Vous êtes sur la page 1sur 24

Aluminium (Al) adalah unsur kimia dengan nomor atom 13 dan massa atom

26, 9815. Unsur ini mempunyai isotop alam: Al-27. Sebuah isomer dari Al-26 dapat
meluruhkan sinar dengan waktu paruh 105 tahun. Aluminium berwarna putih
keperakan, mempunyai titik lebur 659,7 o
C dan titik didih 2.057 oC, serta berat jenisnya 2,699 gr.cm-3 (pada temperatur 20 oC).
Termasuk dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-3.
Jari-jari atomnya adalah 117,6 pikometer (1x10-10 m). Alumunium adalah unsur terbanyak
ketiga yang ditemukan di bumi setelah Oksigen dan Silikon. Jumlahnya sekitar 7,6% dari berat
kerak bumi. Aluminium mudah dilengkungkan dan dibuat mengkilat, serta larut dalam
asam klorida dan asam sulfat berkonsentrasi di atas 10%, tetapi tidak larut dalam asam
organik. Aluminium ditemukan pada tahun 1825 oleh Hans Christian Oersted. Baru
diakui secara pasti oleh F. Wohler pada tahun 1827. Sumber unsur ini tidak terdapat
bebas, bijih utamanya adalah Bauksit. Penggunaan Aluminium antara lain untuk
pembuatan kabel, kerangka kapal terbang, mobil dan berbagai produk peralatan rumah
tangga. Senyawanya dapat digunakan sebagai obat, penjernih air, fotografi serta
sebagai ramuan cat, bahan pewarna, ampelas dan permata sintesis (Sudira dan
Sato.1992). Terdapat beberapa sifat penting yang dimiliki Aluminium sehingga banyak
digunakan sebagai Material Teknik, diantaranya:
Penghantar listrik dan panas yang baik (konduktor).
Mudah difabrikasi
Ringan (besi 8,1 gr/cm3)
Tahan korosi dan tidak beracun
Kekuatannya rendah, tetapi paduan (alloy) dari Aluminium bisa meningkatkan sifat
mekanisnya. Aluminium banyak digunakan sebagai peralatan dapur, bahan konstruksi bangunan
dan ribuan aplikasi lainnya dimanan logam yang mudah dibuat dan kuat. Walau konduktivitas
listriknya hanya 60% dari tembaga, tetapi Aluminium bisa digunakan sebagai bahan transmisi
karena ringan. Aluminium murni sangat lunak dan tidak kuat, tetapi dapat dicampur dengan
Tembaga, Magnesium, Silikon, Mangan, dan unsur-unsur lainnya untuk membentuk sifat-sifat
yang menguntungkan. Campuran logam ini penting kegunaannya dalam konstruksi mesin,
komponen pesawat modern dan roket. Logam ini jika diuapkan di vakum membentuk lapisan

yang memiliki reflektivitas tinggi untuk cahaya yang tampak dan radiasi panas. Lapisan ini
menjaga logam dibawahnya dari proses oksidasi sehingga tidak menurunkan nilai logam yang
dilapisi. Lapisan ini digunakan untuk memproteksi kaca teleskop dan masih banya
kegunaan lainnya. Banyaknya penggunaan Aluminium dalam kehidupan sehari-hari baik itu
dalam rumah tangga maupun industri akan membuat limbah Aluminium semakin
banyak. Jika hal ini tidak di tangani denga cepat maka limbah ini akan memberikan
dampak yang buruk bagi lingkungan, limbah Aluminium dapat mencemari tanah dan
juga air. Oleh karena itu perlu dilakukan daur ulang (recycle) dari limbah Aluminium,
hasilnya dapat digunakan dalam keperluan rumah tangga maupun dalam pembuatan
material teknik.

Cara, Proses Pembuatan Aluminium, Proses Hall, Al, Senyawa,


Unsur Kimia
Cara, Proses Pembuatan Aluminium, Proses Hall, Senyawa, Unsur Kimia - Aluminium diperoleh dengan
elektrolisis lelehan bauksit Al2O3 dalam kriolit cair Na3AlF6. Kriolit cair diperlukan untuk menurunkan
titik leleh bauksit. Proses pembuatan aluminium dikenal dengan proses Hall, karena cara ini ditemukan
oleh Charles Martin Hall (1863 - 1914) pada tahun 1886.
Proses Hall meliputi dua tahap, yaitu sebagai berikut.
a) Pemurnian

Al2O3 dari bauksit

Ke dalam bauksit ditambahkan larutan NaOH pekat sehingga

Al2O3 larut sedangkan zat lain tidak larut.

Al2O3(s) + 2NaOH(aq) 2NaAlO2(aq) + H2O(l)


Larutan NaAlO2 diasamkan sehingga terbentuk endapan Al(OH)3.
NaAlO2(aq) + H2O(l) + HCl(aq) Al(OH)3(s) + NaCl(aq)
Endapan Al(OH)3 disaring kemudian dipanaskan sehingga terurai menjadi

Al2O3 dan uap air.

Panas

Al(OH)3(s)
b) Elektrolisis

Al2O3(s) + 3H2O(g)

Al2O3 dengan kriolit cair

Al2O3 murni dicampur dengan kriolit Na3AlF6 untuk menurunkan titik leleh Al2O3. Dinding bejana
untuk elektrolisis terbuat dari besi yang dilapisi grafit sekaligus sebagai katoda. Sebagai anodanya
digunakan batang-batang karbon yang dicelupkan ke dalam campuran.

Gambar 1. Sel Hall-Heroult untuk pembuatan aluminium dari elektrolisis lelehan Al2O3 (larutan Al2O3 dalam
kriolit).
Larutan Al2O3 dalam kriolit dimasukkan ke dalam sel Hall-Heroult, kemudian dialiri listrik.
Ion Al3+ direduksi di katoda menjadi Al cair dan ion O2 dioksidasi di anoda menjadi gas oksigen.
Reaksi yang terjadi:

Al2O3(l) 2Al3+(l) + 3O2(l)


Katoda
Anoda

Al3+(l) + 3e
2O2(l)
4Al3+(l) + 6O2(l)

:
:

Al(l)
O2(g)
4Al(l)
katoda

+
+

4e
3O2(g)
anoda

(x 4)
(x 3)

Gas oksigen yang terbentuk dapat bereaksi dengan anoda karbon membentuk C O2 sehingga anoda
semakin habis dan pada suatu saat harus diganti.
Berikut

ini

adalah

materi

lainnya

mengenai

Proses

Hall

[1]

Aluminium dibuat melalui proses Hall-Hroult, suatu metode komersial pembuatan aluminium melalui
elektrolisis aluminium oksida yang dilarutkan dalam lelehan kriolit, Na3AlF6. Campuran kriolit
dielektrolisis pada suhu sekitar 950C. Sel elektrolisis ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Sel Hall-Heroult untuk produksi aluminium Aluminium oksida dielektrolisis dalam kriolit cair (elektrolit). Lelehan Al
terbentuk pada katode dan berkumpul di bawah sel, yang dikeluarkan secara berkala.

Walaupun reaksi pada elektrolisis sangat rumit, tetapi reaksi bersihnya dapat dituliskan seperti berikut.

Katode
Anode
Reaksi sel

:
:
:

4Al3+(aq) + 12e 4Al(l)


12O2(aq) + 3C(s) 3CO2(g) + 12e
2[2Al3+ + 3O2] + 3C(s) 4Al(l) + 3CO2(g)
[2Al3+ + 3O2] = Al2O3

Anode karbon dibuat dari karbonasi minyak bumi yang harus diganti secara kontinu sebab sering
terkontaminasi oleh pengotor. Aluminium dibuat dalam jumlah besar untuk paduan logam. Logam
aluminium murni bersifat lunak dan mudah terkorosi. Penambahan sejumlah kecil logam lain, seperti
Cu, Mg, atau Mn, aluminium akan menjadi keras dan tahan terhadap korosi.
Beberapa aluminium digunakan untuk mengekstraksi logam lain. Logam kromium diperoleh melalui
reduksi oksidanya oleh serbuk aluminium. Reaksi Cr2O3 dengan aluminium bersifat eksotermis.

Cr2O3(s)

2Al(l)

Al2O3(l)

2Cr(l)

H=

536

kJ

Reaksi serupa diterapkan pada las listrik untuk menyambung besi, yaitu campuran dari serbuk
aluminium dan besi (III) oksida, yang disebut termit. Sekali campuran ini dibakar, reaksi berlangsung
terus
menghasilkan
pijar
tinggi
bertabur
bunga
api.

Senyawa aluminium yang penting adalah alumina atau aluminium oksida. Senyawa ini dibuat melalui
pemanasan aluminium hidroksida yang diperoleh dari bauksit dan dilakukan pada 550C. Alumina
membentuk senyawa berpori atau berupa serbuk padat berwarna putih.

2Al(OH)3(s)

Al2O3(s) + 3H2O(l)

Alumina digunakan sebagai katalis, juga digunakan untuk memproduksi logam aluminium. Jika alumina
diuapkan pada suhu tinggi (2.045 C), akan terbentuk corundum yang digunakan sebagai ampelas atau
gerinda. Jika alumina diuapkan dengan logam pengotor tertentu, akan diperoleh permata safir atau
ruby. Ruby sintesis mengandung 2,5% kromium oksida, Cr2O3 dalam alumina, dan digunakan terutama
pada arloji dan sebagai asesoris permata. Dalam air, ion aluminium membentuk kompleks
3+
hidrat, Al(H2O)6 dan
ion
ini
mudah
terhidrolisis:

[Al(H2O)6]3+(aq)

H2O(l) [Al(H2O)5OH]2+(aq)

H3O+(aq)

Aluminium sulfat oktadekahidrat, Al2(SO4)3.18H2O merupakan garam aluminium yang dapat larut
dalam
air,
dibuat
melalui
pelarutan
bauksit
dalam
asam
sulfat.
Aluminium sulfat digunakan dalam jumlah besar untuk perekat kertas. Pada proses ini, zat seperti
lempung dari aluminium sulfat ditambahkan ke dalam fiber selulosa untuk menghasilkan material
berpori
menjadi
halus.
Aluminium sulfat juga digunakan untuk mengolah air limbah dari pulp kertas dan untuk menjernihkan
air limbah. Jika basa ditambahkan kepada larutan garam aluminium ini, endapan seperti gelatin dari
aluminium
hidroksida
terbentuk.

Al3+(aq)

3OH(aq)

Al(OH)3(s)

Ion aluminium mengkoagulasi suspensi koloid yang selanjutnya menyerap endapan aluminium
hidroksida. Aluminium hidroksida sering diendapkan ke dalam fiber untuk menyerap celupan tertentu.
Aluminium klorida heksahidrat, AlCl3.6H2O dapat dibuat melalui pelarutan alumina dalam asam
klorida.
Garam
ini
digunakan
sebagai
penghilang
bau
keringat
dan
desinfektan.
Garam aluminium tidak berhidrat, AlCl3 tidak dapat dibuat melalui pemanasan hidrat sebab akan
terurai menghasilkan HCl. Aluminium klorida tak berhidrat diperoleh melalui reaksi serbuk aluminium
dengan
gas
klorin.

2Al(s)

3Cl2(g)

2AlCl3(s)

Padatan AlCl3 diyakini ionis, tetapi jika dipanaskan pada suhu titik lelehnya akan terbentuk senyawa
kovalen Al2Cl6.
Aluminium
klorida
menyublim
pada
titik
lelehnya
(180
C)
dan
molekul Al2Cl6 terdapat dalam uapnya. Struktur Al2Cl6 merupakan dimer dari AlCl3 dengan klorin
sebagai
jembatannya.
Pada suhu lebih tinggi, molekul Al2Cl6 berwujud uap akan terdisosiasi menjadi molekul AlCl3 dengan
struktur molekul trigonal planar. Aluminium klorida tak berhidrat ini digunakan sebagai katalis,
misalnya pada pembuatan etilbenzena.

Gambar 3. Struktur dimer dari molekul AlCl3.


Anda sekarang sudah mengetahui Pembuatan Aluminium. Terima kasih anda sudah berkunjung
ke Perpustakaan Cyber.

Alumunium
Sejarah
Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan Romawi
kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses
pewarnaan. C.M. Hall seorang berkebangsaan Amerika dan Paul Heroult
berkebangsaan Prancis, pada tahun 1886 mengolah Aluminium dari Alumina dengan
cara elektrolisa dari garam yangterfusi. Selain itu Karl Josep Bayer seorang ahli kimia
berkebangsaan Jerman mengembangkan proses yang dikenal dengan nama proses
Bayer untuk mendapat Aluminium murni. Penggunaan Aluminium ini menduduki urutan
kedua setelah besi dan baja dan tertinggi pada logam bukan besi untuk kehidupan
industri.

Proses Bayer terdiri dari 3 tahap yaitu ekstraksi, presipitasi, dan kalsinasi.

1. Tahap ekstraksi
Tahap ekstraksi atau tahap digestion merupakan tahap pertama dalam proses Bayer.
Bauksit dan natrium hidroksida diumpankan secara terpisah ke dalam autoclaves,
tubular reactor, dan steel vessel. Kondisi operasi tahap ini adalah pada temperatur 140
oC dan tekanan 34 atm. Alumina hidrat yang terdapat di dalam bauksit larut di dalam
natrium hidroksida dan menghasilkan natrium aluminat (NaAlO2).
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
Al(OH)3 + NaOH NaAlO2 + 2 H2O
AlO(OH) + NaOH NaAlO2 + H2O
Aluminium hidroksida larut di dalam natrium hidroksida, sedangkan zat zat lain seperti
silika dan semua oksida logam lainnya tidak larut di dalam natrium hidroksida. Larutan
natrium aluminat dan natrium hidroksida disebut dengan green liquor, sedangkan zat
zat yang tidak larut di dalam natrium hidroksida seperti silika, oksida besi, titanium
oksida (TiO2), kaolin (H4Al2Si2O9), dan oksida logam lain membentuk red mud.
Natrium aluminat yang terbentuk didinginkan hingga 50 85 oC dalam flash tank.
Ada dua macam reaksi lainnya yang terjadi pada proses ekstraksi yaitu :
A. Desilication

Desilication merupakan reaksi antara silika yang terdapat di dalam bauksit, seperti
kaolin, dengan natrium hidroksida membentuk natrium silikat terlarut. Pada temperatur
digestion, natrium silikat membentuk natrium aluminium silikat yang tidak larut.
Reaksi yang terjadi adalah :
5 Al2Si2O5(OH)4 + 2 Al(OH)3 + 12 NaOH 2 Na6Al6Si5O17(OH)10 + 10 H2O
Desilication dipengaruhi oleh temperatur tinggi dan waktu tinggal unutk mendapatkan
produk yang murni.

B. Causticization of liquor
Causticization of liquor merupakan reaksi antara kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan
natrium karbonat untuk meregenerasi natrium hidroksida dan presipitasi kalsium
karbonat. Reaksi ini merupakan reaksi yang penting dalam proses Bayer. Reaksi yang
terjadi adalah :
Na2CO3 + Ca(OH)2 CaCO3 + 2 NaOH
Natrium karbonat dihasilkan pada proses Bayer karena degradasi zat zat organik oleh
natrium hidroksida dan karena absorpsi CO2 selama larutan terkena udara luar.
2. Tahap pemisahan
Tahap kedua dari proses Bayer adalah tahap pemisahan natrium aluminat dengan red
mud. Larutan natrium aluminat difiltrasi untuk memisahkan red mud. Red mud
ditambahkan flokulan untuk meningkatkan settling rate, kemudian dipindahkan dengan
menggunakan thickener yang berdiameter besar. Partikel partikel padat yang
terkandung dalam red mud dipisahkan dengan filter press. Sedangkan, aluminium yang
masih terdapat di dalam red mud didaur ulang dengan menggunakan counter current
18 decantation. Red mud ditambah dengan kapur (Ca(OH)2) untuk causticization
supaya terbentuk natrium hidroksida dan kalsium karbonat.
Reaksi yang terjadi yaitu :
Na2CO3 + Ca(OH)2 2 NaOH + CaCO3
Natrium hidroksida ini dapat digunakan kembali pada proses awal.

3. Tahap presipitasi
Presipitasi dilakukan untuk memisahkan aluminium hidroksida (Al(OH)3). Reaksi yang
terjadi pada tahap ini adalah :
NaAlO2 + 2 H2O Al(OH)3 + NaOH
Presipitasi Al(OH)3 tidak terjadi dengan sendirinya, sehingga presipitasi dilakukan
dengan cara menambahkan kristal aluminium hidroksida untuk menginisiasi presipitasi.
Ada 6 macam precipitating agents yang dapat digunakan di dalam proses ini antara lain
:
Hidrogen peroksida (H2O2)
Karbon dioksida (CO2)
Amonium karbonat ((NH4)2CO3)
Amonium hidrogen karbonat ((NH4)HCO3)
Amonium aluminium sulfat ((NH4)2Al(SO4)2)
Kristal aluminium hidroksida (Al(OH)3
4. Tahap kalsinasi
Aluminium hidroksida dikeringkan di dalam rotary kiln atau fluid bed calciners pada
temperatur 1100 1500 oC untuk melepaskan air. Hasil kalsinasi aluminium hidroksida
adalah alumina. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
2 Al(OH)3 Al2O3 + 3 H2O
Dari kedelapan proses pemisahan alumina dari spent catalyst, proses Bayer
merupakan proses yang paling akhir ditemukan. Setelah ditemukan proses Bayer,
proses proses yang lain tidak digunakan lagi. Hal ini disebabkan :
Proses Bayer merupakan proses yang paling ekonomis. Pada proses Bayer, tidak
diperlukan temperatur yang tinggi dalam proses digestion.

Proses Bayer tidak memerlukan banyak energi sehingga biaya produksi yang
dibutuhkan tidak terlalu besar.

Proses Bayer
Proses Hall-Heroult
Selanjutnya adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses
elektrolisis menurut proses Hall-Heroult. Tahapan-tahapan pada proses Hall-Heroult
adalah :
1. Aluminum oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis
grafit (berfungsi sebagai katode).
2. Elektrolisis dilakukan pada suhu 950 oC (digunakan batang grafit sebagai anode).
3. Setelah diperoleh Al2O3 murni, proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3.
4. Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) (berfungsi untuk menurunkan titik
lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3murni mencapai 2000 0C)),
5. Campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 0C.
6. Anode dan katodenya terbuat dari grafit.
7. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Al2O3 (l) 2Al3+ (l) + 3O2- (l)
Anode (+): 3O2- (l) 3/2 O2 (g) + 6e

Katode (-): 2Al3+ (l) + 6e- 2Al (l)


Reaksi sel: 2Al3+ (l) + 3O2- (l) 2Al (l) + 3/2 O2 (g)

Proses Hall-Heroult
Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut pot
reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang bertindak
sebagai suatu elektroda (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada proses
ini, leburan alumina dielektrolisis, dimana lelehan tersebut dicampur dengan lelehan
elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam pot dimana pada pot tersebut terikat serangkaian
batang karbon dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada dibagian bawah
pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya
proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti
dalam keperluan industri.
Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan
menuju kebawah pot, yang secara berkala akan ditampung menuju cetakan berbentuk
silinder atau lempengan. Masing masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton

aluminium per tahun(Anonymous,2009). Secara umum, 4 ton bauksit akan


menghasilkan 2 ton alumina, yang nantinya akan menghasilkan 1 ton alumunium.

Adapun sifat-sifat Aluminium antara lain sebagai berikut:

a) Ringan
Memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga dan banyak
digunakan dalam industri transportasi seperti angkutan udara.
b) Tahan terhadap korosi
Sifatnya durabel sehingga baik dipakai untuk lingkungan yang dipengaruhi oleh unsurunsur seperti air, udara, suhu dan unsur-unsur kimia lainnya, baik di ruang angkasa
atau bahkan sampai ke dasar laut.
c) Kuat
Aluminium memiliki sifat yang kuat terutama bila dipadu dengan logam lain. Digunakan
untuk pembuatan komponen yang memerlukan kekuatan tinggi seperti: pesawat
terbang, kapal laut, bejana tekan, kendaraan dan lain-lain.
d) Mudah dibentuk
Proses pengerjaan Aluminium mudah dibentuk karena dapat disambung dengan
logam/material lainnya dengan pengelasan, brazing, solder, adhesive bonding,
sambungan mekanis, atau dengan teknik penyambungan lainnya.
e) Konduktor listrik
Aluminium dapat menghantarkan arus listrik dua kali lebih besar jika dibandingkan
dengan tembaga. Karena Aluminium tidak mahal dan ringan, maka Aluminium sangat
baik untuk kabel-kabel listrik overhead maupun bawah tanah (Surdia, T. 1992).
f) Konduktor panas

Sifat ini sangat baik untuk penggunaan pada mesin-mesin/alat-alat pemindah panas
sehingga dapat memberikan penghematan energi.
g) Memantulkan sinar dan panas
Aluminium dapat dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan pantul yang
tinggi yaitu sekitar 95% dibandingkan dengan kekuatan pantul sebuah cermin. Sifat
pantul ini menjadikan Aluminium sangat baik untuk peralatan penahan radiasi panas.
h) Non magnetik
Aluminium sangat baik untuk penggunaan pada peralatan elektronik, pemancar
radio/TV dan lain-lain. Dimana diperlukan faktor magnetisasi negatif.
Sinonim

Aluminium oksida

Rumus Molekul

Al2O3

Berat Molekul

101,96

Deskripsi

Berbentuk serbuk berwarna putih

Densitas

3,97 g /cm3

Kelarutan dalam air

Tidak larut dalam air

Titik didih

~ 3000 C

Titik leleh

2054 C

Kapasitas panas

79,04 J / mol . K

Hfo solid

- 1675,7 kJ / mol

Proses Pembuatan Aluminium

Pembuatan Aluminium terjadi dalam dua tahap:


1.) Proses Bayer merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh aluminium oksida
(alumina), dan
2.) Proses Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk menghasilkan aluminium
murni.

1.

Proses Bayer

Bijih bauksit mengandung 50-60% Al2O3 yang bercampur dengan zat-zat pengotor terutama Fe2O3 dan
SiO2. Untuk memisahkan Al2O3dari zat-zat yang tidak dikehendaki, kita memanfaatkan
sifat amfoter dari Al2O3.

Tahapan dalam Proses Bayer:


1.)

Pertama, bijih bauksit diambil dari tambang.

2.)

Lalu, bijih bauksit tersebut dihancurkan atau dihaluskan secara mekanik.

3.)
Impurities (pengotor) dihilangkan dengan cara memanaskan serbuk bauksit dalam udara
sehingga logam-logam lain teroksidasi. Misalnya besi teroksidasi menjadi Fe2O3.
4.) Kemudian, serbuk bijih yang telah dipanaskan direaksikan dengan soda kaustik atau larutan
Natrium hidroksida (NaOH) pekat dan diproses di pabrik penggilingan untuk menghasilkan lumpur
(suspensi berair) yang mengandung partikel-partikel bijih yang sangat halus.
5.)
Suspensi berair tadi dipompa ke digester, yaitu sebuah tangki yang berfungsi seperti panci
presto.
Larutan ini diproses pada suhu dan tekanan yang tinggi untuk melarutkan alumina dalam bijih. Larutan
dipanaskan sampai 230-520 F (110-270 C) dan dengan tekanan 50 lb / dalam 2 (340 kPa). Kondisi ini,
dilakukan selama sekitar setengah jam atau hingga beberapa jam. Pada prosesnya penambahan NaOH
dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh senyawa aluminium yang terkandung terlarut. Proses ini
akan memisahkan bijih dari kotoran yang tidak larut seperti senyawa silika, besi dan titanium.
6.)

Larutan panas dilewatkan melalui serangkaian tangki.

7.)
Larutan kemudian dipompa ke dalam tangki pengendapan. LarutanSiO32- dan [Al(OH)4]akan ditampung.
Ketika suspensi berair berada di dalam tangki ini, pengotor yang tidak larut dalam NaOH akan
mengendap di bagian bawah tangki. Residu (disebut "red mud" atau lumpur merah) yang
terakumulasi di dasar tangki terdiri dari pasir halus, oksida besi, dan oksida dari unsur lain seperti
titanium.
Al2O3 dan SiO2 akan larut, sedangkan Fe2O3 dan pengotor lainnya tidak larut (mengendap).

Al2O3 (s) + 2OH- (aq) + 3H2O


SiO2 (s) + 2OH- (aq)

2Al(OH)4- (aq)
SiO32- (aq) + H2O

8.)
Setelah pengotor telah diendapkan, masih ada larutan yang tersisa (filtrat) yang kemudian
dipompa melalui serangkaian filter (penyaring). Setiap partikel-partikel halus dari pengotor yang masih
ada dalam larutan juga akan tersaring.
9.)

Larutan yang telah disaring akan dipompa melalui serangkaian tangki pengendapan.

10.) Larutan itu kemudian direaksikan dengan asam encer, yaitu larutan HCl. Ion silikat tetap larut,
sedangkan ion aluminat akan diendapkan sebagai Al(OH)3.
AlO2- (aq) + H+ (aq)

Al(OH)3 (s)

Atau dengan cara dialirkan CO2 ke dalam larutan tersebut sehinggaion aluminat akan diendapkan
sebagai Al(OH)3.
AlO2- (aq) + CO2 (g)

Al(OH)3 (s)

11.)
Endapan kristal atau Al(OH)3 (s) (mengendap di bagian bawah tangki) sedangkan SiO32- tetap
larut.
12.)

Kemudian endapan Al(OH)3 disaring dan diambil.

13.)
Setelah dicuci, endapan Al(OH)3 dipindahkan ke pengering untuk dilakukan
proses kalsinasi (pemanasan untuk melepaskan molekul air yang secara kimiawi terikat pada molekul
alumina). Suhu 2.000 F (1.100 C) akan mendorong lepasnya molekul air, sehingga hanya tinggal Kristal
alumina anhidrat. Setelah meninggalkan tungku pengering, kristal akan melewati pendingin.
14.)

Setelah itu, maka terbentuklah serbuk Al2O3 murni (korundum).

2Al(OH)3 (s)

2.

Al2O3 (s) + 3H2O (g)

Proses Hall-Heroult

Setelah diperoleh Al2O3murni, maka proses selanjutnya adalah elektrolisis leburan Al2O3. Pada
elektrolisis ini Al2O3 dicampur dengan CaF2 dan 2-8% kriolit (Na3AlF6) yang berfungsi untuk
menurunkan titik lebur Al2O3 (titik lebur Al2O3 murni mencapai 2000 0C), campuran tersebut akan
melebur pada suhu antara 850-950 0C. Anode dan katodenya terbuat dari grafit. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:

Al2O3 (l)

Anode (+):

2Al3+ (l) + 3O2- (l)

3O2- (l)

Katode (-):

2Al3+ (l) + 6e-

Reaksi sel:

2Al3+ (l) + 3O2- (l)

3/2 O2 (g) + 6e
2Al (l)
2Al (l) + 3/2 O2(g)

Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang disebut pot reduksi atau sel
elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang bertindak sebagai suatu elektroda
(konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada proses ini, leburan alumina dielektrolisis, dimana
lelehan tersebut dicampur dengan lelehan elektrolit kriolit dan CaF2 di dalam pot dimana pada pot
tersebut terikat serangkaian batang karbon dibagian atas pot sebagai katoda. Karbon anoda berada
dibagian bawah pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anoda dan katodanya
proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai keperluan, seperti dalam keperluan
industri.
Alumina mengalami pemutusan ikatan akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan menuju kebawah pot,
yang secara berkala akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder atau lempengan. Masing
masing pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton aluminium per tahun(Anonymous,2009). Secara
umum, 4 ton bauksit akan menghasilkan 2 ton alumina, yang nantinya akan menghasilkan 1 ton
alumunium.

Tahapan proses Hall-Heroult adalah sebagai berikut:


1.) Di dalam pot reduksi (sel elektrolisis), kristal alumina dilarutkan dalam pelarut lelehan kriolit
(Na3AlF6) cair dan CaF2 pada suhu 1.760-1.780 F (960-970 C) untuk membentuk suatu larutan
elektrolit yang akan menghantarkan listrik dari batang karbon (Katoda) menuju Lapisan-Karbon (Anoda).
2.) Sebuah arus searah (5-10 volt dan 100.000-230.000 ampere) dilewatkan melalui larutan. Reaksi
yang dihasilkan akan memecah ikatan antara aluminium dan atom oksigen dalam molekul alumina.
Oksigen yang dilepaskan tertarik ke batang karbon, di mana ia membentuk karbon dioksida. Atom-atom
aluminium dibebaskan dan mengendap di bagian bawah pot sebagai logam cair.
3.) Proses peleburan dilanjutkan, dengan penambahan alumina pada larutan kriolit untuk
menggantikan senyawa yang terdekomposisi. Arus listrik konstan tetap dialirkan. Panas yang berasal
dari aliran listrik menjaga agar isi pot tetap berada pada keadaan cair.
4.)

Lelehan aluminium murni terkumpul dibawah pot.

5.) Lelehan yang sudah terkumpul ini dipindahkan ke tungku penyimpanan dan kemudian dituangkan
ke dalam cetakan sebagai batangan atau lempengan.
6.) Ketika logam diisi ke dalam cetakan, bagian luar cetakan didinginkan dengan air, yang
menyebabkan aliminium menjadi padat.
7.)

Logam murni yang padat dapat dibentuk dengan penggergajian sesuai dengan kebutuhan.

Dengan proses Hall-Heroult ini, aluminium diproduksi secara massal dan murah.

Sifat Kimia dan Fisika Aluminium


Nama aluminium berasal nama kuno untuk alum (tawas atau kalium aluminium sulfat).
Aluminium adalah logam lunak dan ringan dan memiliki warna keperakan kusam karena
lapisan tipis oksidasi yang terbentuk saat unsur ini terkena udara.
Aluminium adalah logam tidak beracun dan non magnetik. Unsur ini hanya memiliki
satu isotop alami, aluminium-27, yang tidak radioaktif.
Aluminium merupakan elemen berlimpah dalam kerak bumi dengan persentase sekitar
7,5% hingga 8,1%.
Aluminium sangat jarang ditemukan dalam bentuk unsur bebasnya. Aluminium
berkontribusi besar mempengaruhi sifat-sifat tanah, yang hadir terutama sebagai
aluminium hidroksida.
Aluminium merupakan logam yang reaktif sehingga sulit untuk mengekstrak dari
bijihnya yaitu aluminium oksida (Al2O3).
Aluminium adalah salah satu logam yang paling sulit untuk dimurnikan karena
teroksidasi sangat cepat.
Oksidasi aluminium membentuk senyawa yang sangat stabil, tidak seperti karat pada
besi yang rapuh.
Beberapa batu permata terbuat dari kristal jernih aluminium oksida yang dikenal
sebagai korundum.
Kehadiran jejak logam lain menciptakan berbagai warna: kobalt menciptakan batu safir
biru, dan kromium membuat batu rubi merah.
Sedangkan topaz adalah aluminium silikat berwarna kuning dengan jejak besi.

Sifat Alumunium
Berat Aluminium
Alumunium punya sifat yang ajaib, ia punya densitas yang rendah hanya sepertiga dari kepadatan atau
3

densitas dari logam baja. Densitas logam ini hanya 2,7 g/cm atau kalau dikonversikan ke kg/m menjadi
3

2.700 kg/m . Kepadatan yang relatif kecil membuatnya ringan tapi sama sekali tidak mengurangi
kekuatannya.
Kekuatan Alumunium
Berbagai

paduan

logam

alumunium

memiliki

kekuatan

tarik

antara

70

hingga

700

mega

pascal. Kekuatan yang sangat besar. Sifat alumunium ini unik tidak seperti baja. Pada suhu rendah baja
akan cenderung rapuh tapi sebaliknya dengan alumunium. Pada suhu rendah kekuatannya akan
meninggkat dan pada suhu tinggi malah menurun.
Pemuaian Linier
Jika dibandingkan dengan logam lain, alumunium punya koefisien ekspansi linier yang relatif besar.
Mesin
Bahan alumunium sangat aplikatif untuk berbagai jenis mesing seperti tipe mesin drilling, potong, keprok,
bending, dan sebagainya.
Konduktivitas
Sifat konduktivitas panas dan listrik alumunium sangat baik. Luar biasanya lagi konduktor dari alumunium
beratnya hanya setengah dari konduktor yang terbuat dari bahan tembaga.
Reflektor
Alumunium adalah reflektor cahaya tampak yang baik. Sifat alumunium ini juga belaku untuk pemancaran
panas.
Tahan Karat (Korosi)
Alumunium bereakasi dengan oksigen di udara membentuk lapisan oksida tipis yang ampuh melindungi
badan logam dari korosi (selengkapnya di bawah)
Non Magnetik
Alumunium adalah bahan nonmagnetik. Karena sifatnya ini maka alumunium sering digunakan sebagai
alat dalam perangkat X-ray yang menggunkan magnet.
Tidak Beracun
Logam alumunium punya sifat tidak beracun sama sekali. Ia berada pada urutan ketiga setelah oksigen
dan silikon unsur yang paling banyak di kerak bumi. Beberapa senyawa alumunium juga secara alami
terbentuk dalam makanan yang kita konsumsi setiap hari.

Berikut

sifat

alumium

jika

bereaksi

dengan

senyawa

atau

unsur

yang

lain:

a. Reaksi Alumunium dengan Udara Bebas


Aluminium tidak bisa beraksi dengan udara kering, tetapi dalam udara yang lebih lembab ia akan
membentuk lapisan oksida di permukaannya. Jika sobat pernal lihat timbangan pasar yang terbuah
alumunium, timbangan tersebut pada saaat musim penghujan sering timbul lapisan oksida yang mirip
-8

kaya jamur. Lapisan yang terbentuk sangat tipis sekitar 10 m tetapi mampu mengcegah alumunium
darireaksi oksidasi lanjutan dan mencegahnya bereaksi dengan asam encer. lapisan tipis ini juga tidak
dapat ditembus air. Hal tersebut sangat berbeda dengan besi yang menciptakan lapisan oksida yang
berlubang sehingga mudah terjadi korosi besi. Alumunium yang terkar oleh oksigen gakan menghasilkan
kilauan cahaya.
b. Reaksi Aluminium dengan Air.
Salah satu sifat alumunium yang unik adalah dalam keadaan murni ia tidak bereaksi dengan air tetapi
dalam bentuk campurannya bisa bereaksi dengan air (korosi). Contohnya seperti pada campuran
Amalgam aluminium (Al-Hg) digunakan sebagai zat reduktor karena ia bisa bereaksi dengan ari.
c. Reaksi dengan Nitrogen
Aluminium dapat bereeaksi dengan nitrogen membenttuk aluminium nitrida.
2Al + N2 2AlN
d. Reaksi dengan Oksida Logam
Aluminium dapat mereduksi oksida logam seperti Fe2O3, Cr2O3, dan Mn3O4 menjadi logamnya dengan
o

mengeluarkan energi panas yang sangat tinggi. Pada reduksi Fe2O3 dihasilkan suhu hingga 3.000 C.
Dengan suhu setinggi itu, logam besi (Fe) dapat meleleh dan bisa digunakan untuk mengelas logam.
Proses oksidasi ini disebut dengan proses termit. Reaksinya
Fe2O3 + 2Al Al2O3(s) + Fe(l) H = -852kJ
e.

Reaksi

dengan

Asam

dan

Basa

Sifat alumunium salah satunya bisa laruta dalam basa kuat dan asam kuat seperti sodium hidroksida
(NaOH) dan asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4) berikut reaksinya
2AL
2Al

2NaOH
+

6HCl

2H2O

2NaAlO2 +

2AlCl3 +

2Al + 3H2SO4 Al2(SO4)3 + 3H2 (reaksi dengan H2SO4)

3H2 (reaksi
3H2 (reaksi

dengan
dengan

NaOH)
HCl)

Sifat Kimia Dan Sifat Fisika Aluminium


ALUMINIUM

v Sifat Fisika
Aluminium memiliki sifat fisika seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut:
NO

Sifat

Nilai

Jari-jari atom

Volume atom

10 cm/gr.atm

Density (660oC)

2,368 gr/cm3

Density ( 20oC)

2,6989 gr/cm3

Potensial elektroda (25oC)

-1,67 volt

Kapasitas panas (25oC)

5,38 cal/mol oC

Panas pembakaran

399 cal/gr mol

Tensile strength

700 MPa

Kekerasan brinnel

12-16 skala mehs

10

Hantaran panas (25oC)

0,49 cal/det oC

11

Valensi

12

Kekentalan (700oC)

0,0127 poise

13

Panas peleburan

94,6 cal/gr

14

Panas uap

200 cal/gr

15

Massa atom

26,98

16

Titik lebur

660oC

17

Titik didih

2452oC

18

Tegangan permukaan

900 dyne/cm

19

Tegangan tarik

4,76 kg/mm

v Sifat Kimia
Aluminium mempunyai nomor atom 13, dan massa atom relatif 26,98. Aluminium juga bersifat amfoter.
Ini dapat ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut:
a.

Al2O3 + 3H2SO4 Al2(SO4)3 +

b.

Al2O3 + 6NaOH

3H2O

2Na3AlO2 +

6H2O

v Aluminium merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga mudah teroksidasi. Karena sifat
kereaktifannya maka Aluminium tidak ditemukan di alam dalam bentuk unsur melainkan dalam bentuk
senyawa baik dalam bentuk oksida Alumina maupun Silikon.
v Sifat-sifat Aluminium yang lebih unggul bila dibandingkan dengan logam lain adalah sebagai berikut:
o

Ringan

Massa jenis Aluminium pada suhu kamar (29oC) sekitar 2,7 gr/cm3.
o

Kuat

Aluminium memiliki daya renggang 8 kg/mm3, tetapi daya ini dapat berubah menjadi lebih kuat dua kali
lipat apabila Aluminium tersebut dikenakan proses pencairan atau roling. Aluminium juga menjadi lebih
kuat dengan ditambahkan unsur-unsur lain seperti Mg, Zn, Mn, Si.
o

Ketahanan Terhadap Korosi

Aluminium mengalami korosi dengan membentuk lapisan oksida yang tipis dimana sangat keras dan
pada lapisan ini dapat mencegah karat pada Aluminium yang berada di bawahnya. Dengan demikian
logam Aluminium adalah logam yang mempunyai daya tahan korosi yang lebih baik dibandingkan
dengan besi dan baja lainnya.
o

Daya Hantar Listrik Yang Baik

Aluminium adalah logam yang paling ekonomis sebagai penghantar listrik karena massa jenisnya dari
massa jenis tembaga, dimana kapasitas arus dari Aluminium kira-kira dua kali lipat dari kapasitas arus
pada tembaga.
o

Anti Magnetis

Aluminium adalah logam yang anti magnetis.


o

Toksifitas

Aluminium adalah logam yang tidak beracun dan tidak berbau.


o

Kemudahan dalam proses

Aluminium mempunyai sifat yang baik untuk proses mekanik dari kemampuan perpanjangannya, hal ini
dapat dilihat dari proses penuangan, pemotongan, pembengkokan, ekstrusi dan penempaan Aluminium
o

Sifat dapat dipakai kembali

Aluminium mempunyai titik lebur yang rendah, oleh karena itu kita dapat memperoleh kembali logam
Aluminium dari scrap.

Vous aimerez peut-être aussi