Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Cedera pada satu bagian system musculoskeletal biasanya menyebabkan cedera atau
disfungsi struktur di sekitarnya dan struktur yag dilindungi atau disangganya. Penanganan cedera
system musculoskeletal, meliputi pemberian dukungan pada bagian yang cedera sampai
penyembuhan selesai. Dukungan dapat diperoleh, baik secara eksternal maupun internal. Setelah
efek cedera dan nyeri hilang, usaha penanganan difokuskan pada pencegahan fibrosis, kekakuan
pada organ yang cedera dengan cara latihan yang baik, proses penyembuhan, dan pengembalian
fungsi dapat dipercepat dengan terapi fisik.
Kontusi adalah cedera pada jaringan yang lunak, yang diakibatkan pada kekerasan
tumpul. Terputusnya banyak pembuluh darah kecilyang terjadi mengakibatkan perdarahan ke
jaringan lunak yang disebut ekimosis atau memar. Hematoma terjadi jika perdarahan cukup
banyak sampai terjadi tiimbunan darah. Gejala local adalah nyeri, bengkak, dan perubahan
warna.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sprain ?
2. Apa yang dimaksud dengan sprain?
3. Apa penyebab terjadinya sprain?
4. Apa tanda dan gejala sprain?
5. Menjelaskan klasifikasi sprain?
6. Menjelaskan patofisiologi sprain?
7. Menjelaskan manifestasi klinis sprain?
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang sprain?
9. Menjelaskan penatalaksanaan sprain?
10. Menjelaskan komplikasi sprain?
11. Menjelaskan pencegahan sprain?
C.
1.
2.
3.
4.
5.

Tujuan
Mengetahui anatomi dan fisiologi sprain
Mengetahui yang dimaksud sprain
Mengetahui penyebab terjadinya sprain
Mengetahui tanda dan gejala sprain
Mengerti klasifikasi sprain
1

6. Mengetahui patofisiologi sprain


7. Mengetahui manifestasi klinis sprain
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang sprain
9. Mengetahui penatalaksanaan sprain
10. Mengetahui koomplikasi sprain
11. Mengetahui pencegahan sprain

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan yang berlebihan, peregangan yang berlebihan,
atau stress yang berlebihan, serta terdapat robekan mikroskopik tidak komplet dengan
perdarahan kedalam jaringan. Dalam hal ini, pasien mengalami rasa sakit atau nyeri mendadak
dengan nyeri tekan local pemakaian obat dan kontraksi isometric. (brunner & suddarth,2001)
Strain adalah luka pada beberapa ligament yang saling berhubungan dan tetap pada
tempatnya, sedangkan terkilir adalah ligament yang tertarik. (Griffith winter, 1994)
Strain adalah trauma yang mengenai otot atau tendon yang disebabkan oleh kelebihan
pemanasan atau kelebihan ekstensi. (black joyce, 1993)
Sprain adalah cedera struktur ligament disekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar. Fungsi ligament merupakan stabilitas, namun masih memungkinkan mobilitas.
Ligament yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus
dan menimbulkan edema, sendi terasa nyeri tekan, dan gerakan sendi terasa sangat nyeri.
(brunner & suddarth, 2001)
B. ETIOLOGI
Pergerakan yang terlalu cepat atau tidak disengaja serta meliputi pukulan, tyendangan, trauma,
gerakan menjepit atau memutar.
1. Tanda Dan Gejala :
1. Kelemahan
2. Mati rasa
3. Perdarahan yang ditandai dengan : Perubahan warna dan bukaan pada kulit
4. Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.
5. Nyeri
6. Odema
7.
C. KLASIFIKASI
a. Derajat 1

Diidentifikasi oleh otot spasme yang tidak nyaman, kehilangan Range Of Motion(ROM),
tidak terjadi edema atau ekimosis, dan dipengaruhi oleh unit muskulus tendonius.
b. Derajat 2
Diidentifikasi oleh otot spasme yang ekstrim, terasa sakit, ada edema yang dapat
langsung terjadi setelah kecelakaan, yang kemudian menjadi gejala akut. Ekimosis dapat
terjadi hanya beberapa jam saja. Tipe ini dapat dipengaruhi oleh unit muskulus tendonius.
c. Derajat 3
Diidentifikasi oleh otot spasme, edema langsung dapat terjadi setelah kecelakaan. Dapat
tiba-tiba terjadi yang dapat disebabkan oleh kebakaran dan dapat langsung dirasakan,
hasilnya sangat dibatasi oleh ROM dari spasme tersebut. Derajat ini biasanaya rupture
sermpurna oleh unit muskulus tendonius.
D. PATOFISIOLOGI
Sprain terjadi karena adanya Pergerakan yang terlalu cepat atau tidak disengaja serta meliputi
pukulan, tendangan, trauma, gerakan menjepit atau memutar, sehingga mengakibatkan
peregangan otot yang berlebihan sehingga dapat terjadi robekan pada otot-otot, ligament bahkan
tendon yang akan mengenai pembuluh darah kecil, jika perdarahan pada pembuluh darah kecil
dan jaringan tidak teratasi maka kemungkinan atau resti syok bias timbul, namun apabila
perdarahan pada jaringan tadi darah tidak keluar maka akan timbul memar atau odem sehingga
muncul kelemahan fisik.
Nyeri bisa sangat terjadi karena saat terjadi robekan pada otot-otot, tendon serta ligament
maka mediator kimia tubuh seperti bradikinin, histamine, prostaglandin akan lepas jika nyeri
terus menerus maka ansietas bias timbul karena kurangnya pengetahuan jalannya penyakit

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri mendadak
2. Edema
4

3. Spasme otot
4. Haematoma
F. KOMPLIKASI:
1. Strain yang berulang
2. Tendonitis
3. Perdarahan
4. Contosio muskulo
G. PENATALAKSANAAN
1. Meninggikan bagian yang sakit untuk mengontrol pembengkakan
2. Istirahat, mencegah cedera tambahan, dan mempercepat penyembuhan
3. Pemberian kompres dingin selama 20 30 menit. Selama 24 48 jam pertama
setelah cedera dapat menyebabkan vasokintriksi yang akan mengurangi perdarahan,
edema, dan ketidaknyamanan.
4. Pemasangan balut tekan elastic dapat mengontrol perdarahan, mengurangi odema,
dan menyokong jaringan yang cedera.
5. Status neuromuscular ekstrimitas yang cedera dipantau sesering mungkin.
6. Pembedahan jika ada robekanserabut otot dan terputusnya ligament.
7. Imobilasi dengan gips.
8. Latihan aktif dan pasif progresif boleh dimulai dalam 3 5 hari.
Sprain berat mungkin perlu diimobilisasi 1 3 minggu sebelum latihan perlindungan
dimulai. Latihan awal yang berlebihan dalam perjalanan terapi dalam memperlama
penyembuhan. Strain dan sprain memerlukan beberapa minggu sampai beberapa bulan
untuk sembuh. Pembidaian diperlukan untuk mencegah cedera ulang.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJUAN
1. Identitas: nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin,agama, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat. Biasanya banyak terjadi pada atlet olahraga (sepakbola,tenis,badminton)
2. Keluhan utama: keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri, dan gangguan
3.

neurosensori.xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Riwayat penyakit sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala

timbul tiba-tiba/ perlahan, lokasi, obat yang diminum, cara penaggulangan.


4. Riwayat penyakit masa lalu: kelainan musculoskeletal ( jatuh,infeksi, trauma,
fraktur), cara penanggulangan, dan penyakkit (diabetes mellitus)..
5. Pemeriksaan fisik: xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
a) Breathing
Bagaimana frekuensi nafas (takikardi atau braadikardi)
b) Blood
Tekanan darah pasien, pada reiko syok hipovolemik akan muncul tekanan darah
yang rendah
Pantau Hb dan Ht
c) Brain
Kemungkinan muncul reflex patologis pada ekstrimitas area cedera
Nyeri ,akibat inflamasi dapat menyebabkan lepasnya mediator kimia.
d) Bladder
Biasanya tidak ada keluhan, perhatikan ROM pasien, untuk pemasangan
kateter/pispot.
e) Bowel
Tidak ada masalah, nutrisi dapat dipenuhi secara normal.
f) Bone
Perhatikan tingkat ketahanan atau kekuatan, pergerakan serta keseimbangan.
Keadaan ekstrimitas

6. Riwayat psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, sisitem pendukung.


7. Pemeriksaan diagnostic: rontgen untuk mendeteksi lokasi/ luas, CT scan, MRI,
anteriogram, darah lengkap, dan kreatinin. Rontgen tulang untuk mengetahui adanya
fraktur avulasi (suatu fragmen tulang tertaarik oleh ligament atau tendon).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b/d spasme otot,edema, kerusakan jaringan
Tujuan keperawatan : rasa nyaman meningkat, atau nyeri berkurang atau hilang
Criteria hasil : klien tidak mengeluh nyeri karena nyeri berkurang
Intervensi
a) Kaji intensitas nyeri
b) Atur posisi yang nyaman untuk mengurangi tekanan dan mencegah otot-otot
menjadi tegang sehingga menurunkan rasa nyeri
c) Anjurkan relaksasi atau distraksi untuk menurunkan nyeri
d) Anjurkan untuk mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
e) Kolaborasi dengan dokter dalam terapi analgetik untuk mengurangi nyeari
atau menghilangkan nyeri
2. Diagnosa II
Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan jaringan
Tujuan keperawatan : meningkatkan mobilitas pada tingkat yang paling mungkin,
Criteria hsil : klien mampu bergerak dan kekuatan otot meningkat.
Intervensi
a) Kaji derajat imobilitas
b) Dorong partisipasi pada aktifitas terapeutik.
c) Bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, kruk, dan tongkat.
d) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien

3. Diagnosa III
Ansietas b/d status kesehatan
Tujuan keperawatan: ansietas berkurang
Criteria hasil: klien tampak taenang, klien tidak maenunjukkan wajah gelisah.
Intervensi
a)
b)
c)
d)
e)

Catat palpitasi peningkatan denyut jantung atau frekuensi pernafasan.


Pahami rasa takut atau ansietas klien.
Kaji tingkat ansietas klien.
Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi padsa klien.
Kolaborsi pemberian pengobatan.

4. Diagnose IV
Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan tidak teratasi.
Tujuan keperawatan: tidak terjadi syok hipovolemik.
Criteria hasil: tekanan darah normal, denyut nadi teratur dan normal.
C. INTERVENSI
a) Pantau dan catat kehilangan darah pada pasien (warna dan jumlah)
b) Pantau peningkatan denyut nadi dan penurunan tekanan darah
c) Pantau jumlah urin
d) Pantau terjadinya gelisah, perubahan kesadaran, dan haus.
e) Pantau pemeriksaan laboratorium, terutama penurunan Hb dan Ht

5. Diagnose V
Resiko cedera b/d mati rasa pada ekstrimitas
Tujuan keperawatan: tidak ada cedera pada pasien
Criteria hasil: pasien dapat melakukan rentang gerak aktif pada ekstrimitas
Intervensi
a)
b)
c)
d)
e)

Menggunakan sepatu yang menyokong pada ektrimitas bawah


Hindarkan pasien dari lantai yang licin
Gunakan pegangan pada kamar mandi
Lakukan latihan ROM jika memungkinkan
Pantau efek penggunaan obat-obatan

D. IMPLEMENTASI
1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan
pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam)
untuk nyeri hebat
3. Elektromekanis.
a) Dengan kantong es 24 0C (Penerapan dingin)
b) Pembalutan / wrapping eksternal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
c) Posisi ditinggikan.
d) Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
e) Latihan ROM.
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan.
Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Strain adalah trauma yang mengenai otot atau tendon yang disebabkan oleh
kelebihan pemanasan atau kelebihan ekstensi.
Sprain adalah cedera struktur ligament disekitar sendi, akibat gerakan menjepit
atau memutar. Fungsi ligament merupakan stabilitas, namun masih memungkinkan
mobilitas. Ligament yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh
9

darah akan terputus dan menimbulkan edema, sendi terasa nyeri tekan, dan gerakan sendi
terasa sangat nyeri.
B. SARAN
Dengan diberikannya tugas ini, penulis dapat lebih memahami dan mengerti
tentang bagaimana penyakit sprain dan dapat melakukan perawatan yang baik serta
menegakkan asuhan keperawatan yang baik.
Diharapkan dengan adanya tugas ini dapat di jadikan sebagai bacaan untuk
menmbah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

10

DAFTAR PUSTAKA

Ns,,Lukman,S.Kep., MM & Nurna ningsih S.kp. 2009. Askep Pada Klien Dengan Gangguan
System Musculoskeletal. Jakarta: salemba medika.
Suratun, SKM,dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta: EGC
Ganong, WF. 1999. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

11

Vous aimerez peut-être aussi