Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Siklus Pengeluaran terdiri dari: transaksi pembelian dan transaksi pengeluaran kas.
Pembelian dan pengeluaran kas mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan
keuangan. Manajemen membuat asersi implisit atau eksplisit tentang transaksi dan saldo
siklus pengeluaran dan laporan keuangan perusahaan. Kebanyakan audit atas siklus
pengeluaran mencakup tujuan utama yang tergantung pada situasi klien.
Menurut ISA, proses audit terdiri dari 3 tahap yaitu penilaian risiko, menanggapi risiko dan
pelaporan. Pada siklus pengeluaran ini, akan dibahas 2 tahap saja yaitu penilaian risiko dan
menanggapi risiko.
A. Penilaian Risiko
Penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan (siklus pengeluaran: transaksi pembelian dan pengeluaran kas). Dalam siklus
pengeluaran, prosedur yang dilakukan dalam menilai risiko yaitu:
Pemahaman Bisnis dan Bidang Usaha Klien
Sebelum merancang program program audit pengeluaran, auditor harus mempertimbangkan
bisnis klien untuk mengerti arti penting siklus pengeluaran perusahaan yang diaudit. Hal ini
akan membantu dalam memahami risiko bisnis klien, mengevaluasi apakah manajemen
cukup memperhitungkan risiko tersebut, dan merancang pengujian audit yang tepat.
Pentingnya pemahaman atas bisnis dan usaha klien yang masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda. Pemahaman terhadap bidang usaha klien akan membantu auditor
dalam mempertimbangkan:
1. Materialitas siklus pengeluaran bagi pemakai laporan keuangan
2. Risiko bawaan dalam siklus pengeluaran
3. Pengendalian intern kunci yang seharusnya ada untuk menghadapi resiko bisnis
Mengidentifikasi dan Menilai Risiko Bawaan
Dalam menetapkan risiko bawaan untuk asersi-asersi siklus pengeluaran, auditor harus
mempertimbangkan faktor-faktor penting yang bisa mempengaruhi asersi-asersi di seluruh
laporan keuangan. Faktor-faktor yang bisa memotivasi manajemen untuk menyalahsajikan
asersi-asersi siklus pengeluaran:
1. Tekanan untuk melakukan kurang saji biaya agar bisa laporan keuangan memenuhi
target laba atau norma industri tertentu yang dalam kenyatannya tidak tercapai
dikarenakan kondisi ekonomi.
2. Tekanan untuk melakukan kurang saji utang agar bisa membuat laporan yang
menunjukkan modal kerja lebih tinggi pada saat perusahaan menghadapi masalah
likuiditas
3. Kecurangan karyawan melalui pengeluaran kas tanpa persetujuan yang sah
4. Volume transaksi yang banyak
5. Pembelian dan pengeluaran kas bisa dilakukan tanpa otoritas yang sah
6. Pembelian aktiva yang bisa diselewengkan
7. Pembayaran faktur dari penjual yang sebenarnya tidak dilunasi
8. Persoalan akuntansi yang meragukan
Auditor harus bisa mempertimbangkan faktor-faktor diatas pada saat menentukan risiko
bawaan untuk siklus pengeluaran.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis ini efektif untuk mengidentifikasi akun pada siklus pengeluaran yang salah
saji. Risiko Prosedur Analitis adalah elemen risiko deteksi berupa kegagalan risiko deteksi
berupa kegagalan prosedur untuk mendeteksi kekeliruan material. Berikut ini merupakan
prosedur analitis yang biasanya digunakan dalam audit siklus pengeluaran.
B. Menanggapi Risiko
Pada ISA 330.6 dinyatakan bahwa auditor wajib merancang dan melaksanakan
prosedur audit selanjutnya yang sifat, waktu pelaksanaan dan luasnya didasarkan atas
dan merupakan tanggapan terhadap risiko salah saji material yang dinilai di tingkat
asersi.
Ada 2 prosedur dalam menanggapi risiko yaitu substantive procedure dan test of
control.
1. Substantive procedure
Prosedur substantive dirancang oleh auditor untuk mendeteksi salah saji yang
material, dideteksi pada tingkat asersi.
Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Detail
Utang
dagang
dipengaruhi
oleh
transaksi
pembelian
yang
menyebabkan
Prosedur analitis
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk menaksir saldo utang dagang
dan menetapkan hubungan antara utang dagang dengan rekening-rekening kunci
lainnya seperti pembelian atau persediaan. Prosedur analitis yang dilakukan pada
tahap akhir bertujuan menjamin bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian detil
adalah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.
Pengujian Detil Transaksi
Dalam melaksanakan pengujian, auditor menitikberatkan pada usaha medeteksi
kurang saji dalam pencatatan utang dan utang yang tidak dicatat. Seberapa luas
pengujian tergantung pada tingkat risiko deteksi pada masing-masing asersi-asersi
bersangkutan.
Pencocokan Utang dalam Pembukuan ke Dokumen Pendukung
Dalam pengujian ini, pengkreditan dalam rekening utang dagang dicocokkan ke
dokumen pendukung yang ada pada arsip klien, seperti faktur penjual, laporan
penerimaan barang dan order pembelian. Pendebetannya dicocokkan ke dalam
dokumen pengeluaran kas, seperti bukti pengeluaran cek, memo dari penjual dan
potongan lainnya. Pengujian ini akan menghasilkan bukti untuk tujuan audit yang
berkaitan dengan empat dari lima asersi,terkecuali asersi kelengkapan.
Pengujian Pisah Batas Pembelian
Bertujuan untuk memastikan bahwa pembelian yang terjadi di seputar tanggal tutup
buku telah dicatat pada periode yang tepat. Pengujian ini biasanya dilakukan untuk
masa lima sampai 10 hari sebelum atau sesudah tanggal tutup buku. Bukti dari
pengujian ini berkaitan dengan asersi keberadaan atau ketersediaan dan asersi
kelengkapan utang dagang. Dalam melaksanakan pengujian ini auditor harus
menentukan bahwa pisah batas yang tepat telah dilakukan pada saat klien melakukan
perhitungan fisik persediaan maupun dalam pencatatan transaksi pembelian
Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas
Pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh melalui observasi langsung
atau review atas dokumen-dokumen intern. Penelusuran juga dapat dilakukan dengan
5
menelusuri cek-cek dibayar dalam periode waktu beberapa hari sebelum dan sesudah
tanggal neraca ke tanggal pencatatan cek tersebut dalam pembukuan. Bukti yang
diperoleh dari pengujian ini juga berkaitan dengan asersi-asersi keberadaan atau
keterjadian dan asersi kelengkapan utang dagang.
Pencarian utang tidak dicatat
Terdiri dari prosedur-prosedur yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi
kewajiban per tanggal neraca yang dicatat.
Pembayaran kemudian. Pemeriksaan atas pembayaran-pembayaran kemudian terdiri
dari pemeriksaan atas cek-cek yang diterbitkan atau voucher yang dibayar setelah
tanggal neraca. Pengujian ini dilakukan sampai dengan akhir tanggal pekerjaan
lapangan untuk memperbesar kemungkinan memperoleh bukti tentang utang secara
sengaja atau kurang teliti sehingga tidak dimasukkan kedalam utang pada tanggal
laporan keuangan.
Prosedur-prosedur lain. Dokumen-dokumen pendukung utang yang telah dicatat,
tetapi masih belum dibayar sampai tanggal terakhir pekerjaan lapangan juga harus
diperiksa dengan pengujian. Prosedur-prosedur yang bisa membawa pada
pembuktian adanya hutang tidak dicatat, meliputi: menyelidiki order pembelian yang
tidak lengkap dokomen pendukung lainnya, mengajukan pertanyaan pada personil
akuntansi dan pembelian tentang utang yang tidak dicatat, mereview anggaran aktiva
tetap,perintah kerja dan kontrak pembangunan untuk mencari bukti adanya utang
yang tidak dicatat.
Pengujian Detil Saldo
Pengujian ini meliputi dua kategori, yaitu:
Konfirmasi Utang Dagang
Pengiriman konfirmasi dalam audit terhadap utang dagang tidak merupakan prosedur
yang harus dilakukan auditor. Prosedur ini bersifat opsional karena 1) konfirmasi
tidak dapat menjamin bahwa utang yang tidak dicatat dapat terdeteksi 2) bukti
eksternal berupa faktur dan laporan bulanan dari penjual biasanya telah tersedia
untuk sebagian besar utang. Auditor harus mengawasi pembuatan dan pengiriman
permintaan konfirmasi dan harus menerima jawaban secara langsung dari respoden.
2. Test of control
Uji pengendalian dilakukan auditor untuk mengumpulkan bukti mengenai
berfungsinya secara efektif pengendalian internal. Uji pengendalian meliputi
pemilihan sejumlah sample transaksi atau dokumen pendukung yang representative
untuk:
a. Mengamati berfungsinya prosedur pengendalian internal
b. Menginspeksi bukti bahwa prosedur pengendalian internal memang dilakukan