penggumpalan darah ini adalah
jantung atau pembuluh darah perifer.
3.
Hemiparesis paling banyak terjadi karena adanya rupture arteri yang memperdarahi
korteks motorik primer. Darah yang seharusnya berada di dalam arteri merembes
keluar sehingga mengurangi suplai nutrisi terutama supai oksigen, hal itu
memungkinkan sel saraf untuk mengalami kematian yang dapat menyebabkan
kelumpuhan sesisi.
Selain itu, darah yang keluar dari arteri meneken sistem piramidalis yang
mengganggu impuls saraf atau perintah yang di berikan oleh girus presentralis.
Tekanan darah ini mengganggu kapsula interna sebagai tempat di bentuknya jaras
kortikospinalis dan kortikobular di daerah genu sampai krus posterior, gangguan ini
juga dapat menyebabkan lesi di daerah kapsula interna sehingga kapsula interna ini
tidak dapat meneruskan perintah yang di berikan untuk sampai di kornu anterior
dorsalis untuk di teruskan ke otot yang di tuju demi menghasilkan gerakan yang di
inginkan.
Susunan neuromuskular
Sistem yang mengurus dan sekaligus melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh
kemauan.
Secara anatomik sistem ini terdiri atas
1) UMN
2) LMN
3) Alat penghubung antara unsur saraf dan unsur otot
4) Otot skeletal
Gaya saraf yang disalurkan melalui lintasan lintasan neuronal adalah potensial
aksi, yang sejak dulu dijuluki impuls dan tidak lain berarti pesan. Dan impuls yang
disampaikan kepada otot sehingga menghasilkan gerak otot dinamakan impuls
motorik
10
Upper motorneuron
Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik ke LMN tergolong dalam
kelompok UMN. Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik kelompok UMN
dibagi dalam susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal
Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke LMN atau
melalui interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. Neuron neuron tersebut
merupakan penghuni girus presentralis, oleh karena itu maka girus tersebut
dinamakan korteks motorik.
Melalui aksonnya neuron korTeks motorik menguhubungi motoreuron yang
membentuk inti motorik saraf kranial dan motorneuron di kornu anterius medula
spinalis.
Akson akson tersebut menyusun jaras kortikobulbar kortikospinal
Sebagai berkas saraf yang kompak mereka turun dari korteks motorik dan di tingkat
talamus dan ganglia basal mereka terdapat di antara kedua bangunan tersebut. Itulah
yang dikenal sebagai kapsula interna. Setelah itu mereka turun ke tingkat
mesensefalon, pons dan di medula oblongata.
Sepanjang batang otak, serabut serabut kortikobulbar meninggalkan kawasan
mereka untuk menyilang garis tengah dan berakhir secara langsung di motorneuron
saraf kranial motorik di sisi kontralateral
Di perbatasan antara medula oblongata dan medula spinalis ,serabut-serabut
kortikospinal sebagian besar menyilang dan membentuk jaras kortikospinal (traktus
piramidalis).
Kawasan jaras piramidal lateral dan ventral makin ke kaudal makin kecil karena
banyak serabut sudah mengakhiri perjalanan.
Susunan ekstrapiramidal
Terdiri atas korpus striatum, globus palidus, inti-inti talamik, nukleus subtalamikus,
substansia nigra, formatio retikularis batang otak, serebelum, korteks motorik
tambahan yaitu area 4, area 6 dan area 8
Serabut-serabut rubrospinal menghubungi baik alfa maupun gama motorneuron yang
berada di intumesensia servikal saja
Sedangkan serabut-serabut retikulospinal menuju ke alfa dan gamma motorneuron
bagian medula spinalis di bawah tingkat servikal
11
Di tingkat kornu anterius terdapat sirkuit gamma loop yaitu hubungan neuronal yang
melingkari alfa motorneuron, muscle spindel, gama / alfa motorneuron
Melalui sistem gamma loop itu tonus otot disesuaikan dengan pola gerakan tangkas
yang diinginkan
Lower motorneuron
LMN = neuron neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan
terakhir ke sel otot sekeletal, LMN dengan aksonnya dinamakan final common path.
Dua jenis LMN dapat dibedakan, yang pertama dinamakan alfa motorneuron. Ia
berukuran besar dan menjulurkan akson yang tebal ke serabut otot ekstrafusal
Yang lain dikenal sebagai gamma motorneuron ukuran kecil, akson halus dan
mensarafi serabut otot intrafusal.
Dengan perantaraan kedua macam motorneuron itu, impuls motorik dapat
mengemudikan keseimbangan tonus otot yang diperlukan untuk mewujudkan setiap
gerakan tangkas.
Sebuah motorneuron dengan sejumlah serabut otot yang dipersarafi merupakan satu
kesatuan motorik atau unit motorik
Tugas motorneuron hanya menggalakkan sel-sel serabut otot sehingga timbul gerak
otot. Tugas untuk menghambat gerak otot tidak dipercayakan kepada motorneuorn,
melainkan kepada interneuron.
Sel interneuron = sel penghubung antara motorneuron dengan pusat eksitasi atau
pusat inhibisi, yang berlokasi di formasio retikularis batang otak.
Motorneuron-motorneuron hanya bekerja sebagai pelaksana bawahan belaka, jika
mereka dibebaskan dari pengaruh sistem piramidal dan ekstrapiramidal maka mereka
masih dapat menggalakkan sel-sel serabut otot, tetapi corak gerakan otot yang terjadi
tidak sesuai dengan kehendak dan laguipula sifatnya tidak tangkas.
Gerak otot tersebut bersifat reflektorik dan kasar serta masif
Bilamana terjadi suatu kerusakan pada motorneuron, maka serabut-serabut otot yang
tergabung dalam unit motoriknya tidak dapat berkontraksi, kendatipun impuls
motorik masih dapat disampaikan oleh sistem piramidal dan ekstrapiramidal kepada
tujuannya.
Motorneuron dengan aksonnya merupakan satu-satunya saluran bagi impuls motorik
yang dapat menggalakkan serabut -serabut otot.
Tergantung pada jumlah motorneuron yang rusak, otot lumpuh ringan (paresis) atau
lumpuh mutlak (paralisis).
12
Oleh karena motorneuron dengan sejumlah serabut otot yang dipersarafi merupakan
satu kesatuan, maka kerusakan pada motorneuron membangkitkan keruntuhan pada
serabut otot yang termasuk unit motorik, otot yang terkena menjadi kecil atau
atrofik.
5.3
Sejak 1 tahun terakhir dia sering lupa meletakkan benda, sering ketinggalan
belanjaan di pasar dan sering lupa waktu makan dan mandi. Keluhan sering lupa
waktu makan dan mandi semakin berat. Lalu dia dibawa oleh keluarganya ke dokter.
5.3.1
Apa etiologi lupa (demensia)?
Otak sebagai saraf pusat mempunyai salah satu peran yaitu mengatur fungsi kognitif,
yang diatur oleh suatu sistem yaitu sistem limbik. Sistem limbik mencakup thalamus,
ganglia basalis, serebelum, lobus frontalis, lobus temporal, lobus parietal, dan lobus
oksipital, dimana masing-masing lokasi tersebut memiliki peran dalam mengatur fungsi
kognitif. Apabila gangguan di posterior, tepatnya lobus parietal dan temporal maka akan
membuat gangguan kognitif berupa memori dan bahasa, akan tetapi behaviour relatif
baik.
5.3.2
Bagaimana patogenesis lupa?
Lupa atau dementia memiliki klasifikasi tertentu, berikut adalah patogenesis
berdasarkan klasifikasi dari dementia
1. Infark multipel
Demensia multi infark merupakan akibat dari infark multipel dan bilateral. Terdapat
riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan gejala fokal seperti
hemiparesis/hemiplegi, afasia, hemianopsia. Pseudobulbar palsy sering disertai
disartria, gangguan berjalan (small step gait), forced laughing/crying, refleks Babinski
dan inkontinensia. Computed tomography imaging (CT scan) otak menunjukkan
hipodensitas bilateral disertai atrofi kortikal, kadang-kadang disertai dilatasi ventrikel.
2. Infark lakunar
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm, disebabkan kelainan pada small
penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otak dan sub kortikal akibat dari
hipertensi. Pada sepertiga kasus, infark lakunar bersifat asimptomatik. Apabila
menimbulkan gejala, dapat terjadi gangguan sensorik, transient ischaemic attack,
hemiparesis atau ataksia. Bila jumlah lakunar bertambah maka akan timbul sindrom
demensia, sering disertai pseudobulbar palsy. Pada derajat yang berat terjadi lacunar
state. CT scan otak menunjukkan hipodensitas multipel dengan ukuran kecil, dapat juga
tidak tampak pada CT scan otak karena ukurannya yang kecil atau terletak di daerah
batang otak. Magnetic resonance imaging (MRI) otak merupakan pemeriksaan
13
penunjang yang lebih akurat untuk menunjukkan adanya lakunar terutama di daerah
batang otak (pons).
3. Infark tunggal di daerah strategis
Strategic single infarct dementia merupakan akibat lesi iskemik pada daerah kortikal
atau sub kortikal yang mempunyai fungsi penting. Infark girus angularis menimbulkan
gejala afasia sensorik, aleksia, agrafia, gangguan memori, disorientasi spasial dan
gangguan konstruksi. Infark daerah distribusi arteri serebri posterior menimbulkan
gejala amnesia disertai agitasi, halusinasi visual,gangguan visual dan kebingungan.
Infark daerah distribusi arteri serebri anterior menimbulkan abulia, afasia motorik dan
apraksia. Infark lobus parietalis menimbulkan gangguan kognitif dan tingkah laku yang
disebabkan gangguan persepsi spasial. Infark pada daerah distribusi arteri paramedian
thalamus menghasilkan thalamic dementia.
5.3.3
Apa makna 1 tahun terakhir Ny. Luna sering lupa?
Berdasarkan PPDGJ-III bahwasanya ada beberapa hal yang digunakan sebagai pedoman
diagnostik penyakit demensia :
a. Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang. Seperti: mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang
air besar dan kecil.
b. Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
c. Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.
Maka merujuk dari hal tersebut, makna 1 tahun sering lupa dapat dijadikan salah satu
acuan penegakkan diagnosis terhadap Ny. Luna. Ny. Luna 69 tahun mengalami
demensia. Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang
biasanya bersifat kronik-progresif.
5.3.4
Apa saja faktor resiko yang menyebabkan keluhan-keluhan tersebut?
a. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan etnis (Asia,
Africa-American), jenis kelamin (pria), pendidikan yang rendah, daerah rural.
b. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret,
penyakit jantung, diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa
terapi penggantian estrogen, dan gambaran EKG yang abnomal.
c. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada
hemostatis, konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres psikologik,
paparan zat yang berhubungan dengan pekerjaan (pestisida, herbisida, plastik),
sosial ekonomi.
d. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah
volume kehilangan jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark.
14
Jenis kelamin merupakan faktor yang masih kontroversial, dan beberapa penelitian
menemukan bahwa tidak ada perbedaaan dalam jenis kelamin. Semuanya dapat terkena
dalam perbandingan yang sama. Genetik juga merupakan faktor yang berpengaruh.
Arteriopati
cerebral
autosomal
dominan
dengan
infark
subkortikal
dan
Hasil Pemeriksaan Fisik: GCS 15, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 82 x/menit
regular, pernafasan 20 x/menit, temperatur 37,2C.
5.4.1
Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?
KESADARAN
Secara Kuantitatif kesadaran seseorang dapat dinilai dengan Glasgow Coma Scale
(GCS) dengan hasil sebagai berikut :
Compos Mentis (15-14) tidak ada penurunan kesadaran pada Ny. Luna
Apatis (13-12)
Somnolen (11-10)
Delirium (9-7)
Sporo coma (6-4)
15
Coma (3)
Score
I.
4
3
2
1
Spontan
Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)
Dengan rangsang nyeri (misal menekan kuku jari)
Tidak ada respon
II.
MENILAI RESPON VERBAL / RESPON BICARA (V)
5
4
Orientasi baik
Bingung,
berbicara
2
1
mengacau (
6
5
Mengikuti perintah
Melokalisir nyeri
rangsang nyeri)
Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus
stimulus
saat
diberi
TEKANAN DARAH
Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Kategori
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi grade 1
Hipertensi grade 2
Sistol (mmHg)
<120
120-139
140-159
160
dan/atau
Dan
Atau
Atau
Atau
Diastole (mmHg)
<80
80-89
90-99
100
pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan mengganggu kelancaran
aliran ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark selsel otak.
Teori 1:
Penderita DM seringkali mengalami mikroangiopati (kerusakan kapiler) merubah
fungsi dan struktur kapiler endoneural penyediaan darah untuk saraf sel saraf
rusak iskemik.
Teori 2:
Hiperglikemia penimbunan basal membran lebih cepat rusaknya blood nerve
barrier dan permeabilitas sel saraf metabolik toksik dapat masuk sel saraf rusak
Teori 3:
Resistensi insulin Menurunkan fungsi vasodilator insulin, tetapi reabsorpi natrium
diginjal tetap Vasokonstriksi relatif Hipertensi.
Teori 4:
Hiperinsulinemia Viskositas darah meningkat Aliran darah yang membawa O2
menurun pompa jantung meningkat Hipertensi
DENYUT NADI
Age
20s
30 34
35 39
40 44
45 49
50 54
55 59
60 64
65 69
> 70 years
Interpretasi : Normal
PERNAFASAN
Normal
: Normal
TEMPERATURE
Normal
: 36,5 37,5o C
: Subfebris
sendi lutut sembari pemeriksa memberi tahanan bergradasi dalam hal kekuatan
Lakukan penilaian terhadap sesuai standar
hal kekuatan
Lakukan penilaian terhadap gerakan dan kekuatan sesuai standar
Pemeriksaan kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:
Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa
Hasil pemeriksaan
Refleks Fisiologis
Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas
1. Refleks Bisep
a. Pasien duduk di lantai
19
b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan
diletakkan di atas lengan pemeriksa
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan
setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Afferent : n.musculucutaneus (C 5-6); Efferent : idem
2. Refleks Trisep
a. Pasien duduk dengan rileks
b. Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa
c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani
Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi .Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku .
Afferent : n.radialis (C6-7-8); Efferent : idem
3. Reflesk Brakhioradialis
a. Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep
b. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks
c. Respon: muncul terakan menyentak pada lengan
4. Refleks Periosteum radialis
a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan
b. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis
c. Respon: fleksi lengan bawah dan supinasi lengan
5. Refleks Periosteum ulnaris
a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan
pronasi
b.Ketukan pada periosteum os. Ulnaris
c. Respon: pronasi tangan
Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah
1. Refleks Patela
a. Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai
b. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat
c. Tangan pemeriksa memegang paha pasien
d. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain
e. Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai
bawah
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respon : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris
Afferent : n.femoralis (L 2-3-4)
Efferent :idem
2. Refleks Kremaster
a. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial
b. Respon: elevasi testis ipsilateral
3. Reflesk Plantar
a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks
20
Reflek Babinski Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari
melalui sisi lateral, orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki dan
penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan
dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Gangguan pada
UMN juga menjadi penyebab dari meningkatnya reflex fisiologis dan patologis ada.
Refleks babinski normal pada bayi masih ada.
Clonus adalah kontraksi-relaksasi otot yang ritmik, cepat dan involunteer. Klonus
merupakan tanda kelainan neurologis, terutama lesi upper motor neuron. Klonus
pergelangan kaki dapat diperiksa dengan melakukan dorsofleksi cepat pada
pergelangan kaki, akan terjadi klonus otot-otot betis. Klonus patella dapat diperiksa
dengan mendorong patella ke arah kaki dengan cepat.
5.6
Hasil Pemeriksaan Laboratorium: GDS 240 mg/dL, kolesterol total 160 mg%, TG 120
mg%
5.6.1
Bagaimana
interpretasi
dan
hasil
pemeriksaan
abnormal
dari
laboratorium?
Pemeriksaan
Kolesterol total
GDS
TG
5.7
Normal
200
200
200mg%
Ny.luna
160 mg%
240 mg/dl
120 mg%
Interpretasi
Normal
Meningkat
Normal
kepala?
22
Infark lakunar
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm, disebabkan kelainan pada small
penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otak dan sub kortikal akibat dari
hipertensi. Pada sepertiga kasus, infark lakunar bersifat asimptomatik.
Apabila menimbulkan gejala, dapat terjadi gangguan sensorik, transient ischaemic
attack, hemiparesis atau ataksia. Bila jumlah lakunar bertambah maka akan timbul
sindrom demensia, sering disertai pseudobulbar palsy. Pada derajat yang berat terjadi
lacunar state. CT scan otak menunjukkan hipodensitas multipel dengan ukuran kecil,
dapat juga tidak tampak pada CT scan otak karena ukurannya yang kecil atau terletak di
daerah batang otak. Magnetic resonance imaging (MRI) otak merupakan pemeriksaan
penunjang yang lebih akurat untuk menunjukkan adanya lakunar terutama di daerah
batang otak (pons).
5.8
Skor
<24
<21
Interpretasi
Abnormal
Meningkatkan kemungkinan demensia
Pendidikan
>25
21
<23
<24
24-30
18-23
Keparahan
23
0-17
No.
Kemampuan
1. Orientasi
Menyebutkan : musim/tanggal/hari/bulan/tahun
Menyebutkan : rumah sakit/kota/provinsi/negara
2. Registrasi
Mengucapkan benda-benda berikut dan suruh diulangi :
apel-mangga-jeruk
3. Atensi dan kalkulasi
Kurangi 100 dengan 7 sampai 5 kali. Atau sebut namanya
dan suruh pasien untuk mengeja namanya dari kanan ke kiri
4. Recall
Ulangi ketiga nama objek pada nomor 2
5. Bahasa
Sebutkan nama objek. Pemeriksa memberikan 2 objek dan
suruh pasien untuk memberitahu nama objek tersebut
6 Ulangi : jika tidak dan tetapi
7 Ikuti perintah di bawah ini : ambil kertas ini, lipat jadi 2, dan
letakkan pada lantai
8 Tulis pejamkan mata dan suruh pasien melakukan
perintah tersebut
9 Suruh pasien membuat kalimat
10 Suruh pasien untuk menjiplak gambar
Total
Score
5
5
3
3
2
1
3
1
1
1
30
24
6. TEMPLATE
6.1
How to Diagnose
Diagnosis demensia ditegakkan melalui dua tahap, pertama menegakkan diagnosis
demensia, kedua mencari proses vaskular yang mendasari. Terdapat beberapa kriteria
diagnostik untuk menegakkan diagnosis DVa, yaitu:(5-12) (i) diagnostic and statictical
manual of mental disorders edisi ke empat (DSM-IV), (ii) pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ) III, (iii) international clasification of diseases (ICD10), (iv) the state of California Alzheimers disease diagnostic and treatment centers
(ADDTC), dan (v) national institute of neurological disorders and stroke and the
association internationale pour la recherche et lenseignement en neurosciences
(NINDSAIREN).
2.7.1 Diagnostik PPDGJ-III:
a) Terdapatnya gejala demensia
b) Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapatnya hilan daya
ingat, gangguan daya piker, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan
daya nilai (judgement) secara relative tetap baik.
c) Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya
gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia
vaskular.
d) Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT
Scan atau pemeriksaan neuropatologis.
F01. Demensia Vaskuler Onset Akut
Biasanya terjadi secara cepat sesudah serangkaian stroke akibat thrombosis
serebrovaskuler, embolisme atau pendarahan.
F01.1 Demensia Multi Infark
Onsetnya lebih lambat, biasanya setelah serangkaian episode iskemik minor yang
menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkim otak.
F01.2 Demensia Vaskular Subkortikal
Focus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisferi serebral yang
dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT Scan. Korteks serebri biasanya
tetap baik, walaupun demikian gambaran klinis masih mirip dengan demensia pada
penyakit Alzheimer.
F01.3 Dementia Vaskular Campuran Kortikal dan Subkortikal
Komponen campuran kortikal dan subkortikal dapat diduga dari gambaran klinis,
hasil pemeriksaan (termaasuk atopsi) atau keduannya.
F01.8 Dementia Vaskular Lainnya
25
eksekutif
(yaitu
merencanakan,
Diagnosis Banding
26
a. Penyakit alzheimer
Biasanya demensia vaskular telah dibedakan dari demensia tipe Alzheimer
dengan pemburukan yang mungkin menyertai penyakit serebrovaskular selama
satu periode waktu. Walaupun pemburukan yang jelas dan bertahap mungkin tidak
ditemukan pada semua kasus, gejala neurologis fokal adalah lebih sering pada
demensia vaskular dibandingkan pada demensia tipe Alzheimer,
demikian juga
Demensia
Vaskular
Demensia
Alzheimer
Hipertensi
Hiperkolestrolemia
Onset Mendadak
Progresivitas bertahap
+
+
7
+
4
Pemeriksaan neurologi
Defisit
neurologi
Normal
Demensia Vaskular
Lebih banyak mengenai pria
Demensia Alzheimer
Lebih banyak mengenai wanita
Perubahan kepribadian
27
dilatasi
akan berkurang dan beberapa sel saraf atau neurons akan hilang.
c. Depresi
Biasanya orang yang depresi akan pasif dan tidak berespon. Kadang-kadang keliru
dan pelupa.
d. Delirium
Adanya kekeliruan dan perubahan status mental yang cepat. Individu ini disorientasi,
pusing, inkoheren. Delirium disebabkan keracunan atau infeksi yang dapat diobati.
Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab yang mendasari diatasi.
e. Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah:
Malnutrisi
Dehidrasi
Fatigue
Depresi
Efek samping obat
Gangguan metabolik
Trauma kepala
28
Diagnosis Kerja
Demensia Vaskular pasca stroke
6.4
Epidemiologi
Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lanjut usia.
Di negara-negara Barat, demensia vaskular (DVa) menduduki urutan kedua terbanyak
setelah penyakit Alzheimer tetapi di beberapa negara Asia demensia vaskular
merupakan tipe demensia yang terbanyak.
Insidensi dan prevalensi DVa yang dilaporkan berbeda-beda menurut populasi studi,
metode pendeteksian, kriteria diagnosa yang dipakai dan periode waktu pengamatan.
Diperkirakan demensia vaskuler memberi kontribusi 10 % - 20 % dari semua kasus
demensia. Data dari negara-negara Eropa dilaporkan prevalensi 1,6% pada kelompok
usia lebih dari 65 tahun dengan insidensi 3,4 tiap 1000 orang per tahun. Penelitian di
Lundby di Swedia memperlihatkan angka resiko terkena DVa sepanjang hidup 34,5%
pada pria dan 19.4% pada wanita bila semua tingkatan gangguan kognisi dimasukkan
dalam perhitungan. Sudah lama diketahui bahwa defisit kognisi dapat terjadi setelah
serangan stroke. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa demensia terjadi pada ratarata seperempat hingga sepertiga dari kasus-kasus stroke.
6.5
Etiologi
Belum ada penyebab pasti mengenai penyakit demensia (multifaktorial). Pada kasus
demensia vaskular orang-orang yang memiliki penyakit sistemik, diabetes dan penyakit
kardiovaskular lainnya memiliki faktor risiko lebih besar terhadap penyakit ini.
6.6
Patogenesis
Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang dimulai
pada usia 50 atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10 tahun, yang
sering berakhir dengan kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan bervariasi
diantara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik masing-masing individu. Usia
harapan hidup pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah sekitar 8 tahun,
dengan rentang 1 hingga 20 tahun. Data penelitian menunjukkan bahwa penderita
demensia dengan awitan yang dini atau dengan riwayat keluarga menderita demensia
memiliki kemungkinan perjalanan penyakit yang lebih cepat. Dari suatu penelitian
terbaru terhadap 821 penderita penyakit Alzheimer, rata-rata angka harapan hidup
adalah 3,5 tahun. Sekali demensia didiagnosis, pasien harus menjalani pemeriksaan
29
medis dan neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen pasien dengan demensia
potensial mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang diberikan telah dimulai
sebelum kerusakan otak yang permanen terjadi.
Perjalanan penyakit yang paling umum diawali dengan beberapa tanda yang samar
yang mungkin diabaikan baik oleh pasien sendiri maupun oleh orang-orang yang paling
dekat dengan pasien. Awitan yang bertahap biasanya merupakan gejala-gejala yang
paling sering dikaitkan dengan demensia tipe Alzheimer, demensia vaskuler,
endokrinopati, tumor otak, dan gangguan metabolisme. Sebaliknya, awitan pada
demensia akibat trauma, serangan jantung dengan hipoksia serebri, atau ensefalitis dapat
terjadi secara mendadak. Meskipun gejala-gejala pada fase awal tidak jelas, akan tetapi
dalam perkembangannya dapat menjadi nyata dan keluarga pasien biasanya akan
membawa pasien untuk pergi berobat. Individu dengan demensia dapat menjadi sensitif
terhadap penggunaan benzodiazepin atau alkohol, dimana penggunaan zat-zat tersebut
dapat memicu agitasi, sifat agresif, atau perilaku psikotik. Pada stadium terminal dari
demensia pasien dapat menjadi ibarat cangkang kosong dalam diri mereka sendiri,
pasien mengalami disorientasi, inkoheren, amnestik, dan inkontinensia urin dan
inkontinensia alvi.
Dengan terapi psikososial dan farmakologis dan mungkin juga oleh karena perbaikan
bagian-bagian otak (self-healing), gejala-gejala pada demensia dapat berlangsung
lambat untuk beberapa waktu atau dapat juga berkurang sedikit. Regresi gejala dapat
terjadi pada demensia yang reversibel (misalnya demensia akibat hipotiroidisme,
hidrosefalus tekanan normal, dan tumor otak) setelah dilakukan terapi. Perjalanan
penyakit pada demensia bervariasi dari progresi yang stabil (biasanya terlihat pada
demensia tipe Alzheimer) hingga demensia dengan perburukan (biasanya terlihat pada
demensia vaskuler) menjadi demensia yang stabil (seperti terlihat pada demensia yang
terkait dengan trauma kepala).
Faktor Psikosial
Derajat keparahan dan perjalanan penyakit demensia dapat dipengaruhi oleh faktor
psikososial. Semakin tinggi intelegensia dan pendidikan pasien sebelum sakit maka
semakin tinggi juga kemampuan untuk mengkompensasi deficit intelektual. Pasien
dengan awitan demensia yang cepat (rapid onset) menggunakan pertahanan diri yang
lebih sedikit daripada pasien yang mengalami awitan yang bertahap. Kecemasan dan
depresi dapat memperkuat dan memperburuk gejala. Pseudodemensia dapat terjadi pada
individu yang mengalami depresi dan mengeluhkan gangguan memori, akan tetapi pada
30
kenyataannya
ia
mengalami
gangguan
depresi.
Ketika
depresinya
berhasil
Komplikasi
a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :
- Ulkus Dekubitus
- Infeksi saluran kencing
- Pneumonia
b. Thromboemboli, infark miokardium.
c.
Kejang
d. Kontraktur sendi
e.
Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f.
Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan
peralatan
g. Kehilangan kemampuan berinteraksi
h. Harapan hidup berkurang
6.8
Penatalaksanaan
Langkah pertama
dalam
menangani
kasus
demensia
adalah
melakukan
mengingat
antagonis
reseptor
fungsi
kognitif. Angiotensin-converting
enzyme (ACE) inhibitor dan diuretik telah dibuktikan tidak berhubungan dengan
perburukan fungsi kognitif dan diperkirakan hal itu disebabkan oleh efek penurunan
tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah otak. Tindakan bedah untuk
mengeluarkan plak karotis dapat mencegah kejadian vaskuler berikutnya pada pasienpasien yang telah diseleksi secara hati-hati. Pendekatan terapi secara umum pada
pasien dengan demensia bertujuan untuk memberikan perawatan medis suportif,
dukungan emosional untuk pasien dan keluarganya, serta terapi farmakologis untuk
gejala-gejala yang spesifik, termasuk perilaku yang merugikan.
Farmakologi
31
34
8. SINTESIS
8.1 GANGGUAN FUNGSI LUHUR
Fungsi luhur ialah otak yang menyebabkan manusia berkomunikasi satu sama lain melalui bicara,
menulis, dan gerak isyarat. Yang dimaksud dengan fingsi luhur yaitu:
1. Fungsi Bahasa
2. Fungsi Persepsi
3. Fungsi Memori
4. Fungsi Emosi
5. Fungsi kognitif
Fungsi luhur dipakai untuk menetapkan diagnosis dan rehabilitasi pasien dengan penyakit
otak pada kerusakan otak. Manusia normal dapat melakukan gerakan dan tindakan tanpa diajarkan
seperti duduk, jongkok, berdiri yang juga dijumpai pada hewan, fungsi-fungsi ini disebut fungsi
dasar.
Fungsi motorik seperti bicara, menulis, membaca, mengetik dan memainkan alat-alat musik
atau alat lainnya termasuk fungsi luhur. Dengan kata lain mengerti apa yang ditangkap panca
indera, membuat simbol-simbol, membuat dan menjalankan alat-alat terjadi melalui proses belajar.
Fungsi-fungsi ini dimungkinkan oleh adanya perkembangan cortex cerebri yang lebih sempurna.
Fungsi luhur terdiri dari:
1. Fungsi Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa terdiri dari bahasa verbal (ucapan), bahasa
visual (tulisan). Untuk sebagain besar orang, pusat bahasa terletak dibagian hemisfer otak
kiri, yang disebut juga sebagai hemisfer dominan.
Tangan kanan
Tangan kiri
Indera penglihatan: berwarna merah atau putih, berdaun, bunga yang banyak
tersusun dalam lingkaran.
Maka kalau kita melihat bunga tersebut kita menyebutnya bunga mawar. Setelah
pengenalan di atas , maka setiap kali kita melihat bunga mawar, timbul asosiasi yang
telah kita kenal secara serempak, afasia adalah gangguan fungsi bahasa dan biasanya
tanpa gangguan fungsi luhur lainnya seperti gangguan persepsi, memori, emosi,
kognitif. Disini letak perbedaannya dengan dementia yang mengalami semua gangguan
pada fungsi luhur. Afasia dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu afasia tak lancar dan
afasi lancar. Langkah-langkah penetapan afasia yaitu:
o Menentukan bahasa yang dikuasai pasien
o Menentukan kecekatan tangan (kanan/kiri)
o Menetapkan afasia lancar atau afasia tak lancar
o Menetapkan jenis afasia
37
2. Fungsi Memori
Memori yaitu kemampuan seseorang untuk menyimpan informasi/pengenalan untuk
di kemukakan suatu saat. Mekanisme memori terjadi melalui 3 tahap yaitu:
a. Resepsi : Informasi diterima dan dicatat oleh pusat otak primer, seperti penglihatan
atau perabaan. Penyimpanan sangat singkat dan bersifat temporer.
b. Retensi : Informasi lebih lama dan lebih permanen. Ini disebabkan oleh informasi
dan pengalaman terjadi berulang-ulang.
c. Recall
38
Yang termasuk emosi yaitu rasa senang, marah, sedih, takut, kasih sayang, dll.
Emosi penting untuk mempertahankan aktivitas yang penting untuk kehidupan
individu seperti :
a.Makan (feeding)
b.
Berkelahi (fight)
Emosi marah dan takut perlu untk mempertahankan diri. Seeokor binatang, anak,
marah bila makanannya direbut oleh binatang lain. Anatomi yang terlihat pada emosi
yaitu :
a. Hipokampus
b. Forniks
c. Korpus mamillare
d. Nukleus anterior, talamus
e. Gyrus cynguli
Gangguan berbahasa (afasia)
berbicara spontan
penamaan
pengulangan
pemahaman
membaca
menulis
afasia broca (non-fluent) : percakapan tidak lancar, kalimat yang diucapkan pendek,
gangguan artikulasi, tetapi pemahaman normal. Prognosa baik.
39
afasia wernicke (fluent) : percakapan lancar tetapi tanpa makna, artikulasi baik, pemahaman
buruk, kelainan terjadi di hemisfere kiri bagian posterior, dan mirip psikotik. Prognosis
kurang.
afasia global : kelainan terletak di anterior dan posterior, seringkali mengenai arteri karotis
interna, disertai hemiplegia dextra. Prognosis buruk.
2.
Menangis, tertawa, yang cepat bergantian tanpa perasaan sedih dan gembira.
3.
4.
5.
Kerusakan pada pusat otak primer area 14 dan 42 yaitu tuli central atau kortikal,
b.
c.
Kerusakan pada temporalis kiri yaitu ganggua memori verbal dan agnosia musik.
Narkolepsia
Penderita dengan penyakit ini adalah orang yang dilanda oleh serangan tidur beberapa
kali sehari. Penderita umumnya pria pada usia remaja mudah sampai dewasa dan manula.
Penderita narkolepsia pada umumnya mengalami serangan mengantuk setelah makan atau
karena suasana fisiologik yang mempermudah seseorang tidur.
41
6.
Insomnia
Insomna terbagi atas beberapa bagian, sebagai berikut :
a. Insomnia primer
Umumnya penderita ini tidak mempunyai banyak kesulitan dan tampak sehat. Seseorang
dengan keluhan insomnia ini tidak selalu menunjukkan gejalah-gejala objektif, fenomena ini
dapat diiringi oleh tanda-tanda neurologik seperti tremor jari-jari, pitosis ringan, raut muka
yang hampa, suara yang bernada rendah, konjungtiva bola mata merah.
b. Insomnia sekunder psikoneurotik
Penderita biasana mengalami sakit kepala, pusing, perut kembung dan badan pegal.
Lalu penderita ini mempunyai sejenis keluhan insomnia dimana tidurnya terganggu oleh
banyak impian yang berlangsung dari saat jatuh tidur sampai bangun tidur pagi hari.
c. Insomnia sekunder penyakit organik
Insomnia karena terganggu oleh penyakit organik. Penyakit yang sering mengganggu
terlenanya seseorang yang mau tidur ialah penyakit yang diserai nyeri-nyeri pada jari.
7.
Koma
o) Berdasarkan anatomi dan patofisiologi, koma dibagi menjadi dua, yaitu :
a.
Koma kortikal : Merupakan koma atau esefalopati metabolit atau gangguan fungsi
lesisruktur korteks bihemisferik. Faktor penyebabnya antara lain sinkop, renjatan, hikoksia.
b. Koma diensifalit : Terjadinya melalui mekanisme herniasi kulkus tentorial atau central.
Penyebabnya antara lain: stroke, tumor otak, edemo otak, hidro sepalus, dan menginitis.
o) Klasifikasi koma berdasarkan gambaran klinik
a.
b.
c.
2.1. Definisi
Menurut Kamus Dorland, demensia merupakan sindrom mental organik yang ditandai
dengan hilangnya kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan mengingat,
penilaian, dan pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan perilaku, tetapi tidak mencakup
gangguan yang disebabkan oleh kesadaran yang berkabut, depresi, atau gangguan fungsional mental
lainnya. Semua demensia yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah serebral dapat disebut
sebagai demensia vaskular.
2.2. Epidemiologi
Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lanjut usia. Di
negara-negara Barat, demensia vaskular (DVa) menduduki urutan kedua terbanyak setelah penyakit
Alzheimer tetapi di beberapa negara Asia demensia vaskular merupakan tipe demensia yang
terbanyak.
Insidensi dan prevalensi VaD yang dilaporkan berbeda-beda menurut populasi studi, metode
pendeteksian, kriteria diagnosa yang dipakai dan periode waktu pengamatan. Diperkirakan
demensia vaskuler memberi kontribusi 10 % - 20 % dari semua kasus demensia. Data dari negaranegara Eropa dilaporkan prevalensi 1,6% pada kelompok usia lebih dari 65 tahun dengan insidensi
3,4 tiap 1000 orang per tahun. Penelitian di Lundby di Swedia memperlihatkan angka resiko terkena
VaD sepanjang hidup 34,5% pada pria dan 19.4% pada wanita bila semua tingkatan gangguan
kognisi dimasukkan dalam perhitungan. Sudah lama diketahui bahwa defisit kognisi dapat terjadi
setelah serangan stroke. Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa demensia terjadi pada rata-rata
seperempat hingga sepertiga dari kasus-kasus stroke.
2.3. Etiologi
Penyebabnya adalah penyakit vaskuler serebral yang multipel yang menimbulkan gejala
berpola demensia. Ditemukan umumnya pada laki-laki, khususnya dengan riwayat hipertensi dan
faktor resiko kardiovaskuler lainnya. Gangguan terutama mengenai pembuluh darah serebral
berukuran kecil dan sedang yang mengalami infark dan menghasilkan lesi parenkhim multiple yang
menyebar luas pada otak.
Penyebab infark berupa oklusi pembuluh darah oleh plaq arteriosklerotik atau tromboemboli
dari tempat lain (misalnya katup jantung). Pada pemeriksaan akan ditemukan bruit karotis, hasil
funduskopi yang tidak normal atau pembesaran jantung.
2.4. Klasifikasi dan Patogenesis
43
ischemic attack (TIA) atau stroke, risiko terjadinya DVa 9 kali pada tahun pertama setelah serangan
44
dan semakin menurun menjadi 2 kali selama 25 tahun kemudian.Adanya riwayat dari faktor risiko
penyakit sebero vaskular harus disadari tentang kemungkinan terjadinya DVa.
Gambaran klinik penderita DVa menunjukkan kombinasi dari gejala fokal neurologik,
kelainan neuropsikologik dan gejala neuropsikiatrik. Gejala fokal neurologik dapat berupa
gangguan motorik, gangguan sensorik dan hemianopsia. Kelainan neuropsikologik berupa
gangguan memori disertai dua atau lebih kelainan kognitif lain seperti atensi, bahasa, visuospasial
dan fungsi eksekutif. Gejala neuropsikiatrik sering terjadi pada DVa, dapat berupa perubahan
kepribadian (paling sering), depresi, mood labil, delusion, apati, abulia, tidak adanya spontanitas.
Depresi berat terjadi pada 25-50% pasien dan lebih dari 60% mengalami sindrom depresi dengan
gejala paling sering yaitu kesedihan, ansietas, retardasi psikomotor atau keluhan somatik. Psikosis
dengan ide-ide seperti waham terjadi pada 50%, termasuk pikiran curiga, sindrom Capgras. Waham
paling sering terjadi pada lesi yang melibatkan struktur temporoparietal.
2.6. Faktor Resiko
Secara umum faktor risiko DVa sama seperti faktor risiko stroke meliputi: usia, hipertensi, diabetes
melitus, aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit arteri perifer, plak pada arteri karotis interna,
alkohol, merokok, ras dan pendidikan rendah. Berbagai studi prospektif menunjukkan risiko
vaskular seperti hipertensi, diabetes, hiperkolestrolemia merupakan faktor risiko terjadinya DVa.
Satu studi kohort pada tahun 2010 menunjukkan 21,123 perokok berat( lebih dari 2 bungkus per
hari) pada usia pertengahan (mean 23 tahun) beresiko 100% untuk dementia, Alzeimer dan
dementia vascular untuk dua dekad akan .
2.7. Diagnosis
Diagnosis demensia ditegakkan melalui dua tahap, pertama menegakkan diagnosis
demensia, kedua mencari proses vaskular yang mendasari. Terdapat beberapa kriteria diagnostik
untuk menegakkan diagnosis DVa, yaitu:(5-12) (i) diagnostic and statictical manual of mental
disorders edisi ke empat (DSM-IV), (ii) pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGJ) III, (iii) international clasification of diseases (ICD-10), (iv) the state of California
Alzheimers disease diagnostic and treatment centers (ADDTC), dan (v) national institute of
neurological disorders and stroke and the association internationale pour la recherche et
lenseignement en neurosciences (NINDSAIREN).
2.7.1 Diagnostik PPDGJ-III:
a) Terdapatnya gejala demensia
45
b)
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata ( mungkin terdapatnya hilan daya ingat,
gangguan daya piker, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai
(judgement) secara relative tetap baik.
c) Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya gejala neurologis
fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia vaskular .
Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT Scan atau
pemeriksaan neuropatologis.
F01. Demensia Vaskuler Onset Akut
Onsetnya lebih lambat, biasanya setelah serangkaian episode iskemik minor yang
menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkim otak.
Focus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisferi serebral yang
dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT Scan. Korteks serebri biasanya
tetap baik, walaupun demikian gambaran klinis masih mirip dengan demensia pada
penyakit Alzheimer.
Komponen campuran kortikal dan subkortikal dapat diduga dari gambaran klinis,
hasil pemeriksaan (termaasuk atopsi) atau keduannya.
Pencitraan
Dengan adanya fasilitas pemeriksaan CT scan otak atau MRI dapat dipastikan adanya perdarahan
atau infark (tunggal atau multipel), besar serta lokasinya. Juga dapat disingkirkan kemungkinan
gangguan struktur lain yang dapat memberikan gambaran mirip dengan DVa, misalnya neoplasma.
Laboratorium
Digunakan untuk menentukan penyebab atau faktor risiko yang mengakibatkan timbulnya stroke
dan demensia. Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah (LED), kadar glukosa, glycosylated Hb,tes
47
serologi untuk sifilis, HIV, kolesterol, trigliserida, fungsi tiroid, profil koagulasi, kadar asam urat,
lupus antikoagulan, antibodi antikardiolipin dan lain sebagainya yang dianggap perlu.
Lain-lain
Foto Rontgen dada, EKG, ekokardiografi, EEG, pemeriksaan Doppler, potensial cetusan atau
angiografi.
2.9. Terapi
Tindakan pengukuran untuk pencegahan adalah penting terutama pada demensia vaskuler.
Pengukuran tersebut dapat berupa pengaturan diet, olahraga, dan pengontrolan terhadap diabetes
dan hipertensi.
Obat-obatan yang diberikan dapat berupa antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet.
Pengontrolan terhadap tekanan darah harus dilakukan sehingga tekanan darah pasien dapat dijaga
agar berada dalam batas normal, hal ini didukung oleh fakta adanya perbaikan fungsi kognitif pada
pasien demensia vaskuler. Tekanan darah yang berada dibawah nilai normal menunjukkan
perburukan fungsi kognitif, secara lebih lanjut, pada pasien dengan demensia vaskuler.
Pilihan obat antihipertensi dalam hal ini adalah sangat penting mengingat antagonis reseptor
b-2 dapat memperburuk kerusakan fungsi kognitif. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
dan diuretik telah dibuktikan tidak berhubungan dengan perburukan fungsi kognitif dan
diperkirakan hal itu disebabkan oleh efek penurunan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran
darah otak.
Tindakan bedah untuk mengeluarkan plak karotis dapat mencegah kejadian vaskuler
berikutnya pada pasien-pasien yang telah diseleksi secara hati-hati.
Pendekatan terapi secara umum pada pasien dengan demensia bertujuan untuk memberikan
perawatan medis suportif, dukungan emosional untuk pasien dan keluarganya, serta terapi
farmakologis untuk gejala-gejala yang spesifik, termasuk perilaku yang merugikan.
2.8.1 Terapi Psikososial
Kemerosotan status mental memiliki makna yang signifikan pada pasien dengan demensia.
Keinginan untuk melanjutkan hidup tergantung pada memori. Memori jangka pendek hilang
sebelum hilangnya memori jangka panjang pada kebanyakan kasus demensia, dan banyak pasien
biasanya mengalami distres akibat memikirkan bagaimana mereka menggunakan lagi fungsi
memorinya disamping memikirkan penyakit yang sedang dialaminya. Identitas pasien menjadi
pudar seiring perjalanan penyakitnya, dan mereka hanya dapat sedikit dan semakin sedikit
menggunakan daya ingatnya. Reaksi emosional bervariasi mulai dari depresi hingga kecemasan
48
yang berat dan teror katastrofik yang berakar dari kesadaran bahwa pemahaman akan dirinya (sense
of self) menghilang.
Pasien biasanya akan mendapatkan manfaat dari psikoterapi suportif dan edukatif sehingga
mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah dari penyakit yang dideritanya. Mereka juga
bisa mendapatkan dukungan dalam kesedihannya dan penerimaan akan perburukan disabilitas serta
perhatian akan masalah-masalah harga dirinya. Banyak fungsi yang masih utuh dapat
dimaksimalkan dengan membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang masih dapat
dikerjakannya. Suatu pendekatan psikodinamik terhadap defek fungsi ego dan keterbatasan fungsi
kognitif juga dapat bermanfaat.
Dokter dapat membantu pasien untuk menemukan cara berdamai dengan defek fungsi ego,
seperti menyimpan kalender untuk pasien dengan masalah orientasi, membuat jadwal untuk
membantu menata struktur aktivitasnya, serta membuat catatan untuk masalah-masalah daya ingat.
Intervensi psikodinamik dengan melibatkan keluarga pasien dapat sangat membantu. Hal tersebut
membantu pasien untuk melawan perasaan bersalah, kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan
karena ia merasa perlahan-lahan dijauhi oleh keluarganya.
2.8.2 Farmakoterapi
Dokter dapat meresepkan benzodiazepine untuk insomnia dan kecemasan, antidepresi untuk
depresi, dan obat-obat antipsikotik untuk waham dan halusinasi, akan tetapi dokter juga harus
mewaspadai efek idiosinkrasi obat yang mungkin terjadi pada pasien usia lanjut (misalnya
kegembiraan paradoksikal, kebingungan, dan peningkatan efek sedasi). Secara umum, obat obatan
dengan aktivitas antikolinergik yang tinggi sebaiknya dihindarkan. Donezepil ditoleransi dengan
baik dan digunakan secara luas. Takrin jarang digunakan karena potensial menimbulkan
hepatotoksisitas. Sedikit data klinis yang tersedia mengenai rivastigmin dan galantamin, yang
sepertinya menimbulkan efek gastrointestinal (GI) dan efek samping neuropsikiatrik yang lebih
tinggi daripada donezepil. Tidak satupun dari obat-obatan tersebut dapat mencegah degenerasi
neuron progresif.
KESIMPULAN
1. Dementia vaskular adalah sindrom mental organik yang ditandai dengan hilangnya
kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan mengingat, penilaian,
dan pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan perilaku yang penyebabnya adalah
pembuluh darah serebral.
2. Dementia vaskular diklasifikasikan menjadi infark multipal, infark lakunar dan infark
tunggal di daerah strategis.
49
3. Penyebab dementia vaskular adalah penyakit vaskuler serebral yang multipel yang
menimbulkan gejala berpola demensi dan infark berupa oklusi pembuluh darah oleh plaq
arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat lain ( misalnya katup jantung).
Terapi dementia vaskular terutama adalah berupa antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet serta
benzodiazepine untuk insomnia dan kecemasan, antidepresi untuk depresi, dan obat-obat
antipsikotik untuk waham dan halusinasi .
50
9. KERANGKA KONSEP
Ny. Luna, 69 thn dengan
DM & Hipertensi
Penebalan
pada mesotel
Pembentukan
plak
Resiko stroke
Oklusi pembuluh
darah
Aliran darah yang
kurang
Gangguan
fisiologis
Kelemahan otot
Demesia vascular
10. KESIMPULAN
Ny. Luna, 69 tahun, menderita demensia vascular pasca stroke.
51
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Gofir, Theodorus Aditya Anantha Kusuma. 2008. Dementia Vaskular. Diakses dari
http://neurologyclinic.com
2. American Psychiatric Association. 2004. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Fourth Edition Text Revision (DSM-IV-TR). Washington DC: APA: 146
3. Dorland, W. A.Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
4. Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser Longo, Jameson, Loscalzo.Vascular Dementia on
Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Edition: 2543-4
5. Indiyarti, Riani. 2004. Diagnosis dan Pengobatan Terkini Demensia Vaskular. Jakarta :
Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
6. Iswari Mega. 2010. Anatomi Fisiologi dan Neorologi Dasar. Padang: UNP Press
7. Kannayiram
Alagiakrishnan.
2012.
Vascular
Dementia.
Diakses
dari
http://emedicine.medscape.com/
8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis.Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara
9. Kaplan, Harold I., Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb. 2010. Kaplan-Sadock Sinopsis
Psikitari Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara.
10. Kumar, Clark. 2005. Kumar & Clark Clinical Medicine Sixth Edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders : 1213,55
11. M. Mahar. 1971. Neurologi Dasar edisi kedua. Jakarta: PT. Dian Rakyat
12. Rusdi Maslim. 2001. Buku Saku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia-III : 24
13. Tim Dosen Mata Kuliah Neurologi. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis edisi pertama.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
53