Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi3
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang berdiri pada batas antara
neurosis dan psikosis serta ditandai dengan afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan
citra-diri yang sangat tidak stabil. Gangguan ini juga disebut sebagai skizofrenia
ambulatorik, seperti kepribadian (suatu istilah yang diajukan oleh Helene Deutsch),
skizofrenia pseudoneurotik (digambarkan oleh Paul Hoch dan Philip Politan) dan
gangguan ciri psikotik (digambarkan oleh John Frosch).
2.2 Epidemiologi3
Tidak ada studi prevalensi definitif yang tersedia, tetapi gangguan kepribadian
ambang dianggap ada pada kira-kira 1-2 persen populasi dan dua kali lebih banyak
pada perempuan dibanding laki-laki. Prevalensi gangguan depresif berat, gangguan
pengguaan alkohol, dan penyalahgunaan zat yang meningkat ditemukan pada kerabat
derajat pertama penderita gangguan kepribadian ambang.
2.3 Diagnosis
Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan kepribadian ambang dapat dibuat
pada masa dewasa awal ketika pasien menunjukkan sedikitnya lima dari kriteria yang
tersusun pada Tabel 1. 4
tidak stabil.
4) Impulsivitas pada sedikitnya dua area yang berpotensi merusak diri (contoh:
berbelanja, seks, penyalahgunaan zat, menyetir dengan ceroboh, makan
berlebih-lebihan). Catatan : tidak mencakup perilaku bunuh diri atau mutilasidiri yang dimaksud di dalam kriteria 5.
5) Perilaku sikap atau ancaman bunuh diri berulang, atau perilaku mutilasi-diri.
6) Ketidakstabilan afektif akibat reaktivitas mood yang nyata (contoh : disforia
episodik yang intens, iritabilitas, atau ansietas biasanya berlangsung beberapa
jam dan jarang lebih dari beberapa hari).
7) Perasaan kosong yang kronis
8) Kemarahan intens yang tidak sesuai atau kesulitan untuk mengendalikan
kemarahan (contoh: sering menunjukkan kemarahan, terus-menerus marah,
perkelahian fisik berulang)
9) Gagasan paranoid terkait stres yang terjadi sementara atau gejala disosiatif
berat.
untuk mendapatkan bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan, atau
untuk membuat mereka mati rasa dari afek melimpah.
Karena mereka merasa bergantung sekaligus bermusuhan, orang dengan
gangguan ini memiliki hubungan interpersonalyang penuh huru-hara. Mereka dapat
bergantung kepada orang lain yang mereka rasa dekat dan jika frustasi, mereka dapat
mengekspresikan kemarahan pada teman dekatnya. Pasien dengan gangguan
kepribadian ambang tidak dapat menoleransi keadaan sendiri dan mereka lebih
memilih pencarian gila-gilaan untuk mendapatkan teman, tidak peduli betapapun
tidak memuaskannya bagi mereka sendiri. Untuk meredakan kesepian, jika hanya
untuk waktu singkat, mereka menerima orang asing sebagai teman atau bersikap tidak
setia. Mereka sering mengeluh mengenai rasa kosong dan bosan yang kronis serta
tidak adanya rasa identitas yang konsisten (difusi identitas) jika ditekan, mereka
sering mengeluh tentang seberapa depresi yang mereka rasakan tanpa memusingkan
aspek lainnya.
Sebagian besar terapis setuju kalau pasien ini menunjukkan kemampuan
memberikan alasan yang biasa pada uji terstruktur, seperti Wechsler Adult
Intelegence Scale, dan menunjukkan proses penyimpangan hanya pada uji proyektif
yang tidak terstruktur, seperti pada uji Rorschach.
Secara fungsional, pasien dengan gangguan kepribadian ambang merusak
hubungan mereka dengan menganggap semua orang baik atau semua orang jahat.
Pasien melihat orang baik sebagai figur pelekatan yang bersifat mengasuh atau figur
kebencian dan sadis yang mengurangi kebutuhan rasa aman mereka dan mengancam
mereka dengan pengabaian saat mereka merasa bergantung. Sebagai akibat dari
pemisahan ini, orang yang baik diidealisasikan dan orang yang buruk didevaluasikan.
Pergeseran kesetiaan dari satu orang atau kelompok ke yang lainnya sering terjadi.
Otto Kernberg menemukan bahwa mekanisme pertahanan proyeksi terdapat pada
pasien dengan gangguan kepribadian ambang. Terapis harus menyadari proses ini
sehingga mereka dapat bersikap netral pada pasien tersebut.
Sejumlah klinisi menggunakan konsep panfobia, panansietas, panambivalensi,
dan seksualitas yang kacau untuk menandai ciri pasien ini.
Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna untuk menghadapi ciri kepribadian khusus yang
mengganggu fungsi keseluruhan pasien. Antipsikotik telah digunakan untuk
mengendalikan kemarahan, permusuhan, dan episode psikotik singkat. Antidepresan
memperbaiki mood depresi yang lazim ada pada pasien dengan gangguan kepribadian
ambang. Inhibitor MAO efektif di dalam mengubah perilaku impulsif pada beberapa
pasien. Benzodiazepine, terutama alprazolam (Xanax), membantu ansietas dan
depresi, tetapi pasien lain menunjukkan disinhibisi dengan golongan obat ini.
Antikonvulsan seperti carbamazepine (Tegretol) dapat memperbaiki fungsi global
untuk beberapa pasien. Agen serotonergik seperti fluoxetine (Prozac) berguna pada
sejumlah kasus.
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
10