Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
sangat baik untuk mengatasi gangguan perncernaan, batuk dan influenza. Saat ini
banyak digunakan sebagai campuran pasta gigi ataupun permen.Juga sebagai
penyejuk dan dapat menghilangkan rasa sakit pada otot.Pada perawaatn kulit
digunakan sebagai cleanser dan anti-radang.Juga sangat bermanfaat untuk melawan
kelelahan, kecemasan atau masalah emosional lainnya.Umumnya aman, walaupun
banyak mengandung methol yang dapat mengiritasi kulit. Terbukti ternyata
peppermint memiliki banyak khasiat dan terbukti pada beberapa eksperimen yang
menggunakan peppermint sebagai sarana untuk menguji suatu hypothesis yang
terkait keadaan fisik maupun psikis seseorang (Gobel, Schmidt, Soyka, 1994)
Rosemary
Rosemary disinyalir dapat memperkuat otak dan meningkatkan memori.
Kandungan
yang
terdapat
dalam
rosemary
mampu
merangsang
sekresi
alternative
untuk
sarana
penunjang
mahasiswa
agar
dapat
Metode
Hasil
Penelitian
1.
2014.
Pemberian
aromaterapi
Aromaterapi Terhadap
aromaterapi,aromaterapi
Konsentrasi
Siswa
dengan
tanpa
belum
disebabakan
dalam
Mengerjakan
Jurnal
internal.
Psikologi
karena
kelompok
Pada
konsentrasi
kelompok
tidak
eksperimen
271-278
setiap
harinya.
wawancara,
Namun
didapatkan
Raudenbush, B.,
Wilson I. (2009)
Effects of Peppermint
Both
cinnamon
Administration on
Simulted Driving
Workload. Notrh
the
American Journal of
Psychology. Vol 11
(2): 245-256
driving
and
scenario.
peppermint
In
addition,
highway
accidents
produced
and
fatalities.
3.
Eksperimental Lavender
significant
2003. Aromas of
Rosemary and
compared
to
Differentially Affect
rosemary
produced
of Neuroscience. Vol
controls.
In
a
contrast,
significant
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa aromaterapi memiliki fungsi untuk
meningkatkan konsentrasi.
Mekanisme dari sistem olfaktori dapat dibedakan menjadi perifer, menerima rangsang dari
stimulus sebagai sinyal elektrik dalam neuron, dan central, tempat intergerasi semua sinyal
dan diproses dalam sistem saraf pusat.
2.1.2 Perifer
Pada mamalia, aroma masuk melalui hidung dan berinteraksi dengan receptor penciuman
yang merupakan membrane protein bipolar pada olfactory epithelium.Sinyal tersebut
menjalar melalui nervus olfaktorius.Seperti halnya pada nervus optikus, nervus olfactorius
bukanlah bagian dari sistem saraf tepi, tetapi didefinisikan sebagai salah satu bagian dari
otak.Nervus olfactorius ini berlanjut sebagai bulbus olfactorius yang juga merupakan
bagian dari sistem saraf pusat.Receptor olfaktorius dapat menerima rangsang berdasarkan
konsentrasi dari bau tersebut.
2.1.3 Central
Axons dari bulbus olfactorius membentuk kumparan yang disebut glomeruli (glomerulus
tunggal).Di dalam glomerulus, axon berinteraksi dengan dendrit dari mitral sel dan
beberapa jenis sel lainnya.Mitral sel mengirim axon mereka ke beberapa area pada otak,
termasuk nucleus olfactory anterius, piriform cortex, medial amygdala, entorhinal cortex,
dan olfactory tubercle.
Piriform cortex merupakan area untuk mengindentifikasi bau.Medial amygdala terlibat
dalam fungsi sosial interaksi dalam seksual.Entorhinal cortex diasosiasikan sebagai ingatan
terhadap bau.
Rangsang (bau) Lubang hidung Epitelium olfactory Mucosa olfactori Saraf
olfaktori bulbus olfaktori
Kraepelin adalah sebagai alat tes bakat, Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum
performance seseorang.Oleh karenanya tekanan scoring dan interpretasi lebih didasarkan
pada hasil tes secara objektif bukan pada arti proyektifnya.Individu dikatakan memiliki
performa yang baik apabila dalam rentang waktu yang lama dan dalam kondisi tertekan
(stressful) mampu menampilkan unjuk kerja yang cepat, teliti dan stabil.
Dr. J. de Zeeuw, memiliki pandangan bahwa tes kraepelin digolongkan sebagai tes yang
dipergunakan untuk mengukur factor factor non intelektual (tes konsentrasi).
Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan sepertia apa tipe
performance seseorang, misalnya hasil yang rendah, dapat menggindikasi adaya gejala
depresi mental. Terlalu banyak seseorang melakukan salah hitung, dapat mengindikasikan
adanya distraksi mental
Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa konsentrasi dari
seseorang.Hal itulah yang menyebabkan tekanan skoring dan interpresi lebih didasarkan
pada hasil tes yang diperoleh secara obyektif bukan pada arti proyektifnya.
Dari perhitungan obyektif tersebut, kemudian dapat diinterpretasikan tujuan tes kraepelin
yang mencakup 4 hal:
Interpretasi hasil dapat mencakup :
1. Faktor Kecepatan (speed factor), bisa mengindikasikan tempo kerja.
4. Faktor Ketahanan (ausdeur factor), bisa mengindikasikan daya tahan terhadap situasi
menekan.
2.2.3 Skoring
2.3 Aromaterapi
Dua mekanisme dasar menjelaskan pengaruh aroma pada otak, terutama sistem limbik
melalui olfactory system dan pengaruh farmakologi dari minyak esensial.Penelitian
mekanisme cara kerja aroma terapi secara klinis masih belum terbukti, tetapi secara klinis
aromaterapi memberikan dampak yang positif.
Penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa aroma memiliki efek yang luas pada
sistem saraf pusat manusia (Kobal & Hummel, 1988; Lorig & Schwartz, 1988; Van Toller,
1988), bahkan ketika partisipan tidak menyadari pemberian aromaterapi.(Lorig, Huffman
& DeMartino, 1991).
Karena itu sudah berbagai penelitian tentang efek aromaterapi peppermint sudah
banyak dilakukan.Di antaranyaGoel dan Lao (2006) memberikan aroma peppermint kepada
partisipan yang sehat dan mendapatkan lebih non-REM dan less-REM.Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian aroma peppermint meningkatkan tingkat kesadaran
terhadap manusia.
Kimura, Mori,
mengatasi masalah reumatik dan gejala flu.Tanaman ini biasanya cocok digunakan sebagai
teh maupun bahan makanan Tanaman ini banyak mengandung kalsium, zat besi, dan
Vitamin B6.
Meskipun penelitian mengenai aromaterapi rosemary tidak sebanyak penelitian
yang dilakukan terhadap aromaterapi peppermint, namun banyak diantara penelitian
tersebut yang menunjukkan manfaat yang signifikan akan aromaterapi rosemary yang di
antaranya berkhasiat untuk emberi efek pada munculnya perasaan puas dan efek positif
pada mood dan kinerja, dan menurunkan tingkat hormon kortisol yaitu hormon pemicu
stres. Salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran darah, menurunkan
kolesterol, mengendorkan otot, reumatik, menghilangkan ketombe, kerontokan rambut,
membantu mengatasi kulit kusam sampai di lapisan terbawah.Mencegah kulit kering,
berkerut yang menampakkan urat-urat kemerahan.
Karena itu bila dilihat khasiat aromaterapi rosemary, ternyata memiliki banyak
kesamaan dengan khasiat aromaterapi peppermint. Berbagai penelitian sebelumnya
mengenai aromaterapi rosemary antara lain menurut penelitian Miguel A. Diego et.al,
(1998) didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa, kedua kelompok baik
lavender maupun rosemary mengalami penurunan yang signifikan dalam score tingkat
kecemasan yang dites menggunakan kuisioner STAI (State Anciety Inventory), hanya
kelompok lavender yang mengalami perbaikan mood secara signifikan setelah pemberian
aroma terapi, yang diketahui dari penurunan score POMS (The Profile of Mood States),
kedua kelompok merasa lebih rileks, dan kelompok rosemary cenderung merasa lebih
waspada.
Dalam penelitian Moss, M., Cook J., Wesnes K., Duckett P. (2003), rosemary dapat
meningkatkan performa yang signifikan terhadap keseluruhan kualitas mengingat dan
kewaspadaan dengna metode penelitian menggunakan Cognitive Drug Researchyang dites
bersama-sama dengan kelompok control tanpa aroma dan dengan aromaterapi Lavender.
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Teori
Aromaterapi
Peppermint
Nervus Olfactorius
Korteks
Rosemarry
Korteks
Piriform
Tes
Kreppelin
Korteks
Entorhinal
Faktor
Kecepatan
Faktor
Ketelitian
Sistem
Limbik
Faktor
Keajekan
Tempo
Kerja
Faktor
Ketahanan
Konsentrasi
Stabilitas
Emosi
MAXIMUM PERFORMANCE
Ketahanan
Rosemarry
Peppermint
Nervus Olfaktorius
Sistem Limbik
Tes Kreppelin
3.2 Hipotesis
Maximum
Performance
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Kedokteran Undip.
4.1.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan adalah 8 minggu dari mulai koordinasi penelitian
sampai dengan pembuatan laporan hasil penelitian.
4.1.3 Disiplin ilmu terkait
Disiplin ilmu yang terkait pada penelitian ini adalah kedokteran saraf, fisiologi,
anatomi, obat tradisional, kimia, psikiatri, psikologi dan ilmu kesehatan masyarakat.
4.2
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental Design dengan jenis
One Shoot Case Study menggunakan analisis uji beda (uji t).
4.3
Identifikasi Variabel
4.3.1 Variabel bebas (independent)
4.4
No. Variabel
1.
Pemberian Aromaterapi
Kategori
-
Nominal
Peppermint
Aromaterapi
Skala
Aromaterapi
Rosemarry
2.
Maximum Performance
Kecepatan
Faktor
(speed factor)
-
Faktor
Interval
Ketelitian
(accuracy
factor)
-
Faktor
Keajekan
(rithme factor)
Faktor
Ketahanan
(ausdeur
factor)
4.5
random mengikuti kriteria inklusi dan ekslusi yang berada pada lokasi penelitian dalam
jangka waktu penelitian.
n = sampel;
N = populasi;
d = tingkat kesalahan (10%)
= 88,8
Dari hasil perhitungan di atas maka didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 89 sampel, untuk antisipasi terjadinya drop-out maka penulis mengambil sampel
sebanyak 97, diambil dari perhitungan dengan estimasi drop out sebesar 10%.
4.7.2 Cara Pengmbilan sampel
Sample dipilih dengan Random Assigment, yaitu dipilih berdasar kriteria inklusi yg
sesuai, kemudian di assigned ke cara intervensi yang berbeda.
4.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah tes untuk menguji
tingkat konsentrasi dalam berpikir yang di design oleh seorang psikiater bernama Pauli
Kraepelin, tes ini diberi nama tes Kraepelin. Tes Kraepelin digunakan untuk mengukur
faktor-faktor khusus non-intelektual, dalam hal ini penelitian yang dilakukan adalah
mengukur Maximum Performance.
4.9 Cara Pengumpulan data
4.9.1 Bahan
Aromaterapi Peppermint
Aromaterapi Rosemarry
4.9.2 Alat
Lembar soal tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 jalur angka, namun yang biasanya
dikerjakan hanya 40 jalur angka.
Stopwatch
Meja yang cukup luas supaya testee dimungkinkan membuka lebar-lebar lipatan
lembar soal tes Kraepelin dan kursi.
Papan tulis dan kapur tulis atau flipchart untuk menjelaskan cara pengerjaan tes.
2. Dari angka hasil penjumlahan tersebut, anda cukup menuliskan angka satuannya
saja, misalnya hasil penjumlahan itu adalah 14 , maka anda hanya menulis angka
4 disamping kanan antara kedua angka tersebut.
3. Bila anda membuat kesalahan dalam menjumlahkan, misalnya anda menjawab 8
padahal jawabannya adalah 3, maka anda tidak perlu menghapusnya. Anda
cukup mencoret dengan satu garis angka yang salah tersebut dan menggantinya
dengan angka yang benar.
4. Setiap mendengar ketukan (dicontohkan) , maka anda harus pindah ke lajur
selanjutnya disebelah kanan. Dan mulailah kembali mengerjakan dari bawah
keatas di lajur yang baru.
5. Anda hendaknya bekerja secepat dan seteliti mungkin.
6. Sebagai latihan marilah kita mengerjakan contoh yang terdiri dari 2 lajur angka
yang terdapat pada lembaran tes. Kita mulai dari lajur kiri, mulai dari bawah
dijumlahkan dengan angka diatasnya. ya mulai setelah 30 detik beri
ketukan, stop, pindah kekolom selanjutnya. Setelah 30 detik beri ketukan dan
ucapkan ya berhenti. Setelah mengerjakan contoh pastikan
semua testi
(rosemary). Skala yang dipakai untuk variable independent adalah skala nominal
sedangkan skala yang dipakai untuk variable dependent adalah skala interval. Uji
komparasi 2 kelompok dengan data kuantitatif yang dipakai dapalah paired t test.
Selanjutnya dilakukan metode Spearman antara tiap variabel bebas (independent) dan
terikat (dependent) dan melakukan analisa multivariat untuk mengetahui hubungan antara
kedua variabel bebas (independent) dan terikat (dependent).
DAFTAR PUSTAKA
10. Moss, M., Cook J., Wesnes K., Duckett P. Aromas of Rosemary and Lavender
Essential Oils Differentially Affect Cognition and Mood in Healthy Adults. 2013.
Journal of Neuroscience. Vol 113 (1): 15-38
11. Parkin, A.J. 2000.Essential cognitive Psychlogy.Philadephia : Taylor and Francis
Inc
12. Primadiati, Dr. Rachmi. 2002. Aromaterapi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama
13. Raudenbush, B., Corley, N., & Eppich, W. (2001). Enhancing athleticperformance
through the administration of peppermint odor. Journal ofSport and Exercise
Psychology, 23, 156-160.
14. Raudenbush, B., Grayhem R., Sears T., Wilson I. (2009) Effects of Peppermint and
Cinnamon Odor Administration on Simulted Driving Alertness, Mood and
Workload.Notrh American Journal of Psychology. Vol 11 (2): 245-256
15. Solomons, S. (2005). Using aromatherapy massage to increase shared attention
behaviours in children with autistic spectrum disorders and severe learning
difficulties.British Journal of Special Education
16. Solso, R.L. 2004. CognitivePsychology.Singapore : Pearson Education Pte. Ltd.
17. Sternberg, R.J. 2003 CognitivePsychology. Calfornia : Wadswoth
18. Syah, Yatri R. et. al. 2010. Aromatheraphy : The Doctor Of Natural Harmony Of
Body & Mind. International Journal of Derug Development &Research : Gujarat,
India.
19. Utomo, W.K. 2007. Pengaruh Emosi Positif Terhadap Performasi Memori JAngka
Pendek. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.