Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem
pengatur utama yaitu sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin
(Guyton & Hall, 1997). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh
yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan
cepat dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton &
Hall, 1997).
Sistem hormonal yang berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi
metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau
pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall, 1997). Hormon
tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem
endokrin.
Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam
metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon
tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan
berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan
penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah
normal dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan
naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di
atas normal (Guyton & Hall, 1997). Keadaan ini dapat timbul secara spontan
maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price &
Wilson, 2006).
1.2
Tujuan
b.
c.
d.
e.
f.
1.3
Implikasi Keperawatan
Sistem endokrin berinteraksi dengan system saraf untuk mengatur dan
Bab. 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Corwin (2009) yang disebut hipertiroidisme adalah suatu penyakit
yang tejadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi.
Hipotiroidisme adalah suatu kelainan yang relative sering ditemukan degan
ditandai oleh ketidakcukupan produksi hormone tiroid. Kekurangan produksi
hormone tiroid paling sering disebakan oleh kegagalan tiroid primer tetapi juga
dapat disebakan oleh penurunan sekresi TSH karena insufisiensi hipofisis
(hipotiroidisme sekunder) atau kegagalan hipotalamus dalam melepaskan TRH
(hipotiroidisme tersier) (Stein, 2001).
Hipotiroidisme merupakan keaadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai
optimal (Brunner & Suddarth, 2002). Sedangkan menurut Price (2006) Hipotiroid
adalah defisiensi produksi hormon dari kelenjar tiroid.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa hipotiroid
merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh penurunan hormon tiroid yang
ditandai dengan ketidakcukupan produksi hormon tiroid karena hormon tiroid
berada di bawah nilai optimal.
2.2 Epidemiologi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu
kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri . Sebagian besar penderita
hipotiroidisme primer berusia 40 hingga 70 tahun dan biasanya ditemukan
mengalami hipotiroidisme ringan sampai sedang yang telah berjalan lama.
Hipotiroidisme lima kali lebih sering menyerang wanita dibandingkan laki-laki
dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun.
2.3 Etiologi
Ada empat penyebab terjadinya hiptiroidisme, yaitu:
A. Malfungsi kelenjar tiroid
4
Kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan
TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior
dan hipotalamus.
B. Malfungsi hipofisis
Malfungsi hipofisis menyebabkan rendahnya kadar TSH yang akan
menurunkan kadar HT dalam darah.
C. Malfungsi hipotalamus
Malfungsi hipotalamus menyebabkan rendahnya kadar TSH, dan TRH
yang akan menurunkan kadar HT dalam darah.
D. Karena sebab lain, seperta farmakologis, defisiensi yodium dll
Defisiensi yodium akan mengganggu kelenjar tiroid untuk menghasilkan
hormon tiroid yang nantinya akan menurunkan kadar T 3, T4 dan
Tirokalsinonin. Pada defisiensi iodium terjadi gondok karena sel-sel tiroid
menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua
iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar
TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik kekurangan yodium
jangka panjang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif.
Sedangakan penggunaan obat-obat farmakologis antitiroid akan menekan
sekresi hormon tiroid sehingga terjadi ketidak adekuatan sekresi hormon
tiroid. Dinegara barat seperti Amerika Serikat, ditemukan pula penyebab lain
hipotiroid, yaitu penyakit Hashimoto, yang disebut juga hipotiroid autoimun,
terjadi akibat adanya autoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal
ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH
akibat umpan balik negatif yang minimal, penyebab tiroiditis autoimun tidak
diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecendrungan genetik untuk mengidap
penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis
Hashimoto. Pada tiroiditis hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan
hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah
kelenjar yang masih berfungsi. Penyebab kedua tersering adalah pengoabatan
terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan
cederung menyebabkan hipotiroidisme.
5
(RAI)
untuk
merawat
penyakit
Goiter
penyembuhan
8
Tiroiditis
setelah
Hashimoto,
tiroiditis,
fase
defisiensi
yodium
b. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi
setelah pemberian yodium radioaktif atau
Hipotiroidisme kelenjar
primer
hipofisis
(pituitari)
jumlah
tiroksin
yang
cukup.
radiasi
atau
pembedahan
yang
bebas).
Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan
tersier
3. Agenesis tiroid.
4. Dishormogenesis tiroid.
5. Kurang iodium berat di daerah endemik.
6. Kadang-kadang hipofungsi hipotalamik-hipofisis.
Gejala-gejalanya meliputi:
1. Ikterus neonatal berkepanjangan, latergi, sukar minum, kulit kering dan
tebal, pot belly, hernia umbilikalis;
2. Bila tidak lekas diobati akan terjadi gejala-gejala seperti obstipasi, suara
tangisserak, lidah tebal, hipotermia, dan otot-otot lemah.
3. Bila berkelanjutan sampai umur satu tahun, pertumbuhan menjadi
terlambat, meliputi pertumbuhan gigi, kemampuan duduk, merangkak
dan berbicara.
B. Hipotiroidisme juvenil
Mulai terjadinya biasanya pada masa anak-anak (childhood) sampai
pubertas.
Penyebab
tersering
adalah
tiroiditis
autoimun,
dan
diakibatkan
oleh
Penyebabnya
adanya
adalah
penimbunan
tiroiditis
autoimun,
bahan
pasca
tiroidektomi parsial, pasca terapi iodium radioaktif, dan obat anti tiroid.
Gejala pada hipotiroid jenis ini adalah terjadinya berangsur-angsur. Gejala
ringan dapat berupa edema, dan bradikardi. Keadaan lebih lanjut
menunjukkan gejala-gejala seperti toleransi terhadap dingin menurun,
nafsu makan menurun, berat badan naik, menoragi, parau, lelah,
pendengaran menurun, galaktore, kerotenemia, sulit berkonsentrasi. Pada
keadaan berat terjadi tuli, ptosis, miopati, refleks menurun, psikosis, efusi
sendi, efusi pleura, efusi perikardial, edema anakarsa.
10
D. Hipotiroidisme Kongenital
Hipotiroid kongenital adalah suatu keadaan hormon tiroid yang tidak
adekuat pada bayi baru lahir sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
tubuh yang dapat disebabkan oleh kelainan anatomi kelenjar tiroid,
kelainan genetik, kesalahan biosintesis tiroksin serta pengaruh lingkungan
(Tim Penyusun FKUI, 2006). Gangguan pertumbuhan dan retardasi mental
merupakan gejala yang tersering dan dan yang paling dirasakan (Brunner
& Suddarth, 2002). Namun selain itu terdapat pula gejala-gejala yang
tampak secara fisik seperti pembesaran kelenjar tiroid atau gondok,
frekuensi buang air besar yang berkurang, suara serak, kulit dan rambut
tampak kering, anak tampak pucat dan frekuensi denyut jantungnya lebih
jarang dari anak normal.
2.6 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Pada dasarnya sistem
kerja hormon tiroid dimulai dari Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing
Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior kemudian Hipofisis anterior
mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang
kelenjar tiroid lalu kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3
dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan
yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf,
metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja
daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang
rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi
karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
11
terhadap
hipertiroidisme.
Baik
yodium
radioaktif
maupun
ADP dan ATP akan menurun sehingga menyebabkan kelelahan serta terjadinya
penurunan fungsi pernapasan yang berujung pada depresi ventilasi dan timbul
dispneu kemudian pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP dan ADP dalam
tubuh juga berdampak pada sistem sirkulasi tubuh terutama jantung karena suplai
oksigen ke jantung ikut berkurang dan terjadilah bradikardia, disritrmia dan
hipotensi. Gangguan pada sistem sirkulasi juga dapat menyebabkan gangguan
pada sistem neurologis yaitu terjadinya gangguan kesadaran karena suplai oksigen
yang menurun ke otak. Selain itu gangguan metabolisme juga menyebabkan
gangguan pada fungsi gastrointestinal dan pada akhirnya dapat menyebabkan
menurunnya
fungsi
peristaltik
usus
sehingga
menimbulkan
konstipasi.
Metabolisme yang terganggu juga berdampak pada turunnya suhu tubuh karena
produksi kalor yang menurun sehingga terjadi intoleransi suhu dingin.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkat hormon
tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Hormon tiroid biasanya
berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan tiroidisme biasanya
menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal
dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
2.7 Komplikasi dan Prognosis
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran
hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi
semua gejala (Corwin, 2009).
Ada juga risiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
mencakup
penggantian
hormon
yang
berlebihan,
ansietas,
atrofi
otot,
osteoporosis, dan fibrilasi atrium. Untuk prognosis penyakit ini biasanya respon
terhadap pengobatan umumnya baik sehingga pasien bisa kembali hidup normal
bila terus mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter.
13
2.8 Pengobatan
Tujuan
primer
penatalaksanaan
hipotiroidisme
adalah
memulihkan
pada
hipotiroidisme
dewasa
dapat
dilakukan
dengan
b.
c.
2. Pemeriksaan TSH
TSH Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk
membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid
menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji
sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai
penyakit tiroid (Rumahorbo, 1999). Dengan mengetahui kadar TSH, maka
dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal.
Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer.
Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid.
B. Pemeriksaan Radiologis
Ambilain iodium radioaktif dan scan tiroid biasanya tidak banyak
manfaatnya pada hipotiroidisme. Tetapi Scan harus dilakukan jika terdapat
keraguan mengenai nodularitas tiroid. Scan tiroid bermanfaat untuk mendeteksi
kelainan anatomi, jaringan ektopik (tiroid lingual, tiroid mediastinum, trauma
ovarii), tumor metastatik. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mempelajarai nodul
tiroid.
15
sitologisebagai
pedoman
keperluan
pembedahan.
Pemeriksaan radiologis rangka menunjukkan tulang yang mengalami
keterlambatan dalam pertumbuhan, disgenesis epifisis, dan keterlambatan
perkembangan gigi. Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan
hipotiroidisme antara lain kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah,
BMR yang rendah, dan peningkatan kolesterol (Price, 2006). Dalam hal ini, dapat
dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal
atau meningkat (Rumahorbo, 1999).
C. Pmeriksaan Fisik
Bila terdapat kecurigaan adanya hipotiroidisme, penemuan diferensial yang
paling penting pada pemeriksaan fisik adalah ada tidaknya goiter. Riwayat operasi
tiroid yang sebelumnya harus ditanyakan disamping pemeriksaan yang cermat
terhadap tanda-tanda hipotiroidisme termasuk hipotermia, bradikardi, kulit kering,
rambut kasar, bicara lambat, lidah tebal, dan pembengkakan periorbiotal. Tanda
klinis yang paling khusus pada hipotiroidisme adalah fasr relaksasi yang lambat
pada refleks tendon dalam (Stein, 2001).
16
BAB 3.PATHWAY
Gangguan
kelenjar tiroid
Penyebab lain,
iodium, Hashimoto,
riwayat pengobatan
Gangguan
hipotalamus &
hipofisis
Produksi hormon
tiroid
Kelemahan fisik
Fungsi
Pernafasan
Metabolisme tubuh
Fungsi GI
Motilitas usus &
sekresi hormon
pencernaan
Fungsi syaraf
Fungsi Kardio
Konstipasi
konstipasi
MK:
Intoleransi
aktivitas
Depresi
Pernafasan
Tonus otot
MK:Hipotermia
Bradikardi
17
MK:Pola nafas
tidak efektif
MK:Penurunan
curah jantung
MK:Gangguan
eliminasi:
defekasi
Amenore
Otak
tidak
berfungsi
maksimal
Ketidakefektifan
pola seksual
dapat
secara
Disfungsi seksual
Gangguan
sensori
persepsi
18
Gangguan
proses pikir
19
20
4.2 Diagnosa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan fungsi pernafasan.
2.Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipometabolisme, sekresi
.hormon tiroid menurun.
3.Hipotermia berhubungan dengan hipometabolisme tubuh.
4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan metabolisme.
5.Gangguan eliminasi: defekasi berhubungan dengan penurunan motilitas
usus.
6.Resiko cedera berhubungan dengan penurunan tonus otot.
21
Diagnosa Keperawatan
Pola
nafas
tidak
berhubungan
penurunan
pernafasan
Intervensi
dengan pasien
menunjukkan
keefektifan
pola
ditandai
dengan:
DS:
3. RR 20x/menit
DO:
1.
2.
untuk
membantu
pasien
memperluas
jalan
napas
Penurunan
berhubungan
hipometabolisme,
sekresi
hormon
tiroid
menurun,
DS:
2. Kaji
toleransi
aktifitas
pasien
dengan
Penurunan
dimanifestasikan
curah
dengan
jantung
adanya
dapat
penurunan
toleransi aktivitas
Hipotermia
dengan
2. Kulit dingin
3. Tampak pucat
Intoleransi
berhubungan
2. Pantau
respon
ativitas
Rasional:Untuk
kardiorespiratori
memantau
terhadap
kemampuan
DS
aktivitas
3. TD normal
saat beraktivitas
2. pasien merasa lelah
DO:
1. Tekanan darah:
2. Bradikardi
beraktivitas
4. Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien
memiliki energi paling banyak
Rasional: Untuk membantu
mengoptimalkan
aktivitas pasien
5
Perubahan
pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji mengenai program defekasi, aktivitas,
defekasi:konstipasi
berhubungan
penurunan
motilitas
usus
bisa BAB
nafsu makan
usus
DO:
1. Anoreksia
2. Penurunan
3. Kolaborasi
peristaltik
dengan
ahli
gizi
terkait
diet
usus
3. Perubahan pola defekasi
pengaruh
program
diet
yang
penurunan
1. Identifikasi
faktor
yang
mempengaruhi
mengidentifikasi
kebutuhan
dan
cedera pasien
2. Identifikasi
faktor
lingkungan
yang
keamanan
lingkungan
akan
4. Lakukan
pendidikan
kesehatan
mengenai
diharapkan
pasien
memiliki
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Paraf dan
Keperawatan
Pola
nafas
efektif berhubungan
dengan
penurunan
fungsi
pernafasan
yang
tidak
Nama
ditandai
2.Telah
dilakukan
O:
pengaturan
posisi
pasien: Semifowler
tampak
dengan:
DS:
Pasien
saat beraktivitas
napas
RR 20x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
29
menunjukkan
Lulu
DO:
4.Pasien tampak
sesak
5.Takipneu atau
Bradipneu
RR > 20x/menit
Penurunan
curah
jantung berhubungan
dengan
A: Masalah teratasi
hipometabolisme,
sekresi
hormon
DS:
2. Pasien mengeluh
lelah
DO:
6. Bradikardi
7. dispneu
O:
30
P:
Intervensi
modifikasi
dilanjutkan
dengan
Lulu
8. Kulit dingin
9. Tekanan Darah:
Edema
terkait
pemberian
dan
Hipotermia
berhubungan dengan
perubahan
hipometabolisme
kelemahan,
warna
kulit,
kedinginan
merasa
dan
menggigil
tampak
1.
2.
3.
4.
DO:
1.Pasien
sudah
tidak
O:
DS:
1.Pasien
merasa
Pasien
P: Intervensi dihentikan
Lulu
menggigil
2. Kulit dingin
3. Tampak pucat
4. Suhu tubuh <36 C
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
gangguan
metabolism,
yang
aktivitas
respon
kardiorespiratori
terhadap ativitas
O:
ditandai dengan:
3. Memantau tanda-tanda vital sebelum,
DS
3. Pasien mengeluh
TD normal
sesak saat
beraktivitas
4. pasien merasa
banyak
A: Masalah b teratasi
lelah
32
Lulu
P: Intervensi dihentikan
DO:
3. Tekanan darah:
4. Bradikardi
Perubahan
pola
defekasi:konstipasi
aktivitas, pengobatan, dan pola kebiasaan sudah bisa defekasi secara normal
berhubungan dengan
pasien
O:
penurunan motilitas
usus yang ditandai
dengan:
Lulu
1. Pasien BAB 1x sehari
2. Feses lunak dan berbentuk
DS:
A: Masalah teratasi
1. Pasien mengeluh
33
P: Intervensi dihentikan
tidak
nafsu
makan
DO:
1.Anoreksia
2.Penurunan
peristaltik usus
3. Perubahan pola
defekasi
Resiko
cedera
1. Mengidentifikasi
faktor
yang
S:
Pasien
Mengatakan
bahwa
berhubungan dengan
penurunan
akan cedera
pengendalian cedera
tonus
Lulu
otot.
O:
2. Mengidentifikasi
faktor
lingkungan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
4. Melakukan
pendidikan
34
kesehatan
35
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Sistem hormonal yang berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi
metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau
pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi. Hormon tersebut dikeluarkan
oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem endokrin.
Hipotiroidisme merupakan keaadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat yang diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada dibawah nilai
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
9. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol
2. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.
Price A, Sylvia dan Wilson M, Lorraine. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta : EGC
Stein, Jay H. 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: EGC
Tim Penyusun. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : FKUI
MAKALAH
Oleh:
Melinda Puspitasari
Ayesie Natasa Zulka
Chrisnina
Akhmat Robi Tricahyono
M.Nurhamzah Fahiqi
NIM 112310101025
NIM 112310101032
NIM 112310101041
NIM 112310101061
NIM112310101062
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
yang
berjudul
Asuhan
DAFTAR ISI
ii
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
iii
MAKALAH
Oleh:
Melinda Puspitasari
Ayesie Natasa Zulka
Chrisnina
Akhmat Robbi Tricahyono
M.Nurhamzah Fahiqi
NIM 112310101025
NIM 112310101032
NIM 112310101041
NIM 112310101061
NIM112310101062
ii