Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
RAHMALIA
PK.08.14.087
KATA PENGANTAR
Puji
dan
syukur
penulis
panjatkan
kepada
Allah
SWT,
atas
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................1
1.3 Ruang Lingkup ......................................................................2
1.4 Metode Penulisan ...................................................................3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian ..................................................................................4
2.2 Penyebab ...................................................................................4
2.3 Gejala Klinik Secara Umum .....................................................4
2.4 Pengobatan ................................................................................6
2.5 Pengkajian .................................................................................7
2.6 Diagnosa Keperawatan ..............................................................8
2.7 Rencana Tindakan Keperawatan ...............................................8
2.8 Evaluasi .....................................................................................11
Pengkajian
12
3.1.1 Pengumpulan Data .....................................................
12
Analisa Data
21
3.2.1 Prioritas Masalah .......................................................
22
3.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan ...................................
23
3.2.3 Tindakan dan Evaluasi ...............................................
24
Kesimpulan
4.2
Saran
28
28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
yang umumnya ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini menular faecaral dan
merajalela di masyarakat yang sanitasi dan hygiene jelek.
Kemungkinan gejala sirkulasi syok, perporasi dan pendarahan usus akibat
komplikasi ini masih besar selama masa sekarang. Demikian pula insiden
manifestasi enchelopati
dengan gejala sisa retraksi mental, tetraponesis atau buta terlihat meningkat.
Typoid abdominalis ini dapat disebut juga types perut, demam typoud
fever atau febris typhoid dan perawat sebgai dari tim kesehatan memiliki
tanggung jawab untuk ikut serta dalam penanganan typoid yaitu dengan
memberikan asuhan keperawatan yang optimal.
1.2.
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan pasien dan masyarajat tentang typoid.
B.
Tujuan Khusus
1.
1.3.
Ruang Lingkup
Dengan pencegahan penyakit typhoid perlu disosialisasikan di setiap
2.
3.
4.
5.
6.
Evaluasi
1.4 .
Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini didasarkan pada :
1.
Pemeriksaan fisik
2.
3.
4.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk., 2005, hal
152).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007).
Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi (Ovedoff, 2002: 514).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam thypoid
adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, dan biasanya
mengenai saluran pencernaan terutama usus halus dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.
B.
Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 1541C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah
lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya.
C.
Manifestasi klinis
Menurut ngastiyah (2005: 237), demam thypoid pada anak biasanya lebih
ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama
30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,
kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
1.
Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
2.
kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan
3.
4.
D.
1.
Patofisiologi
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika
respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella
akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan
berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah
2.
bening mesenterika.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati,
3.
4.
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat
mengakibatkan
komplikasi,
seperti
gangguan
neuropsikiatrik
E. .
1.
2.
Komplikasi
Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ileus paralitik
Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
c.
d.
e.
f.
uremia hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
F.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1.
Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu,
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada
saat bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid
di
masa
lampau
dapat
negatif.
Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
a.
kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
c.
Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
G.
1.
2.
3.
f.
Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama tiga minggu
sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak
terawat. Vaksin untuk demam thypoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang
melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin).
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis
awal 3 mg/kg BB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul
pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali
pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit
perforasi usus.
H.
1.
Asuhan keperawatan
Pengkajian
Menurut konsep teori, data yang lazim ditemukan pada penderita typhoid
adalah :
-
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
b.
Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun,
nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.
muntah, anoreksia
Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal
nutrisi, eliminasi, personal hygiene berhubungan dengan kelemahan dan
imobilisasi
f. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam
h. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
i.
j.
k.
3. Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan usus halus
Tujuan : suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil ;
1) Tidak demam
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 4 jam.
R/: Mengetahui keadaan umum pasien
2) Berikan kompres dingin.
R/: Mengurangi peningkatan suhu tubuh
3) Atur suhu ruangan yang nyaman.
R/:Memberikan
suasana
yang
menyenangkan
dan
menghilangkan
ketidaknyamanan.
4) Anjurkan untuk banyak minum air putih
R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak
5) Kolaborasi pemberian antipiretik, antibiotik
R/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian
antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
b.
1)
2)
3)
4)
Kurangnya volume cairan b/d peningkatan suhu tubuh, intake cairan peroral
yang kurang (mual, muntah)
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
Tidak mual
Tidak demam
Muntah
Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi:
5) Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan
lemah
R/: Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok
6) Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan
R/: Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan
7) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara
dekuat
R/: Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan
tubuh
8) Kolaborasi pemberian cairan intravena
R/: Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan
yang hilang
c. Gangguan pola eliminasi b/d proses peradangan pada usus halus
Tujuan : pola eliminasi sesuai dengan kebiasaan sehari-hari
Kriteria hasil : konsistensi normal
Intervensi:
1) Kaji pola eliminasi pasien
R/: Untuk mengetahui output dan dapat ditentukan intake yang sesuai
2) Berikan minuman oralit
R/: Untuk menyeimbangkan elektrolit
3) Kolaborasi dengan dokter dalam obat
R/ : Untuk mengetahui dosis yang tepat menghentikan diare
4) Auskultasi bising usus
R/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan
fekalit
5) Selidiki keluhan nyeri abdomen
R/: Berhubungan dengan distensi gas
6) Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses
R/: Indikator kembalinya fungsi gi, mengidentifikasi ketepatan intervensi
7) Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang bab
R/: Mengatasi konstipasi yang terjadi
8) Kolaborasi berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi
R/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
d.
Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh b/d mual, muntah,
anoreksia
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Tidak demam
2) Mual berkurang
3) Tidak ada muntah
1)
2)
3)
4)
Intervensi:
1) Kaji status neurologis
R/: Perubahan endotoksin bakteri dapat merubah elektrofisiologis otak
2) Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil
R/: Istirahat yang cukup mampu membantu memulihkan kondisi pasien
3) Hindari aktivitas yang berlebihan
R/: Aktivitas yang berlebihan mampu memperburuk kondisi dan meningkatkan
resiko cedera
4) Kolaborasi kaji fungsi ginjal/elektrolit
R/: Ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan perbaikan
sebelum intervensi terapeutik dapat dimulai
j.
Kriteria hasil
:
1) Klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri
Intervensi:
1) Kaji tingkat intoleransi klien
R/: Menetapkan intervensi yang tepat
2) Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari
R/: Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan
3) Bantu mengubah posisi tidur minimal tiap 2 jam
R/: Mencegah dekubitus karena tirah baring dan meningkatkan kenyamanan
4) Tingkatkan kemandirian klien yang dapat ditoleransi
R/: Meningkatkan aktivitasringan dan mendorong kemandirian sejak dini
k.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D USIA SEKOLAH (8
TAHUN) DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :
DEMAM THYPOIDDI RUANG KALIMAYA ATAS
RSU dr. SLAMET GARUT
1. Identitas Klien
Nama
Tanggal Lahir
Umur
Agama
Kultur
Alamat
Diagnosa Medis
Tgl dikaji
Tgl Masuk RS
No. Medrec
Nama Ayah/Ibu
Pekerjaan Ayah/Ibu
Pendidikan Ayah/Ibu
: An. D
: 08 Februari 2007
: 8 Tahun
: Islam
: Sunda / Indonesia
: Kp. Sindangheula Rt. 04 Rw. 02 Kel. Sukamantri
: Thypoid Fever
: 30 Desember 2014
: 29 Desember 2014
: 69-76-91
: Tn. D
: Buruh
: SMP
perut dirasakan klien hilang timbul dan berkurang jika klien tidur dengan
posisi miring ke kanan.
5. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
Pada saat hamil 2 bulan ibu klien biasa memeriksakan kehamilannya ke
puskesmas yaitu pada usia kehamilan 3 bulan 1x, 6 bulan 1x, dan pada
umur kehamilan 9 bulan 3x. Ibu klien mendapatkan imunisasi TT 2 x dan
mendapatkan obat/Vit Fe. Menurut ibu pada riwayat kehamilan tidak ada
mengalami kelainan dan kehamilan cukup bulan HPHT tidak diingat oleh
ibu klien. Selama hamil tidak mengkonsumsi obat jamu-jamuan.
b. Natal
Ny. A mengatakan bahwa klien anak kedua, dan usia kehamilanya cukup
bulan pada saat melahirkan (9 bulan), jenis persalinanya normal
(pervagina), dia melahirkan di ruang bersalin RSU dr. Slamet garut. Pada
saat lahir, klien menangis dengan kuat, dengan berat badan lahir 3,1kg,
dan panjang lahir 49 cm.
c. Post natal
Klien lahir pada tanggal 8 Februari 2007. Menurut keterangan ibunya,
pertumbuhan sejak lahir tidak ada kelainan. BB klien pada umur 1 10
bulan mengalami penambahan BB dan TB.
d. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan, imunisasi klien telah lengkap sampai terakhir pada
usia 9 bulan klien mendapat imunisasi campak.
6. Riwayat Masa Lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya pernah mengalami panas badan dan
keluar darah dari hidung (mimisan) dan sembuh setelah berobat ke dr.THT.
Oleh dokter klien didiagnosa Rhinitis alergi dan disarankan untuk tidak terlalu
kecapean.
7. Riwayat Keluarga
Menurut penuturan ibu klien, bahwa di anggota keluarganya yg lain tidak ada
yg pernah mengalami penyakit seperti yg di derita klien saat ini, dan juga di
anggota keluarga lainnya tidak ada yang memiliki penyakit keturunan ataupun
penyakit menular.
8. Genogram
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Klien
Kawin
Tinggal satu rumah
9. Riwayat Sosial
a. Pola Asuh
Klien diasuh dan dibesarkan oleh ibunya sendiri. Dari sejak lahir, klien
selalu diberikan ASI.
b. Hubungan dengan lingkungan sekitar.
`
Klien tampak kooperatif dengan dokter dan perawat
c. Hubungan Antar Keluarga
Hubungan antar keluarga tampak harmonis, Klien tampak dekat dengan
ibu dan adiknya.
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
a. Makan
Jenis
Frekuensi
Jumlah
Nasi,Lauk
pauk,sayuran,jajanan
yg
pedas
3x/hari
Habis 1 porsi tiap makan
Tidak ada
Keluhan
b. Minum
Jenis
Jumlah
Keluhan
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Bau
Keluhan
b. BAK
Frekuensi
Warna
Bau
Keluhan
Istirahat/Tidur
a. Malam
Lama
Kualitas
Keluhan
b. Siang
Lama
Kualitas
Keluhan
Personal Hygiene
Mandi
Gosok gigi
Gunting kuku
Keramas
Aktivitas dan bermain
1-2x/hari
Lembek
Khas feces
Khas feces
Tidak ada
4-5x/hari
Kuning jernih
Khas urine
Tidak ada
7-8 jam/hari
Nyenyak
Tidak ada
6-7 jam/hari
Nyenyak
Tidak ada
1-2 jam/hari
Nyenyak
Tidak ada
2-3 jam/hari
Nyenyak
Tidak ada
2x/hari
Ya
Ya
Ya
1x/hari di spon
Ya
Tidak
Tidak
Klien
sehari-hari Klien
beraktivitas sebagai pelajar, bedrest,
dan klien selalu bermain klien
tampak
aktivitas
dibantu
keluarga
b. Tanda-Tanda Vital
TD
: 100/60 mmHg
N
: 94
x/mnt
R
: 24
x/mnt
S
: 39,2 C
c. Pemeriksaan Antropometri
BB
: 19 Kg
TB
: 126 Cm
LK
: 49 Cm
LILA
: 15 Cm
BB sebelum sakit
: 17 Kg
d. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1. Kepala
Bentuk simetris, rambut berwarna hitam, panjang, dengan distribusi
merata, tidak ada nodul, lesi, rambut lengket oleh keringat, dan ada
ketombe.
2. Mata
Bentuk simetris ka-ki, konjungtiva tidak anemis, tidak tampak adanya
odema palpebra, sclera tidak ikterik, reflex cahaya (+), fungsi
penglihatan baik.
3. Telinga
Bentuk simetris ka-ki, tidak tampak adanya serumen, ketajaman
pendengarannya baik, klien dapat merespon pertanyaan yang diberikan
perawat dengan benar.
4. Hidung
Bentuk simetris ka-ki, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
kemampuan penciuman tidak terkaji, kebersihan hidung terlihat bersih.
5.
Mulut
Mukosa bibir kering, warna merah kecoklatan, lidah putih, tepi lidah
tampak kemerahan (Hiperemi), terdapat sedikit tremor pada saat lidah
dijulurkan,
6. Leher
Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar thyroid, dan tidak ada
distensi vena jugulari
7. Dada
Pergerakan simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi napas
vesikuler di seluruh permukaan paru,tidak terdengar wheezing ataupun
ronchi, vocal fremitus kiri dan kanan sama, irama jantung reguler, bunyi
jantung S1 dan S2 normal, tidak terdengar suara tambahan.
8. Abdomen
Bentuk datar, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdapat nyeri
tekan pada kuadran 1 area abdomen (dari 9 kuadan), Klien tampak
meringis pada saat perut ditekan. Bising usus 3x/mnt.
9. Genitalia
Tidak ada kelainan, tidak ada lesi, kebersihanya tampak bersih
10. Ekstremitas
Extremitas Atas
Bentuk simetris, kebersihannya bersih, kuku pendek dan bersih,
tidak tampak sianosis, CRT 2 detik, kekuatan otot lemah, tangan
kanan terpasang infus.
Extremitas Bawah:
Ektremitas bawah dapat digerakan ke segala arah, kekuatan ototnya
lemah, kedua ekstremitas sama panjang, keadaan utuh.
11 . Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit berkeringat dan lembab,tidak ada lesi
ataupun kemerahan, turgor kulit kembali cepat.
12. Pemerikasaan Perkembangan
a. Motorik Kasar
Klien mampu menginjakkan satu persatu kakinya ke timbangan badan
saat akan diukur/di hitung BB tanpa terjatuh.
b. Motorik Halus
Klien dapat memegang sedotan air minum saat klien akan minum.
c. Bicara
Klien mampu bicara dengan jelas dan dapat di mengerti.
d. Kemampuan sosialisasi
Klien dapat bersosialisasi dan tampak ramah saat perawat datang
menghampirinya.
Satuan
Nilai Normal
Darah Rutin :
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
- Eritrosit
Hitung Jenis Leukosit
- Basofil
- Eosinofil
- Batang
- Netropil
- Limfosit
- Monosit
Imunoserologi
Widal
Anti S Typhi-H
Anti S Typhi-O
Kimia Klinik
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
11.0
31
3.930
124.000
4,23
gr/dl
%
/mm3
/mm3
Juta/mm3
10 18
31 35
5.000 9.500
150.000-440.000
4,76 6,95
0
1
0
56
36
7
%
%
%
%
%
%
01
16
36
50 70
30 45
3 10
U/L
U/L
s/d 37
1/640
1/320
53
24
Pemeriksaan Rontgen :
- Cor tidak membesar
- Sinus dan diafragma normal
- Pulmo : Hillus kanan dan kiri normal
Kesan : Normal
N
O
1
DATA
PENYEBAB
MASALAH
Ds :
Makanan yang terkontaminasi Hipertermi
- ibu klien mengatakan salmonela typosa a,b,c masuk
badan klien panas
ke dalam usus halus dan terjadi
- Ibu klien mengatakan,
proses inflamasi
panas badan klien
dirasakan
terus- Masuk ke dalam aliran darah
menerus setiap hari
dan
semakin
Bakteri melepas endotoxin
meningkat pada saat
malam hari. Panas
Merangsang sintesa dalam
badan klien menurun
pelepasan zat pirogen oleh
pada siang hari namun
leukosit
tidak mencapai suhu
normal.
Zat pirogen beredar dalam
darah
Do :
- Suhu tubuh 39,2oC
Impuls disampaikan
- Frekuensi nadi 94
hypothalamus bagian
x/menit
thermoregulator melalui
- Mukosa bibir kering
ductus thoracicus
- lidah putih, tepi lidah
tampak
kemerahan
Hipertermi
(Hiperemi),
terdapat
sedikit tremor pada saat
lidah dijulurkan.
Ds :
- Ibu klien mengatakan,
klien sudah 5 hari
belum BAB
Do :
- Klien bedrest
- Suhu tubuh 39,2OC
- Bising usus 3x/mnt
Gangguan pola
eleminasi BAB :
konstipasi
Feaces mengeras
Konstipasi
3
Ds :
- Klien mengeluh nyeri
pada
daerah
perut
kuadran 1 (dari 9
kuadran abdomen).
- Klien mengeluh nyerinya
dirasakan melilit seperti
diremas-remas dengan
skala nyeri 2 (dari
rentang 1-5).
Do :
- Terdapat nyeri tekan
pada kuadran 1 area
abdomen
(dari
9
kuadan).
- Klien tampak meringis
pada saat perut ditekan.
Ds :
- Klien mengeluh badanya
4
lemas
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien Bedrest
- Aktivitas dibantu
Gangguan
pemenuhan ADL
N
O
1.
2.
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Ditemukan
Tanggal
Paraf
Hipertermi berhubungen dengan adanya 30 Desember 2014
proses inflamasi akibat invasi ke dalam
usus halus ditandai dengan :
Ds :
- ibu klien mengatakan badan klien panas
- Ibu klien mengatakan, panas badan klien
dirasakan terus-menerus setiap hari dan
semakin meningkat pada saat malam
hari. Panas badan klien menurun pada
siang hari namun tidak mencapai suhu
normal.
Do :
- Suhu tubuh 39,2oC
- Frekuensi nadi 94 x/menit
- Mukosa bibir kering
- lidah putih, tepi lidah tampak kemerahan
(Hiperemi), terdapat sedikit tremor pada
30 Desember 2014
saat lidah dijulurkan.
Gangguan pola eliminasi BAB :
konstipasi
berhubungan
dengan
peningkatan, reabsopsi cairan di usus
besar akibat pengingkatan metabolisme
tubuh ditandai dengan :
Ds :
- Ibu klien mengatakan, klien sudah 5 hari
belum BAB
3.
Do :
- Klien bedrest
- Suhu tubuh 39,2OC
- Bising usus 3x/mnt
Nyeri akut pada daerah abdomen
berhubungan dengan kerusakan mukosa
usus halus akibat reaksi peradangan, yang
ditandai dengan :
30 Desember 2014
Ds :
- Klien mengeluh nyeri pada daerah perut
kuadran 1 (dari 9 kuadran abdomen).
- Klien mengeluh nyerinya dirasakan
melilit seperti diremas-remas dengan
skala nyeri 2 (dari rentang 1-5).
4.
Do :
- Terdapat nyeri tekan pada kuadran 1 area
abdomen (dari 9 kuadan).
- Klien tampak meringis pada saat perut
ditekan
Gangguan pemenuhan ADL berhubungan
dengan kelemahan otot ditandai dengan :
Ds :
- Klien mengeluh badanya lemas
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien Bedrest
- Aktivitas dibantu
30 Desember 2014
PROSES KEPERAWATAN
N
o
1
1
Diagnosa Keperawatan
2
Hipertermi
berhubungen
dengan adanya proses inflamasi
akibat invasi ke dalam usus
halus ditandai dengan :
Ds :
- ibu klien mengatakan badan
klien panas
- Ibu klien mengatakan, panas
badan klien dirasakan terusmenerus setiap hari dan
semakin meningkat pada saat
malam hari. Panas badan
klien menurun pada siang
hari namun tidak mencapai
suhu normal.
Do :
- Suhu tubuh 39,2oC
- Frekuensi nadi 94 x/menit
- Mukosa bibir kering
Perencanaan
Tujuan
3
TUPAN:
Tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh
TUPEN :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 5x24
jam, diharapkan suhu
tubuh kembali normal
dengan kriteria :
- Panas badan hilang
- Mukosa bibir lembab
- Thypoid tongue (-)
- Suhu normal (36-37
)
Intervensi
4
1.
2.
3.
4.
Observasi
vital
Rasional
5
tanda-tanda 1.
2.
Kompres
hangat
dapat
mempercepat penurunan suhu tubuh
3.
Dapat
hilang
mengganti
cairan
yang
TUPAN:
Pola eliminasi BAB lancar
TUPEN:
Do :
- Klien bedrest
- Suhu tubuh 39,2OC
- Bising usus 3x/mnt
Ka 1.
1.
4.
servasi gerakan usus,
perhatikan warna,
konsistensi, dan jumlah
feces.
5.
jurkan makan makanan
lunak, buah-buahan yang
merangsang BAB
Ob 4.
Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi
ketepatan intervensi
An 5.
6.
6.
laborasi berikan pelunak
feses, suppositaria sesuai
indikasi
TUPAN:
Nyeri Hilang
TUPEN:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 5x24
jam, diharapkan nyeri
hilang dengan kriteria:
Klien tidak mengeluh nyeri
Ekspresi wajah tampak
tenang
Do :
- Terdapat nyeri tekan pada
kuadran 1 area abdomen (dari
9 kuadan).
- Klien tampak meringis pada
saat perut ditekan
4
kebutuhan sehari-hari
3. Bantu mengubah posisi tidur
minimal tiap 2 jam
4, Tingkatkan kemandirian klien
yang dapat ditoleransi
Tanggal
1
30 Des14
14.00
14.30
15.00
15.45
16.00
16.30
17.30
20.00
Implementasi
2
Evaluasi
3
Melakukan BHST
Mengobservasi
- TD
: 100/60 mmHg
TTV
dan - N
: 94
melakukan
x/mnt
pemeriksaan fisik
-R
: 24
x/mnt
-S
: 39,2 C
- Bising usus 3x/mnt
Memberikan
- terdapat nyeri tekan pada area abdomen
kompres
hangat kuadran 1 (dari 9 kuadran abdomen)
dan menganjurkan Setelah 30 menit kemudian:
untuk
banyak S: 38
minum
Mengatur posisi
tidur
klien
senyaman
Klien tampak tidur miring ke sebelah kanan
mungkin
Menyajikan makan
sore
dan
menganjurkan
kepada klien untuk Setelah 30 menit kemudian, porsi makan habis,
makan makanan klien makan dibantu oleh ibunya
yang lunak dulu
Membantu klien
meminum obat:
- PCT syrup 1
Klien mau minum obat sesuai dosis yang
cth
diberikan
- Imunos syrup 1
cth
- Menganjurkan
untuk memakai
pakaian
yang Ibu klien mengganti baju klien dengan baju yang
tipis
dan terbuat dari bahan katun
menyerap
keringat
- Membantu klien
mengganti
pakaian
Memberikan
Dp ke4
1,2,3,4
1
2
3
1
3,4
1,2,4
1,4
therapy injeksi:
- Ceftriaxone 800 Therapy masuk via selang infus, reaksi alergi (-)
mg (IV)
- Ranitidine 80 mg
(IV)
31 Des14
07.30
08.00
09.00
10.00
12.00
13.00
Membina BHST
Memberikan
therapy injeksi :
- ceftriaxone 800
mg (IV)
- Ranitidine 30mg
(IV)
Mengobservasi
TTV
dan
melakukan
pemeriksaan fisik
Memberikan
kompres
hangat
dan menganjurkan
banyak minum
Menyajikan makan
siang
dan
membantu klien
mendekatkan
barang-barang yg
dibutuhkan klien
Membantu klien
meminum obat:
- PCT syrup 1
cth
- Imunos syrup 1
cth
- TD = 90/60 mmHg
- R = 24x/mnt
- N = 88x/mnt
- S = 38,5
- Bising usus 5x/mnt
Setelah 30 menit:
R = 37,8
1,2,3,4
1
2
1,2
4
Porsi makan habis
Klien makan sendiri, tidak disuapi oleh ibunya
1,4
Klien mau minum obat, reaksi alergi (-)
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
1
Senin, 5 January 2014
Jam 09.00
Dp ke2
Catatan Perkembangan
3
Paraf
4
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Penyakit typoid abdominalis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman
salmonella typhosa, ebethela typhosa melalui makanan yang terkena kuman, Penyakit ini
penyebabnya secara bertahap. Gejala mudah dikenal, penangannya membutuhkan penanganan
yang baik dan intensive. Penyakit ini banyak terjadi oleh karena ketidaktahuan sebagian
masyarakat tentang penyakit ini, tidak memperhatikan kesehatan lingkungan, tidak terarturnya
pola makan maupun tidak teraturnya pola hidup.
Adapun gejala dan tanda klinik typohoid abdominalis berupa tidak enak badan, terasa
meriang, pusing, mual, ingin muntah, badan terasa lemas, tulang-tulang terasa sakit dan nafsu
makan berkurang, panas badan, nadi lemah dan gangguan mental.
4.2.
Saran
Setelah mengetahui kesimpulan dari perubahan masalah ini, maka penulis menyarankan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart(2002)Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges,Marylin,E(2000)Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Herdman t. Heather(2010) Diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief, dkk. (2000) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Suriadi & Rita Yuliani (2001) Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I.
Jakarta : CV Sagung Seto
Wong, dona l(2008) Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC