Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
M Miftahul Huda
(11)
Zaenal Muttakin
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Muir (peminjam)
2.
3.
4.
b. Syarat
Ulama fiqih mensyaratkan dalam akad Aariyah sebagai berikut :
1. Muir berakal sehat, Aariyah tidak akan sah jika dilakukan oleh orang
gila dan anak kecil yang tidak berakal.
2. Orang yang meminjam harus orang yang berakal dan dapat (cakap)
bertindak atas nama hukum karena orang tidak berakal, tidak dapat
memegang amanat. Oleh sebab itu anak kecil, orang gila, tidak boleh
mengadakan akad Aariyah.
3. Pemegangan barang oleh peminjam
Aariyah adalah transaksi dalam berbuat kebaikan, yang dianggap sah
memegang barang adalah peminjam.
4. Harus ada serah terima dari mustair karena akad Aariyah merupakan
akad tabarru, maka akad dinyatakan tidak sah tanpa adanya serah
terima.
5. Mustaar harus milik sendiri. Bisa dimanfaatkan tanpa harus merusak
bentuk fisik yang ada. Bukan barang yang apabila dimanfaatkan habis,
seperti makanan dan minuman.
Ulama fiqh menetapkan bahwa akad Aariyah diperbolehkan atas
barang-barang yang bisa dimanfaaatkan tanpa harus merusak dzat atau
barang yang digunakan seperti rumah, pakaian, kendaraan, dan barang lain
yang sejenis.
Diharamkan meminjamkan senjata dan kuda kepada musuh.
Diharamkan meminjamkan Al-Quran atau yang berkaitan dengan AlQuran kepada orang kafir. Diharamkan juga meminjamkan alat berburu
kepada orang yang sedang ihram.
Pinjam-meminjam berakhir apabila barang yang dipinjam telah
diambil manfaatnya dan harus segera dikembalikan kepada yang
memilikinya. Pinjam-meminja juga berakhir apabila salah satu dari kedua
pihak meninggal dunia atau gila. Barang yang dipinjam dapat diminta
kembali sewaktu-waktu. karena pinjam-meinjam bukan merupakan
perjanjian yang tetap.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aariyah adalah memberikan manfaat suatu barang kepada orang lain
agar diambil manfaatnya tanpa mengurangi kondisi fisik barang tersebut. Pada
dasarnya, hukum Aariyah adalah mubah, dan menurut QS. Al-Maidah:2
adalah Sunnah, dan akan menjadi wajib apabila mustair benar-benar
membutuhkan ketika muir sedang tidak membutuhkannya.
Syarat dan rukunnya antara lain : Muir dan mustair harus berakal,
mustaar adalah benda yang tidak akan berkurang kondisi fisiknya, ijab dan
Qabul.
Apabia terjadi sesuatu terhadap mustaar ketika ia berada di tangan
mustair, maka tanggung jawab sepenuhnya atas barang tersebut adalah
kewajiban mustair.
Dalam lembaga keuangan syariah, Aariyah belum bisa berjalan
secara murni, karena masih menggunakan sistem bunga namun dengan istilah
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
http://alponti.multiply.com/journal/item/22
http://www.canboyz.co.cc/2010/03/makalah-ariyah-dan-pengertiannya.html
http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/ariyah.html
http://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/ariyah/