Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Pengertian
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai oksigen
ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia
miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan
reversibel pada tingkat sel dan jaringan. (Sylvia,2006).
B. Patofisiologi
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardiun menugubah metabolisme
aerobik menjadi metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob melalui lintasan glikolitik
jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme aerob. Asam laktat
akan tertimbun sehingga menurunkan pH sel. Gabungan efek hipoksia, berkurangnya
energi yang tersedia, serta asidosis dapat mempercepat gangguan fungsi ventrikel kiri,
berkurangnat daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung akan mengubah
hemodinamika. Perubahan hemodinamika berrvariasi sesuai ukuran segmen yang
mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi sistem saraf otonom.
Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung karena berkurangnya
isi sekuncup.
Metabolisme anaerob hanya memberikan 6% dari energi total yang diperlukan.
Ambilan glukosa oleh sel sangat meningkat saat simpanan glikogen dan adenosis trifosfat
berkurang. Kalium dengan cepat berkgerak keluar dari sel miokardium selama iskemia.
Asidosis selalu terjadi dan mengganggu metabolisme seluler.
C. Etiologi
1. Coronary Arteri disease.
2. Coronary Arteri Emboli
3. Kongenital
4. mbalans Oksigen suplay dan demand miokard
5. Gangguan Hematologi.
D. Gejala Klinis
Presentasi klinis klasik SKA tanpa elevasi segmen ST berupa:
1. Angina saat istirahat lebih dari 20 menit
2. Angina yang dialami pertama kali dan timbul asaat aktifitas yang lebih ringan dari
aktivitas sehari-hari.
3. Peningkatan intensitas, frekuensi dan durasi angina.
4. Angina pasca infark.
Gejala klinis yang sering berupa rasa tekanan atau berat di retrosternal yang menjalar
ke lenagan kiri, leher atau rahang dapat disertai keringat dingian, mual, nyeri perut, sesak
napas dan sinkope.
E. 2.5 Pemeriksaan Diagnosis
Alat bantu diagnosis:
1. Pemeriksaan fisik: biasanya normal.
2. Elektrokardiogram: gambaran khas berupa depresi segmen ST > 0,5 mm (0,05 mVolt)
di dua atau lebih sadapan yang berhubungan atau inversi dalam dan simetris dari
gelombang T.
3. Petanda bikemikal: pemeriksaan kadar CKMB dan Troponin T/I. Troponin T/I
merupakan pertanda nekrosis miokard lebih spesifik dibandingkan enzim kardiak
konvensional CK atau CKMB. Tetapi tidak boleh tertunda karena menunggu hasil
pemeriksaan enzim.
4. Ekokardiografi,
5. Modalitas pencitraan jantung.
F. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal pasien dugaan SKA (dilakukan dalam waktu 10 menit):
1. Memeriksa tanda-tanda vital
2. Mendapatkan akses intra vena
3. Merekam dan menganalisis EKG
4. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
5. Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim jantung, elektrolit serta pemeriksaan
koagulasi.
6. Mengambil foto rongten thorax (<30 menit).
EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG berkala untuk
mendapatkan ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur saat masuk, jika
normal diulang 6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa pada pasien
dengan onset < 6 jam dan pada pasien pasca infark < 2minggu dengan iskemik
berulang untuk mendeteksi reinfark atau infark periprosedural.
Tatalaksana awal SKA tanpa elevasi segmen ST di unit emergency:
1. Oksigen 4 L/ menit (saturasi oksigen dipertahankan > 90%)
2. Aspirin 160 mg (dikunyah).
3. Tablet nitrat 5mg sublingual (dapat diualang 3x) lalu per drip bila masih nyeri
dada.
4. Mofin IV (2,5mg-5mg) bila nyeri dada tidak teratasi dengan nitrat.
Tatalaksana lanjut berdasarkan stratifikasi risiko (skor risiko TIMI):
a. Risiko tinggi/ sedang:
1) Anti iskemik : beta blocker, nitrat, calcium-channel blocker.
2) Beta blocker diberikan pada pasien tanpa kontarindikasi, khususnya pasien
dengan hipertensi dan takikardia.
3) Nitrat intra vena atau oaral efektif mengatasi episode nyeri dada akut.
4) Calcium-channel blocker dipakai untuk mengurangi gejala pada pasien yang
telah menerima nitrat dan beta-blocker, bermanfaat pada pasien yang
kontraindikasi beta-blocker dan pada pasien angina vasospastik.
Anti platelet oral: aspirin, clopidogrel.
1) Aspirin diberikan pada semua pasien SKA, dosis awal 16o mg-325 mg dan
selanjutnya 75-100 mg per hari untuk jangka panjang.
2) Pada semua, clopidogrel diberi dengan dosis loading 300mg per oral,
selanjutnya 75 mg per hari, clopidogrel dapat diberikan hingga 12 bulan
kecuali dengan komplikasi perdarahan berlebih.
3) Pasien dengan kontarindikasi aspirin, clopidogrel diberikan sebagai pengganti.
4) Pasien yang direncanakan menjalani prosedur invasif (PCI= pecutaneous
coronary intervention), clopidogrel diberikan dengan dosis loading 600 mg
untuk mencapai inhibisi fungsi platelet yang lebih cepat dan optimal.
Anti platelet intra vena
1) Pasien risiko sedang sampai tinggi, khususnya pasien dengan troponin yang
meningkat, depresi segmen ST atau diabetes.
Anti koagulan/ antitrombin: Heparin
1) Anti koagulan diberi pada semua pasien selain anti platelet.
Revaskularisasi coroner
1) angiografi koroner dini (<72 jam ) diikuti oleh revaskularisasu (PCI atau
bedah pintas koroner) direkomendasikan pada pasien dengan risiko sedang
dan tinggi.
2) angiografi koroner urgensi (<24 jam) direkomendasikan pada pasien dengan
angina refrakter atau berulang yabg disertai perubahan segmen ST, gagal
jantung, aritmia yang mengancam hidup dan hemodinamik yang tidak stabil.
selalu )
HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O 2 <>2 > 45
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan jantung berkurang / tidak meluas selama dilakukan
tindakan perawatan di RS.
Kriteria Hasil:
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital tiap 1-4jam, 1-9 data tentang perubahan kondisi fisik
status hemodinamika
klien bermanfaat dalam diagnosa gagal
jantung kiri. Penuruna curah jantung
2. Monitor tanda dan gejala penurunan perfusi mengakibatkab penurunan tekanan
(nyeri dada, disritmia, takikardia, takipnea, tekanan darah dan perfusi jaringan,
hipotensi dan penurunan curah jantung)
peningkatan denyut jantung sebagai
untuk
yang
otak
10. Rekam pola EKG secara periodik selama 10.pemeriksaan EKG periodik berguna
periode serangan dan catat adanya disritmia untuk menentukan diagnosis perluasan
atau perluasan iskemia atau infark miokard area iskemik.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
7.
Intervensi
Monitor nyeri dada (awal serangan, sifat,
lokasi, lamanya dan faktor pencetus).
Anjurkan klien untuk segera minta bantuan
perawat atau dokter bila merasakan nyeri.
Upayakan lingkungan tenang. Batasi
aktivitas selama serangan nyeri dada. Bantu
mengubah posisi
Upayakan rencana tindakan dan latihan
aktivitas yang tidak mengganggu periode
tidur dan istirahat kllien.
Berikan latihan ROM
Nilai respon klien terhadap aktivitas, catat
adanya ST depresi, disritmia, kelelahanm
pusing, sesak dan nyeri dada.
Rasional
1-2
data tersebut bermanfaat dalam
menentukan penyebab dan efek nyeri dada,
serta menjadi dasar perbandingan dengan gejala
pasca terapi
3-5 lingkungan tenang mendukung istirahat dan
tidur nyaman sehingga mengurangi konsumsi
oksigen miokard.
Subjektif: klien mengatakan merasa tidak berdaya, takutb mati, gelisah, bertanya
perkembangan penyakitnya.
Objektif : emosi, sedih, marah, menangis dan gelisah.
Tujuan
Klien dan keluarga mampu mengekspresikan rasa takut atau kecemasan secara positif.
Kriteria hasil klien mampu mengekspresiksn rasa takut dan cemas secara wajar serta
merasa optimis bahwa kondisinya dapat pulih. Klien juga mendiskusikan pengaruh
penyakitnya terhadap gaya hidup.
Intervensi
Rasional
1. Berikan penjelasan singkat tentang tujuan, 1.Penjelasan
tentang
prosedur
hasil yang diharapkan setiap prosedur dan efek membantu klien menjadi kooperatif.
samping.
2. Berikan kesempatan kepada klien untuk 2.Lingkungan fisik dan psikologis
mengenal lingkungannya dan tim keperawatan yang nyaman membantu klien rileks
dan senang.
3. Berikan waktu secukupny bagi klien untuk 3-5 keceamasan dapat meningakatkan
berbicara dengan teman dekat.
konsumsi Oksigen miokard, dukungan
orang terdekat dapat menurunkan
4. Observasi efek yang terjadi setelah klien tingkat kecemasan dan memberikan
mendapatkan kunjungan dari orang terdekat.
kenyamanan psikologis.
5. Berikan dukungan untuk mengekspresikan
perasaan, mendengarkan keluhan klien.
6. Diskusikan kondisi kllien dan perubahan pola 6-7 perubahan pola hidup dalam masa
hidup yang harus dijalani setelah pulang dari pemulihan dapat mencegah serangan
rumah sakkit.
ulang. Rehabilitasi kardio terprogram
dapat menurunkan kecemasan.
7. Anjurkan berpartisipasi aktif dalam program
rehabilitasi kardio.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dada
Data penunjang
Subjektif: mengeluh sulit tidur, sering terjaga, pusing nyeri dada.
Objektif : mata sayu, tampak layu, lelah, gelisah, menguap, jumlah jam tidur berkurang.
Tujuan
Memenuhi kebutuhan istirahat klien secara adekuat.
Kriteria Hasil
Subjektif: menyatakan mampu tidur dengan nyaman, keluhan-keluhan berkurang.
Objektif: jumlah jam tidur terpenuhi secara normal, klien segar, nyeri hilang.
Intervensi
Rasional
1. Identifikasi pola normal tidur sebelum masuk rumah 1-6 perubahan pola tidur
sakit dan perubahan yang terjadi setealh dirawat.
menyebabkan kecemasan yang
2. Bantu klien dalam beradaptasi dengan lingkungan dapat memicu nyeri dada dan
rumah sakit.
meningkatkan konsumsi oksigen
miokard.
3. Nialai adanya faktor yang menunjang gangguan
polatidur.
4. Berikan tindakan untuk mengatasi faktor penyebab.
5. Berikan prosedur sebelum waktu tidur yang
menunjang klien istirahat tidur ( menggososk
punggung, minum susu hangat).
6. Rencanakan tindakan keperawatan
mengganggu jam istirahat tidur klien
yang
tidak
DAFTAR PUSTAKA
Faqih, R.,. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Malang: UMM Press
Levefer, J.,. (1997). Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan
Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Prasetyo, J., B.,. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University.
Sudoyo, A., W.,. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Oleh:
Bambang Adi Nugroho
Lembar Pengesahan
Asuhan keperawatan ini dibuat untuk melengkapi tugas pembuatan laporan profesi ners
stase gadar di ICU RSUD Wonosari.
Hari
Tanggal
Mahasiswa
Pembimbing klinik