Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu :
Dr. Teguh Hadi Priyono S.E., M.Si
Disusun Oleh :
Junaidi,S.Pd
130820201001
BAB I
PENDAHULUAN
daerah
harus
mempertimbangkan
berbagai
faktor
seperti
Keberadaan
KEK
diharapkan
mendorong kegiatan
ekspor,
BAB II
PEMBAHASAN
yang
terkait
dengan
luasan
permukaan
dimana
pembangunan
pemerintahan
daerah
yang
ditetapkan
dengan
peraturan
administrasi
pemerintahan,
yaitu
wilayah
provinsi,
wilayah
gubernur/bupati/walikota
kepala
daerah,
dewan
kawasan
dapat
dikatakan
lebih
opersional
untuk
Dimensi
Wilayah
dalam
Perencanaan
Pembangunan
kemakuran
masyarakat
yang
menjadi
sasaran
utama
2.
3.
4.
dan siap menampung kegiatan industri, ekspor-impor serta kegiatan ekonomi yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Istilah ini telah digunakan di berbagai negara, tetapi tidak setiap Negara
menggunakan istilah yang sama untuk menamai Kawasan Ekonomi Khusus,
seperti seperti ShenZhen Cina menggunakan istilah Indutrial Park Zone, Dubai
menggunakan istilah Free Zone, India dan Mesir menggunakan istilah Special
Economic Zone. Sementara di Indonesia sendiri mengadopsi Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK). KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu yang tercangkup
dalam wilayah Hukum RI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi
akitivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan
ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Untuk ide ini diinspirasi dari
keberhasilan beberapa negara yang lebih dulu mengadopsinya, seperti Cina
dan India. Bahkan data-data empiris melukiskan bahwa KEK di negara tersebut
mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk berinvestasi dan
menciptakan lapangan kerja. Hal itu tak lain karena kemudahan yang didapat para
investor, kemudahan itu berbentuk kemudahan di bidang fiskal, perpajakan dan
kepabeanan. Bahkan ada juga di bidang non-fiskal, seperti kemudahan birokrasi,
pengaturan khusus di bidang ketenagakerjaan dan keimigrasian, serta pelayanan
yang efisien dan ketertiban di dalam kawasan.
Pemberlakuan status KEK bagi daerah tertentu sangat memberikan
keuntungan ekonomi secara nasional maupun regional. Tetapi, status ini juga
berpotensi merugikan, karena adanya pengurangan pendapatan pajak akibat
adanya insentif fiskal, dan dapat mengancam kawasan industri yang telah ada
untuk pindah ke KEK yang berdampak pengurangan terhadap penerimaan negara.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus antara lain adalah: membantu atau
mendukung perekonomian lokal, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki
2)
3)
4)
5)
6)
b. Fasilitas non fiskal (Pasal 25), berupa kemudahan dan keringanan, antara lain :
1) Bidang perizinan usaha 2) Kegiatan usaha 3) Perbankan 4) Permodalan 5)
Perindustrian 6) Perdagangan 7) Kepelabuhan 8) Keamanan
Peningkatan investasi
2.
3.
4.
5.
6.
Surat
Keputusan
Menko
Perekonomian
No.
Kep-
KEKI harus diusulkan sendiri oleh pemda dan memperoleh komitmen kuat
dari pemda bersangkutan. Komitmen itu berupa kesedian pemda untuk
menyerahkan pengelolaan kawasan yag diusulkan kepada manajemen khusus.
2.
Kepastian
kebijaksanaan,
meliputi
dukungan
aspek
legal
dalam
Merupakan pusat kegiatan wilayah yang memenuhi RTRW. Selain itu telah
ditetapkan sebagai kawasan perindustrian atau oleh UU telah ditetapkan
sebagai wilayah dengan perlakuan khusus.
4.
Tidak harus satu kesatuan wilayah, namun merupakan kawasan yang relatif
telah berkembang & memiliki keterkaitan dngan wilayah pengembangan lain.
5.
6.
7.
8.
9.
Lokasi tidak terlalu jauh dengan pelabuhan dan bandara internasional. Selain
itu secara geopolitis wilayah KEKI bersaing dengan negara lain atau bisa
menjadi komplementer dari sentra produksi di negara lain.
10. Secara ekonomi strategis, dekat dengan lokasi pasar hasil produksi, tidak jauh
dari sumber bahan baku atau pusat distribusi internasional.
11. Tidak mengganggu daerah konservasi alam, dan
12. Memiliki batas yang jelas baik batas alam maupun batas buatan, serta
kawasan yang mudah dikontrol keamanannya, sehingga mencegah upaya
penyelundupan.
Nyatanya tidak semua KEK berhasil di terapkan, dari hasil penelitian
menunjukan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dibeberapa
negara. Hal yang paling utama adalah lokasi KEK yang ditujuk berada didaerah
terpencil (Remote Area), sehingga membutuhkan biaya yang tinggi, disamping
fasilitas infrastruktur tak memadai, dan belum terdapat mekanisme kerjasama
Pemerintah-Swasta
(Public-Private
Partnership)
dalam
pengembangannya.
Menengok kegagalan ini maka KEK yang akan dikembangkan di Indonesia harus
berada di lokasi yang strategis, dekat dengan jalur perdagangan/pelayaran
internasional, memiliki infrastruktur yang memadai, serta perlunya menggunakan
mekanisme kerjasama Pemerintah-Swasta dalam pengembangan KEK tersebut.
Sementara itu, perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi lainnya,
selain kemudahan yang diberikan adalah banyaknya peran Pemerintah Daerah,
baik dalam pengelolaannya maupun dalam penyediaan infrastruktur dan lahan.
Hal itu menyebabkan perlunya kerjasama Pemerintah-Swasta dalam pengelolaan
KEK, mengingat dana untuk KEK ini sangat besar. Hasil studi dari beberapa
negara
menunjukkan,
KEK
yang
sepenuhnya
dikelola
oleh
swasta
Positif
kontribusi
KEK
terhadap
pertumbuhan
biaya
kesejahteraan atau
biaya sosial
akibat
1. Transfer sumber daya dari wilayah di dalam negeri ke KEK tanpa nilai
tambah bagi kegiatan ekonomi (relokasi dan efek substitusi),
2. Akuisisi lahan tanpa penggantian yang sesuai (masalah sosial),
3. Hilangnya lahan pertanian,
4. Penyalahgunaan lahan untuk permukiman, dan
5. Kemungkinan disparitas ekonomi regional (terasa dalam jangka panjang,
oleh karena itu KEK harus menjamin pengembangan industri sekitar).
Dampak Negative KEK Terhadap Masyarakat
Setiap kebijakan termasuk KEK, paling tidak mempunyai tiga implikasi,
yaitu : (1) memperbaiki kebijakan (jika kebijakan itu salah) membutuhkan proses
dan waktu yang lama, (2) kebijakan akan mengikat siapapun termasuk
konsekuensi anggaran, (3) dampak kebijkan itu akan dirasakan oleh seluruh
masyarakat.
Ide KEK bersandar pada pasal 31 Undang-undang Penanaman Modal
(UUPM) No. 25 Tahun 2007. Akhir tahun 2010 lalu, pemerintah mengajukan draf
Rancangan Undang-Undang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kepada DPR-RI.
Seperti semut memperebutkan gula, sejumlah gubernur mendatangi legislatif.
Agendanya memohon segera mengesahkan RUU tersebut. Para gubernur
menyakini bahwa KEK akan menjajikan kemajuan ekonomi pada daerah.
Pertanyaannya, apakah KEK akan membawa kesejahteraan masyarakat dan
kelestarian lingkungan sebagai penyangga sistem kehidupan, atau sebaliknya.
Jika RUU tersebut dipaksakan menjadi udang-undang, maka akan
menimbulkan dampak negative yang luas terhadap masyarakat, diantaranya :
1. Menguntungkan pemodal besar
2. Eksploitasi sumberdaya dan penghisapan surplus ekonomi
3. Menghancurkan industri nasional
4. Membebani anggaran negara dan utang luar negeri
5. Tidak signifikan dalam mengurangi pengangguran, serta mengancam
hak-hak buruh
Mengancam Lingkungan
Dalam KEK, pemerintah tidak akan memberlakukan Peraturan Presiden
(Perpres) No. 11 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Bidang
Usaha Terbuka dengan persyaratan atau dikenal Daftar Negatif Investasi (DNI).
Karena itulah, industri kimia sangat berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan
apalagi pertambangan yang justru menggunakan bahan kimia yang beracun dan
berbahaya (B3) sebagai bahan baku utama.
Bila B3 masuk ketubuh melalui rantai makanan dapat mengakibatkan
korban jiwa dan cacat permanen akibat kerusakan genetik. Keracunan ikan tahun
lalu diberbagai daerah di pesisir kepulauan Sultra dan pencemaran pesisir diduga
akibat dari kegiatan tambang.
Dalam pasal 4 RUU, KEK harus terletak pada posisi dekat dengan jalur
perdagangan internasional atau berdekatan dengan jalur pelayaran internasional
atau berdekatan dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau pada
wilayah potensi sumber daya unggulan. Dalam usulan pembangunan KEK di
Sultra sebagai pusat tambang yang menghasilkan nikel, emas dan berbagai
sumber daya mineral lainnya, itu dikhawatirkan justru menjadi jalan lapang bagi
investasi asing untuk mengeruk sumberdaya alam Sultra.
Kasus Freeport dapat menjadi contoh betapa SDA tidak menimbulkan
kemakmuran bagi rakyat Papua akibat ketidaksiapan SDM. Belum lagi sebagian
rakyat Sultra yang menggantungkan hidupnya disektor pertanian justru akan
semakin hancur. Apalagi dengan daratan Sultra yang lebih kecil dan stabilisasi
ekosistemnya yang rentan serta tekanan penduduknya yang lebih tinggi. Jadi aneh
jika kita tidak belajar dari Papua dalam konteks lingkungan dan sosial ini.
Bagaimana dengan sumbangan dari sektor pertambangan?. Justru kedua
Pemda tersebut pernah mengalami defisit anggaran. Kalau ada kontribusi tambang
paling hanya untuk membangun infrastruktur jalan raya yang dirusak oleh
mobilisasi kegiatan tambang sendiri.
Masalah Sosial Ekonomi KEK
Pembangunan KEK butuh anggaran yang tidak kecil dan teknologi,
sementara sumber pembiayaan bukan hanya berasal dari APBN, namun juga
APBD. Ditengah kondisi keuangan daerah yang morat-marit, KEK bisa menjadi
alasan pemerintah untuk kembali mengajukan pinjaman. Ide KEK sendiri mirip
KAPET yang sudah sekian tahun berjalan, tapi kinerjanya belum ketahuan dan
hanya menjadi beban anggaran daerah.
Anggaran pemerintah akan lebih bermanfaat jika digunakan bagi
pendidikan, kesehatan dan sektor yang memberi kontribusi ekonomi signifikan
seperti
infrastruktur
pertanian,
kehutanan
dan
perkebunan,
jika
maupun
masyarakat
pelaku
pengembangan
kawasan,
dalam
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Wilayah diartikan sebagai suatu permukaan yang luas yang dihuni oleh
anusia yang melakukan interaksi kegiatan dengan sumberdaya alam, sumberdaya
modal, sumberdaya teknologi, sumberdaya kelembagaan dan sumberdaya
pembangunan lainnya, untuk mencapai tingkat kesejahteraan ekonomi dan social
bagi masyarakat. Hal ini yang menyebabkan pentingnya penataan dan pengaturan,
pemanfaatan dan pengelolaan ruang wilayah secara efektif dan efisien.
Kawasan diartikan sebagai wilayah yang mempunyai fungsi tertentu, yang
ditunjukkan dengan adanya potensi dan kondisi sumberdaya yang dimiliki atau
dikaitkan dengan sasaran yang hendak dicapai. Potensi dan kondisi sumberdaya
yang menonjol, misalnya kawasan yang memiliki sumberdaya hutan akan disebut
sebagai kawasan hutan lindung, perikanan menjadi kawasan budidaya perikanan,
tanaman pangan menjadi kawasan tanaman pangan, perkebunan menjadi kawasan
perkebunan, pariwisata menjadi kawasan wisata, sungai disebut kawasan/daerah
aliran sungai, kepulauan disebut kawasan gugus pulau.
Dalam rangka meningkatkan investasi, perdagangan dan penyerapan
tenaga kerja, pemerintah telah membentuk kawasan ekonomi, salah satunya yaitu
KEK (Kawasan Ekonomi Khusus). Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat
lingkungan kondusif bagi akitivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna
mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi.
Definisi KEK sendiri yang diatur dalam draft RUU KEK Pasal 1 ayat 1,
yaitu Kawasan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi-
DAFTAR PUSATAKA
http://222.124.202.176/website/images/produk/book/executive%20summa
ry%20kek.pdf
http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/04/25/-1366882248.pdf
http://penataanruang.pu.go.id/bulletin/upload/data_artikel/edisi3d.pdf
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/bdk/malang/attachments/140_Artikel%2
05.pdf
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/87-permasalahan-diseputar-kawasan-ekonomi-khusus.html
http://www.joubertmaramis.com/Artikel/kawasan-industri-tradisional-vskawasan-ekonomi-khusus-kek-salah-satu-solusi-middle-income-trap.html
https://id.scribd.com/doc/198015915/Peranan-Kawasan-Ekonomi-Khususdalam-Pembangunan-Nasional-dan-Daerah
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4440/pembentukan.htm
http://parmadiseme.wordpress.com/2011/10/28/dimensi-wilayah-dalamperencanaan-pembangunan/