Vous êtes sur la page 1sur 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan
diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena
gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan
masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari
masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi
dari jaringan otak.
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari
pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut masih menjadi hal
yang menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor
yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang
ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh,
dengan frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di
Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor
otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan
pundak usia 40-65 tahun.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan
intrakranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil edema.
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan
bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu.
Agent tersebut meliptu faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi
immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat
sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan Dubin, 1979; Larson,
1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979).
Untuk Penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia, general
health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang dapat digunakan
antara lain: pembedahan, radiotherapy, dan chemotherapy. Seorang Perawat berperan
untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta
mengimplementasikannya secara langsung mulai dari pengkajian, diagnosa, hingga
intervensi yang harus diberikan.

1.2Rumusan Masalah
1.

Apa definisi dari tumor otak?

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Apa manifestasi klinis dari tumor otak?


Bagaimana etiologi dari tumor otak?
Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita tumor
otak?
Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?
Apa saja komplikasi dari tumor otak?
Bagaimana prognosis dari tumor otak?
Bagaimana woc (web of caution) dari tumor otak?
Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita tumor
otak?

1.3Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
tumor otak.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi tumor otak.
2. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari tumor otak.
3. Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus tumor otak.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi tumor otak.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada tumor otak.
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan tumor otak.
7. Mengetahui dan memahami komplikasi dari tumor otak.
8. Mengetahui dan memahami prognosis dari tumor otak.
9. Mengetahui dan memahami WOC tumor otsk.
10. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.
(price, A. Sylvia, 1995: 1030).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau
di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor
berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lainlain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa
Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak (buku ajar patofisiologi)

2.2 Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor :
1. Jinak
Acoustic neuroma
Meningioma
Pituitary adenoma
Astrocytoma (grade I)
2. Malignant
Astrocytoma (grade 2,3,4)
Oligodendroglioma
Apendymoma
Berdasarkan lokasi :
1. Tumor intradural
a. Ekstramedular
Cleurofibroma
Meningioma
b. Intramedular
Apendymoma
Astrocytoma
Oligodendroglioma
Hemangioblastoma
2. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
paruparu, ginjal dan lambung.

2.3 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa sel embrional ( Embrionic Cell Rest )
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan

2.4 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan
fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan

dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi
sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus
atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga.
Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat
adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan
gangguan pernafasan.

2.5 Pathway
etiologi
Pertumbuhan sel
otak abnormal
Tumor otak

Mengganggu fungsi
spesifik bagian otak
tempat tumor
Timbul manifestasi
klinik/gejala lokal
sesuai fokal tumor

Kompensasi
takipnea

Masa dalam otak


bertambah
Penekanan jaringan otak
terhadap sirkulasi darah & O2
Penurunan suplay O2 ke
jaringan otak akibat
obstruksi sirkulasi otak

Obstruksi sirkulasi
cairan serebrospinal
dari ventrikel lateral
ke sub arachnoid
Hidrochepalus

Hipoksia cerebral

Kerusakan pembuluh
darah otak

Perubahan perfusi
jaringan cerebral

Perpindahan cairan
intravaskuler ke
jaringan serebral

Akumulasi CO2
di cerebral
(CO2 reseptor
vasodilatasi)
Kompensasi
(butuh
waktu
berhari-hari sampai berbulanbulan) dengan cara :
1. volume darah intracranial
2. volume cairan cerebrospinal
3. kandungan cairan intra sel
4. mengurangi sel-sel parenkim

Pola
nafas
tidak efektif

Kompensasi kurang cepat


Kompresi
batang otak
Iritasi pusat
vagal di medula
oblongata
Muntah
proyektil
Resiko gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Statis vena cerebral


Obstruksi sistem cerebral
Obstruksi drainage vena
retina

volume
intrakranial
TIK

Kelebihan
volume cairan

Perubahan
perfusi jaringan
cerebral
Bergesernya ginus medialis
labis temporal ke inferion
melalui insisura tentorial

Nyeri kepala

Herniasi cerebral

Papil edema
PK. kematian
Kompresi saraf optikus
(N. III/IV)
Gangguan penglihatan
Perubahan persepsi
visual

2.6 Tanda dan Gejala


Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdoagnosa secara dini, karena
pada awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi
umumnya berjalan progresif.
Manifestasi klinis tumor otak dapat
berupa:
1. Gejala Serebral Umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat
dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil,
pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan
spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi.

Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus :
a. Nyeri kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala
awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan
70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat
dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat
bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi
intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai
tumor otak.
b. Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif
dan tak disertai dengan mual.
c. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25%
kasus, dan lebih
dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2%
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab
bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsi
Resisten terhadap obat-obat epilepsi
Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
d. Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada
pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran. Pada
pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera
karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai
parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering
memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah
meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum
dan craniopharingioma.
2. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

kennedy
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns
Lobus temporal
Akssan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang
menjadi hemianopsia, objeckagnosia
Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian
tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan
kabur, dan penurunan kesadaran
Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angel
Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit, bangkitan
Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi
disertai dengan papil udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme
dari otot-otot servikal
Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak
yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormalpada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
7. Sidik otak radioaktif
Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor
otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi
abnormal zat radioaktif

2.8 Penatalaksanaan
Faktor faktor Prognostik sebagai Pertimbangan Penatalaksanaan
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya,
yaitu:
1. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
a. Steroid: Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone

b. Anticonvulsant: Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti


carbamazepine
c. Shunt: Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan
pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara
mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh
efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula
jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang
optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi
histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih
sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan
gejala-gelaja yang ada pada penderita.
2. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses
keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi
terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga
pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat
mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh
toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena
maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan
metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara
metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam
tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
3. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau
dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor
pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini
diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang
singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah
lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor
berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.

2.9 Komplikasi
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat
terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus

Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga


cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan
serebrospinal akibat massa.
3. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
4. Epilepsi
5. Metastase ketempat lain

BAB III
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Tumor Otak
IDENTIFIKASI KLIEN
Nama
:

Umur
Jenis Kelamin
Suku Bangsa
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
No. Reg
Tgl MRS
Diagnosa Medis

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Riwayat Keperawatan (Nursing history)


Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa dan paling dirasakan adalah klien mengeluh nyeri kepala
1.1 Riwayat Sebelum Sakit
Pasien dengan tumor otak untuk riwayat penyakit terdahulu biasanya Klien
pernah mengalami pembedahan kepala
1.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan tumor otak biasanya datang dengan keluhan nyeri kepala,
muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau
penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia.
1.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
1.4 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien dengan tumor otak biasanya untuk lingkungannya bisa terpapar
radiasi yaitu Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi, serta bisa juga di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien
terdapat virus
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1.5 Keadaan Umum :
1.6 Tanda-tanda Vital
S:
N:
TD :
RR :

TB :
BB :
1.7 PEMERIKSAAN FISIK PER SISTEM
A. Sistem Pernafasan
Bentuk dada : normal
Pola napas : tidak teratur
Suara napas : normal
Sesak napas : ya
Batuk : tidak
Retraksi otot bantu napas ; ya
Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)
B. Kardiovaskuler Dan Limfe
Irama jantung : irregular
Nyeri dada : tidak
Bunyi jantung ; normal
Akral : hangat
Nadi : Bradikardi
Tekanana darah Meningkat
C. Persyarafan
a. Penglihatan (mata)
: Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
b. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus
frontal
d. Pengecapan (lidah)
: Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
e. Afasia
: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkatakata komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
f. Ekstremitas
: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
g. GCS
: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1 6
tergantung responnya yaitu :
a. Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan
kuku jari)
(1) : Tidak ada respon
b. Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik

(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )


disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun
tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c. Motor (respon motorik)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
D. Perkemihan- Eliminasi uri
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
e. Pencernaan B5 (bowel)
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
a. Nafsu makan : menurun
b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih
d. Mukosa : lembap
e. Adanya mual, muntah selama fase akut
f. Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
g. Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
F. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen
a. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
b. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
c. Kondisi tubuh: kelelahan
d. Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot,
G. POLA KONSEP DIRI
a. Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
b. Mekanisme koping yang biasa digunakan
c. Perasaan tidak berdaya, putus asa
d. Respon emosional klien terhadap status saat ini
e. Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
f. Mudah tersinggung

H. NILAI KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN


Mengetahui Agama yang dianut, dan mengkaji apakah kegiatan ibadah pasien
terganggu

ANALISA DATA
NS.
DIAGNOSIS
:
(NANDA-I)
DEFINITIO
N:

Kelebihan Volume Cairan (00026)


Domain 2: Nutrisi
Kelas 5: Hidrasi
Peningkatan retensi cairan isotonik

DEFINING

CHARACTE

RISTICS

RELATED
FACTORS:

Gangguan elektrolit
Perubahan tekanan darah
Peningkatan tekanan vena sentral
Perubahan tekanan arteri pulmonal
Ansietas

Gangguan mekanisme regulasi


Kelebihan asupan cairan
Kelebihan asupan natrium

ASSESSMENT
DIAGNOSIS

Subjective data entry


Pasien mengeluh sesak nafas dan
takut akan adanya edema pada
tubuhnya

Ns. Diagnosis (Specify):


Kelebihan Volume Cairan

Client
Diagnostic
Statement: Related to:
Peningkatan tekanan intrakranial

Ketidak Efektifan Pola Nafas (00032)


Domain 4: aktivitas/istirahat
Kelas 4: Respon kardiovaskuler/Pulmonal
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang
adekuat.
Pernapasan Cuping hidung
Penggunaan otot bantu pernapasan
Perubahan kedalaman pernapasan
Dispnea
Inflamasi saluran pernafasan

NS.DIAGN
OIS :
(NANDA-I)
DEFINITIO
N:
DEFINING
CHARCTERIS
TICS

ASSESSMENT

RELATED
FACTORS:

DIAGNOSIS

Objective data entry


Tekanan darah meningkat
Peningkatan tekanan intracranial
Edema
Peningkatan tekanan vena sentral

Subjective data entry


Pasien mengatakan bahwa pasien sesak
nafas

Client
Diagnostic
Statement:

NS.
DIAGNOSIS
:
(NANDA-I)

Objective data entry

Otot bantu pernafasan


RR meningkat
Sesak ketika aktivitas
Nafas cuping hidung
Kedalaman pernafasan ketika inspirasi

Ns. Diagnosis (Specify):


Ketidakefektifan pola nafas
Related to:
Hipoksia serebral

Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral


Domain 4: Aktivitas/Istiraha
Kelas 4: Respon Kardiovaskuler/Pulmonal

DEFINITIO
N:
DEFINING
CHARACTE
RISTICS

DIAGNOSIS

ASSESSMENT

RELATED
FACTORS:

Beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat


mengganggu kesehatan

Trauma kepala
Tumor otak
Masa tromboplastin parsial abnormal
Masa protrombin abnormal

Subjective data entry


Pasien mengatakan bahwa pasien
nyeri kepala yang sangat hebat
pada kepala

Objective data entry


Nyeri kepala skala 8
Menyeringai
Posisi menghindari rangsangan
nyeri
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan nadi

Ns. Diagnosis (Specify):


Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral

Client
Diagnostic
Statement: Related to:
Kompensasi kurang cepat

NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
DEFINITION
:
DEFINING
CHARACTE
RISTICS

RELATED
FACTORS:

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)


Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Pencernaan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
Batasan karakteristik
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Membran mukosa pucat
Kurang makanan
Bising usus hiperaktif
Tonus otot menurun
Kesalahan informasi
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Faktor yang berhubungan
Faktor Biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

DIAGNOSIS ASSESSMENT

Ketidakmampuan menelan makanan


Faktor psikologis
Subjective data entry
Objective data entry
BB turun
Pasien mengatakan bahwa tidak nafsu
Tonus otot kurang
makan karena susah menelan
Membran mukosa kering
Stomatitis
Client
Diagno
stic
Statem
ent:

Ns. Diagnosis (Specify):


Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Related to:
Iritasi pusat vagal di medula oblongata

Gangguan persepsi sensori , kekurangan pengliatan


Domain 5 : persepsi / kognisi
Kelas 3 : sensasi / persepsi
Devinisi : Perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang , berlebihan atau distorsi
terhadap stimulus tersebut
DEFINING
Batasan Karakteristik
disorientasi
CHARACTE
perubahan dalam pola
halusinasi
RISTICS
perilaku
hambatan komunikasi
perubahan dalam
iritabilitas
kemampuan
konsentrasi buruk
menyelesaikan masalah
gelisah
perubahan dalam ketajaman
distorsi sensori
sensori
perubahan dalam respon
yang
biasa terhadap stimulus
RELATED
Faktor yang Berhubungan
ketidak
seimbangan
FACTORS:
perubahan integrasi sensori
elektrolit
perubahan
penerimaan stimulus
lingkungan
sensori
berlebih
perubahan
pengiriman stimulus lingkungan kurang
sensori
memadai
ketidakseimbangan biokimia
stres psikologis
Subjective data entry
Objective data entry
Kurang konsentrasi
Pasien mengatakan bahwa pasien
Gelisah
mengalami penurunan ketajaman
Perubahan respons setelah diberi
penglihatan
stimulus
DIAGNOSIS ASSESSMENT

NS.
DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
DEFINITION
:

Client
Diagno
stic
Statem

Ns. Diagnosis (Specify):


Gangguan persepsi sensori : kurang penglihatan
Related to:
Kompresi saraf optikus(N. III/IV)

ent:

DiagnosaKeperawatan
No Tgl

Diagnosa keperawatan
Paraf
Ketidak Efektifan Pola Nafas Ybd Hipoksia serebral dd Ds:
Pasien mengatakan bahwa pasien sesak nafas Do : Otot bantu
pernafasan RR meningkat Sesak ketika aktivitas Nafas cuping hidung
Kedalaman pernafasan ketika inspirasi

Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Ybd


Kompensasi kurang cepat dd Ds : Pasien mengatakan
bahwa pasien nyeri kepala yang sangat hebat pada kepala
Do : Nyeri kepala skala 8 Menyeringai Posisi menghindari
rangsangan nyeri Peningkatan tekanan darah Peningkatan
nadi
Kelebihan Volume Cairan ybd Peningkatan tekanan
intracranial dd Pasien mengeluh sesak nafas dan takut akan
adanya edema pada tubuhnya Do : Tekanan darah
meningkatPeningkatan tekanan intracranial Edema
Peningkatan tekanan vena sentral
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ybd Iritasi pusat vagal di
medula oblongata dd Ds : Pasien mengatakan bahwa tidak
nafsu makan karena susah menelan Do : BB turun Tonus
otot kurang Membran mukosa kering Stomatitis
Gangguan persepsi sensori : kurang penglihatan Ybd
Kompresi saraf optikus(N. III/IV) dd Ds : Pasien mengatakan
bahwa pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan
Do : Kurang konsentrasi Gelisah Perubahan respons
setelah diberi stimulus

3.1IntervensiKeperawatan
Inisial Pasien
Tanggal
Dx. Keperawatan
Definisi NANDA
Definisi NIC
INTERVENSI
Terapi oksigen
(3320)
Definisi :
Pemberiaan
oksigen
dan
monitoring
keefektifannya

: Ny.
:
: Ketidakefektifan Pola Nafas
: Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang adekuat.
: Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang adekuat.
NIC
AKTIFITAS
1. Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea, sesuai kebutuhan
2. Hindari merokok
3. Pertahankan patensi jalan nafas
4. Atur peralatan oksigen dan pemberiannya termasuk menghangatkan dan
system pelembaban
5. Berikan oksigen sesuai instruksi
6. Pantau aliran volume oksigen
7. Pantau posisi peralatan pemberian oksigen
8. Instruksikan pasien tentang pentingnya meninggalkan pemberian
oksigen sedang terpasang
9. Awasi pemberian oksigen secara teratur untuk memastikan konsentrasi
pemberian yang diresepkan
10. Pastikan penggantian masker oksigen/kanul jika peralatan telah
dilepaskan
Pantau kemampuan pasien untuk toleransi pelepasan oksigen ketika
makan
11. Ganti peralatan pemberian oksigen dari masker menjadi selang nasal
selama makan, sesuai toleransi
12. Amati tanda-tanda hipoventilasi akibat pemberian oksigen
13. Amati tanda-tanda keracunan oksigen dan atelektasis
14. Pantau peralatan oksigen dan pastikan tidak mempengaruhi pasien untuk
bernafas
15. Pantau kecemasan pasien berhubungan dengan kebutuhan akan terapi

NOC
OUTCOME
INDIKATOR
Status
O40301 RR(4)
pernafasan
: 040302 Irama
ventilasi
pernafasan (4)
040303
Definisi
: Kedalamam
pergerakan
inspirasi (4)
udara masuk 040318 suara
dan keluar dari perkusi (4)
paru-paru
040309
penggunaan
otot
bantu
pernafasan (4)
040314 sesak
ketika aktivitas
(4)

16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Inisial Pasien
Tanggal
Dx. Keperawatan
Definisi NANDA
Definisi NIC
INTERVENSI

Penatalaksanaan
Edema Cerebral
Definisi :
Limitasi dari injury
cerebral
sekunder
akibat
dari
pembengkakan dari
jaringan otak

oksigen
Pantau kerusakan kulit akibat friksi pemberian oksigen
Berikan oksigen ketika pasien dipindahkan
Instruksikan pasien untuk memperoleh oksigen sebelum perjalanan
melalui udara dengan tekanan yang tinggi, sesuai keperluan
Konsul dengan tim pelayanan kesehatan yang lain tentang penggunaan
oksigen selama aktivitas dan/atau tidur
Instruksikan pasien dan keluarga tentang menggunakan oksigen di
rumah
Ubah penggunaan peralatan oksigen yang memfasilitasi mobilitas dan
ajarkan pasien untuk menggunakannya
Ganti pemberian oksigen alternative untuk memberi kenyamanan, sesuai
keperluan

: Ny.
:
: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
: Beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan
: Beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan
NIC
NOC
AKTIFITAS
OUTCOME
INDIKATOR
1.
Kaji adanya konfusi, perubahan mental, ,keluhan mngnai pusing Perfusi
040602
jaringan
:
tekanan
dan sinkop
serebral
(0406)
intracranial
2.
Ciptakan makna komunikasi : pertanyaan dngan jawban ya atau
040614
tidak; sediakan batu tulis magic, kertas dan pensil, papan gambar,
tekanan
flashcards dan alat vocaid
diastolic
3.
Monitor status neurologi secara ketat dan bandingkan secara
040617
mendasar
tekanan darah
040616 demam
4.
Monitor karakteristik drainase CSF : warna, kejernihan, dan

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

konsistensi
Catat drainase CSF
Turunkan stimuli lingkungan pasien
Berikan sedasi, sesuai kebutuhan
Catat perubahan respon pasien terhadap stimulasi
Monitor status respirasi : rate, ritme, dan kedalaman respirasi;
PaO2, pCO2,pH, dan tingkat bikarbonbat
Biarkan ICP kembali ke data dasar antara tindakan keperawatan
Tampilkan percakapan dalam pendengaran pasien
Kelola antiknvulsan, jika sesuai
Hindari fleksi leher atau fleksi panggul/lutut yang berlebihan
Hindari Valsava manuever
Berikan pelembut feses
Hiperventilasi pasien
Posisi kepala tempat tidur lebih tinggi 30 derajat
Hindari penggunaan PEEP
Analisa gelombang ICP
Rencanakan asuhan keperawatan untuk periode istirahat
Monitor ICP pasien dan respon neurologikal untuk aktivitas
keperawatan
Lakukan agen paralisis
Anjurkan keluarga/ atau orang penting lainnya untuk berbicara
dengan pasien
Batasi cairan
Hindari cairan IV hipotonik
Sesuaikan setting ventilator untuk tetap menjaga PaCO2 pada level
yang diinginkan
Batasi pengisapan kurang dari 15 detik

28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.

Inisial Pasien
Tanggal
Dx. Keperawatan
Definisi NANDA
Definisi NIC
INTERVENSI
MANAGEMEN
ELEKTROLIT

Monitor untuk rhinorrhea CSF/otorrhea


Monitor nilai lab : osmolalitas srum dan urin; sodium, dan level
potasium
Monitor tekanan volum indek
Lakukan ROM pasif
Monitor CVP
Monitor ICP dan CPP
Monitor PAWP dan PAP
Monitor P dan BP
Monitor intake dan output
Drain CSF, berdasarkan order yang tersedia
Hiperventilasi sebelum pngisapan ( suction )
Pertahankan normotermia
Berikan loop aktif atau diuretik osmotik
Implementasikan tindakan pencegahan seizure
Titrasi barbiturat untuk mencapai supresi atu ledakan- supresi dari
EEG, sesuai order

: Ny.
:
: Kelebihan volume caiaran
: Peningkatan retensi cairan isotonik
: Peningkatan retensi cairan isotonik
NIC
AKTIFITAS
1. Monitor terhadap serum elektrolit abnormal, jika tersedia.
2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit.
3. Pertahankan kepatenan jalur IV .
4. Berikan cairan, jika sesuai.

NOC
OUTCOME
INDIKATOR
Keparahan
060301 edema
kelebihan
periorbital
volume cairan 06032 edema
(0603)
pada tangan

Definisi :
Kenaikan

5.
6.
7.

keseimbangan
elektrolit dan
pencegahan
komplikasi yang

8.
9.
10.

disebabkan dari
kadar serum

11.

elektrolit yang
abnormal atau

12.

yang tidak
diinginkan.

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Pertahankan keakuratan catatan intake dan output


Pertahankan cairan intravena mengandung elektrolit pada kecepatan
arliran yang konstan, jika sesuai
Berikan suplemen elektrolit (misal, oral, NG, dan IV) sesuai resen, jika
sesuai.
Konsul dokter untuk pemberian pengobatan hemat elektrolit (misal
Spiranolactone), jika sesuai.
Berikan pengikat elektrolit atau mengeluarkan resin (misal
Kayexalate) sesuai resep, jika sesuai
Dapatkan order bahan pemeriksaan untuk pemeriksaan analisa kadar
elektrolit (misal AGB, urine dan kadar serum) jika sesuai.
Monitor akan hilangnya cairan yang kaya elektrolit (misalnya
pengeluaran nasogastrik, cairan ileostomi, diare, cairan luak dan
diaphoresis).
Adakan pengukuran untuk mengkontrol kehilangan elektrolit berlebihan
(misal oleh mengistirahatkan usus, penggantian tipe diuretic, atau
pemberian antipiretika), jika sesuai.
Irigasi pipa nasogastrik dengan normal saline.
Minimalkan jumlah potongan es atau intake oral yang dikonsumsikan
pada pasien yang menggunakan pipa gastric yang dihubungkan ke
suction.
Berikan diet yang tepat pada pasien dengan ketidakseimbangan
elektrolit (misal makanan yang kaya potassium, rendah sodium dan
rendah karbohidrat).
Instruksikan pasien dan/ atau keluraga akan modifikasi diet tertentu, jika
sesuai.
Berikan lingkungan yang aman untuk pasien yang mempunyai
manifestasi
neurologik
dan/
atau
neuromuscular
dengan
ketidakseimbangan elektrolit.
Tingkatkan orientasi.
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tipe, penyebab dan pengobatan
terhadap ketidakseimbangan elektrolit, jika sesuai.

060303 edema
pada sacrum
030604 edema
pergelangan
kaki
060305 edema
kaki
060306 ascites

20. Konsul dokter jika ada tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan/
atau elektrolit atau semakin memburuk.
21. Monitor respon klien terhadap pemberian terapi elektrolit.
22. Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit yang diresepkan
(misal iritasi GI)
23. Monitor secara teliti kadar serum potassium pada pasien yang
mendapatkan digitalis dan diuretika.
24. Pasang monitor jantung, jika sesuai.
25. Obati aritmia jantung, berdasarkan kebijakan.
26. Siapkan pasien untuk dialisa (misal membantu pemasangan kateter
untuk dialisa), jika sesuai.

Inisial Pasien
Tanggal
Dx. Keperawatan
Definisi NANDA
Definisi NIC
INTERVENSI
Manajemen
Nutrisi
Definisi:
Panduan
atau
penyediaan
asupan makanan
dan cairan untuk
diet seimbang

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

: Ny.
:
: Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
: Keadaan individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
NIC
NOC
AKTIFITAS
OUTCOME
INDIKATOR
Periksa apakah pasien mempunyai alergi makanan.
Setatus Nutrisi (100401)
Pastikan kesukaan makanan pasien.
1004
Asupan nutrisi
Pertimbangkan dalam hubungannya dengan ahli gizi, sesuai kebutuhan (100402
jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
Sejauh mana )
Asupan
nutrisi.
nutrisi
yang makanan
Anjurkan asupan kalori yang sesuai untuk tipe tubuh dan gaya hidup.
tersedia untuk (100408)
Anjurkan asupan makanan zat besi yang meningkat, sesuai kebutuhan.
memenuhi
Asupan cairan
Anjurkan asupan protein, zat besi, dan vitamin C yang meningkat, sesuai
kebutuhan
(100411)
kebutuhan.
metabolik
Hidrasi
Tawarkan snack (misalnya minuman yang sering dan jus buah segar), sesuai
(100403
kebutuhan.
Energi

8. Berikan makanan-makanan ringan, alami, dan lunak, sesuai kebutuhan.


9. Berikan pengganti gula, sesuai kebutuhan.
10.
Yakinkan bahwa diet terdiri dari tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
11.
Tawarkan ramuan atau bumbu-bumbu sebagai alternatif garam.
12.
Berikan pasien makanan tinggi protein, tinggi kalori, makanan-makanan
yang bergizi dan minuman yang dapat mulai dikonsumsi, sesuai kebutuhan.
13.
Berikan pilihan makanan.
14.
Izinkan diet sebagai gaya hidup pasien, sesuai kebutuhan.
15.
Ajarkan pasien bagaimana menjaga makanan hariannya, sesuai
kebutuhan.
16.
Monitor catatan asupan nutrisi dan kalori.
17.
Timbang pasien dengan interval yang sesuai.
18.
Anjurkan pasien untuk menggunakan gigi palsu dan atau perawatan
dental.
19.
Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
mendapatkannya.
20.
Anjurkan persiapan penyimpanan makanan dan teknik-teknik penyajian.
21.
Tentukan kemampuan pasien untuk mendapatkan kebutuhan nutrisinya.
22.
Bantu pasien dalam mendapatkan bantuan dari program nutrisi
komunitas, bila perlu.
Pemantauan
Nutrisi
Definisi
:
Pengumpulan
dan analisis data
pasien
untuk
mencegah atau
memnimalkan
malnourishment

1.
2.
3.
4.

Timbang berat badan pasien pada rentang waktu tertentu


Pantau tren untuk meningkatkan dan menurunkan berat badan
Pantau jenis dan jumlah latihan yang biasa dilakukan
Pantau respon emosi pasien jika menghadapi situasi tertentu dan
pengaruhnya terhadap makanan dan makan
5. Pantau interaksi orangtua/anak selama makan
6. Pantau lingkungan ketika makan
7. Rencanakan tindakan dan prosedur pada waktu di luar jam makan
8. Pantau kekeringan pada kulit dengan depigmentasi
9. Pantau turgor kulit sesuai dengan kebutuhan
10.
Pantau kekeringan dan tipisnya rambut sehingga apakah mudah patah

11.Pantau gusi, apakah bengkak, lembut, receding dan mudah berdarah


12.
Pantau mual dan muntah
13.
Pantau pengukuran ketebalan kulit: ketebalan tricep, lingkar otot lengan
tengah, dan lingkar lengan
14.
Pantaualbumin, protein total, hemoglobin, dan nilaihematokrit,
15.
Pantaulympocit dan nilaielektrolit
16.
Pantaumakanan yang dianjurkan dan pilihanmakanan
17.
Pantautumbuh-kembang
18.
Pantautingkatenergi, malaise, kelelehan, dan kelemahan
19.
Pantaukepucatan, kemerahan, dan kekeringanpadakonjunctiva
20.
Pantaukalori dan asupannutrisi
21.
Pantauspoon-shaped, kukukeras tapi mudahpatah, ridgednail
22.
Pantau kemerahan, pembengkakan dan cracking pada mulut dan bibir
23.
Catat adanya nyeri, edema, dan hyperemia dan hipertropi papilla pada
lidah dan rongga mulut
24.
Catat apakah lidah kemerahan, magenta, atau nyeri
25.
Catat perubahan signifikan dalam status nutrisi dan tindakan yang
dilakukan , sesuai kebutuhan
26.
Lakukan konsultasi diet sesuai kebutuhan
27.
Tentukan apakah pasien membutuhkan diet khusus
28.
Berikan kondisi lingkungan yang optimal pada saat makan
29.
Berikan makanan dan minuman sesuai dengan kebutuhan

Inisial Pasien
Tanggal
Dx. Keperawatan
Definisi NANDA
Definisi NIC

: Ny.
:
: Perubahan persepsi sensori : penglihatan
: Perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang disertai gangguan respon yang kurang , berlebihan atau
distorsi terhadap stimulus tersebut
: Keadaan seorang individu yang mengalami suatu perubahan pada jumlah atu pola stimulus yang diterima, diikuti
dengan suatu respons terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan, dilebihkan, disimpangkan, atau dirusakkan

NIC
INTERVENSI
Peningkatan
Komunikasi:
Defisit
Penglihatan
Definisi
:Membantu
menerima dan
belajar
pengubahan
metode untuk
hidup dengan
penurunan
penglihatan

AKTIFITAS
1.
2.

Identifikasi diri anda ketika anda masuk ke ruangan pasien


Catat reaksi pasien yang mengalami penurunan penglihatan
( depresi, menarik diri, dan penyangkalan )
3.
Terima reaksi pasien yang mengalami penurunan penglihatan
4.
Bantu pasin untuk membuat tujuan belajar bagaimana melihat
dengan sense yang lainnya
5.
Bangun sisa penglihatan pasien,jika sesuai
6.
Berjalan satu atau dua tahap lurus di depan pasien, dengan tangan
pasien di siku anda
7.
Gambarkan keadaan lingkungan pada pasien
8.
Jangan pindahkan barang-barang di ruangan pasien tanpa
memberitahu pasien
9.
Bacaka surat, koran, dan informasi penting lain kepada pasien
10.
Identifikasi makanan yang ada pada nampan terkait dengan
jumlah jam
11.
Lipat uang kertas dengan cara yang berbeda untuk memudahkan
idntifikasi
12.
Informasikan pasien dimana lokasi radio atau buku pembicaraan
13.
Sediakan kaca magnifying atau kacamata prima,jika sesuai untuk
membaca
14.
Sediakan materi bacaan Braille,jika sesuai
15.
Awali dengan rujkan terapi okupasional,jika sesuai
16.
Rujuk pasien dengan masalah penglihatan pada agen yang tepat

NOC
OUTCOME
INDIKATOR
Funsi sensori : (240401)ketaja
melihat 2404
man
Definisi:
luas penglihatan
pandang
yang mata kiri
mana gambaran (240421)ketaja
visual
dengan man
ketepatan
yang penglihatan
dirasakan
mata kanan
(240402)ketaja
man
visus
mata kiri
(240422)ketaja
man
visus
mata kanan
(240416)
respon
penglihatan
terhadap
rangsangan

Vous aimerez peut-être aussi