Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan eklampsia ?
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen varney ?
3. Apa yang dimaksud dengan manajemen SOAP ?
4. Bagaimana cara pendokumentasian askeb varney tentang ibu bersalin dengan
eklampsia ?
5. Bagaimana cara pendokumentasian askeb SOAP tentang ibu bersalin dengan
eklampsia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang materi eklampsia.
2. Untuk mengetahui tentang materi manajemen varney.
3. Untuk mengetahui tentang materi manajemen SOAP.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mendokumentasikan dengan metode
varney tentang ibu bersalin dengan eklampsia.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mendokumentasikan dengan metode SOAP
tentang ibu bersalin dengan eklampsia.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Eklampsia
1. Definisi
a. Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan
neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukan gejalagejala per-eklampsia (sujiati, 2009).
b. Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti halilintar karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang
mengancam nyawa dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik klonik , biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia .
(Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi
kehamilan dan toksemia kehamilan.) (Prawiroharjo 2005).
c. Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan
atau koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia
(Ong Tjandra & John 2008 ).
d. Eklampsi adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil
dan wanita nifas disertai dengan hypertensi, oedema dan proteinuria (Holmes,
2011)
e. Eklamsi adalah kondisi mirip konvulasi epilepsi grand mal yang dialami ibu ,
baik tanpa atau disertai diagnosa satu gangguan hipertensi. Bila konvulsi
terjadi pranatal atau selama persalinan, ibu dan janin dapat terancam dan kritis
(Yulaiha, 2008).
2. Etiologi
Eklamsia dapat terjadi apabila pre-eklampsia tidak ditangani, sehingga penyebab
dari eklampsia sama dengan penyabab pre-eklampsia. Ada beberapa faktor resiko
predisposisi tertentu yang dikenal, antara lain:
3
a. Status primigravida.
b. Riwayat keluarga pre-eklamsia atau eklamsia.
c. Pernah eklamsia atau pre-eklamsia.
d. Usia ibu < 17 dan > 35 tahun.
e. Sejak awal menderita hipertensi vascular, penyakit ginjal atau autoimun,
diabetes mellitus, dan kehamilan ganda. (Price, 2006)
3. Patofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan
normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur
retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia, permeabilitas pembuluh darah
terhadap protein meningkat. Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran
darah ke plasenta yang mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi,
pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat janin sampai menyebabkan
kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan
terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia sehingga mudah terjadi
partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal
menurun sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada
ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin
dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat perubahan
dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat penyerapan
kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai
dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus
arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang
menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai
50% dari normal, sehingga menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat
terjadi oliguria atau anuria. Pada retina tampak edema, spasmus setempat atau
menyeluruh pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat.
Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk
4. Diagnosis
Eklampsia selalu didahului oleh pre eklampsia. Perawatan prenatal untuk
kehamilan dengan predisposisi pre eklampsia perlu ketat dilakukan agar dapat
dideteksi sedini mungkin gejala-gejala eklampsia. Sering di jumpai perempuan
hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang-kejang (eklampsia) karena
tidak terdeteksi adanya pre eklampsia sebelumnya. Eklampsia harus dibedakan
dari epilepsy. Dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau
5
pada hamil muda dengan tanda pre eklampsia tidak ada, kejang akibat obat
anastesi, koma karena sebab lain (Rukiah, 2010).
8. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat
dan eklampsia (Myles, 2009) :
7
a. Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah
pecah, sehingga terjadi hematom retroplsenta yang dapat menyebabkan
sebagian plasenta dapat terlepas.
b. Hipofibrinogenemia
Kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas
membran sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin.
Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita
eklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat
akan terjadinya apopleksia serebri.
f. Edema paru-paru.
g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol
umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati,
terutama penentuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis,
peningkatan enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi
endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan
trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
i. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma
sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain
yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
Kejang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin (Rukiah, 2010)
8
a. Komplikasi ibu :
1) Dapat menimbulkan sianosis.
2) Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru.
3) Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan
jantung mendadak.
4) Lidah dapat tergigit.
5) Jatuh dari tempat tidur menyebabkan fraktura dan luka-luka.
6) Gangguan fungsi ginjal.
7) Perdarahan.
8) Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikhterus.
b. Komplikasi janin dalam rahim :
1) Asfiksia mendadak.
2) Solusio plasenta.
3) Persalinan prematuritas.
9. Mekanisme kematian janin dalam rahim adalah sebagai berikut (Yulaiha, 2008) :
a. Kekurangan oksigen menyebabkan metabolisme kearah lemak dan protein
dapat menimbulkan badan keton.
b. Merangsang dan mengubah keseimbangan nervus simfatis dan nervus vagus
yang menyebabkan :
1) Perubahan denyut jantung janin menjadi takikardi dan dilanjutkan
bradikardi serta irama yang tidak teratur.
2) Peristaltic usus bertambah dan sfingter ani terbuka sehingga dikeluarkan
mekonium.
c. Bila kekurangan oksigen terus berlangsung keadaan bertambah gawat sampai
terjadi kematian dalam rahim.
11
(4) Jika anestesia umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu
kecil, lakukan persalinan pervaginam.
(5) Jika serviks matang lakukan induksi dengan oksitosin 2-3 IU dalam
500 ml dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
d) Perawatan postpartum
(a) Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang
terakhir.
(b) Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastole masih >110
mmHg.
(c) Pantau urin.
B. Manajemen varney
Menurut Helen Varney (1997), manajemen kebidanan merupakan proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan perilaku
yang diharapkan pemberi asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan,
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang
berfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan menurut Varney (1997) adalah :
1. Langkah I (Tahap Pengumpulan Data)
Pada langkah pertama ini semua informasi yang akurat dan lengkap
dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisuk sesuai
kebutuhan, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan
penunjang. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada
dokter dalam penatalaksanaan, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak pada tahap selanjutnya.
Pendekatan ini harus bersifat komprehenssif meliputi data subjektif, objektif, dan
hasil pemeriksaan yang menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya. Bidan
12
harus mengkaji ulang data yang sudah dikumpulkan untuk menilai ketepatan,
kelengkapan, dan leakuratan.
2. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah
ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga
merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori nomenklatur standar
diagnosa tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi
rasa sakit.
3. Langkah III : (Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial)
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi
sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau bila memungkinkan
upaya pencegahan, ambil mengamati kondisi klien. Bidan di harapkan dapat
bersia-siap bila diagnosis/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini
sangat penting dalam memberikan asuhan yang aman bagi klien. Mari kita lihat
contoh kasus seorang wanita yang mengalami pemuaian uterus yang berlebihan.
Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian yang
berlebihan tersebut (misalnya, polihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu
dengan diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian, bidan harus
melakukan langkah antisipasi dan membuat perencanaan untuk mengatasi kondisi
tersebut dan bersiap-siap terhadap kemungkinan perdarahan paskapartum tiba-tiba
akibat atonia uteri yang di sebabkan pemuaian uterus yang berlebihan.
Pada kasus persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya melakukan
antisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan distosia bahu dan perlunya
tindakan resusitasi. Bidan sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita
menderita infeksi saluran kemih yang menyebabkan tingginya resiko kelahiran
premature atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan
13
dari kondisi klien atau dari siapa masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi,
kultural atau masalah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita
tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga
akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan
rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.Semua
keputusan
yang
dikembangkan
dalam
asuhan
penyuluhan ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak
akan dilakukan klien. Rasional yang berdasarkan asumsi yang tidak sesuai dengan
keadaan klien dan pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau
berdasarkan suatu data dasar yang tidak lengkap, bisa dianggap tidak valid dan
akan menghasilkan asuhan klien yang tidak lengkap dan berbahaya.
6. Langkah VI : (Melaksanakan Perencanaan)
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan
pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau tim kesehatan lain.
Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misal., memastikan langkah pelaksanaan
tepat). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab dalam
penatalaksanaan asuhan klien sesuai rencana asuhan bersama yang menyeluruh.
Penatalaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan
telah dilaksanakan.
7. Langkah VII : (Evaluasi)
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
15
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum maka perlu mengulang kembali
dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasikan mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan
penyesuian pada rencana asuhan tersebut.Langkah-langkah proses manajemen
pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang
mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang
terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses
manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
C. Manajemen SOAP
Dalam asuhan kebidanan kita bisa menggunakan pendokumentasian secara
SOAP. Pendokumentasian SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis,
dan tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disajikan dari proses
pemikiran penatalaksaan kebidanan (Mufdlilah, 2009).
1. S : Subjektif
Adalah seluruh informasi/data subyektif yang diperoleh dari apa yang
dikatakan klien atau keluhan klien, keluarganya.Tanda gejala subjektif yang
diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami atau keluarga adalah identitas
umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan,
riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup. Catatan ini berhubungan
dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran
dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data dibelakang
S diberi tanda 0 atau X ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif
menguatkan
diagnosa
yang
akan
dibuat.
Catatan
ini
menggambarkan
18
19
BAB III
PENDOKUMENTASIAN
19
BERSALIN PATOLOGIS
Yang membuat,
Mengetahui,
CI Lahan Praktek,
CIAkademik,
...
20
NO.REGISTER
: 1450067890
Tempat / Ruang
: Ruang Mawar
Tgl.Masuk
I.
: Ny. N
Nama Suami
: Tn. W
Umur
: 36 th
Umur
: 40 th
Suku/Kebangsaan
: JawaIndonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Pekerjaan
: Buruh
Alamat Rumah
: Jl. Melati no 3
Alamat Rumah
: Jl. Melati no 3
Purwokerto
Purwokerto
Kec. Mangili
Kec. Mangili
Kab. Banyumas
Kab. Banyumas
21
sejak tanggal 18 september 2013 jam 18.00 Wib, sudah keluar lendir dari
jalan lahir, merasa pusing dan tidak hilang dibawa istirahat serta
penglihatannya kabur
3. Riwayat menstruasi
Menarche
: 13 tahun
Banyak
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Disminore
: Tidak
Sifat darah
4.
Penyakit Ginjal
Asma/TBC paru
D.M
Hipertensi
Epilepsi
Malaria
HIV/AIDS
b.
: Tidak ada
Penyakit Ginjal
: Tidak ada
Asma/TBC paru
: Tidak ada
D.M
: Tidak ada
Hipertensi
: Ada
Epilepsi
: Tidak ada
Malaria
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
Penyakit Ginjal
: Tidak ada
Asma/TBC paru
: Tidak ada
Hepatitis
: Tidak ada
D.M
: Tidak ada
Hipertensi
: Ada
23
Epilepsi
: Tidak ada
Kehamilan kembar
: Tidak ada
5. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Sah
Kawin ke I
kawin : 1 kali
Kawin ke II
:-
Bayi
Komplikasi
Usia
Kehamilan
Jenis Persalinan
Tempat
persalinan
Penolong
Ibu
bayi
PB/B
B
Umur
Anak
Nifas
JK
Masalah
Ibu mengatakan
belum pernagh
bersalin
sebelumnya
Umur kehamilan
: 38 minggu
ANC
Trimester II
: Tidak ada
Trimester III
Riwayat Immunisasi :
TT 1 : CAPENG
TT 2 : TM 1 umur 3 bulan
TT 3 : TT 4 : TT 5 : -
24
Lactasi
8.
Alat/cara
Pasang/mulai
Tgl/Bln/Th
Lepas/stop
Oleh
Tgl/Bln/Th
oleh
Alasan
Ibu mengatakan
belum pernah
menggunakan alat
kontrasepsi
Rencana KB yang
akan datang ibu
mengatakan ingin
menggunakan KB
suntik 3 bulan
9.
10.
: Baik
: Composmentis
Keadaan Emosional
: Stabil
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
: 145/110mmHg
Nadi
: 85X / mnt
Pernafasan
: 20 X /mnt
Suhu tubuh
: 37 0 C
LILA
: 25 cm
Tinggi badan
: 155 cm
Berat Badan : 60 Kg
Mata
Kelopak mata
: Oedem
Konjungtiva
: Merah muda
Sklera
: Putih
Hidung
Secret/serumen
Polip
Telinga
Secret/serumen
Polip
Mulut
Bibir
Gigi
Leher
Kelenjar thyroid
Payudara
Pembesaran
: Ada
Putting susu
: Menonjol
Simetris
: Iya
Benjolan
: Tidak ada
Pengeluaran
: Colostrum
Areola
: Coklat kehitaman
Rasa nyeri
: Tidak ada
Abdomen
Pembesaran
Benjolan abnormal
: Tidak ada
: Tidak ada
Kandung kemih
: Kosong
: Ada
: 3x/10/35"
Kontraksi
Palpasi Uterus
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
TFU
: 32 cm
: Ada
Frekuensi
: 140x/menit
Punctum maximum
Ano-Genital (inspeksi)
Perinium
Vulva Vagina
Tanda Chadwick
: Ada
Pengeluaran
Anus : Hemoroid
: Tidak ada
: Tidak ada
: Lordosis gravidarum
Exstremitas atas
Oedema
: Ada / tidak
Kebersihan
: Bersih
: Merah muda
Turgor
: Baik
: Tidak ada
Kemerahan
: Tidak ada
Exstremitas bawah
Oedema
: Ada / tidak
Kebersihan
: Bersih
: Merah muda
Turgor
: Baik
: Tidak ada
Kemerahan
: Tidak ada
Varises
: Tidak ada
Refleks patella
28
2.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam
Dilakukan oleh : Bidan
Atas indikasi
: Kemajuan persalinan
Dinding Vaginam
Pembukaan servix
: 3 cm
Posisi Portio
: Anterior
Konsistensi
: Lunak
Selaput ketuban
: Utuh
Presentasi fetus
: Belakang kepala
Titik penunjuk
: UUK
3.
: Hodge II
Pemeriksaan Penunjang.
Tanggal : 18 September 2013
pukul : 21.30WIB
: Dilakukan, Hb 12gr%
Nilai normal 11 gr%
b. Glukosa
: Tidak dilakukan
c. Protein urin
III.
d. USG
: Tidak dilakukan
e. Rotgen
: Tidak dilakukan
: Belum
ASESSMENT :
Diagnosa
Masalah
Kebutuhan
29
: Eklamsia
2. Bayi
: Hipoksia
IV.
PLANING
1. P
:Ibu sudah merasa tenang dan sudah didampingi oleh keluarga maupun
suami
2. P
E
3. P
E
4. P
E
5. P
E
6. P
E
7. P
E
8. P
: Ibu sudah tiba dirumah sakit jam 22.10 dan langsung mendapat
pertolongan
30
BERSALIN PATOLOGIS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
Ny N G1P0A0Ah0 Umur 36 Tahun
Umur Kehamilan 38 Minggu
DENGAN EKLAMPSIA
DI BPM SEJAHTERA
NO.REGISTER
: 1450067890
Tempat / Ruang
: Ruang Mawar
Tgl.Masuk
I.
: Ny. N
Nama Suami
: Tn. W
Umur
: 36 th
Umur
: 40 th
Suku/Kebangsaan
: Jawa / Indonesia
Suku/Kebangsaan
: Jawa Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Pekerjaan
: Buruh
Alamat Rumah
: Jl. Melati no 3
Alamat Rumah
: Jl. Melati no 3
Purwokerto
Purwokerto
Kec. Mangili
Kec.Mangili
Kab. Banyumas
Kab.Banyumas
31
: 13 tahun
Banyak
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Disminore
: Tidak
Sifat darah
4. Riwayat Kesehatan
-
5.
Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Sah
kawin : 1 kali
6.
NO
Hami
l ke
Umur
Usia
Kehamila
n
Komplikasi
Jenis
Persalinan
Tempat
persalinan
Bayi
Penolong
Ibu
bayi
PB/
BB
Nifas
JK
Ibu
mengatakan
belum pernah
bersalin
sebelumnya
7.
Umur kehamilan
:38 minggu
ANC
komplikasi
Lactasi
Trimester II
: Tidak ada
Trimester III
Alat/cara
Pasang/mulai
Tgl/Bln/Th
Oleh
Lepas/stop
Tgl/Bln/Th
Ibu mengatakan
belum pernah
menggunakan
alat kontrasepsi
Rencana KB
yang akan
datang ibu
mengatakan
ingin
menggunakan
KB suntik 3
bulan
Oleh
Masalah
Kekhawatiran Khusus
keadaannya
-
C.
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Emosional
: Stabil
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
: 145/110mmHg
Pernafasan
: 20 X /mnt
LILA
: 25 cm
Tinggi badan
: 155 cm
Nadi
: 85X / mnt
Suhu tubuh
: 37 0 C
Berat Badan : 60 Kg
34
Mata
Kelopak mata
: Oedem
Konjungtiva
: Merah muda
Sklera
: Putih
Hidung
Secret/serumen
Polip
Telinga
Secret/serumen
Polip
Mulut
Bibir
Gigi
Leher
Kelenjar thyroid
Payudara
Pembesaran : Ada
Putting susu : Menonjol
Simetris
: Iya
Benjolan
: Tidak ada
Pengeluaran
: Colostrum
Areola
: Coklat kehitaman
Rasa nyeri
: Tidak ada
Abdomen
Pembesaran
Benjolan abnormal
: Tidak ada
: Tidak ada
Kandung kemih
: Kosong
Striae/linea gravidarum
: Ada
Gerakan janin
: Ada
Kontraksi
: 3x/10/35"
35
Palpasi Uterus
Leopold I : 3 jari dibawah PX teraba bulat, lunak dan tidak
melenting (bokong)
Leopold II : Kanan : Teraba panjang, keras dan ada tahanan seperti
papan (punggung)
Kiri
: 32 cm
: Ada, teratur
Frekuensi
: 140x/menit
Punctum maximum
Ano-Genital (inspeksi)
Perinium
Vulva Vagina
Tanda Chadwick
: Ada
Pengeluaran
Anus : Hemoroid
: Tidak ada
: Tidak ada
: Lordosis gravidarum
Exstremitas atas
Oedema
: Ada / tidak
Kebersihan
: Bersih
: Merah muda
Turgor
: Baik
: Tidak ada
Kemerahan
: Tidak ada
Exstremitas bawah
2.
Oedema
: Ada / tidak
Kebersihan
: Bersih
: Merah muda
Turgor
: Baik
: Tidak ada
Kemerahan
: Tidak ada
Varises
: Tidak ada
Refleks patella
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam
Dilakukan oleh
: Bidan
Atas indikasi
: Kemajuan persalinan
Dinding Vaginam
Pembukaan servix
: 3 cm
Posisi Portio
: Anterior
Konsistensi : Lunak
Selaput ketuban
: Utuh
Presentasi fetus
: Belakang kepala
Titik penunjuk
: UUK
3.
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 18 September 2013 pukul: 21.30WIB
Pemeriksaan Laboratorium (hasil dan nilai normal)
a. Darah
: Dilakukan, Hb 12gr%
Nilai normal 11gr%
b. Glukosa
: Tidak dilakukan
c. Protein urin
d. USG
: Tidak dilakukan
e. Rotgen
: Tidak dilakukan
37
II.
INTERPRESTASI DATA :
Dx
: Baik
Keadaan emosional
: Stabil
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 145/110 mmHg
Nadi
: 85 x/mnt
Pernafasan
: 20 x/mnt
Suhu
: 37 C
Pemeriksaan fisik :
Muka/wajah
Kelopak mata
: Oedem
Pengeluaran
Kontraksi
: 3x/10/35"
38
Palpasi :
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
TFU
: 32 cm
: Ada
Frekuensi
:140x/menit
Punctum maximum
Pemeriksaan dalam
Dinding Vaginam
Pembukaan servix
: 3 cm
Posisi Portio
: Anterior
Konsistensi
: Lunak
Selaput ketuban
: Utuh
Presentasi fetus
: Belakang kepala
Titik penunjuk
: UUK
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal: 18 September 2013
: Dilakukan, Hb 12 gr%
Nilai normal : 11 gr%
39
b. Glukosa
: Tidak dilakukan
c. Protein urin
d. USG
: Tidak dilakukan
e. Rotgen
: Tidak dilakukan
: Belum
Masalah
Kebutuhan
III.
IV.
: Eklamsia
2. Janin
: Hipoksia
V.
VI.
PELAKSANAAN :
Tanggal : 18 September 2013 pukul : 21.40
1. Mengatasi rasa cemas yang dialami ibu dengan menghadirkan
pendamping baik itu keluarga maupun suami dan berikan motivasi
40
EVALUASI :
Tanggal : 18 September 2013 pukul :22.10
1. Ibu sudah merasa tenang dan sudah didampingi oleh keluarga maupun
suami.
2. Infus glukosa 5%ml/6 jam sudah terpasang ditangan kiri dengan tetesan 20
tetes/menit
3. Oksigen sudah terpasang dengan tekanan 4-6 liter/menit
4. Kepala ibu sudah ditinggikan dan ibu tidak merasa sesak nafas
5. DJJ sudah terpantau dengan hasil 130x/menit
6. TD sudah terpantau dengan hasil 150/110 mmHg
7. Keluarga setuju dan sudah menandatangani inform consent
8. Keluarga setuju dan sudah menandatangani informent concent
9. Ibu sudah tiba dirumah sakit jam 22.10 dan langsung mendapat pertolongan
41
42
PEMBAHASAN KASUS
42
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eklampsia adalah bentuk kelanjutan dari preeclampsia yang disertai dengan
keadaan kejang tonik-klonik (grand mal ) yang disusul dengan koma. Kejang di
sini bukan akibat kelainan neurologis (saraf) dan dapat muncul sebelum, selama,
dan setelah kehamilan. Namun kejang yang timbul lebih dari 48 jam postpartum,
terutama pada nulipara, dapat dijumpai sampai 10 hari postpartum. Sedangkan
yang dimaksud dengan preeclampsia adalah hipertensi disertai proteinuridan
edema (penimbunan cairan dalam cairan tubuh sehingga ada pembengkakan pada
tungkaidan kaki) akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit
trofoblastik (kelainan plasenta).Fatal coma tanpa kejang juga bisa diartikan
sebagai eclampsia. Tetapi perlu ada batasan untuk mendiagnosis wanita dengan
kejang dan memperhatikan kematian tanpa kejang yang disebabkanoleh
preeklampsia berat (PEB). Eklampsia merupakan kumpulan gejala, yang utama
tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin. Pada eklampsia ringan,
tekanan darah 140/90 s.d. <160/110 dan kadar protein semikuantitatif positif 2;
eklampsia berat, tekanan darah > 160/110 dan kadar protein semikuantitatif lebih
dari positif 2. Lebih dari positif dua berarti kebocoran protein lebih banyak dan
itu menunjukkan tingkat kebocoran ginjal lebih parah dibandingkan eklampsia
ringan. Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre eklampsia. Eklampsia
digolongkan menjadi kasus antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung
saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat persalinan atau sesudah persalinan.
Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari
daerah mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Tanda dan gejala eklampsi
didahului dengan memburuknya pre eklampsia dan timbul gejala-gejala nyeri
kepala frontal, nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, mual, hiperrefleksia.
Gejala klinisnya yaitu hipertensi, edema dan proteinuria, kejang-kejang dan/atau
koma, kadang-kadang disertai dengan gangguan fungsi organ-organ.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu dan bayi dari eklampsi yaitu :
Solusio plasenta, Hipofibrinogen, Hemolisis, Perdarahan otak, Kelainan mata,
43
B. Saran
Penulis sangat menyadari kekurangan makalah ini, sehingga jika pembaca
menemukan kekurangan atau kekeliruan, dengan hati terbuka penulis menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun. Dalam pembuatan makalah ini, penulis
mengharapkan
agar
pembaca
bisa
mengenali
apa
itu
eklapmsi
dan
44
DAFTAR PUSTAKA
Wylie, Linda. 2010. Gangguan Medis Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : EGC
45