Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BATASAN
Abses tuba ovariom adalah radang bernanah yang terjadi pada ovarium dan tuba ,satu sisi
atau keduanya.
PATOFISIOLOGI
Penyebaran mikroba secara ascenden dari vagina, uterus menuju tubadan parametrium.
Awalnya terjadi salfingitis dengan atau tanpa ooforitis. Mekanisme pembentukan abses tuba
ovarium masih sukar ditentukan. Pada saat terjadi salfingitis lumen tuba masih terbuka
mengeluarkan eksudat yang purulent dari fimbriae. Hal ini akan berakibat terjadinya peritonitis,
oofiritis. Tempat ovulasi dapat sebagai lubang masuknya mikroba ke ovarium. Abses dapat
terbatas pada tuba dan ovarium, namun dapat pula meluas melibatkan jaringan sekitar, usus
halus, usus besar, kandung kemih dan omentum.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis sangat bervariasi mulai tanpa keluhan sampai dengan keluhan yang bervariasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nyeri pelvik
Demam
Tanda abdomen akut
Teraba masa pada perut bawah disertai nyeri tekan
Febris pada 60-80 % kasus
Takikardia
Mual
Muntah
Dapat pula disertai gejala ileus
DIAGNOSIS BANDING
Pengobatan rawat jalan pada abses tuba ovarium yang utuh tanpa gejala :
1. Antibiotik golongan A
Ceftriaxone 250 mg/im.+doxycycline 100 mg tiap 12 jam/p.o/selama 14 hari
2. Antibiotik golongan B
a. Ofloxacine 400 mg tiap 12 jam/p.o.+clindamycine 450 mg tiap 6 jam/ selama 14
hari
b. Ofloxacine 400 mg tiap 12 jam/p.o.+metronidazole 500 mg tiap 6 jam/ selama 14
hari
II.
PROGNOSIS
Abses tuba ovarium yang utuh
1.
Pada umumnya prognosisnya baik
2.
Kemampuan fertilitas menurun
3.
Kemungkinan reinfeksi
Abses tuba ovarium yang pecah
1. Kemungkinan terjadi sepsis berpeluang cukup besar sehingga memerlukan penanganan
operatif segera.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soper David E, Genitourinary Infection and STD. Novaks Gynecology 12th edition.
P.429-446. Tahun 2001
2. Drougemueller W. Infection the lower and upper genital tract. Comprehensive
Gynecology edisi ke 4. Tahun 2001.
BATASAN
Ketuban pecah, 1 jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda awal persalinan
PATOFISIOLOGI
1. Korio amnionitis, menyebabkan selaput ketuban jadi rapuh
2. Inkompetensia serviks, yakni kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri ( akibat persalinan atau tindakan kuret)
3. Kelainan letak, sehingga tidak ada bagian terendah anak yang menutup Pintu Atas
Panggul (PAP), yang dapat mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah
4. Trauma, yang menyebakan tekanan intra uterin ( intra amniotic) mendadak meningkat
Saat ketuban pecah ditentukan berdasarkan anamnesis pasti tentang kapan ketuban
pecah
2.
Kalau anamnesis tidak pasti, maka saat ketuban pecah adalah saat penderita masuk
kamar bersalin
DIAGNOSIS BANDING
1. Cairan dalam vagina bisa urine/fluor albus
2. Hind Water and fore water rupture of the membrane pada kedua keadaan ini tidak
ada perbedaan penatalaksanaannya
PENYULIT
1. Infeksi intra uterin, kematian perinatal meningkat dari 17% menjadi 68% apabila
ketuban sudah pecah 48 jam anak belum lahir
2. Tali pusat menumbung
3. Persalinan Preterm
4. Amniotic Band Syndrome, yakni kelainan bawaan akibat ketuban pecah sejak
hamil muda
PENATALAKSANAAN
I.
III.
IV.
CATATAN
1. Evaluasi persalinan setelah masuk fase aktif, sesuai dengan persalinan yang lain
(kurva friedman)
2. Pada keadaan ketuban pecah pada fase laten (inpartu) maka penatalaksanaan seperti
KPP inpartu,dihitung mulai saat pecahnya ketuban
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, Gant, Leveno, Gilstrap III, Hauth, Wenstrom,William Obstetrics. 21st
Ed,2001
2. Friedman,Acker,Sachs, Obstetrical Decision Making. Second Ed.p 170 Manly,
Graphic Asian Edition,1998
3. Kebijakan Pelayanan Obstetri dan Ginekologi Lab/UPF Kebidanan dan Kandungsn
FK Unair/RSU Dr.Soetomo Surabaya,1982