Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu kesehatan sangatlah fleksibel dengan mengikuti perkembangan


zaman. Itu dapat dilihat dengan perkembangan penyakit dan cara
mengatasinya. Penyakit sangatlah berbahaya bagi tubuh manusia, apalagi yang
dapat mengganggu jawa manusia. Karena itu ketika penyakit dapat
membahayakan maka secepat mungkin harus dicari cara mengatasinya atau
pengobatan terhadap penyakit yang diderita, dimikian pula penyakit struma
nodosa yang menyebabkan pembengkakan pada leher.

Struma nodosa atau strauma endenomatosa terutama di temukan di


daerah pegunungan kerena defisiensi iodium dan merupakan salah satu
masalah gizi di Indonesia. Struma nodosa di temukan secara incidental atau
pada keluarga tertentu. Etiologinya umumnya multifaktoria, biasanya tiroid
sudah membesar sejak usia mudah dan berkembang menjadi multinodular
pada saat dewasa.

Penderita struma nodosa biasanya tidak mengalami keluhan karena


tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, nodul mungkin tunggal, tetapi
kebanyakan berkembang menjadi multinoduler yang tidak berfungsi.
Deregenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma karena
pertumbuhannya yang sering berangsur-angsur hingga struma menjadi besar
tanpa gejalah kecuali benjolan di leher, sebagian penderita dengan strauma
nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa adanya gangguan.

Struma nodosa merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai


dan menyerang 16% perempuan dan 4% laki-laki yang berusia antara 20
sampai 60 tahun seperti yang telah dibuktikan oleh suatu penyelidikan.untuk
itu haruslah tanggap dalam menghadapi penyakit ini dengan melihat kondisi
pada penderita. Penyembuhan penyakit ini dilakukan dengan pengobatan dan
trapi TSH oleh tiroksin serta pembedahan dilakukan apabila srtuma menjadi
besar.

1
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis akan memaparkan sebuah
makalah mengenai struma nodosa serta hal-hal yang menyangkut penyakit
ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis membatasi masalah agar tidak membahas


yang meluas, batasan makalah ini adalah :

1. Bagaimana pengertian umum penyakit struma nodosa


2. Apa saja hal-hal yang menyangkut penyakit struma nodosa
3. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dalam penyakit struma
4. Bagaimana menifestasi klinis dan pelaksanaannya
5. Diagnose yang timbul dalam penyakit struma

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

a. Menjelaskan teori dan konsep terkait dengan penyakit


b. Memaparkan proses terjadinya gangguan struma
c. Mengetahui lebih khusus tenteng penyakit struma
d. Melengkapi tugas kuliah

2. Manfaat

Adapun manfaat dari penulsan ini adalah :

a. Dapat menjabarkan atau memaparkan ilmu pengetahuan


yang berkenaan dengan penyakit struma
b. Sebagai salah satu acuan yang dapat digunakan dalam
membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Struma nodosa adalah tumor atau pembesaran pada kelenjar tiroid.


Biasanya dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal.
Pembesaran tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat sampai besar sekali dan
mengadakan penekanan pada trakea, membuat dilatasi system vena kolateral.
Pada dasarnya struma berdasarkan jumlah nodul ada dua yaitu : struma
mononodosa non toksik dan struma multinodosa nan toksik, berdasarkan
kemampuan menangkap iodium radioaktif, nodul dibedakan menjadi : nodul
dingin, hangat, dan panas. Sedangkan berdasarkan konsistensinya, nodul
dibedakan menjadi : nodul lunak, kistik, keras, dan sangat keras.

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada srtuma nodosa tidak


diketahui, namun sebagian besar pendetita menunjukkan gejalah-gejalah
tiroiditis ringan, oleh karena itu diduga tiroiditis ini menyebabkan
hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan sekresi
TSH dan pertumbuhan yang progresif dari bagian kelenjar yang tidak
meradang.

Beberapa penderita struma nodosa di dalam kelenjar tiroidnya timbul


kelainan pada system enzim yang dibutuhkan untuk pembentukan hormone
tiroid. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya berangsur-
angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejalah kecuali benjolan di leher.

3
Sebagian besar penderita dengan srtuma nodosa dapat hidup dengan
strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak
mengganggu pernafasan karena menonjol ke bagian depan, sebagian lain dapat
menyebabkan penyempitan trakea bila pembesarannya bilateral. Struma
nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan sampai jauh ke arah
pernafasan. Pendorongan demikian mengkin mengakibaatkan gangguan
pernafasan.

C. PATOFISIOLOGI

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk


pembentukan hormone tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk kedalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tiroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuter oleh tiroid stimulating hormone kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk
dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukak pengaturan umpan balik negatif
dari seksesi tiroid stimulating hormone dan bekerja langsung pada
tirotropihypofisis, sedangkan T3 merupakan hormone metabolic tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui
rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis. Keadaan ini menyebabkan membesaran kelenjar tiroid.

4
WEB OF CAUSTION

Umur, temperature, iklim, tidak diketahui kelainan system enzim

Infeksi kekurangan iodium didalam kelenjar tiroid


Hipotiroidisme
ringan -
defisiensi mekanisme
peningkatan iodida

Iodium diserap usus - defisiensi enzim deiodinase

Sekresi TSH meningkat

Iodium aktif distimuter & pertumbuhan yg progresif makanan mengandung substansi

Oleh tiroid stimulating hormone goitrogenik

Menjadi molekul tiroksin rangsangan TSH

Molekul diyodotironin pembesaran kel.tiroid

T4 T3 STRUMA NODOSA

Pengaturan umpan balik Hormone metabolicTdk aktif

Negative dr sekresi tiroid pembesaran bilateral

Stimulating hoormon &

Bekerja langsung pd penekanan kelenjar tiroid pd trakhea

tirotropihypofisis

penyempitan trakhea

meningkatkan pelepasan TSH

MK: gangguan citra diri viksasi pd trakhea

pembesaran kelenjar tiroid gangguan rasa nyaman nyeri

susah menelan

MK: ketidak efektifan pola nafas MK: perubahan nutrisi – dr kebutuhan tbh

5
D. MENIFESTASI KLINIS

Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat
mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga
terjadi gangguan menelan. Peningkatan seperti ini jantung menjadi berdebar-
debar, gelisah, berkeringat, tidak than cuaca dingin, dan kelelehan. Pada
umumnya kelainan-kelainan yang dapat menampakkan diri sebagai struma
nodosa seperti tiroditis. Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa hal yaitu :

a. Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut


struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut
struma multinodosa.

b. Berdasarkan kemampuan menyerap iodium radioaktif: ada 3


bentuk nodul trioid yaitu nodul dingin, hangat, dan panas.

c. Berdasarkan konsistensinya: lunak, kistik, keras dan sangat keras.

Keganasan umumnya terjadi pada nodul yang soliter dan


konsistensinya keras sampai yang sangat keras. Yang multiple biasanya tidak
ganas, kecualiapabila salah satu dari nodul tersebut lebih menonjol dan lebih
kerasdari pada lainnya. Apabila suatu nodul nyeri pada penekanan dan mudah
digerakkan, kemungkinan terjadi suatu perdarahan kedalam kista, tiroiditis.
Tetapi kalau nyeri dan sukar digerakkan kemungkinan besar suara karsinoma.

Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan


akan keganasan , sebagian kecil pasien khususnya yang dengan struma nodosa
besar mengeluh adanya gejalah mekanis yaitu: penekanan pada trakea.
Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dengan keadaan
eutiroid.

E. PENATALAKSANAAN

Terapi struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin,


yaitu pengobatan yang mengakibatkan penekanan TSH hifofisis, dan
penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pambedahan dapat
dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis

6
dan kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat tempat struma timbul
sebagai akibat kekurangan iodium, garam dapur harus diberi tambahan
iodium.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboraturiu :T4 atau T3, dan TSH


b. Biopsi aspirasi jarum halus
c. Biopsi ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan
suatu keganasan. Biopsy ini tidak nyeri, hampir tidak
menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas.
d. Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen dapat memperjelas
adanya deviasi trakea, atau pembesaran struma yang pada
umumnya secara klinis sudah bias diduga, foto rontgen pada
leher lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas
sehubungan dengan intubasi anastesinya, bahkan tidak jarang
untuk konfirmasi diagnostic tersebut sampai melakukan CT-scan
leher.
e. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

manfaat USG dalam pemeriksaan tiroid :

1. untuk menentukan jumlah nodul


2. dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik
3. dapat mengukur volume dari nodul tiroid
4. dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak
menangkap iodium, dan tidak terlihat dengan sidik tiroid
5. untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan
dilakukan biopsy terarah

B. PENGKAJIAN

Biodata

7
Merupakan identitas pasien, yang meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, suku bangsa, tanggal masuk Rumah sakit, nomor
registrasi, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.

Anamnesis

Keluhan yang dirasakan adalah adanya benjolan pada leher dan


Pembedahan dilakukan, mengakibatkan nyeri luka oprasi.

Riwayat penyakit saat ini

Awalnya ada benjolan-benjolan kecil, namun lama-kelamaan


membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena
penekanan trakea eusofagus sehingga perlu dilakukan oprasi.

Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian penyakit yang dialami pasien memungkinkan adanya


hubungan dengan penyakit dahulu yang dialami pasien.

Pengkajian psikososial-spritual

Pengkajian psikologis pasien struma meliputi beberapa dimensi yang


memungkinka perawat memperoleh presepsi yang jelas mengenai status
emosi, kognitif, dan prilaku pasien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan pasien juga penting untukk menilai respon pasien terhadap penyakit
yang dideritanya, pengkajian ini secara sadar bias digunakan pasien selama
masa stress meliputi kemampuan pasien untuk mendiskusikan masalah
kesehatan.

Pemeriksaan fisik

1. keadaan umum

8
pada umumnya keadaan pasien lemah dan kesadarannya
komposmentis dengan TTV yang meliputi : TD, nadi,
pernafasan, dan suhu yang berubah.

2. Kepala dan leher

Pada pasien struma ini dikepala (THT, mata dan mulut),


inspeksi conjungtiva anemis, scelera ikterik. pada leher,
inspeksi untuk melihat apakah terdapat benjolan disebelah
anterior atau tampak asimetris. Dan kemudian dilakukan
palpasi tiroid untuk menentukan ukuran, bentuk, konsistensi,
kesimetrisan dan adanya nyeri tekan.

3. Thoraks (system pernafasan)

Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan secret


efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.

Inpeksi: gerakan nafas,

Auskultasi: adanya pernapasan rhonkhi,wheezing

4. System gastrointestinal (abdomen)

Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat pemingkatan


asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan
hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.

Inspeksi: datar, lemas

Auskultasi: bising usus normal

Palpasi: lemas, nyeri tekan

Perkusi: thympani

9
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan susah menelan

Tujuan :

Nafsu makan meningkat dalam waktu 2x24 jam

Criteria hasil :

- Nafsu makan bertambah


- Tidak sulit menelan lagi

Intervensi :

- Kaji kebiasaan makan yang disukai atau pun yang tidak disukai

- Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

- Hidangkan makanan dalam keadaan hangat

- Kerja sama dengan ahli gizi dalam pemberian makanan


Rasional :

- Dengan mengontrol kebiasaan makan klien dapat meningkatkan


partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki masukan
makanan pada klien

- Membantu mencegah distensi gaster atau ketidak nyamanan

- Meningkatkan nafsu makan

- Kalori protein dan vitamin untuk memenuhi peningkatan


kebutuhan metabolic, mempertahankan berat badan dan
mendorong regenerasi jaringan

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dampak


pembedahan

Tujuan :

10
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam rasa nyeri dapat
berkurang

Criteria hasil :

Dapat menyatakan nyeri berkurang, dan tidak ada prilaku yang


menunjukkan adanya rasa nyeri.

Intervensi :

- Kaji tanda-tanda adanya nyeri.


- Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher
dengan bantal kecil.
- Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong selama
perubahan posisi.
- Instruksikan pasien menggunakan tangannya untuk menyokong
leher selama pergerakan.
- Letakkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan
yang mudah.
- Berikan minuman yang sejuk
- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional :

- Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan


intervensi, menentukan efektivitas terapi.

- Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis


jahitan.

- Menurunkan atau mengurangi tegangan otot.

- Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operas.

- Menurunkan nyeri tenggorok

11
- Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu
pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih
efektif.
3. Resiko terjadi ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
obstruki trakea, pembengkakan

Tujuan:

Jalan nafas klien dapat kembali efektif dalam waktu 2x24 jam.

Criteria hasil :

Tidak ada sumbatan pada trakea

Intervensi :

- Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kerja pernafasan

- Dengarkan suara pernafasan, catat adanya suara ronchi

- Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis

- Bantu klien dengan perubahan posisi, latihan nafas dalam

- Perhatikan klien dalam hal menelan, apakah ada kesulitan

- Atur posisi klien senyaman mungkin

Rasional :

- Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan, karena


Pernafasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi
berkembangnya distress pada pernafasan merupakan indikasi
kompresi trakea karena edema atau perdarahan.

- Ronchi merupakan indikasi adanya sumbatan jalan nafasIndikasi


adanya sumbatan pada trakea atau laring

- Memudahkan pernafasan dan dapat memelihara bersihan jalan


nafas

- Merupakan indikasi perdarahan sebagai efek samping oprasi

12
- Memberikan suasana yang lebih nyaman pada klien

4. Gangguan konsep diri (citra tubuh) berhubungan dengan


perubahan bentuk leher

Tujuan :

Dapat menerima kondisi atau perubahan kedalam konsep diri tanpa


harga diri negative dalam waktu 2x24 jam

kriteria hasil :

Klien dapat menunjukkan penerimaan kondisinya

Intervensi :

- Berikan dorongan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

- Diskusikan dengan klien atau keluarga bagaimana diagnosis dan


pengobatan yang mempengruhi kepribadian klien

- Akui kesulitan klien yang mungkin dialami, berikan informasi


bahwa konsling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi

- Berikan pendekatan kepada klien

Rasional :

- Dengan memberikan dorongan kepada klien dapat mengurangi


beben yang dihadapi yang berhubungan dengan pembengkakan
dilehernya

- Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses


pengobatan

- Memvalidasi perasaan klien, dan memberikan izin untuk tindakan


yang perlu untuk mengatasi masalah kesehatan

13
- Dengan memberikan pendekatan, maka akan mengurangi perasaan
negative yang ada dalam pikiran klien dan klien juga akan merasa
masih ada yang memperhatikannya.

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan salah interpresepsi

Tujuan :

Pengetahuan klien bertambah tentang penyakit yang dialaminya dalam


waktu 2x24 jam.

kriteria hasil :

- Mengetahui apa yang berkenaan dengan penyakit yang dialaminya,


baik atau buruk
- Klien dapat beradaptasi dalam program keperawatan
- Melakukan perubahan gaya hihup yang perlu

Intervensi :

- Tinjau ulang prosedur pembedahan dan harapan selanjutnya

- Diskusikan kebutuhan garam beriodium

- Dorong program latihan umum progresifInstruksikan untuk


melakukan perawatan pada insisi (membersihkan)

- Berikan informasi tentang pengguaan obat yang sesuai

- Diskusikan kemungkinan adanya perubahan dalam bicaraTinjau


ulang terapi obat dan kebutuhan melanjutkannya bila keadaan
dirasakan lebih baik

- Tekankan kebutuhan akan evaluasi medic secara teratur

Rasional :

- Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat


keputusan berdasarkan informasi

14
- Meningkatkan proses penyembuhan dan membantu klien untuk
mempertahankan atau meningkatkan penggunaan garam beriodium

- Pada klien latihan dapat menstimulasi kelenjar tiroid dan produksi


hormone yang memfasilitasi pemulihan

- Membersihkan kesempatan klien untuk memberikan perawatan diri


sendiri secara kompeten

- Agar klien dapat mengetahui obat apa saja yang cocok untuk
penyakitnya

- Gangguan pada fungsi pita suara dapat menyebabkan perubahan,


dan kualitas suara yang bersifat sementara atau permanenJika
pengganti tiroid diperlukan karena pengangkatan kelenjar tiroid
klien perluh memahami alasan terapi pengganti tersebut

- Memberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi keefektifan


dari terapi dan pensegahan komplikasi

BAB III

15
PENUTUP

kesimpulan

Melihat uraian diatas dapat di simpulkan penyakit struma nodosa merupakan


salah satu penyakit yang penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid tidak diketaui,
namun sebagian besar penderita menunjukkan gajalah-gejalah tiroiditis ringan.

Perjalanan penyakit ini Iodium merupakan semua bahan utama yang


dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormone tiroid. Bahan yang mengandung
iodium diserap usus, masuk kedalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak
oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif
yang distimuter oleh tiroid stimulating hormone kemudian disatukan menjadi
molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.

Penatalaksanaan pada penyakit struma Terapi struma antara lain dengan


penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan yang mengakibatkan penekanan
TSH hifofisis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid.
Pambedahan dapat dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan
gangguan mekanis dan kosmetis yang diakibatkannya.

Diagnose yang ditimbulkan :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan susah


menelan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dampak pembedahan
3. Resiko terjadi ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruki
trakea, pembengkakan
4. Gangguan konsep diri (citra tubuh) berhubungan dengan perubahan bentuk
leher
5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan salah interpresepi

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume


2, penerbit EGC.

2. Junadi, Purnawan,(2000), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, penerbit


FKUI, Jakarta.

3. Doenges Marilynn, E, dkk, (1999) Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III,


penerbit EGC.

4. www.google.com. Struma nodosa.

17

Vous aimerez peut-être aussi