Vous êtes sur la page 1sur 9

Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah

Makalah Pinjam Meminjam (Ariyah)

M Miftahul Huda

(11)

Zaenal Muttakin

(20)

Politekhnik Negeri Semarang 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari bahkan
tanpa kita sadari, pinjam-meminjam sering kita lakukan. Berbicara mengenai
pinjaman (Aariyah), maka perlu kita bahas mengenai dasar hukum Aariyah.
Apa sebenarnya Aariyah itu? Bagaimana dasar hukum serta rukun dan
syarat Aariyah? Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana pengembalian
yang sesuai dengan syara. Agar kita bisa menerapkan dalam kehidupan nyata.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Aariyah?
2. Bagaimanakah dasar hukum Aariyah?
3. Bagaimanakah rukun dan syarat Aariyah?
4. Bagaimanakah hukum dan sifat Aariyah?
5. Apakah perbedaan Aariyah dengan Qaradh?
6. Bagaimanakah aplikasi Aariyah dalam lembaga keuangan syariah?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, penyusun bertujuan agar pembaca dapat
mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan Aariyah dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aariyah


Aariyah menurut etimologi diambil dari kata Aara yang berarti
datang dan pergi. Menurut sebagian pendapat Aariyah berasal dari kata atTaaawuru, yang berarti saling menukar dan mengganti, yakni dalam tradisi
pinjam meminjam.
Menurut terminologi syara ulama fiqh berbeda pendapat dalam
mendefinisikannya, antara lain :
a. Menurut Syarkhasyi dan ulama Malikiyah, Aariyah adalah
Pemilikan atas manfaat suatu benda tanpa pengganti.
b. Menurut Syafiiyah dan Hambaliyah, Aariyah adalah
Pembolehan untuk mengambil manfaat tanpa mengganti.
c. Menurut Hanafiyah Aariyah adalah
Pemilikan manfaat secara cuma cuma.
Secara operasional, Aariyah adalah sesuatu yang diberikan kepada
orang yang bisa memanfaatkannya hingga waktu tertentu kemudian
dikembalikan kepada pemiliknya.
Contohnya, si A meminjam buku untuk dibaca kepada si B.

2.2 Landasan Hukum


Aariyah dianjurkan dalam Islam. Hal tersebut didasarkan pada :
a. Al-Quran
Dalam firman Allah Swt QS. Al-Maidah:2,
Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa.
b. As-Sunnah
Dalam hadits Bukhari dan Muslim dari Anas, dinyatakan bahwa
Rasulullah SAW. telah meminjam kuda dari Abu Thalhah, kemudian
beliau mengendarainya.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad
yang jayyid dari Shafwan Ibn Umayyah, dinyatakan bahwa Rasulullah SAW.
pernah meminjam perisai dari Shafwan Ibn Umayyah pada waktu perang
Hunain. Shafwan bertanya, Apakah engkau merampasnya, ya, Muhmmad?
Nabi menjawab, Cuma meminjam dan aku bertanggung-jawab.
Dan hukum Aariyah menurut QS. Al-Maidah:2 adalah Sunnah.
2.3 Rukun dan Syarat
a. Rukun Aariyah
Secara umum, jumhur ulama fiqih menyatakkan bahwa rukun
Aariyah ada empat, yaitu :
1.

Muir (peminjam)

2.

Mustair (yang meminjamkan)

3.

Muar (barang yang dipinjamkan)

4.

Shighat (sesuatu yang menujukkan kebolehan untuk mengambil


manfaat, baik dengan ucapan maupun perbuatan)

b. Syarat
Ulama fiqih mensyaratkan dalam akad Aariyah sebagai berikut :
1. Muir berakal sehat, Aariyah tidak akan sah jika dilakukan oleh orang
gila dan anak kecil yang tidak berakal.
2. Orang yang meminjam harus orang yang berakal dan dapat (cakap)
bertindak atas nama hukum karena orang tidak berakal, tidak dapat
memegang amanat. Oleh sebab itu anak kecil, orang gila, tidak boleh
mengadakan akad Aariyah.
3. Pemegangan barang oleh peminjam
Aariyah adalah transaksi dalam berbuat kebaikan, yang dianggap sah
memegang barang adalah peminjam.
4. Harus ada serah terima dari mustair karena akad Aariyah merupakan
akad tabarru, maka akad dinyatakan tidak sah tanpa adanya serah
terima.
5. Mustaar harus milik sendiri. Bisa dimanfaatkan tanpa harus merusak
bentuk fisik yang ada. Bukan barang yang apabila dimanfaatkan habis,
seperti makanan dan minuman.
Ulama fiqh menetapkan bahwa akad Aariyah diperbolehkan atas
barang-barang yang bisa dimanfaaatkan tanpa harus merusak dzat atau
barang yang digunakan seperti rumah, pakaian, kendaraan, dan barang lain
yang sejenis.
Diharamkan meminjamkan senjata dan kuda kepada musuh.
Diharamkan meminjamkan Al-Quran atau yang berkaitan dengan AlQuran kepada orang kafir. Diharamkan juga meminjamkan alat berburu
kepada orang yang sedang ihram.
Pinjam-meminjam berakhir apabila barang yang dipinjam telah
diambil manfaatnya dan harus segera dikembalikan kepada yang
memilikinya. Pinjam-meminja juga berakhir apabila salah satu dari kedua
pihak meninggal dunia atau gila. Barang yang dipinjam dapat diminta
kembali sewaktu-waktu. karena pinjam-meinjam bukan merupakan
perjanjian yang tetap.

Jika terjadi perselisihan pendapat antara yang meminjamkan dan


yang meminjam barang tentang barang itu sudah dikembalikan atau
belum, maka yang dibenarkan adalah yang meminjam dikuatkan dengan
sumpah. Hal ini didasarkan pada hukum asalnya, yaitu belum
dikembalikan.
2.4 Hukum dan Sifat
Dalam Aariyah, hukumnya bisa menjadi wajib, misalnya bagi muslim
yang terpaksa harus meminjam sesuatu yang amat dibutuhkan kepada saudara
seagamanya yang tidak membutuhkannya.
Diantara hukum-hukum Aariyah adalah sebagai berikut :
1. Sesuatu yang dipinjamkan harus sesuatu yang mubah. QS. AlMaidah:2, Dan janganlah kalian tolong menolong pada perbuatan
dosa dan permusuhan (pelanggaran).
2. Jika muir mensyaratkan bahwa mustair berkewajiban mengganti
barang yang dipinjam jika ia merusaknya, maka mustair wajib
menggantinya,
Sifat Aariyah :
1. Mustair harus menanggung biaya pengangkutan barang pinjaman
ketika ia mengembalikannya kepada muir, jika barang pinjaman
tersebut tidak bisa diangkut, kecuali oleh kuli pengangkut, atau
dengan taksi.
2. Mustair tidak boleh menyewakan barang yang dipinjamnya.
Adapun meminjamkannya pada orang lain, maka tidak apa-apa jika
muir mengizinkan.
3. Mustair merawat barang pinjaman dengan baik. Rasulullah SAW
bersabda : "Kewajiban meminjam merawat yang dipinjamnya,
sehingga ia kembalikan barang itu". (HR. Ahmad)

4. Jika seseorang meminjam kebun untuk dibuat tembok, ia tidak


boleh meminta pengembalian kebun tersebut hingga temboknya
roboh. Begitu juga orang yang meminjamkan sawah untuk
ditanami, ia tidak boleh meminta pengembangan sawah tersebut
hingga tanaman yang ada di atasnya telah dipanen, karena
menibulkan madlarat kepada sesama muslim itu haram.
5. Barangsiapa meminjamkan sesuatu hingga waktu tertentu, ia
disunnahkan tidak meminta pengembaliannya kecuali setelah
habisnya batas waktu peminjaman.
2.5 Perbedaan dengan Qaradh
Qardh secara etimologis adalah potongan. Secara istilah bisa
diterjemahkan sebagai pinjaman uang. Sedangkan pinjaman barang dalam
bahasa fikih biasanya disebut Aariyah. Perbedaan lain antara Aariyah
dengan Qardh adalah pada objeknya. Jika Aariyah adalah antara barang yang
dipinjam kemudian dikembalikan adalah barang yang harus sama wujudnya.
Sedangkan Qaradh, pengembalian barang pinjaman tidak harus barang yang
sama wujudnya, akan tetapi memiliki nilai yang sama. Misalnya dalam hal
peminjaman uang.
2.6 Aplikasi Ariyah dalam Lembaga Keuangan Syariah
Aplikasi Aariyah dalam lembaga keuangan syariah dinamakan
Aariyah atau Iaarah. Pada dasarnya, aplikasi ini berjalan di atas akad alashliyah (tanpa ada paksaan seperti bai), dan pastinya tanpa bunga. Namun
pada kenyataannya, meski bank tersebut berlabel syariah, namun bank masih
belum dapat melaksanakan Aariyah secara murni syariah. Bank syariah masih
menggunakan sistem bunga namun menggunakan istilah yang berbeda.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aariyah adalah memberikan manfaat suatu barang kepada orang lain
agar diambil manfaatnya tanpa mengurangi kondisi fisik barang tersebut. Pada
dasarnya, hukum Aariyah adalah mubah, dan menurut QS. Al-Maidah:2
adalah Sunnah, dan akan menjadi wajib apabila mustair benar-benar
membutuhkan ketika muir sedang tidak membutuhkannya.
Syarat dan rukunnya antara lain : Muir dan mustair harus berakal,
mustaar adalah benda yang tidak akan berkurang kondisi fisiknya, ijab dan
Qabul.
Apabia terjadi sesuatu terhadap mustaar ketika ia berada di tangan
mustair, maka tanggung jawab sepenuhnya atas barang tersebut adalah
kewajiban mustair.
Dalam lembaga keuangan syariah, Aariyah belum bisa berjalan
secara murni, karena masih menggunakan sistem bunga namun dengan istilah
yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

http://alponti.multiply.com/journal/item/22
http://www.canboyz.co.cc/2010/03/makalah-ariyah-dan-pengertiannya.html
http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/ariyah.html
http://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/ariyah/

Vous aimerez peut-être aussi