Vous êtes sur la page 1sur 15

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
1.1. POST PARTUM
Post partum atau masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah
placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat organ reproduksi kembali
seperti keadaan sebelum hamil (Siti Saleha,2009).
Post Partum adalah masa 6 minggu sejak janin lahir sampai organorgan reproduksi kembali ke kondisi sebelum hamil ( Bobak, 2005).
Post Partum (puerpurium) adalah masa yang dimulai setetelah
partus selesai dan berakhir kira-kira setelah enam minggu, tetapi
seluruh organ genitalia baru pulih kembali seperti sebelum hamil dalam
waktu tiga bulan ( Winkjosastro,2006).
Post Partum (masa nifas) adalah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil ( Doengoes,2001).
1.2. SECTIO CAESARIA
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk mengeluakan janin
dengan

membuka

dinding

perut

dan

dinding

uterus

(Wiknjosastro,2005).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat
badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi &Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria adalah alternative dari kelahiran vagina bila
keamanan ibu dan janin terganggu ( Doengoes, 2001).
Dengan demikian perawatan pada ibu nifas dengan post operasi
sectio caesarea adalah perawatan pada ibu pada masa setelah
melahirkan janin dengan cara insisi/pembedahan dengan membuka

dinding perut dan dinding rahim sampai organ-organ reproduksi ibu


kembali pulih yang berakhir kira-kira 6 minggu.

1.2.1 KLASIFIKASI SECTIO CAESARIA


Ada beberapa jenis operasi Sectio Caesaria yang terdiri dari:
a. Sectio caesaria abdominalis, ada dua macam yaitu sectio caesaria
transperitonealisasi dan sectio caesaria ekstraperitonealisasi.
Sectiocaesaria transperitonealisasi sendiri terdiri dari dua cara.
1). Sectiocaesaria klasik dengan insisi memanjang pada korpus uteri
yang mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih cepat,
tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan
sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Sedangkan
kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik dan
untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan.
2). sectio caesaria ismika atau profunda dengan insisi pada segmen
bawah rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah,
penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, perdarahan
kurang dan kemungkinan ruptura uteri spontan kurang/lebih
kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar ke kiri,
bawah dan kanan sehingga mengakibatkan perdarahan yang
banyak serta keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.
Sedangkan Sectio Caesaria ekstraperitonealisasi, yaitu tanpa
membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak
membuka kavum abdominal.
b. Sectio caesaria vaginalis, menurut arah sayatan pada rahim, sectio
caesaria dapat dilakukan dengan sayatan memanjang (longitudinal),
sayatan melintang (transversal) dan sayatan huruf T (T-incision).

2. ETIOLOGI
Sectio Caesaria yang dilakukan dapat di indikasikan oleh :
a. Indikasi Ibu
1). Panggul sempit absolute
2). Placenta previa
3). Ruptura uteri mengancam
4). Partus Lama
5). Partus Tak Maju
6). Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi janin
1). Kelainan Letak
2). Gawat Janin
3). Janin Besar
c. Kontra Indikasi
1). Janin Mati
2). Syok, anemia berat sebelum diatasi
3). Kelainan congenital Berat

3. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, preeklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi

aktivitas.

Adanya kelumpuhan sementara dan

kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan


aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
3

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan


perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

4. TANDA DAN GEJALA / MANIFESTASI KLINIK


3.1 Post Partum
Manifestasi klinik masa nifas adalah hal-hal yang bersifat karakteristik
dalam masa nifas
3.1.1 Adaptasi Fisiologi
Perubahan fisiologis pada masa post partum menurut Bobak,
Lowdermik,Jensen (2004) meliputi :
a. Involusi
Yaitu suatu proses fisiologi pulihnya kembali alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil, terjadi karena masing-masing sel menjadi
lebih kecil karena cytoplasmanya yang berlebihan dibuang.
1) Involusi uterus
Terjadi setelah placenta lahir, uterus akan mengeras karena
kontraksi dan reaksi pada otot-ototnya, dapat diamati dengan
pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri :
a) Setelah placenta lahir hingga 12 jam pertama Tinggi
FundusUteri 1 - 2 jari dibawah pusat.
b) Pada hari ke-6 tinggi Fundus Uteri normalnya berada di
pertengahan simphisis pubis dan pusat.
c) Pada hari ke-9 / 12 tinggi Fundus Uteri sudah tidak teraba.
2) Involusi tempat melekatnya placenta
Setelah placenta dilahirkan, tempat melekatnya placenta menjadi
4

tidak beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang kontraksi serta


trombosis pada endometrium terjadi pembentukan scar sebagai
proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka pada
endometrium ini memungkinkan untuk implantasi dan
pembentukan placenta pada kehamilan yang akan datang.
b. Lochea
Yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari
jaringan-jaringan mati dan lendir berasal dari rahim dan liang
senggama. Menurut pembagiannya sebagai berikut :
1) Lochea rubra
Berwarna merah, terdiri dari lendir dan darah, terdapat pada hari
kesatu dan kedua.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna coklat, terdiri dari cairan bercampur darah dan pada hari
ke-3 - 6 post partum.
3) Lochea serosa
Berwarna merah muda agak kekuningan, mengandung serum,
selaput lendir, leucocyt dan jaringan yang telah mati, pada hari
ke-7 - 10.
4) Lochea alba
Berwarna putih / jernih, berisi leucocyt, sel epitel, mukosa serviks
dan bakteri atau kuman yang telah mati, pada hari ke-1 - 2
minggu setelah melahirkan.
4.1.2. Adaptasi psikososial
Ada 3 fase perilaku pada ibu post partum menurut Bobak,
Lowdermik, Jensen (2004) yaitu :
a. Fase taking in (Fase Dependen)
1) Selama 1 - 2 hari pertama, dependensi sangat dominan pada
ibu dan ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri.
2) Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan
keterlibatannya dalam tanggung jawab sebagai seorang ibu dan

ia lebih mempercayakan kepada orang lain dan ibu akan lebih


meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan istirahat.
3)

Menunjukkan

kegembiraan

yang

sangat,

misalnya

menceritakan tentang pengalaman kehamilan, melahirkan dan


rasa ketidaknyamanan.
b. Fase taking hold (Fase Independen)
1) Ibu sudah mau menunjukkan perluasan fokus perhatiannya
yaitu dengan memperlihatkan bayinya.
2) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya.
3) Ibu mulai terbuka untukmenerima pendidikan kesehatan bagi
diri dan bayinya.
c. Fase letting go (Fase Interdependen)
1) Fase ini merupakan suatu kemajuan menuju peran baru.
2) Kemandirian dalam merawat diri dan bayinya lebih meningkat.
3) Mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya
4.2 Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post
partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001),
antara lain :
a.

Nyeri akibat luka pembedahan

b.

Adanya luka insisi pada bagian abdomen

c.

Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus

d.

Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea


tidak banyak)

e.

Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800


ml

f.

Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan


ketidakmampuan menghadapi situasi baru

g.

Terpasang kateter urinarius

h.

Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar

i.

Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah


6

j.

Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler

k.

Pada kelahiran secara SC

tidak direncanakan maka biasanya

kurang paham prosedur


l.

Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan

4.3 Fase Nifas / post partum


Fase-fase nifas terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
a. Immediate post partum

: 24 jam post partum

b. Early post partum

: minggu I post partum

c. Late post partum

: Minggu II VI post partum

4.4 Fisiologi Proses Penyembuhan Luka


a. Fase I ( Inflamasi)
Penyembuhan luka leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak.
Fibrin bertumpuk pada gumpalan yang mengisi luka dan pembuluh
darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka.
Lapisan tipis dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan menutupi
luka, pasien akan terlihat merasa sakit pada fase I selama 3 hari
setelah bedah besar.
b. Fase II (Proliferasi)
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai
menghilang dan ceruk mulai berisi kolagen serabut protein putih.
Sel epitel beregenerasi dalam 1 minggu. Jaringan baru memiliki
banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka
dengan baik dalam 6 7 hari. Jadi jahitan diangkat pada waktu ini,
tergantung pada tempat dan luasnya bedah.
c. Fase III (Maturasi )
Kolagen terus bertumpuk. Ini menekan pembuluh darah baru dan
arus darah menurun. Luka terlihat seperti merah jambu yang luas.
Fase ini berlangsung minggu kedua sampai minggu keenam.
Pasien harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
d. Fase IV
7

Fase terakhir berlangsung beberapa bulan setelah bedah. Pasien


akan mengeluh gatal di seputar luka. Walaupun kolagen terus
menimbun pada waktu ini luka menciut dan menjadi tegang.
Karena penciutan luka terjadi ceruk yang berwarna/berlapis putih.
Bila jaringan itu aseluler, avaskuler, jaringan kolagen tidak akan
menjadi coklat karena sinar matahari dan tidak akan keluar
keringat dan tumbuh rambut (Smeltzer, 2001).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.

Pemeriksaan darah lengkap

b.

Urinalisis

: menetukan kadar albumin dan glukosa

c.

Kultur urine

: mengidentifikasi adanya virus Herpes

6. KOMPLIKASI
a.

Infeksi puerpuralis (nifas)


1)

Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

2)

Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai


dehidrasi atau perut sedikit kembung

3)

Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

b.

Perdarahan, disebabkan karena:


1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placental bed

c.

Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.

d.

Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
a.

Penatalaksanaan secara medis


1) Analgesik diberikan setiap 3 4 jam atau bila diperlukan seperti
Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
2) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain
Walaupun

pemberian

antibiotika

keefektifannaya masih

sesudah

Sectio

Caesaria

dipersoalkan, namun pada umumnya

pemberiannya dianjurkan.
4) Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
b.

Kateterisasi

c.

Pengaturan Diit
Makanan dan minuman diberikan setelah klien Flatus, diilakukan secara
bertahap dari minum air putih sedikit tapi sering. Makanan yanf
diberikan berupa bubur saring, selanjutnya bubur, nasi tim dan makanan
biasa.

d.

Penatalaksanaan secara keperawatan


1) Periksa dan catat tanda tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
3) Mobilisasi
4) Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat
5) tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua
penderita
6) sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
7) Pembalutan luka ( Wound Dressing / wound care)
8) Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada
hari kelima setelah operasi

8. PENCEGAHAN
a. Ante Natal Care yang adequate, dengan selalu mengobservasi 5T ( TFU,
Tekanan darah, Timbang BB, Tetanus Toxoid dan Tablet Tambah darah (
Depkes, 2000) . Serta hindari 4 Terlalu saat hamil ( Terlalu muda, Terlalu
Tua, Terlalu banyak dan Terlalu Dekat) (depkes 2005).
b. Pada ibu yang sudah melahirkan dengan SC dianjurkan untuk menunda
kehamilan berikutnya minimal salama 1 tahun dengan memakai
kontrasepsi.
c. Yang diperbolehkan once a caesarean not always a caesarean kecuali
pada wanita dengan panggul sempit atau CPD ( Mohtar R.,1998).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien : nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan dan nama penanggung jawab/suami,
umur, suku bangsa dll.
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama : nyeri karena trauma karena pembedahan section
caesaria
2). Riwayat kesehatan sekarang
a) Provocative : adanya indikasi section caesaria , menyebabkan klien
dilkukan operasi SC trauma pembedahan discontinuiras
jaringan menimbulkan nyeri.
b) Qualitas / Quantitas : nyeri dirasakan klien setelah efek anestesi
secara perlahan hilang, nyeri akan timbul jika efek pemberian
analgetika berakhir ( 4 jam setelah pemberian) dan akan hilang saat
analgetika di berikan. Qualitas nyeri bersifat subyektif tergantung
bagaimana klien mempersepsikan nyeri tersebut.
c) Region : daerah yang mengalami nyeri adalah luka insisi yang
terdapat pada abdomen. Insisi pada SC klasik di Midline Abdomen
antara pusat dan simpisis pubis, pada SC Transprovunda di daerah
supra simpisis pubis dengan luka insisi melintang. Area penyebaran
10

nyeri dirasakan sampai bokong dan terkadang adanya after pain (


nyeri alihan) yang dirasakan klien sampai ke pinggang.
d) Skala nyeri berkisar dari nyeri sedang sampai nyeri berat, dengan
skala numeric 1-10, berada pada rentang 5-10.
e) Timing : nyeri dirasakan setelah 6 12 jam post section caesaria,
dan 1-3 hari pertama SC.
3). Riwayat kesehatan Dahulu
a) Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Kehamilan sekarang GP..A..H..mg
HPHT : tgl.bln.th..HPL : tgl.bln..th
Keluhan saat hamil ;\:..
Penyakit Yang di derita ibu saat hamil , penanganan penyakit
Riwayat imunisasi TT ( sudah/ belum )
Status imunisasi TT ( TT1,TT2,TT3,TT4.TT5)
ANC berapa kali.......tempat pemeriksaan bidan/perawat/DSOG
Trimester I ..X
Trimester II .X
Trimester II...X
b) Riwayat Intra natal

Riwayat Persalinan terdahulu : cara persalinan ( spontan,


buatan (SC, induksi)), penolong persalinan, tempat kelahiran,
umur kehamilan ( aterm/preterm)

Plasenta ( spontan/ dibantu)

Jumlah darah yang keluar

Riwayat pemberian obat ( suntikan sebelum dan sesudah


lahir)

Riwayat Intranatal saat ini, kaji etiologi/ indikasi SC antara


lain : partus lama, partus tak maju dan rupture uteri
mengancam serta adanya gawat janin, gagal induksi, KPD,
CPD, atau adanya tumor pelvic yang menghambat persalinan
.

c) Riwayat post natal


11

Pengkajian pada nifas yang lalu:


Tanyakan apakah adanya gangguan / komplikasi pada nifas
yang lalu
Pengkajian pada post Sectio Caesaria
Pada 4 jam sampai dengan 5 hari post partum kaji :

Sirkulasi darah : periksa kadar Hb dan Ht

Eliminasi : urin : pemasangan kateter indwelling; kaji


warna, bau, jumlah. Bila kateter sudah di lepas
observasi vesika urinaria

Eliminasi : Faeces : pengosongan sistem pencernaan


pada saat pra operasi dan saat operasi menyebabkan
tidak adanya bising usus menyebabkan penumpukan
gas resiko infeksi

Pencernaan : kaji bising usus, adanya flatus

Neurosensori : kaji sensasi dan gerakan klien setelah


efek anestesi menghilang

Nyeri : rasa nyeri yang di nyatakan klien karena insisi


Sectio caesaria

Pernafasan : kaji jumlah nafas dalam 1 menit, irama


pernafasan, kemampuan klien dalam bernafas (
pernafasan dada/ abdomen), serta bunyi paru.

Balutan

insisi

kaji

kebersihan

luka,

proses

penyembuhan luka, serta tanda- tanda infeksi.

Cairan dan elektrolit : kaji jumlah / intake cairan (oral


dan parenteral) , kaji output cairan, kaji adanya
perdarahan.

Abdomen : letak fundus uteri, kontraksi uterus, serta


tinggi fundus uteri.

Psikis ibu : kecemasan, kemampuan adaptasi,support


system yang mendukung ibu.

d) Riwayat pemakaian kontrasepsi

12

Kapan , jenis / metode kontrasepsi, lama penggunaan, keluhan,


cara penanggulangan, kapan berhenti serta alasannya.
e) Riwayat pemakaian obat-obatan

Pemakaian obat-obat tertentu yang sering di gunakan klien

Pemakaian obat sebelum dan selama hamil.

4). Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji adanya penyakit herediter, ada tdaknya keluarga yang
menderita tumor atau kanker

c. Pemeriksaan Fisik
1) Sisrem Reproduksi
Abdomen : luka insisi, proses penyembuhan luka
Uterus

: TFU, kontraksi, letak fundus uter.

Lokhea

: jumlah, warna, bau, serta kaji adanya bekuan/

tidak
Vulva &Vagina : kebersihan, ada tidaknya tanda-tanda radang
Payudara :

laktasi,

pengeluaran

ASI,

kesulitan

dalam

pemberian ASI / menyusui, kemampuan bayi menghisap


2) System Gastrointestinal
Bising usus di observasi setiap 1-2 jam post SC
3) System Kardiovaskuler
Ukur Tekana Darah, Denyut nadi, HB,Ht. Leucosit
4) System Genitourinaria
Vesicaurinaria, urine, warna, bau
5) System Muskuloskeletal
Kemampuan bergerak dan respon terhadap rangsangan, ambulasi
dini, kaji Howman sign.
6) Sietem Respirasi
Kaji respirasi rate, pola serta jenis pernafasan.
7) System Panca Indra
Penglihatan, pendengaran, perasa, peraba serta penciuman.
8) Psikologis
13

Penerimaan ibu terhadap bayi, pelaksanan Inisiasi Menyusu Dini


( IMD).
9) Pemeriksaan terhadap bayi baru lahir
Penilaiian APGAR SCORE

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA


POST PARTUM SECTIO CAESARIA
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien post SC adalah
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan
3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan perentanan
tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan
4) Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
dalam pembedahan, mual dan muntah
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan
dan nyeri
6) Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi
7) Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang perawatan pasca persalinan SC

14

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.
Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT
Gramedi

15

Vous aimerez peut-être aussi