Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Megakolon adalah pengembangan abnormal oleh kolon (satu bahagian
daripada usus besar) yang disebabkan oleh tersumbat secara mekanikal.
Pengembangan selalu diiringi paralisis oleh pergerakan peristalsis usus,
menyebabkan sembelit kronik. Dalam kasus yang lebih ekstrim, najis
mengeras di dalam kolon, dipanggil fekaloma yang memerlukan pembedahan
untuk dibuang. Kolon manusia dianggap sebagai luar biasa membesar jika
diameternya melebihi 12 cm di sekum, melebihi 6.5 cm di kawasan
rektosigmoid dan melebihi 8 cm di kolon menaik (Wikipedia, 1 Februari
2008).
Menurut catatan Swenson, 81, 1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah
laki-laki. Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor
keturunan pada penyakit ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga).
Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit
Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup
signifikan yakni Down Syndrome (5-10 %) dan kelainan urologi (3%). Hanya
saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks
vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3
kasus) (Budi Irwan, 2003).
Pasien dengan penyakit Hirschsprung pertama kali dilaporkan oleh
Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah
Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun
1863. Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas.
Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa
megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan
peristaltik dibagian distal usus akibat defisiensi ganglion. Hirschsprung terjadi
pada 1/5000 kelahiran hidup.

Insidensi Hirschsprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi


berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia
200 juta dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun
akan lahir 1400 bayi dengan penyakit Hirschsprung. Kartono mencatat 20-40
pasien penyakit Hirschprung yang dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto
Mangunkusomo Jakarta. Mortalitas dari kondisi ini dalam beberapa dekade ini
dapat dikurangi dengan peningkatan dalam diagnosis, perawatan intensif
neonatus,

teknik

pembedahan

dan

diagnosis

dan

penatalaksanaan

Hirschsprung dengan enterokolitis (Medicine and Linux, 01 September 2007)/


Karekteristik megakolon didapat pada anak-anak adalah akibat dari
kombinasi latihan BAB (Buang air besar) yang salah dan gangguan mental
dan emosional yang dikarenakan oleh anak tersebut tidak mau mencoba untuk
BAB. Administrasi dosis laksatif yang gagal untuk menyelasaikan masalah
secara permanen dan dalam masa yang panjang rectum anaknya akan dipenuhi
feses yang padat dan kolon menjadi besar secara progresif. Setelah bagian
kolon yang menggelembung dikosongkan, rawatan primer untuk kelainan ini
adalah psychiatric dan termasuk merujuk anak tersebut menerima latihan
tersebut Megakolon pada dewasa biasa disebkan oleh mengambil obat-obat
tertentu, fungsi tyroid yang abnormal, DM (Diabetes millitus, scleroderma
atau amyloidosis. Berbagai prosedur pembedahan untuk membaikkan kondisi
ini ( FK UII, 10 Desember 2006) Namun hingga saat ini, belum ada satupun
parameter atau system penilaian fungsi anorektal yang diterima secara
universal guna mengevaluasi tingkat keberhasilan tindakan bedah definitive.
Sehingga masih sulit dalam memberikan perawatan pada klien.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel
sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan
ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit
Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan
pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm
dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki laki dari pada perempuan.
( Arief Mansjoeer, 2000 ).
Hirschsprung atau Mega Colon , namun pada intinya sama yaitu
penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan
tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
2.2 Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu
sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering
terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan
sub mukosa dinding plexus.
2.3 Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga

mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya


akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal
sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden,
2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul
didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal
terhadap

daerah

itu

karena

terjadi

obstruksi

dan

menyebabkan

dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).


Pathway

2.4 Manifestasi Klinis


- Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 28 jam
pertama setelah lahir.
- Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan
empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
- Obstruksi total saat lahir dengan muntaah
- Distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium
- Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi,
muntah dan dehidrasi.
- Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang
diikuti dengan obstruksi usus akut.
- Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
- Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas.
- Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat
dan diareberbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
1. Anak anak
a Konstipasi
b Tinja seperti pita dan berbau busuk
c Distenssi abdomen
d Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden,
2002 : 197 ).
2. Komplikasi
a Obstruksi usus
b Konstipasi
c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d Entrokolitis
e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden,
2002 : 197 )

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan :
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang
menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan
mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada
Penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase
( Darmawan K, 2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja,
kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan
akan terjadi pembusukan.
2.6 Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di
usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan
motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk


melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya
usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat
berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan
setelah operasi pertama (Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
c Beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur
yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang
normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah
( Darmawan K 2004 : 37 )
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe
pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal,
perhatikan utama antara lain :
a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini
b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana
pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis
anak anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan
sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan
pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet
rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan
nutrisi parenteral total ( NPT )
3.

Penatalaksanaan pembedahan
Pembedahan pada penyakit hirschprung dilakukan dalam dua
tahap. Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barell sehingga
tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal
(memerlukan waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan).

Bila umur bayi itu antara 6 sampai 12 bulan (atau bila beratanya antara 9
sampai 10 kg). satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara
memotong usus aganglionik dan menganastomosiskan usus yang
berganglion ke rectum dengan jarak 1cm dari anus.prosedur duhamel
umumnya dilakukan terhadap bayi yang beusia kurang dari 1tahun.
Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosiskan di belakang usus aganglionik.
Mencipatakan

dinding

ganda

yang

terdiri

dari

selubung

aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang di tarik tersebut.


Pada prosedur swenson , bagian aganglionik itu di buang. Kemudian
dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon yang berganglion dengan
saluran anal yang dilatasi. Sfingterotomi dilakukan pada bagian posterior .
Pada prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan
merupakan prosedur yang paling banyak digunakan untuk mengobati
hirschprung . Dinding otot dari segmen rectum dibiarkan tetap utuh. Kolon
yang bersyaraf normal di tarik sampai ke anus, tempat dilakukannya
anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang
tersisa.(Linda Asowden.2002
Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan adalah melakukan
spuling

dengan

air

garam

fisisologis

hangat

setiap

hari.

Dan

memepertahankan kesehatan pasien dengan memberikan makanan yang


cukup bergizi serta mencegah infeksi.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HISPRUNG
I. Pengkajian.
1. Identitas.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan
dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai
sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh
kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan
perempuan (Ngastiyah, 1997).
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang
sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24
jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala
lain adalah muntah dan diare.
b.

Riwayat penyakit sekarang.


Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi
total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan
evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan
dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu
atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga
yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen,
dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.

c.

Riwayat penyakit dahulu.


Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hirschsprung.

d.

Riwayat kesehatan keluarga.


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada
anaknya.

e.

Riwayat kesehatan lingkungan.


Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.

f.

Imunisasi.
Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit
Hirschsprung.

g.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

h.

Nutrisi.

3. Pemeriksaan fisik.
a.

Sistem kardiovaskuler.
Tidak ada kelainan.

b.

Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan.

c.

Sistem pencernaan.
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna
hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok
anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti
dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.

d.

Sistem genitourinarius.

e.

Sistem saraf.
Tidak ada kelainan.

10

f.

Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman.

g.

Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.

h.

Sistem integumen.
Akral hangat.

i.

Sistem pendengaran.
Tidak ada kelainan.

4. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.


II. DIAGNOSA
1. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon
mengevakuasi feces
2. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan
saluran pencernaan mual dan muntah
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
4. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya
Diagnosa Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder thd
insisi pembedahan
3. Risiko Konstipasi berhubungan dengan peristaltic usus yang tidak adekuat
4. Risiko Ketidakseimbangan volume cairan b.d prosedur tindakan
pemberian terapi cairan
5. Risiko infeksi b.d prosedur invasive dan pembedahan (incisi luka operasi)

III. Intervensi

11

1.

Setelah

1. Berikan

bantuan R/: Agar mempermudah

dilakukan

enema dengan cairan

dalam percernaan

asuhan

Fisiologis NaCl 0,9 %

makanan

keperawatan

2. Observasi tanda vital

dengan

dan bising usus setiap R/: Untuk mengetahui

kreteria:

2 jam sekali

keadaan klien

3. Observasi pengeluaran

1. Pasien

feces

dapat
melakukan
eliminasi

per

bentuk,

rektal

selanjutnya

konsistensi, R/: guna pemeriksaan lab

jumlah
4. Observasi intake yang

dengan

mempengaruhi

beberapa

pola R/: Untuk mengetahui

dan konsistensi feses

adapatasi

5. Anjurkan

2. Ada
peningkata
n pola

makanan yang boleh

untuk

menjalankan

dikonsumsi

diet

yang telah dianjurkan R/: untuk mempermudah


mempermudah

eliminasi

usus

yang lebih

2.

fungsi

baik

1. Berikan asupan nutrisi


1. Berat

yang

cukup

badan

dengan

pasien

dianjurkan

sesuai

diet

sesuai
yang

2. Ukur berat badan anak

dengan

2. Turgor kulit 3. Gunakan rute alternatif


pasien
pemberian
lembab
nutrisi( seperti NGT
3. Orang tua
bisa

berat

sesuiai

badan
dengan

umumnya

dan parenteral )

R/: agar turgor kulit klien


membaik
R/: Mengantisipasi pasien
yang
merasa

memilih

sudah
mual

mulai
dan

muntah

makanan

agar

tiap hari

umurnya

yang

R/:

di

anjurkan

12

1. Berikan
1. Turgor
kulit
lembab.
2. Keseimba
ngan
cairan.

asupan

cairan yang adekuat


R/:

pada pasien

agar cairan yang


masuk

dengan kebutuhan

2. Pantau tanda tanda


cairan

tubuh

tercukupi

yang

seimbang

R/: agar mengetahui


keadaan turgor kulit

turgor,

intake output
3. Observasi adanya
peningkatan mual

R/ : untuk mengetahui

dan muntah

pemasukan cairan yang

antisipasi devisit

masuk dalam tubuh

cairan tubuh dengan

segera

1. Beri kesempatan pada


keluarga
1.

2.

Penge
tahuan
pasien dan
keluarga
tentang
penyakitny
a,
peraw
atan dan
obat
obatan.

untuk

menanyakan
hal

hal

yang

ingn

R/:

agar

mengetahui

tentang

penyakit

hisprung

diketahui
sehubungan dengan
penyaakit

yang

dialami pasien
2. Kaji

pengetahuan

keluarga

tentang

R/: untuk mengetahui


sejauh

Mega Colon

mana

pengetahuan

tentang

hisprug
3. Kaji

latar

belakang

keluarga

R/:

agar

apakah
ada

mengetahui
sebelumnya

keluarga

yang

menderita hisprung
4. Jelaskan

tentang

proses penyakit, diet,

R/:

agar

memempermudah dalam

13

perawatan serta obat

obatan

penyembuhan

pada

keluarga pasien
5. Jelaskan

semua

R/:

agar

prosedur yang akan

memempermudah dalam

dilaksanakan

dan

penyembuhan

manfaatnya

bagi

pennjelasan

dengan

pasien
6.

Menggunakan liflet
atau gambar dalam
menjelaskan

R/

agar

mengerti

klien

lebih

tempat

terjadinya hisprung

14

INTERVENSI post Operasi


1.

Setelah

- Mengkaji skala nyeri

dilakukan

dengan face scale (0-

asuhan

5)

keperawatan
- Mengukur tanda-

keadaan klien

tanda vital

kreteria:
1. rasa nyeri

- Mengubah posisi

pada

selanjutnya
R/: untuk memberikan

klien sesuai yang

bagian

kenyamanan klien

diinginkan.

abdomen
- Mengevaluasi

memberikan
2.

skala nyeri klien


R/: Untuk mengetahui

dengan

hilang

R/: untuk mengetahui

R/: Untuk mengetahui


waktu istirahatnya

istirahat tidur klien

sara

nyaman pada
- Membatasi

klien

R/:

untuk

memberikan

ketenangan pada klien

pengunjung dan
membatasi petugas
yang menolong klien

2.
R/:

untuk

mengetahui

suhu klien
1. suhu
tubuh
klien
norma
l

- Mengukur suhu klien


- Memberi kompres

R/: untuk menstabilkan


tubuh klien

hangat pada dahi


,aksila dan daerah
inguinal

R/: untuk mengetahui


keadaan klien

- Mengobservasi KU

selanjutnya

15

R/:
- Mengukur peristaltic
usus klien
- Mengobservasi
tanda-tanda
distensi,kelambung

agar

mengetahui

gerakan

pristaltik

ususnya dah nomal

R/:

untuk

mengetahui

fungsi pristaltik

pada perut pasien


- Mengkaji pola
defekasi,jumlah dan

Untuk menetahui sejauh


mana fungsi usus besar

konsistensi
- Melakukan irigasi

R/: untuk memperlacar

melalui Rectal Tube

feses

dengan Nacl hangat

(konstipasi)

yang

keras

100 cc
- Memonitor keluaran
feses setelah irigasi

R/:

untuk

cairan

mengetahui

nacl

berfungsi

dengan baik

4
- Mempertahankan
kepatenan NGT dan
1. kebutuhan
cairan klien
terpenuhi
2. turgir kulit
lembab

RT

R/:

agar

tidak

saat

bergerak ngt lepas dan


terbuka

- Memantau tandatanda dehidrasi dan

R/:Untuk

kelebihan cairan

fungsii

mengetahui
usus

sudah

normal
- Mengganti cairan

5.

infus
- Mengatur tetesan
infus

R/:Untuk

memnghindari

dehidrasi
R/:Untuk
terjadinya

mengurahi
distensi

16

abdomen
- Mengukur jumlah
urine,cairan NGT klien
1. Nyeri
abdomen
berkurang
2. Infeksi
pada
abdomen
berkurang

R/:Untuk
lab

- Memeriksa turgor
kulit dan tanda edem

pemeriksaan

dan

mengetahui

input dan output


R/:Guna

pemeriksaan

selanjutnya

- Balance cairan
- Mencucui tangan

R/: mengehindari infeksi

sebelum dan
sesudah tindakan
- Memberi injeksi obat
penghilang nyeri
- Memonitor tandatanda infeksi
-

Mengukur
tanda vital

tanda-

R/:

menghilagkan

rasa

nyeri pada klien


R/:

Untuk

apakah

mengetahui
ada

infeksi

setelah pembedahan
R/:Untuk

pemeriksaan

selanjutnya

IV. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan setelah dilakukan
validasi, keterampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien
dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

17

V. EVALUASI
1.
2.
3.
4.
5.

Klien dapat melakukan eliminasi dengan baik


Kebutuhan klien nutrisi terpenuhi
Kebutuhan cairan klien terpenuhi
Pengetahuan pasien tentang penyakitnya menjadi lebih adekuat
Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis,
tidak mengalami gangguan pola tidur.

BAB 4
PENUTUP

18

4.1 KESIMPULAN
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya
sel sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan
ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik
serta tidak adanya evakuasi usus spontan

( Betz, Cecily & Sowden :

2000 ).
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu
sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering
terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik
dan sub mukosa dinding plexus.

4.2 SARAN
Dalam makalah ini kami menjelaskan kepada khususnya orang tua
sehingga mengetahui hal apa yang akan dilakukan jika mendapatkan kasus
seperti yang telah dijelaskan diatas, sehingga tidak menimbulkan persepsi
yang berbeda dari seharusnya.
Tulisan yang baik harus didasari atas kemempuan intelektual dan
jiwa seni dalam menulis sehingga pembaca dapat mengerti dari maksud
dan tujuan. Semoga bermanfaat bagi kita semua

DAFTAR PUSTAKA

19

Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media


Aesculapius FKUI
Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa
Monica Ester. Jakarta : EGC
Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto.
Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono
dkk.Jakarta : Bina Rupa Aksara
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I.
Jakarta : Infomedika Jakaarta.
Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV.
Sagung Seto
Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC

20

Vous aimerez peut-être aussi