Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seribu pertanyaan yang timbul mengenai Buang Air Besar (BAB) pada bayi.
Terutama bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Tak jarang pertanyaan ataupun
asumsi yang beredar seputar BAB pada bayi ASI membuat para ibu menjadi ragu
ataupun bingung untuk terus memberikan ASI eksklusif kepada bayi baru lahir. Satu
hal yang pasti adalah pola dan karakterisik BAB pada bayi ASI eksklusif memang
berbeda dengan bayi susu formula ataupun bayi yang mendapatkan campuran ASIsusu formula.
Asuhan pada bayi 2-6 hari setelah lahir harus dilakukan secara menyeluruh.
Asuhan pada bayi 2-6 hari juga harus diinformasikan dan diajarkan kepada orang tua
bayi, sehingga saat kembali ke rumah orang tua sudah siap dan dapat
melaksanakannya sendiri. Bayi mulai memiliki pola eliminasi pada minggu kedua
kehidupannya. Orang tua harus mengetahui pola eliminasi bayinya agar mengetahui
keadaan bayi. Dari pola buang air besarnya, kita dapat mengetahui atau dapat
dijadikan sebagai bahan indikasi apakah bayi itu dalam keadaan sehat ataupun tidak.
Selain itu, pola BAB merupakan hal yang dapat dipantau dengan mudah oleh siapapun
jika terdapat perubahan pada BAB tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana mekanisme pengeluaran BAB?
1.2.2. Mengapa Pentingnya Asuhan BAB pada Bayi Baru Lahir?
1.2.3. Apa saja warna-warna Feses pada Bayi Baru Lahir?
1.2.4. Bagaimana pola buang air besar dan permasalahannya pada bayi baru lahir?
1.2.5. Apa saja asuhan kebidanan BAB pada BBL?

1.3. Tujuan
1.3.1. Mahasiswa memahami mekanisme pengeluaran BAB.
1.3.2. Mahasiswa memahami pentingnya asuhan BAB pada bayi baru lahir.
1.3.3. Mahasiswa mengetahui warna-warna feses bayi baru lahir.
1

1.3.4. Mahasiswa memahami pola buang air besar dan permasalahannya pada bayi
baru lahir.
1.3.5. Mahasiswa memahami asuhan kebidanan BAB pada BBL.

1.4. Manfaat
Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh para mahasiswa kebidanan untuk
menambah pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan Buang Air Besar pada BBL 2-6
Hari.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Mekanisme Pengeluaran BAB


Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari
saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar
(disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada
dinding rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu
rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus
ditahan atau dihambat maka tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air
pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak
dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat
terjadi.
Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara refleks usus akan
mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih
encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga.
Keadaan demikian disebut dengan diare. Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam
rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar.
Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot spingter pada anus akan membuka
lubang anus untuk mengeluarkan tinja. Selama buang air besar, otot dada, diafragma,
otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga
akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk
memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung
meninggi.

2.2. Pentingnya Asuhan BAB pada Bayi Baru Lahir 2-6 Hari
Pada hari ke 2 sampai hari ke 6 setelah lahir ada banyak hal-hal yang perlu
diperhatikan pada bayi baru lahir. Asuhan yang dapat diberikan pada bayi baru lahir 2
sampai 6 hari ini harus di informasikan dan diajarkan kepada orang tua agar orang tua
pada saat berada di rumah tidak salah dalam merawat bayinya. Dari berbagai macam
asuhan yang ada, salah satu asuhan yang dapat diberikan pada bayi baru lahir yaitu
Asuhan Buang Air Besar pada bayi baru lahir 2-6 hari.
3

Hari-hari pertama pasca kelahiran, dua puluh empat jam pertama setelah bayi lahir,
ia akan mengeluarkan tinja berwarna gelap kehitaman, agak mengkilat, lengket dan
tidak berbau. Tinja ini dinamakan mekonium. Mekonium ini merupakan sisa absorpsi
dari ketuban selama bayi berada dalam rahim ibu. Begitu bayi mendapatkan ASI,
mekonium akan dikeluarkan dari tubuh bayi. Kemudian dengan semakin seringnya
mendapatkan ASI, tinja bayi akan berubah kekuningan dan kadang berbentuk seperti
biji (seedy). Warna dari tinja bayi pun berubah dari kuning ataupun kuning kehijauan.
Dan hal ini normal sekali terjadi. Tinja bayi ASI juga nyaris tidak berbau. Konsistensi
(bentuk) dari tinja bayi juga terkadang berbentuk seperti bubur ataupun vla.
Terkadang juga mirip seperti mustard atau selai kacang. Sesekali tampak juga bentuk
seperti biji-bijian pada tinja bayi. Hal ini normal sekali terjadi.

Mekonium

Bayi biasanya dalam 3 hari pertama BAB, tinja masih mekonium dan normalnya
bayi BAB paling sedikit 1 kali sehari. Untuk membersihkannya gunakan air bersih
hangat dan sabun. Frekuensi BAB normal bervariasi pada satu bayi dengan bayi lain.
Pada bayi yang hanya diberi ASI, rata-rata 3-6 kali BAB. BAB bayi yang diberi ASI
umumnya berwarna kuning emas. Frekuensi BAB tidak normal yaitu setelah 2 hari
tidak BAB atau BAB tiga hari 1 kali dan lebih dari 7 kali sehari. Jumlah feses pada
bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama. Feses transisi (kecil-kecil
berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga
sampai hari keenam. Bayi baru lahir yang diberikan makan lebih awal akan lebih
cepat mengeluarkan tinja daripada bayi yang diberi makan kemudian.

Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak
menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Bagi bayi apabila defekasi setelah diberi makan,
defekasi 1 kali dalam 3 atau 4 hari walaupun demikian konsistensi tinja tetap lunak
dan tidak berbentuk. Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk namun tetap
lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung
mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja akan berkurang pada minggu kedua dari 5 atau 6
kali defekasi setiap hari (1 kali defekasi setiap kali diberi makan) menjadi 1 atau 2 kali
sehari. Bayi mulai memiliki pola defekasi pada minggu kedua kehidupannya. Dengan
tambahan makanan padat tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa.
Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal
itu perlu dicurigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya
atau susu tercampur bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi normal
tidaknya feses akan terjadi bila ibu memberikan ASI yang diselang seling susu
formula. Misalnya akan sulit menentukan apakah feses yang cair/mencret itu berasal
dari susu atau susu formula. Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normal-normal
saja karena sistem pencernaannya memang belum sempurna. Tetap susui bayi agar ia
tidak mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah
atau keluhan lain dan jumlahnya sangat banyak atau mancur, berarti memang ada
masalah pada bayi.
Bayi yang pencernaannya normal akan BAB pada 24 jam pertama setelah lahir.
BAB pertama ini disebut mekonium. Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket
seperti aspal yang merupakan produk dari sel sel yang diproduksi dalam saluran
cerna selama bayi berada dalam kandungan. BAB pertama dalam 24 jam penting
artinya, karena menjadi indikasi apakah pencernaannya normal atau tidak. Frekuensi
BAB yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu.

2.3. Warna-Warna Feses Bayi


Menurut dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A, umumnya warna-warna feses bayi dapat
dibedakan menjadi kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau keabuan. Normal atau
tidaknya sistem pencernaan bayi dapat dideteksi dari warna-warna feses tsb.
Warna Feses Kuning
Warna kuning adalah warna feses yang normal. Warna feses bayi sangat
dipengaruhi oleh susu yang dikonsumsinya. Bila bayi minum ASI secara ekslusif,
fesesnya berwarna lebih cerah dan cenderung cemerlang atau didominasi warna
5

kuning (golden feses). Berarti bayi mendapatkan ASI penuh., dari foremilk (ASI
depan) sampai hindmilk (ASI belakang). Warna kuning timbul dari Proses pencernaan
lemak yang dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan
disimpan beberapa waktu dalam kandung e mpedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila
dalam usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan
berkontraksi(mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairan keluar. Cairan empedu
ini akan memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus. Sedangkan bila yang
diminum susu formula, atau ASI dicampur susu formula, warna feses akan berwarna
lebih gelap, seperti kuning tua, agak coklat, coklat tua, kuning kecoklatan atau coklat
kehijauan.
Warna Feses Hijau
Termasuk kategori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh terus menerus
muncul. Ini berarti cara ibu memberikan ASI nya belum benar. Yang terisap oleh bayi
hanya foremilk saja, sedangkan hindmilk nya tidak. Kasus ini umumnya terjadi kalau
produksi ASI sangat melimpah. Di dalam payudara, ibu memiliki ASI depan
(foremilk) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu
menghisap ASI depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula
dan laktosa tapi rendah lemak.
Sifatnya yang mudah dan cepat diserap membuat bayi sering lapar kembali.
Sedangkan ASI belakang (hindmilk) akan terhisap kalau foremilk yang keluar lebih
dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. Lemak ini yang membuat
feses menjadi kuning. Kalau bayi hanya mendapat foremilk yang hanya mengandung
sedikit lemak dan banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses
pencernaan yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga
dari situ terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu) sehingga bayi merasa tidak
nyaman (kolik).
Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tetapi hijau kuning, bergantian, ini
berarti bayi mendapat ASI yang komplit, dari foremilk sampai hindmilk supaya
kandungan gizinya komplit. Ibu harus mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk
dan hindmilk sekaligus. Sayangnya disamping ASI, ibu juga kerap memberikan
tambahan susu formula. Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk anak sudah
terlanjur diberi susu formula hingga kenyang.Akhirnya bayi hanya mendapat
foremillk saja. Sebaiknya berikan ASI secara ekslusif. Perbaiki penatalaksanaan

pemberian agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk. Kiatnya : susui bayi
dengan salah satu payudara sampai ASI habis baru pindah ke payudara berikutnya.
Warna Feses Merah
Feses merah pada bayi disebabkan adanya tetesan darah yang menyertai. Namun
bidan harus melihat apakah merah itu disebabkan dari tubuhnya sendiri atau dari
ibunya. Jika bayi sempat menghisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada
fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak itu
muncul selama satu sampai tiga hari. Jadi tinggal di test saja, asalnya dari mana dari
darah ibu atau dari darah bayi. Bila darah itu tetap muncul pada fesesnya (bisa cair
ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari darah ibu, maka perlu diperiksa
lebih lanjut.
Kemungkinnanya hanya dua, yaitu Alergi susu formula bila bayi sudah
mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi, fua-duanya
butuh penanganan. Darah ini sangat jarang berasal dari dysentri amuba dan basiler,
karena makanan bayi belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor.
Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain seperti perutnya
membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan.
Warna Feses Kuning Pucat atau Keabu-Abuan
Waspada! warna feses kuning pucat baik yang encer maupun padat. Warna putih
menunjukkan gangguan yang paling riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau
penyumbatan saluran empedu. Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai
feses dan ini tidak boleh terjadi, saat itu juga haruas dibawa ke dokter. Yang sering
terjadi ibu terlambat membawa bayinya, difikirnya feses ini nantinya akan berubah,
padahal kalau dibiarkan bayi sudah tidak bisa diapa apakan lagi karena umumnya
sudah mengalami kerusakan hati. Tindakannya hanya tinggal transplantasi hati yang
masih merupakan tindakan pengbobatan yang sangat mahal di Indonesia.
Empedu. Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai feses dan ini tidak
boleh terjadi, saat itu juga harus dibawa ke dokter. Yang sering terjadi ibu terlambat
membawa bayinya, difikirnya feses ini nantinya akan berubah, padahal kalau
dibiarkan bayi sudah tidak bisa diapa apakan lagi karena umumnya sudah mengalami
kerusakan hati. Tindakannya hanya tinggal transplantasi hati yang masih merupakan
tindakan pengbobatan yang sangat mahal di Indonesia.

a. BAB Bayi Baru Lahir

Mekonium
b. BAB Bayi ASI Eksklusif

c. BAB Bayi Susu Formula

d. BAB karena diare

e. BAB disertai darah

2.4. Pola Buang Air Besar Dan Permasalahannya Pada Bayi Baru Lahir
Pola BAB Bayi baru di bulan-bulan awal kelahirannya, tentu akan berbeda dengan
anak-anak atau orang dewasa. Apabila bayi BAB lebih dari sekali atau bahkan tidak
BAB selama 24 jam, jangan langsung khawatir dan memeriksakan ke bidan atau
dokter. Karena memang pola buang air besar bayi masih berubah-ubah. Bahkan
apabila bayi mengkonsumsi ASI Eklusif, tidak BAB selama 7 hari pun masih normal
dan fesesnya tidak akan keras (sembelit). Pola Buang Air Besar (BAB) bayi
tergantung dari usia, Untuk bayi yang baru lahir sampai usia 7 hari, normalnya ia akan
buang air besar sampai sebanyak 4 kali setiap hari. Berdasarkan pengalaman beberapa
ibu, bayi yang diberikan Susu Formula akan lebih sering BAB, apabila dibandingkan
dengan bayi yang hanya mengkonsumsi ASI Eklusif. Berapa Bayi bahkan akan BAB
setiap selesai minum ASI, dan akan terjadi sampai minggu-minggu pertama setelah
dilahirkan. Hal ini pertanda baik, sebagai tanda bayi anda mendapatkan ASI yang
cukup banyak.
9

Kebiasaan BAB yang lebih sering ini akan berkurang saat buah hati berusia 3
sampai 6 minggu, yang disebabkan karena ASI yang sangat mudah dicerna oleh tubuh
bayi, dan berarti sebagian besar ASI yang anda berikan diserap dengan baik oleh
tubuh. Hal ini menyebabkan bayi BAB lebih dari 3 hari bahkan satu minggu. Yang
perlu diwaspadai, apabila Bayi tidak BAB lebih dari 2 minggu, karena bisa menjadi
indikasi bayi sembelit. Perlu diperhatikan bahwa tidak setiap anak memiliki pola yang
persis sama. Namun perlu diwaspadai jika bayi atau anak tidak BAB hingga 2 minggu
atau lebih, karena mungkin mengalami sembelit. Adapun kondisi lain, yang
seharusnya dikonsultasikan ke dokter adalah:
1. Feses/kotoran bayi keras,
2. Demam pada bayi, sehingga menyebabkan bayi rewel
3. Terdapat darah pada kotoran BAB-nya,
4. Berat badan bayi sulit naik,
5. Tidak BAB untuk pertama kalinya dalam 24 jam setelah dilahirkan.
Keluhan Ibu Sehubungan dengan Pemberian ASI Ekslusif
Efek ASI bagi Feses Bayi
Tabel pola buang air kecil (BAK) dan karakteristik tinja pada bayi baru lahir cukup bulan.
Usia Bayi
Hari 1 (lahir)

Bentuk & Warna BAB


Kental, hitam, lengket, spt
aspal
Kental, hitam, lengket, spt
aspal
Kental, hitam, lengket, spt
aspal / kuning kehijauan
Kuning / kuning kehijauan /
kuning kecokelatan
Kuning kental, terlihat
berbiji
Kuning kental, terlihat
berbiji

Hari ke-2
Hari ke-3
Hari ke-4 (saat ASI dibuat
banyak)
Hari ke-5
Hari ke-6

2.5. Asuhan kebidanan yang perlu diberikan mengenai BAB:


a.

Monitor BAB bayi baru lahir selama 24 jam

b.

Amati adanya kelainan/gangguan yang muncul pada feses BBL

c.

Jelaskan pada ibu warna-warna feses BBL yg normal & abnormal

d.

BAB dapat menyebabkan infeksi, jadi segera bersihkan dan buang kotoran
kedalam toilet atau dikubur.
10

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari
saluran pencernaan menuju ke rektum. Ketika rektum telah penuh, tekanan di
dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang
air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot spingter pada anus
akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.
b. Asuhan Kebidanan BAB pada BBL 2-6 hari karena pada usia tersebut BBL masih
memerlukan adaptasi terhadap lingkungan baru yang ada di luar uterus. Maka,
sangat penting bagi bidan dan orang tua untuk memantau bagaimana volume,
konsistensi, frekuensi dan warna BAB pada BBL. Karena hal tersebut dapat
mengindikasikan atau dapat dijadikan penilaian bahwa bayi itu sehat atau tidak.
c. Warna-warna feses pada BBL: warna kuning adalah warna feses yang normal.
Termasuk kategori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh terus menerus
muncul, feses merah pada bayi disebabkan adanya tetesan darah yang menyertai.
Namun bidan harus melihat apakah merah itu disebabkan dari tubuhnya sendiri
atau dari ibunya. Waspada! warna feses kuning pucat baik yang encer maupun
padat. Warna putih menunjukkan gangguan yang paling riskan.
d. Pola BAB Bayi baru di bulan-bulan awal kelahirannya, tentu akan berbeda
dengan anak-anak atau orang dewasa. Apabila bayi BAB lebih dari sekali atau
bahkan tidak BAB selama 24 jam, jangan langsung khawatir dan memeriksakan
ke bidan atau dokter. Karena memang pola buang air besar bayi masih berubahubah. Bahkan apabila bayi mengkonsumsi ASI Eklusif, tidak BAB selama 7 hari
pun masih normal dan fesesnya tidak akan keras (sembelit).
3.2. Saran
Untuk menambah pengetahuan atau wawasan mahasiswa kebidanan, kami
menyarankan untuk lebih menambah referensi dan bacaan lainnya mengenai asuhan
kebidanan BAB pada BBL 2-6 Hari. Kami berharap dengan adanya makalah ini, dapat
dijadikan salah satu referensi untuk mahasiswa kebidanan di Poltekkes Kemenkes
Mataram.
11

Vous aimerez peut-être aussi