Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pendahuluan
I.1.
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan industri dan teknologi sediaan farmasi,
bermacam-macam bentuk sediaan telah beredar di pasaran dalam rangka
untuk memenuhi permintaan pasar yang menuntut adanya sediaan farmasi
yang lebih baik. Di mulai dari sediaan solid, semi solid hingga liquid,
tergantung dari keperluan dan kenyamanan para konsumen. Bentuk sediaan
solid diantaranya serbuk, tablet dan kapsul. Untuk semi solid terdapat salep,
krim, pasta dan gel. Sedangkan liquid terdiri atas potio, solutio, sirup,
suspensi, tetes mata, dan tetes hidung. Untuk pengobatan topikal, sering
digunakan bentuk sediaan semi solid. Diantara sediaan semisolid yaitu
salep, pasta, krim, dan gel. Sediaan semisolid yang sering digunakan
masyarakat salah satunya krim. Penggunaan krim tidak sebatas untuk obat
namun juga digunakan sebagai kosmetik sehingga sediaan ini terus
berkembang. Metode serta bahan-bahan pembuatan krim sangat banyak
sekali sehingga diperlukan pembelajaran lebih dalam lagi. Oleh karena itu
perlu dipelajari mengenai krim, jenis krim, basisnya serta formulasi krim.
I.2.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan krim?
2. Apa saja bahan-bahan serta basis yang terdapat dalam krim?
3. Bagaimana metode-metode pembuatan krim?
4. Apa saja contoh formulasi dari krim?
I.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui lebih jauh
basis, formulasi, dan cara pembuatan sediaan krim.
I.4.
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan
BAB I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
I.2. Rumusan Masalah
I.3. Tujuan Penulisan
I.4. Metode Penulisan
I.5. Sistematika Penulisan
BAB II. Pembahasan
II.1
BAB III. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II
ISI
Kelebihan :
Mudah menyebar rata dan praktis
Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air
Kekurangan :
Susah dalam pembuatannya, karena dibutuhkan suhu yang optimal pada
saat pembuatan (fase minyak dan fase air)
Mudah pecah, karena suhu tidak optimal atau saat pencampuran fase
minyak dan fase air pengadukannya tidak tepat.
dalam minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi
bees-wax, mineral oil, paraffin, dan spermaceti.
2. Krim vitamin (vitamin cream)
Mengandung vitamin B kompleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A,
vitamin C, dan vitamin D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini
diragukan manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh
kurang efisien dibanding bila diberikan per oral.
3. Krim urut (massage cream)
Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak
dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim
A/M.
4. Krim tangan atau badan (hand and body cream)
Dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit ditempat tersebut
dengan menggunakan emolien, humektan, dan barrier kulit. Pelembab
biasanya lebih cair, dapat ditambah tabir surya, aloe vera, alantoin, AHA,
atau vitamin.
5. Krim mengandung zat makanan (nourishing cream atau skin food cream)
Tidak memberi makanan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi
hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara
permanent. Isi terpenting adalah lanolin, white germ oil, sun flower oil atau
corn oil.
sediaan semipadat (seperti pasta, salep, krim, dll) dan merupakan faktor
yang sangat menentukan kecepatan pelepasan/aksi dari obat, yang nantinya
akan mempengaruhi khasiat atau keberhasilan terapi
Dalam
pemilihan
komponen
krim
diperlukan
pertimbangan-
krim,
seperti
antioksidan,
pengawet,
pewarna,
pewangi,
Asam Lemak
Alkohol
Ester sintetik
Kelompok Hidrokarbon
a. Squalen
b. Paraffin Liquidum
Paraffin liquid merupakan campuran dari hidrokarbon yang
diperoleh dari minyak mineral. Paraffin liquid berupa cairan
kental yang transparan, tidak berflourosensi, dan tidak
berwarna. Selain itu paraffin liquid hampir tidak memiliki bau
dan rasa. Bahan ini praktis tidak larut dalam air dan etanol P
95% namun dapat larut dalam kloroform P, eter P, aseeton dan
benzen. Satu milliliter paraffin liquid memiliki bobot antara
0,83 hingga 0,89 gram. Penggunaan dalam krim umumnya
sebesar 1-32%.
c. Vaselin Kuning
Berbentuk massa semi-solid yang berwarna kuning muda
hingga kuning, agak transparan, berminyak, tidak berbau, tidak
berasa, tidak berfluoresensi. Vaselin kuning bersifat mudah
terbakar, memiliki titik didih di atas 100oF (37oC). Tidak
mudah teroksidasi saat terkena udara. Praktis tidak larut dalam
aseton, etanol, etanol (95%) panas atau dingin, gliserin, dan
air; larut dalam benzen karbon disulfida, kloroform, eter,
heksan, dan minyak atsiri. Penggunaan dalam krim yaitu
sebanyak 10-30%.
d. Paraffin Padat
Parafin padat sesuai namanya berbentuk padat, sering
menunjukan susunan hablur; agak licin; tidak berwarna atau
putih; tidak mempunyai rasa dan bau. Praktis tidak larut dalam
air dan dalam etanol (95%); larut dalam kloroform, benzen dan
ester.
e. Microcrystalline Wax
Microcystalline wax berbentuk kristal yang tidak beraturan,
tidak berbau dan tidak berasa, larut dalam benzen, kloroform,
dan eter, sedikit larut dalam etanol, dan praktis tidak larut
dalam air sediaan setengah padat digunakan dalam formulasi
kosmetik. Stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, dan udara.
Tempat penyimpanan di tempat sejuk atau kering.
berbentuk
massa
padat
yang
berwarna
putih
f.
Kelompok Waxes/Lilin
a. Beeswax
Beeswax memiliki komponen utama yang terdiri dari palmitat,
palmitoleat, hidroksipalmitat dan ester oleat, mempunyai titik
lebur antara 62-64oC. Mempunyai titik didih sebesar 85oC,
tidak larut dalam air, sangat kecil kelarutannya dalam dehidrat
10
b. Adeps Lanae
Adeps lanae merupakan lemak yang diperoleh dari bulu
domba, berwarna kuning muda, berbau khas. Adeps lanae telah
meleleh berupa cairan kuning. Larut dalam benzen, kloroform,
eter, dan petroleum, sedikit larut dalam etanol dingin (95%),
lebih larut dalam etanol panas (95%); praktis tidak larut dalam
air. Mengandung pro-oksidan yang dapat memengaruhi
kestabilan beberapa zat aktif. Fungsinya dalam sediaan semi
solid sebagai emusifying agent, fase minyak dalam persipan
krim A/M. Adeps lanae dapat menyerap air sebesar 25%,
campuran adeps lanae dengan air dikenal sebagai lanolin
c. Carnauba Wax
Carnauba wax berasal dari carnauba palm (Copernicia
prunifera), berbentuk serbuk berwarna coklat terang hingga
kuning muda, tidak berbau dan tidak berasa. Carnauba wax
mengandung asam lemak (80-85%), alkohol lemak (10-15%),
asam-asam (3-6%) dan hidrokarbon (1-3%). Ciri khas dari
carnauba wax adalah esterified fatty diols (sekitar 20%),
hydroxylated fatty acids (sekitar 6%) dan asam sinamat (sekitar
10%). Mempunyai titik lebut 78-85oC, larut dalam kloroform
hangat dan toluen hangat sedikit larut dalam etanol (95%),
praktis tidak larut dalam air. Fungsinya sebagai bahan penyalut
dalam formula kosmetik seperti lipstick, eyeliners, mascaram
eye shadowsm foundations, skin care, sun carem dan lain-lain.
Stabil dan harus tersimpan pada tempat yang tertutup, di
tempat yang sejuk atau kering.
11
d. Candelia Wax
Candelia wax berbentuk padat dan mengkilat, berwarna
kuning, mempunyai kandungan kimia, asam bebas 7-9%,
karbohidrat kira-kira 50%, asam serortat dan ester wax alkohol
kira-kira 30%, serta resin. Digunakan sebagai perlindungan
terhadp uap air. Candelia wax mempunyai warna yang
mengkilat dan dapat digunakan dalam sistem emulsifikasi, dan
memiliki titik leburnya 68,72oC
e. Jojoba oil
Jojoba oil, berasal dari tanaman Jojoba (Simmondsia
chinensis). Mempunyai kandungan, setiap molekul terdiri dari
asam lemak dan alkohol lemak yang digabungkan oleh ikatan
ester. Minyak jojoba yang belum murni berupa cairan jernih
pada suhu kamar dengan sedikit bau lemak. Minyak jojoba
yang murni tidak berwarna, tidak berbau dan mempunyai titik
lebur 10oC. Minyak jojoba relatif lebih stabil dibandingkan
minyak nabati lainnya. Minyak jojoba digunakan dalam
formula sediaan kosmetik, skin care, dan hair care.
Kelompok Asam Lemak
a. Asam Stearat (C18H36O2)
12
13
dan jika dileburkan maka dapat larut dalam paraffin liquid atau
minyak tumbuhan atau hewan. Setil alkohol berfungsi sebagai
bahan pengemulsi, dan sebagai bahan pengeras krim sehingga
mampu meningkatkan konsistensi. Setil alkohol sering
digunakan dalam sediaan krim karena sifatnya sebagai
emolien.
digunakan
sebagai
bahan
pengemulsi
pada
14
d. Ester sintetis
Ester sintetis seperti gliseril monostearat, isopropil miristat,
isopropil palmitat, isoprpil lanolat, butil stearat, dan butil
palmitat telah digunakan sebagai basis lemak yang resisten
terhadap oksidasi dan hidrolisis. Isopropil miristat adalah
cairan tak berwarna yang dapat dicampur dengan hidokarbon,
campuran minyak/lemak, atau sampai 50% lemak domba
dibentuk menjadi basis semisolid yang
tidak
larut air.
dan
Thickening agent
Pelarut
15
Beberapa bahan yang digunakan sebagai fase air dalam pembuatan krim
antara lain:
a. Air Murni (H2O)
Air merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Berat molekul yang dimiliki air adalah 18,02. Air
dalam krim umumnya digunakan sebagai pelarut.
b. Gliserin
trioksida,
potasium
klorat
atau
potasium
c. Propilenglikol
16
d. Trietanolamin (TEA)
e. Sorbitol
17
Sabun alkali
Sabun logam
Sabun amin
Trietanolamin, dll
Senyawa tersulfatasi
Senyawa tersulfonasi
18
Saponin
Tabel 3. Pengelompokan komponen emulgator krim kelompok anionik.
produk
mikroorganisme.
alam
Protein
mudah
mudah
terkontaminasi
bergumpal
pada
oleh
titik
isoelektrik membentuk gumpalan dan untaian anggur dari bolabola emulsi. Protein antara lain putih telur yang terdiri dari
19
20
tetrahidropiran
dan
tetrahidrofuran
dengan
Nama Dagang
Identitas Kimia
Harga HLB
Span 20
Sorbitan monolaurat
8,6
Span 40
Sorbitan monopalmitat
6,7
Span 60
Sorbitan monostearat
4,7
Span 65
Sorbitan tristearat
2,1
Span 80
Sorbitan monooleat
4,3
Span 85
Sorbitan trioleat
1,8
b. Tween
Karakter
lipofil
pada
span
bertanggung
jawab
untuk
sorbitan
dengan
polietilenglikol
memperoleh
Identitas Kimia
Harga HLB
Tween 20
Polioksietilen-(20)-
16,7
sorbitanmonolaurat
Tween 21
Polioksietilen-(4)-
13,3
sorbitanmonolaurat
Tween 40
Polioksietilen-(20)-
15,6
21
sorbitanmonopalmitat
Tween 60
Polioksietilen-(20)-
14,9
sorbitanmonostearat
Tween 61
Polioksietilen-(4)-
9,6
sorbitanmonostearat
Tween 65
Polioksietilen-(20)-
10,5
sorbitanmotristearat
Tween 80
Polioksietilen-(20)-
10,0
sorbitanmonooleat
Tween 81
Polioksietilen-(4)-
10,0
sorbitanmonooleat
Tween 85
Polioksietilen-(20)-
11,0
sorbitantrioleat
Tabel 5. Jenis-jenis Tween dan nilai HLBnya.
Contoh khas
Penggunaan
Golongan anionik
- Asam karboksilat
Sabun
Laktilat
T; O
Kondensat polipeptida
- Ester-ester asam sulfat
- Alkil & alkil aril
sulfonat
- Ester-ester asam fosfat
Monogliserida yang
T; O
disulfatasi
T; O
Alkil sulfat
Dodekilbenzen
sulfonat
T
T; O
Trioleil fosfat
- Hemester
Sarkosinat
T
T; O
Taurat
Sulfosuksinat
22
Golongan kationik
- Amin kuartener
Alkoksialkilamin
Benzalkonium klorida
T
T; O
Golongan non-ionik
- Polialkoksieter
Eter alkil/aril
polioksietilen
T; O; P
Polimer blok
polioksietilen
T; O
polioksipropilen
T; O
Ester polioksietilen
asam lemak
Ester polioksietilen
asam sorbitan
Golongan amfoter
- Ammonium karboksilat N-alkil asam amino
- Ammonium fosfat
Lesitin
T; O
T; O; P
25%
b. Catyl alkohol
20%
c. Emulsifier
2%
Tween 60
1,6%
Span
0,4%
d. Nipagin
e. Aqua
0,18%
ad
100%
Cara Pembuatan :
1. Lelehkan Vaselin album, Cetyl alkohol, dan Span dalam fat melting
vessel.
2. Lakukan pelelehan pada suhu 600C.
23
Emulsifying ointment
30%
a. Emulisifying wax
30%
10%
Setostearil alkohol
90%
b. Vaselin album
50%
c. Paraffin Liquid
20%
II.
Phenoxy etanol
III.
Aquadest
1%
ad
69%
Cara Pembuatan :
1. Vaselin album, Paraffin Liquid, dan Setostearil alkohol lelehkan
dalam fat Melting Vessel
2. Lakukan pelelehan pada suhu 600C.
3. Lakukan pemanasan air pada suhu 900C menggunakan Becomix
Vessel.
4. Larutkan Sodium Lauryl Sulfat dan Phenoxy etanol dalam air
panas tersebut.
5. Masukkan zat aktif dan tambahkan air sampai 100%.
Asam Stearat
24%
II.
TEA
1,2%
III.
Gliserol
13,5%
IV.
Aquades
ad
100%
24
Cara pembuatan :
1. Lelehkan asam stearat dalam fat melting vessel..
2. Lakukan pelelehan pada suhu 600C.
3. Lakukan pemanasan air pada suhu 900C menggunakan Becomix
Vessel.
4. Larutka TEA dalam air panas, kemudian tambahkan gliserol
5. Masukkan zat aktif dan tambahkan air samai 100%.
2.4 Contoh Formulasi Krim
Persentase (%)
Fungsi
Floucinonide
0,05
Zat aktif
Crotamiton
Zat aktif
Paraffin Liquid
10
Aquadest
56,07
pelarut
Polyoxyethylene
Surfaktan
lauryl ether
25
Carboxyvinyl
20
polymer
emulsifying agent,
stabilizing agent,
Trietanolamin
4,68
Disodium edetate
1,2
Chelating agent
1.
Floucinonide
Berwarna putih atau hampir putih berbentuk serbuk kristalin. Praktis tidak larut
dalam air, sulit larut dalam etanol absolut. Memiliki titik leleh 220oC
2.
Crotamiton
Tidak berwarna atau kuning pucat, berbentuk cairan berminyak. Sulit larut
dalam air, larut dalam etanol 96%. Pada suhu rendah akan membentuk padatan
sebagian atau seluruhnya.
3.
Cairan kental tidak berwarna atau kuning terang. Larut dalam air.
4.
Carboxyvinyl polymer
5.
Trietanol amin
Tidak berwarna atau kuning pucat, Berbentuk cairan kental, Larut dalam air,
metanol, aseton, CCl4, Sangat higroskopis, Titik leleh: 20-21oC.
6.
Disodium edetate
Kristal berwarna putih, tidak berwarna, Praktis tidak larut dalam kloroform,
eter, sulit larut dalam etanol 95%, larut dalam air (1:11)
Cara pembuatan
26
Jumlah (%)
Fungsi
Calamin
5,00
Antiseptikum eksternal
Zink Oksida
5,00
Antiseptikum lokal
Minyak Almond
2,00
Cetostearyl
11,25
Emulgator
Na-Lauryl Sulfat
1,25
Emulgator
Gliserin
10,00
Humektan
Metil Paraben
0,18
Pengawet
Propil Paraben
0,02
Pengawet
Alkohol
Aquadest
65,300
Cara kerja :
1. Pembuatan fase minyak :
6. Lelehkan
cetostearyl
alkohol
dan
minyak
almond
dengan
27
28
Jumlah
Fungsi
Cetrimide
150 mg
Stearic Acid
4 gram
TEA
12,5 gram
Emulsifying agent
13,35 gram
Pemerian bahan
1. Cetrimide
Cetrimide merupakan bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan
krim. Cetrimide mempunyai rumus molekul CHBrN. Pemeriannya
berupa serbuk berwarna putih, berat molekulnya 336,40. Cetrimide
larut dalam ethanol 95% dan air dengan perbandingan 1:2. Titik leleh
antara 232-247 C. Cetrimide disimpan di wadah yang tertutup rapat
dan kering.
29
3. TEA (Triethanolamine)
30
31
32
Jumlah (g/100g)
Betametason Valerat
0,1
Fungsi
Zat aktif, antiinflamasi
Setil alcohol
Emollient
Paraffin liquid
Fase minyak
Vaselin Album
17,8
Tween 60
1,386
Emulgator
Span 60
0,614
Emulgator
Metil Paraben
0,1
Pengawet
Aquadest
66
Fase Air
33
Persentase
Fungsi
(%)
Hidrokortison,
yang
telah
di
kecilkan
Zat Aktif
Cetostearil alkohol
Basis
Paraffin putih
18
Basis
Parafin Liquid
basis
Chlorrocresol
0,1
Pengawet
Propil paraben
0.035
Pengawet
Metilparaben
0.1
Pengawet
Cetomagrogol-1000
Surfaktan
Propilen Glikol
Solvent,
partikelnya
humektan
Natrium pospat monobasis
0.29
Pengatur pH
Aquadest
59.6
Pelarut
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang
manis yang memiliki khasiat humektan dan solven. Propilen glikol larut di
dalam air dengan titik didih 188 O C dan titik leleh 59 O C
3. Klorokresol
Merupakan serbuk tidak berwarna yang sedikit larut didalam air dan
sangat larut dalam etanol. Berkhasiat sebagai antimikroba dan desinfektan
yang biasanya digunakan pada konsentrasi 0.2%. Memiliki titik didih : 235
O
4. Parafin Liquid
Merupakan cairan yang tidak larut dalam air dan bercampur dengan
hidrokarbon.
5. Cetomacrogol 1000
Merupakan surfaktan nonionik yang larut dalam air, metanol dan aseton.
Memiliki titik leleh tidak kurang dari 38 O C.
6. Setostearil alkohol
Merupakan emulsifying agent yang juga berguna sebagai pengingkat
viskositas pada sediaan topikal. Berupa massa berwarna putih, berupa
pellet dan granul yang pada pemanasan, meleleh menjadi cairan jernih
berwarna kuning hambar. Memiliki titik didih 300-360O C dan larut dalam
etanol, eter, dan minyak serta tidak larut dalam air.
7. Parafin putih (vaselin album)
Merupakan campuran petrolatum dengan lanolin alkohol yang bersifat
emolient sehingga dapat dijadikan sebagai basis untuk sediaan topikal.
Memiliki titik leleh : 45-63O C dan larut 1 dalam 20 bagian kloroform, 1
dalam 100 bagian minyak.
8. Sodium pospat monobasic
Merupakan reagen dengan sifat buffer yang tinggi dengan BM : 138.
9. Metil Paraben
Merupakan serbuk halus dengan warna putih dan berfungsi sebagai
pengawet. Memiliki titik leleh 125-1280C.
10. Propil Paraben
35
95-98
Prosedur Kerja
1. Pembuatan fase air
a. Memanaskan aquadest di Becomix Vessel pada suhu 90o C.
36
dan
O
37
38
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan
yang pada dasarnya bercampur dengan sekresi kulit. Krim merupakan
salah satu contoh dari emulsi. Dalam krim terdapat beberapa bahan yang
mendukung sediaannya seperti basis, emulgator, zat aktif, pelarut,
pengawet maupun zat tambahan lainnya. Basis terdiri dari berbagai macam
sumber yang bisa diterapkan dalam proses pembuatan krim .
3.2
Saran
Agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap basis-basis dan pendukung
bahan krim lainnya agar seorang formulator dapat dengan tepat
memformulasikan krim sesuai dengan kegunaannya.
39
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta : Dian Rakyat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta: Korpri Sub Unit Dirjen POM
Niazi, Sarfaraz K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations Semisolid Products Volume 4. USA : CRC Press
Raymond C Rowe, Paul J Sheskey. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th Ed. London: the Pharmaceutical Press.
www.chemicalbook.com
WHO Pharmacopoeia Library http://apps.who.int/phint/en/p/docf/
40