Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstrak
Cekungan Sumatera Tengah merupakan salah satu penghasil minyak bumi
terbesar di Indonesia khususnya di daerah Minas, Duri, dan Langgak Riau.
Beberapa tahun belakangan ini, produksi minyak bumi di daerah tersebut
mengalami penurunan. Karena banyak di dapat sumur-sumur yang tidak aktif lagi
( sumur tua) tetapi masih mengandung minyak mentah sebanyak 30% hingga 60%
dari kandungan aslinya ( Purwono, 2008). Untuk mempertahankan produksi maka
perlu dalakukan kegiatan eksplorasi minyak bumi dengan menggunakan kajian
goekimia molekular yang dapat mengurangi resiko kegagalan ekploitasi minyak
bumi.
Geokimia molekuler merupakan parameter penting dalam studi korelasi
antar sumur produksi dari Cekungan Sumatera Tengah.Studi ini dimaksudkan
untuk mengetahui hubungan genetika minyak bumi antar sumur produksi dari
lapangan Minas, Duri, dan Langgak. Dalam penelitian ini sampel minyak mentah
diidentifikasi dengan analisis Kromatografi Gas (GC) dengan kromatogram yang
diperoleh menampilkan sidikjari (fingerprint) yang khas dari sampel minyak
bumi, selanjutnya digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya hubungan
genetika diantara minyakminyak dari sumur yang berbeda.
Diagram bintang merupakan metode yang digunakan untuk menunjukkan
adanya persamaan dan perbedaan genetik dari sampel teranalisis.Dari hasil
analisis, sampel minyak lapangan Duri berkorelasi positif dengan sampel minyak
lapangan Langgak. Sampel minyak bumi Duri dan Langgak berkorelasi negatif
dengan sampel minyak lapangan Minas.Dengan mengetahui adanya korelasi
minyak bumi, dapat membantu dalam tindakan pengurasan minyak (Enhanced Oil
Recovery) dengan cara yang sesuai.
untuk
menghasilkan dan mengeluarkan minyak. (tidak matang berarti sedikit atau tidak
bermigrasi dalam jumlah yang berbeda dan tipe minyak dan gas yang berbeda.
(Demaison 1984). Dengan kata lain, fasies bahan organic yang berbeda maka
dapat mengeluarkan dan menghasilkan jumlah minyak dan gas yang beberda.
Lipatan penghasil minyak bumi bisa juga disebut sebahgai dapur
hidrokarbon. Dimana tempat ini kaya akan bahan organik dari batuan asal yang
terpendam dengan temperatur yang cukup tinggi untuk menghasilkan dan
berpindah tempat (migrasi) minyak bumi dalam jumlah besar.
Suatu cekungan produksi dapat memiliki satu atau bahkan lebih lipatan
penghasil minyak bumi. Lipatan dikenal dengan bentuk perlapisan, atau peta
fasies organik, dan peta kematangan dari setiap interval batuan induk pada
cekungan. Sebagai contoh pemetaan kematangan terdapat pada Plate 1. Maksud
dari sukses pada peta ini berarti bahwa memungkinkan untuk meghasilkan aliran
minyak atau gas dari akumulasi di bawah permukaan tanah.
Plate 1A area yang tidak matang (immaturity) terdapat pada daerah batuan
induk serpih Kimmeridge dimana temperature tidak naik pada suhu diatas 93oC
(200o F) dan minyak yang yang dihasilkan berwarna kuning. Temperatur diatas
93oC menghasilkan warna cokelat kekuning-kuningan.
Plate 1B menunjukan pantulan vitrinit yang merupakan indikator pada
cekungan Illinois. Ro (reflectance organic) 0.6% menunjukan jendela minyak
(oil window).
Plate 1C merupakan peta kematangan pada gas., berbeda dengan ilustrasi
lainnya yang untuk minyak. Pada batuan induk Permian di cekungan Cooper
Australia, menghasilkan fasies organic gas. Dengan pantulan cokelat kekuningan
Ro antara 0.9 dan 2%. Ketidak matangan gas sama dengan matangnya minyak,
yakni berwarna kuning, dan yang kelewat matang pada gas berwana coklat.
Bagian A, B, dan C pada Plate 1 semuanya menunjukan migrasi vertikal
atau migrasi lateral jarak-pendek dari batuan induk ke batuan reservoir. Pada Plate
1D menunjukan migrasi serong jarak-panjang di sisi timur laut cekungan
Williston. Dari semua contoh Plat 1, lokasi lapangan gas dan minyak bumi
terbesar dapat dikorelasikan dengan identifikasi geokimia gas dan minyak bumi.
Penilaian prospek memerlukan pemodelan untuk seluruh proses penghasilan
hidrokarbon, pengeluaran, migrasi, perangkap, dan pengawetan.
Karbon dan Asal Usul Kehidupan
Karbon (dari carbo, berarti arang) adalah kelompokm keempat dari tabel
unsur periodic, yang berarti bahwa karbon memiliki empat elektron pada kulit
elektron terluar. Elemen yang paling stabil, atau kombinasi dari unsur-unsur, adalah
elemen yang mengandung
delapan
mengasumsikan
konfigurasi
elektron
(oktet)
di kulit
terluar. Karbon
yaitu,
dengan
membagi elektron dengan dirinya sendiri dan elemen lainnya. Selain itu, karbon juga
2. Kulit elektron terluar silicon mudah diserang oleh air, oksigen atau
ammonia, sehingga rantai elektron menjadi tidak stabil pada senyawa
tersebut.
3. Silicon tidak mampu untuk membentuk dua ikatan dengan oksigen untuk
menghasilkan monomer SiO2 dengan cara yang sama seperti karbon
membentuk gas CO2.
Bumi Primitif
Bumi diyakini setua meteorit dan timbal di daratan, sekitar 4.6 Ga (109
tahun lalu) (Patterson 1956). Bumi memiliki komposisi 90% besi, oksigen, silikon
dan magnesium dan 10% semua elemen alam.
Diferensiasi mungkin
paling signifikan
dalam
sejarah bumi. Hal tersebut itu mengarah pada pembentukan kerak dan benua. diferensiasi
mungkin memulai meloloskan gas dari interior, yang akhirnya mengarah pada
pembentukan atmosfer dan lautan (Press dan Siever 1986, hal. 12). Tidak pernah ada
batuan di bumi yang umurnya lebih tua dari sekitar 3.8 Ga, mengingat batuan di
bulan memiliki rentan umur dari 3.1 sampai 4.6 Ga.
Hidrogen membentuk sulfida besi dan juga dihancurkan oleh reaksi fotokimia
termasuk ammonia dan metan, sehingga tekanan parsial yang akan menjadi rendah.
hidrogen secara bertahap menyebar ke luar angkasa dan uap air terkondensasi,
meninggalkan nitrogen dioksida dan karbon sebagai komponen utama atmosfer. Sekitar
Kehidupan Primitif
Baru-baru ini ditemukan bukti kehidupan yakni stromatolit pada 3.5 Ga
kelompok Warrawoona barat laut Australia (Walter 1983).sekitar 3.8 Ga telah
terjadi peningatan rasio cahaya (12C) untuk berat (13C) isotop karbon bahan
organik dari batuan sedimen, dibandingkan dengan rasio karbon purba. Dan saat
itulah kemungkinan kehidupan dimulai (Schidlowski 1988)
Organisme pertama disebut prokaryotes karena bahan genetik yang tidak
beraturan pada inti sel dan tidak berkelamin. Prokaryotes pertama disebut
photoaoutotroph, yaitu adalah suatu organisme yang menggunakan cahaya
sebagai sumber cahayanya dan CO2 sebagai sumber utama dari sel karbon
(CH2O). Menurut Schopf (1983),
CO2 + 2H2S
Light
[CH2O] + 2S + H2O
Fotosintesis bakteri
Kejadian kedua yang paling penting setelah prokaryotes adalah
pertumbuhan yang menyerupai klorofil reaksi inti pada prokaryotes dengan
potensi redoks yang mampu memisah air yang hadir pada cahaya.
CO2 + H2O
klorofil + cahaya
[CH2O] + O2
Chapman dan Schopf (1983, hal. 318) menunjukan bahwa perintis bakteri
primitive nonsulfur ungu mungkin telah menjadi produsen oksigen pertama.
Termasuk cyanobacteria (alga biru-hijau), tidak mungkin dapat berkembang
tanpa
membangun
lingkungan
oksigen.tersebarnya
oksigen
di
atmosfer
menyebabkan 3 peristiwa biologi yang sangat penting yakni asal mula organisme
eukaryote, kromosom dan inti sel dibandingkan dengan kehidupan yang tinggi.
Chemoautotrophs aerobik datang setelah oksigen tersedia dari fotosintesis
tanaman hijau. Selain itu, juga mampu mensintesis bahan organik dalam ketiadaan
cahaya, menjadi aktif sebagai berikut (Jannasch dan Wirsen 1979) :
CO2 + O2 + 4H2S
[CH2O] + 4S + 3H2O:
Bakteri kemosintesis
Proses ini mengakibatkan kaya akan kelompok hewan di kegelapan pada
lantai samudera di sekeliling zona pemekaran dengan mata air panas bawah
laut.batu induk yang kaya akan minyak bumi mengakibatkan meluasnya periodik
kondisi anoksik.
Potensi Minyak Bumi pada Precambium Rock.
Banyak hidrokarbon yang terdapat pada batuan muda dan migrasi ke
reservoir prekambrium. Lopatin (1980) menyatakan serpih minyak pada
pterozoikum di rusia. Pada tahun 1986 dilaporkan minyak yang berumur paling
tua
berasal
dari
batuan
sedimen
prekambrium
Australia
yang
tidak
Chromatography
dengan
mengetahuinya
dari
kromatogram
yang
dihasilkan.Prinsip dasar dari klasifikasi dan korelasi minyak bumi adalah atas
dasar komposisi kimia hidrokarbon dari masing-masing minyak bumi. Kemiripan
asal usul minyak bumi dapat dilihat dengan menggunakan diagram bintang dan
dendogram dari senyawa hidrokarbon dan senyawasenyawa biomarker masingmasing sumur. Contohnya rasio dari biomarker pr/ph yang dapat diidentifikasi
dengan menggunakan sidikjari oilChromatography. Keuntungan menggunakan
biomarker untuk korelasi adalah banyaknya senyawa yang spesifik yang dapat
digunakan untuk korelasi ( Hunt,1979 ). Korelasi positif membuktikan sampelsampel tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain, sedangkan korelasi negatif
menunjukkan bahwa sampel-sampel minyak bumi tidak mempunyai keterkaitan
satu sama lainnya (Tamboesai, 2002).
Whole oil chromatogram ini terdiri fraksi saturat, aromat, dan residu yang
belum terpisah. Sidik jari whole oils hidrokarbon berada pada kisaran C2C45.
Untuk penentuan puncak alkana siklik maupun asiklik, biomarker Pr, Ph,
dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi dari data yang telah didapat.
Fraksi aromat identik dengan puncak yang rendah sedangkan fraksi saturat identik
dengan puncak yang tinggi (Tamboesai, 2002) Hasil analisis Kromatografi Gas
terhadap sampel minyak bumi dari lapangan Minas, Langgak dan Duri diperoleh
data Pr/Ph, Pr/n- C17, dan Ph/n-C18 untuk masing-masing sampel teranalisis yang
digunakan dalam menentukan lingkungan pengendapan dan batuan sumbernya
berdasarkan dari perbandingan rasio tinggi puncak (Tabel 1).