Vous êtes sur la page 1sur 43

TUTORIAL IN CLINIC

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D


USIA SEKOLAH (8 TAHUN) DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : DEMAM THYPOID
DI RUANG KALIMAYA ATAS
RSU dr. SLAMET GARUT

Oleh :
RAHMALIA
PK.08.14.087

PROGRAM STUDI NERS


STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR

Puji

dan

syukur

penulis

terselesaikannya penulisan makalah

panjatkan

kepada

Allah

SWT,

atas

berjudul ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK D USIA SEKOLAH (8 TAHUN) DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN : DEMAM THYPOID DI RUANG KALIMAYA ATAS
RSU dr. SLAMET GARUT. Adapun penulisan makalah ini penulis ajukan untuk
memenuhi tugas Tutorial In Clinic (TIC) mata ajaran Keperawatan anak.
Dalam penulisan makalah ini, tidak sedikit kendala yang ditemui penulis,
diantaranya dalam hal pencarian buku sumber, observasi langsung di lapangan,
dan dalam hal pengumpulan data-data lainnya. Dengan demikian dibutuhkan kerja
keras dalam penyusunannya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama pada dosen
pembimbing dan Clinical Instructur (CI) Ruang Kalimaya atas yang telah
membimbing penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Harapan penulis mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, dengan demikian kritik dan saran selalu penulis harapkan sebagai
koreksi agar dapat lebih baik lagi.
Garut, January 2014
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................1
1.3 Ruang Lingkup ......................................................................2
1.4 Metode Penulisan ...................................................................3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian ..................................................................................4
2.2 Penyebab ...................................................................................4
2.3 Gejala Klinik Secara Umum .....................................................4
2.4 Pengobatan ................................................................................6
2.5 Pengkajian .................................................................................7
2.6 Diagnosa Keperawatan ..............................................................8
2.7 Rencana Tindakan Keperawatan ...............................................8
2.8 Evaluasi .....................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1

Pengkajian

12
3.1.1 Pengumpulan Data .....................................................
12

3.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang .....................................


13
3.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu ........................................
14
3.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga .....................................
14
3.1.5 Struktur Keluarga .......................................................
14
3.1.6 Data Biologis .............................................................
15
3.1.7 Pemeriksaan Fisik ......................................................
16
3.1.8 Identitas Diri ..............................................................
18
3.1.9 Aspek Sosial ...............................................................
19
3.2

Analisa Data

21
3.2.1 Prioritas Masalah .......................................................
22
3.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan ...................................
23
3.2.3 Tindakan dan Evaluasi ...............................................
24

3.2.4 Catatan Perkembangan ...............................................


26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan

4.2

Saran

28

28

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah


Typhoid abdominalis atau demam typoid merupakan penyakit endemik

yang umumnya ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini menular faecaral dan
merajalela di masyarakat yang sanitasi dan hygiene jelek.
Kemungkinan gejala sirkulasi syok, perporasi dan pendarahan usus akibat
komplikasi ini masih besar selama masa sekarang. Demikian pula insiden
manifestasi enchelopati

typoid yang merupakan komplikasi neuro pasikiatri

dengan gejala sisa retraksi mental, tetraponesis atau buta terlihat meningkat.
Typoid abdominalis ini dapat disebut juga types perut, demam typoud
fever atau febris typhoid dan perawat sebgai dari tim kesehatan memiliki
tanggung jawab untuk ikut serta dalam penanganan typoid yaitu dengan
memberikan asuhan keperawatan yang optimal.

1.2.

Maksud dan Tujuan


Dalam penulisan makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat

mengetahui dan mengerti pentingnya pencegahan penyakit demam typoid yang


diharapkan dapat :
A.

Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan pasien dan masyarajat tentang typoid.
B.

Tujuan Khusus
1.

Memotivasi keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien


2. Pengkajian klien mengenai typoid
3. Penegakan diagnosa perawatan pada klien dengan typoid
4. Perencanaan tindakan pada klien dengan typoid
5. Evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan dengan typoid
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan typoid

1.3.

Ruang Lingkup
Dengan pencegahan penyakit typhoid perlu disosialisasikan di setiap

lapisan masyarakat dengan tujuan untuk mengurangi angka moralitas dan


morbilitas di masyarakat dalam makalah ini akan diuraikan mengenai :
1.

Definisi demam typhoid

2.

Penyebab demam typhoid

3.

Therapy demam typhoid

4.

Diagnosa keperawatan pada demam typhoid

5.

Rencana tindakan pada demam typhoid

6.

Evaluasi

1.4 .

Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini didasarkan pada :

1.

Pemeriksaan fisik

2.

Observasi atau pengamatan secara langsung

3.

Catatan atau status pasien

4.

Kolaborasi dengan tim lain

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.

Pengertian
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk., 2005, hal
152).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007).
Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi (Ovedoff, 2002: 514).
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam thypoid
adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, dan biasanya
mengenai saluran pencernaan terutama usus halus dengan gejala demam satu

minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.
B.

Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang
terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 1541C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah
lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya.

C.

Manifestasi klinis
Menurut ngastiyah (2005: 237), demam thypoid pada anak biasanya lebih
ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama
30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,
kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu:
1.

Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik
setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

2.

Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.


Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya

kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan
3.

limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.


Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung
dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam,

4.

kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.


Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi
karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik
oleh obat maupun oleh zat anti.

D.
1.

Patofisiologi
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika
respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella
akan menembus sel-sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan
berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah

2.

bening mesenterika.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati,

3.

sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.


Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali).
Di organ ini, kuman salmonlla thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah
lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala
infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas
vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).

4.

Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat

mengakibatkan

komplikasi,

seperti

gangguan

neuropsikiatrik

kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama


timbulnya penyakit, terjadi hyperplasia plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi
nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.
Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus
dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai
cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

E. .
1.

2.

Komplikasi
Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ileus paralitik
Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
c.
d.
e.
f.

uremia hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan

arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
F.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
1.

Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu,
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2.

Pemeriksaan SGOT dan SGPT


SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1. Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada
saat bakteremia berlangsung.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid

di

masa

lampau

dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan


bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
4.

negatif.
Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
a.

Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh

kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).

c.

Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
G.
1.

Terapi dan pengobatan


Perawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
b.

2.

3.

mencegah komplikasi perdarahan usus.


Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila

ada komplikasi perdarahan.


Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole, dan ciproloxacin
sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara barat. Obat-obat
antibiotik adalah
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4
kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi ampisilin
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian intravena
c.

saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.


amoksisilin amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4

kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.


d. kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena,
selama 5-7 hari.

f.

Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama tiga minggu

sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak
terawat. Vaksin untuk demam thypoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang
melakukan perjalanan ke wilayah penyakit ini biasanya berjangkit (terutama di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin).
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis
awal 3 mg/kg BB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul
pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali
pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit
perforasi usus.
H.
1.

Asuhan keperawatan
Pengkajian
Menurut konsep teori, data yang lazim ditemukan pada penderita typhoid
adalah :
-

Lidah kotor berselaput putih dengan ujung dan tepinya hiperemis.


Mulut dan selaput lendir kering dan pecah-pecah.
Hati dan limpa membesar disertai nyeri.
Mual dan muntah.
Terjadi obstipasi namun mungkin tetap dan bisa juga terjadi diare.
Muntah dan nyeri perut.
Gangguan kesadaran, apatis.
Demam dan anorexia.

a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
b.

Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun,
nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang


Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam
tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2) Pola eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning
kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pada klien.
7) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit
dan klien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 410C, muka
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).


3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
6) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah,
anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus
meningkat.
7) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan usus halus
b. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, intake
cairan peroral yang kurang (mual, muntah)
c. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan proses peradangan pada usus
halus
d. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan mual,
e.

muntah, anoreksia
Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal
nutrisi, eliminasi, personal hygiene berhubungan dengan kelemahan dan

imobilisasi
f. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam
h. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
i.
j.
k.

dengan kebutuhan, dispnea.


Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
dan kondisi anaknya.

3. Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan usus halus
Tujuan : suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil ;
1) Tidak demam
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 4 jam.
R/: Mengetahui keadaan umum pasien
2) Berikan kompres dingin.
R/: Mengurangi peningkatan suhu tubuh
3) Atur suhu ruangan yang nyaman.
R/:Memberikan
suasana
yang
menyenangkan
dan
menghilangkan
ketidaknyamanan.
4) Anjurkan untuk banyak minum air putih
R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak
5) Kolaborasi pemberian antipiretik, antibiotik
R/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian
antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
b.

1)
2)
3)
4)

Kurangnya volume cairan b/d peningkatan suhu tubuh, intake cairan peroral
yang kurang (mual, muntah)
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
Tidak mual
Tidak demam
Muntah
Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi:

1) Jelaskan kepada pasien tentag pentingnya cairan


R/: Agar pasien dapat mengetahui tentang pentingnya cairan dan dapat memenuhi
kebutuhan cairan.
2) Monitor dan catat intake dan output cairan
R/: Untuk mengetahui keseimbangan intake da output cairan
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antiemetic
R/: Untuk mengetahui pemberian dosis yang tepat
4) Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan
turgor kulit
R/: Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek
dari kehilangan cairan

5) Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan
lemah
R/: Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok
6) Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan
R/: Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan
7) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara
dekuat
R/: Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan
tubuh
8) Kolaborasi pemberian cairan intravena
R/: Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan
yang hilang
c. Gangguan pola eliminasi b/d proses peradangan pada usus halus
Tujuan : pola eliminasi sesuai dengan kebiasaan sehari-hari
Kriteria hasil : konsistensi normal
Intervensi:
1) Kaji pola eliminasi pasien
R/: Untuk mengetahui output dan dapat ditentukan intake yang sesuai
2) Berikan minuman oralit
R/: Untuk menyeimbangkan elektrolit
3) Kolaborasi dengan dokter dalam obat
R/ : Untuk mengetahui dosis yang tepat menghentikan diare
4) Auskultasi bising usus
R/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan
fekalit
5) Selidiki keluhan nyeri abdomen
R/: Berhubungan dengan distensi gas
6) Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses
R/: Indikator kembalinya fungsi gi, mengidentifikasi ketepatan intervensi
7) Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang bab
R/: Mengatasi konstipasi yang terjadi
8) Kolaborasi berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi
R/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
d.

Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh b/d mual, muntah,

anoreksia
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Tidak demam
2) Mual berkurang
3) Tidak ada muntah

4) Porsi makan tidak dihabiskan


Intervensi:
1) Berikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna, dan sajikan dalam
keadaan hangat
R/: Untuk menimbulkan selera pasien dan mengembalikan status nutrisi
2) Monitor dan catat makanan yang dihabiskan pasien
R/ : Untuk mengetahui keseimbangan haluaran dan masukan
3) Kaji kemampuan makan klien
R/: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi
selanjutnya
4) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntah
5) Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat
6) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang
disukai
R/: Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan
klien
7) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang
mengandung gas/asam, peda
R/: Dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan
menurunkan asupan nutrisi
8) Kolaborasi berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi
R/: Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu
mual/muntah
e.

Intoleransi aktivitas terutama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal

nutrisi, eliminasi, personal hygiene b/d kelemahan dan imobilisasi


Tujuan : kebutuhan sehari-hari terpenuhi setelah diberi tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1) Pasien mengatakan tidak lemah
2) Tampak rileks
Intervensi:
1) Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
R/ : Untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien
2) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
R/ : Agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi
f.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : nyeri hilang/berkuran


Kriteria hasil :
1) Tidak ada keluhan nyeri
2) Wajah tampak tampak rileks
3) Ttv dalam batas normal
Intervensi:
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri
R/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk
mengetahui sejauh mana nyeri dipersepsikan.
2) Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.
R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan
otot-otot.
3) Ajarkan tehnik nafas dalam
R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri
4) Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya
visualisasi, aktivitas hiburan yang tepat
R/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian
5) Kolaborasi obat-obatan analgetik
R/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri
g.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam


Tujuan : pola tidur efektif
Kriteria hasil
:
1) Melaporkan tidur nyenyak
2) Klien tidur 8-10 jam semalam
3) Klien tampak segar
Intervensi:
1) Kaji pola tidur klien
R/: Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami,
memudahkan intervensi selanjutnya
2) Berikan bantal yang nyaman
R/: Meningkatkan kenyamanan meningkatkan pemenuhan istirahat tidur
3) Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung
R/: Mengurangi stimulus yang dapat mengganggu istirahat tidur
4) Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung
sebelum tidur
R/: Meningkatkan relaksasi menstimulasi istirahat tidur yang nyaman
h.

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen


dengan kebutuhan, dispnea.

1)
2)
3)
4)

Tujuan : jam pola napas efektif


Kriteria hasil :
Pola napas efektif
Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
Tidak ada keluhan sesak
Frekuensi pernapasan dalam batas normal
Intervensi:
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
R/: Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan kebutuhan
oksigen
2) Selidiki perubahan kesadaran
R/: Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan
3) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring
R/: Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma
4) Dorong penggunaan teknik napas dalam
R/: Membantu memaksimalkan ekspansi paru
5) Kolaborasi berikan tambahan okseigen sesuai indikasi
R/ : Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia.
i.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan
: persepsi sensori dipertahankan
Kriteria hasil
:

1) Tidak terjadi gangguan kesadaran

Intervensi:
1) Kaji status neurologis
R/: Perubahan endotoksin bakteri dapat merubah elektrofisiologis otak
2) Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil
R/: Istirahat yang cukup mampu membantu memulihkan kondisi pasien
3) Hindari aktivitas yang berlebihan
R/: Aktivitas yang berlebihan mampu memperburuk kondisi dan meningkatkan
resiko cedera
4) Kolaborasi kaji fungsi ginjal/elektrolit
R/: Ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan perbaikan
sebelum intervensi terapeutik dapat dimulai
j.

Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring


Tujuan
: Tidak terjadi kelemahan

Kriteria hasil
:
1) Klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri
Intervensi:
1) Kaji tingkat intoleransi klien
R/: Menetapkan intervensi yang tepat
2) Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari
R/: Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan
3) Bantu mengubah posisi tidur minimal tiap 2 jam
R/: Mencegah dekubitus karena tirah baring dan meningkatkan kenyamanan
4) Tingkatkan kemandirian klien yang dapat ditoleransi
R/: Meningkatkan aktivitasringan dan mendorong kemandirian sejak dini
k.

Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit


dan kondisi anaknya.
Tujuan
: kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
1) ekspresi tenang
2) orang tua klien tidak lagi sering bertanya tentang kondisi anaknya
intervensi:
1) Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klien
R/: Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien yang
menjadi indikaor untuk menentukan intervensi selanjutnya
2) Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya
R/: Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknya
3) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannya
R/: Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan
sehingga beban yang dirasakan berkurang
4) Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya
R/: Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan
5) Berikan dorongan spiritual
R/: Meyakinkan orang tua klien bahwa selain perawatan/ pengobatan masih ada
yang lebih kuasa yang dapat menyembuhkan

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D USIA SEKOLAH (8
TAHUN) DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN :
DEMAM THYPOIDDI RUANG KALIMAYA ATAS
RSU dr. SLAMET GARUT
1. Identitas Klien
Nama
Tanggal Lahir
Umur
Agama
Kultur
Alamat
Diagnosa Medis
Tgl dikaji
Tgl Masuk RS
No. Medrec
Nama Ayah/Ibu
Pekerjaan Ayah/Ibu
Pendidikan Ayah/Ibu

: An. D
: 08 Februari 2007
: 8 Tahun
: Islam
: Sunda / Indonesia
: Kp. Sindangheula Rt. 04 Rw. 02 Kel. Sukamantri
: Thypoid Fever
: 30 Desember 2014
: 29 Desember 2014
: 69-76-91
: Tn. D
: Buruh
: SMP

2. Alasan Masuk Rumah Sakit


11 hari sebelum masuk RS, ibu klien mengatakan bahwa badan klien panas
disertai muntah muntah. Klien sudah dibawa ke puskesmas, namun
panasnya hanya turun sesaat setelah klien minum obat penurun panas, dan
kemudian panasnya naik lagi. Lalu oleh ibunya klien dibawa ke poliklinik
anak RSU dr. Slamet dan oleh dokter disarankan untuk dirawat inap.
3. Keluhan Utama
Panas badan
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 30 Desember 2014, ibu klien
mengatakan badan klien panas dan klien belum BAB selama 5 hari. Panas
badan klien dirasakan terus-menerus setiap hari dan semakin meningkat pada
saat malam hari. Panas badan klien menurun pada siang hari namun tidak
mencapai suhu normal. Klien juga mengeluh badanya lemas dan nyeri pada
daerah perut kuadran 1 (dari 9 kuadran abdomen). Nyerinya dirasakan klien
melilit seperti diremas-remas dengan skala nyeri 2 (dari rentang 1-5). Nyeri

perut dirasakan klien hilang timbul dan berkurang jika klien tidur dengan
posisi miring ke kanan.
5. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
Pada saat hamil 2 bulan ibu klien biasa memeriksakan kehamilannya ke
puskesmas yaitu pada usia kehamilan 3 bulan 1x, 6 bulan 1x, dan pada
umur kehamilan 9 bulan 3x. Ibu klien mendapatkan imunisasi TT 2 x dan
mendapatkan obat/Vit Fe. Menurut ibu pada riwayat kehamilan tidak ada
mengalami kelainan dan kehamilan cukup bulan HPHT tidak diingat oleh
ibu klien. Selama hamil tidak mengkonsumsi obat jamu-jamuan.
b. Natal
Ny. A mengatakan bahwa klien anak kedua, dan usia kehamilanya cukup
bulan pada saat melahirkan (9 bulan), jenis persalinanya normal
(pervagina), dia melahirkan di ruang bersalin RSU dr. Slamet garut. Pada
saat lahir, klien menangis dengan kuat, dengan berat badan lahir 3,1kg,
dan panjang lahir 49 cm.
c. Post natal
Klien lahir pada tanggal 8 Februari 2007. Menurut keterangan ibunya,
pertumbuhan sejak lahir tidak ada kelainan. BB klien pada umur 1 10
bulan mengalami penambahan BB dan TB.
d. Riwayat Imunisasi
Ibu klien mengatakan, imunisasi klien telah lengkap sampai terakhir pada
usia 9 bulan klien mendapat imunisasi campak.
6. Riwayat Masa Lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya pernah mengalami panas badan dan
keluar darah dari hidung (mimisan) dan sembuh setelah berobat ke dr.THT.
Oleh dokter klien didiagnosa Rhinitis alergi dan disarankan untuk tidak terlalu
kecapean.
7. Riwayat Keluarga
Menurut penuturan ibu klien, bahwa di anggota keluarganya yg lain tidak ada
yg pernah mengalami penyakit seperti yg di derita klien saat ini, dan juga di
anggota keluarga lainnya tidak ada yang memiliki penyakit keturunan ataupun
penyakit menular.

8. Genogram

Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Klien
Kawin
Tinggal satu rumah
9. Riwayat Sosial
a. Pola Asuh
Klien diasuh dan dibesarkan oleh ibunya sendiri. Dari sejak lahir, klien
selalu diberikan ASI.
b. Hubungan dengan lingkungan sekitar.
`
Klien tampak kooperatif dengan dokter dan perawat
c. Hubungan Antar Keluarga
Hubungan antar keluarga tampak harmonis, Klien tampak dekat dengan
ibu dan adiknya.

10. Kebutuhan Dasar


No
ADL
1
Nutrisi

DI RUMAH

DI RUMAH SAKIT

a. Makan
Jenis
Frekuensi
Jumlah

Nasi,Lauk
pauk,sayuran,jajanan
yg
pedas
3x/hari
Habis 1 porsi tiap makan
Tidak ada

Keluhan

b. Minum
Jenis
Jumlah
Keluhan
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Bau
Keluhan
b. BAK
Frekuensi
Warna
Bau
Keluhan
Istirahat/Tidur
a. Malam
Lama
Kualitas
Keluhan
b. Siang
Lama
Kualitas
Keluhan
Personal Hygiene
Mandi
Gosok gigi
Gunting kuku
Keramas
Aktivitas dan bermain

air putih,air teh


6-7 gelas
Tidak ada

1-2x/hari
Lembek
Khas feces
Khas feces
Tidak ada

4-5x/hari
Kuning jernih
Khas urine
Tidak ada

Nasi TIM, Lauk


pauk, sayuran
3x/hari
Habis 1 porsi tiap
makan
Tidak ada
air putih
3-4 gelas
Tidak ada
Klien belum BAB
selama 5 hari
3-4x/hari
Kuning jernih
Khas urine
Tidak ada

7-8 jam/hari
Nyenyak
Tidak ada

6-7 jam/hari
Nyenyak
Tidak ada

1-2 jam/hari
Nyenyak
Tidak ada

2-3 jam/hari
Nyenyak
Tidak ada

2x/hari
Ya
Ya
Ya

1x/hari di spon
Ya
Tidak
Tidak

Klien
sehari-hari Klien
beraktivitas sebagai pelajar, bedrest,
dan klien selalu bermain klien

tampak
aktivitas
dibantu

dengan teman sebayanya


11. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum

keluarga

: Kesadaran Compos Mentis

b. Tanda-Tanda Vital
TD
: 100/60 mmHg
N
: 94
x/mnt
R
: 24
x/mnt
S
: 39,2 C
c. Pemeriksaan Antropometri
BB
: 19 Kg
TB
: 126 Cm
LK
: 49 Cm
LILA
: 15 Cm
BB sebelum sakit
: 17 Kg
d. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1. Kepala
Bentuk simetris, rambut berwarna hitam, panjang, dengan distribusi
merata, tidak ada nodul, lesi, rambut lengket oleh keringat, dan ada
ketombe.
2. Mata
Bentuk simetris ka-ki, konjungtiva tidak anemis, tidak tampak adanya
odema palpebra, sclera tidak ikterik, reflex cahaya (+), fungsi
penglihatan baik.
3. Telinga
Bentuk simetris ka-ki, tidak tampak adanya serumen, ketajaman
pendengarannya baik, klien dapat merespon pertanyaan yang diberikan
perawat dengan benar.
4. Hidung
Bentuk simetris ka-ki, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
kemampuan penciuman tidak terkaji, kebersihan hidung terlihat bersih.

5.

Mulut
Mukosa bibir kering, warna merah kecoklatan, lidah putih, tepi lidah
tampak kemerahan (Hiperemi), terdapat sedikit tremor pada saat lidah
dijulurkan,
6. Leher
Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar thyroid, dan tidak ada
distensi vena jugulari

7. Dada
Pergerakan simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, bunyi napas
vesikuler di seluruh permukaan paru,tidak terdengar wheezing ataupun
ronchi, vocal fremitus kiri dan kanan sama, irama jantung reguler, bunyi
jantung S1 dan S2 normal, tidak terdengar suara tambahan.
8. Abdomen
Bentuk datar, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdapat nyeri
tekan pada kuadran 1 area abdomen (dari 9 kuadan), Klien tampak
meringis pada saat perut ditekan. Bising usus 3x/mnt.
9. Genitalia
Tidak ada kelainan, tidak ada lesi, kebersihanya tampak bersih
10. Ekstremitas
Extremitas Atas
Bentuk simetris, kebersihannya bersih, kuku pendek dan bersih,
tidak tampak sianosis, CRT 2 detik, kekuatan otot lemah, tangan
kanan terpasang infus.
Extremitas Bawah:
Ektremitas bawah dapat digerakan ke segala arah, kekuatan ototnya
lemah, kedua ekstremitas sama panjang, keadaan utuh.
11 . Kulit
Warna kulit sawo matang, kulit berkeringat dan lembab,tidak ada lesi
ataupun kemerahan, turgor kulit kembali cepat.
12. Pemerikasaan Perkembangan
a. Motorik Kasar
Klien mampu menginjakkan satu persatu kakinya ke timbangan badan
saat akan diukur/di hitung BB tanpa terjatuh.
b. Motorik Halus
Klien dapat memegang sedotan air minum saat klien akan minum.
c. Bicara
Klien mampu bicara dengan jelas dan dapat di mengerti.
d. Kemampuan sosialisasi
Klien dapat bersosialisasi dan tampak ramah saat perawat datang
menghampirinya.

13. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hasil

Satuan

Nilai Normal

Darah Rutin :
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit
- Eritrosit
Hitung Jenis Leukosit
- Basofil
- Eosinofil
- Batang
- Netropil
- Limfosit
- Monosit
Imunoserologi
Widal
Anti S Typhi-H
Anti S Typhi-O
Kimia Klinik
AST (SGOT)
ALT (SGPT)

11.0
31
3.930
124.000
4,23

gr/dl
%
/mm3
/mm3
Juta/mm3

10 18
31 35
5.000 9.500
150.000-440.000
4,76 6,95

0
1
0
56
36
7

%
%
%
%
%
%

01
16
36
50 70
30 45
3 10

U/L
U/L

s/d 37

1/640
1/320
53
24

Pemeriksaan Rontgen :
- Cor tidak membesar
- Sinus dan diafragma normal
- Pulmo : Hillus kanan dan kiri normal
Kesan : Normal

14. Informasi Tambahan


Program therapy :
Infus KaEN 4B 15 gtt/mnt
Ceftriaxone 2 x 800 mg (IV)
Ranitidine 2 x 30mg (IV)
Paracetamol syrup 3 x 1 cth (per oral)
Imunos syrup 1 x 1cth (per oral)

15. Analisa Data

N
O
1

DATA

PENYEBAB

MASALAH

Ds :
Makanan yang terkontaminasi Hipertermi
- ibu klien mengatakan salmonela typosa a,b,c masuk
badan klien panas
ke dalam usus halus dan terjadi
- Ibu klien mengatakan,
proses inflamasi
panas badan klien
dirasakan
terus- Masuk ke dalam aliran darah
menerus setiap hari
dan
semakin
Bakteri melepas endotoxin
meningkat pada saat
malam hari. Panas
Merangsang sintesa dalam
badan klien menurun
pelepasan zat pirogen oleh
pada siang hari namun
leukosit
tidak mencapai suhu
normal.
Zat pirogen beredar dalam
darah
Do :
- Suhu tubuh 39,2oC
Impuls disampaikan
- Frekuensi nadi 94
hypothalamus bagian
x/menit
thermoregulator melalui
- Mukosa bibir kering
ductus thoracicus
- lidah putih, tepi lidah
tampak
kemerahan
Hipertermi
(Hiperemi),
terdapat
sedikit tremor pada saat
lidah dijulurkan.
Ds :
- Ibu klien mengatakan,
klien sudah 5 hari
belum BAB
Do :
- Klien bedrest
- Suhu tubuh 39,2OC
- Bising usus 3x/mnt

Proses infeksi dalam usus


halus
Suhu tubuh meningkat
Metabolisme tubuh meningkat
Peningkatan reabsorpsi cairan
pada usus halus, feaces
mengeras, bedrest, penurunan
metabolisme usus

Gangguan pola
eleminasi BAB :
konstipasi

Feaces mengeras
Konstipasi
3

Ds :
- Klien mengeluh nyeri
pada
daerah
perut
kuadran 1 (dari 9
kuadran abdomen).
- Klien mengeluh nyerinya
dirasakan melilit seperti
diremas-remas dengan
skala nyeri 2 (dari
rentang 1-5).
Do :
- Terdapat nyeri tekan
pada kuadran 1 area
abdomen
(dari
9
kuadan).
- Klien tampak meringis
pada saat perut ditekan.

Ds :
- Klien mengeluh badanya
4
lemas
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien Bedrest
- Aktivitas dibantu

Reaksi peradangan pada usus


halus
kerusakan mukosa usus halus
merangsang reseptor nyeri
mengeluarkan neurotrasmiter,
bradikinin, serotinin dan
histamin
di sampaikan ke ssp
dipersepsikan nyeri

Intake nutrisi kurang


Metabolisme glukosa
terganggu
Pembentukan ATP dan ADP
terganggu
Energi berkurang dan terjadi
kelemahan otot

16. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut pada


daerah abdomen

Gangguan
pemenuhan ADL

N
O
1.

2.

Diagnosa Keperawatan

Tanggal Ditemukan
Tanggal
Paraf
Hipertermi berhubungen dengan adanya 30 Desember 2014
proses inflamasi akibat invasi ke dalam
usus halus ditandai dengan :
Ds :
- ibu klien mengatakan badan klien panas
- Ibu klien mengatakan, panas badan klien
dirasakan terus-menerus setiap hari dan
semakin meningkat pada saat malam
hari. Panas badan klien menurun pada
siang hari namun tidak mencapai suhu
normal.
Do :
- Suhu tubuh 39,2oC
- Frekuensi nadi 94 x/menit
- Mukosa bibir kering
- lidah putih, tepi lidah tampak kemerahan
(Hiperemi), terdapat sedikit tremor pada
30 Desember 2014
saat lidah dijulurkan.
Gangguan pola eliminasi BAB :
konstipasi
berhubungan
dengan
peningkatan, reabsopsi cairan di usus
besar akibat pengingkatan metabolisme
tubuh ditandai dengan :
Ds :
- Ibu klien mengatakan, klien sudah 5 hari
belum BAB

3.

Do :
- Klien bedrest
- Suhu tubuh 39,2OC
- Bising usus 3x/mnt
Nyeri akut pada daerah abdomen
berhubungan dengan kerusakan mukosa
usus halus akibat reaksi peradangan, yang
ditandai dengan :

30 Desember 2014

Ds :
- Klien mengeluh nyeri pada daerah perut
kuadran 1 (dari 9 kuadran abdomen).
- Klien mengeluh nyerinya dirasakan
melilit seperti diremas-remas dengan
skala nyeri 2 (dari rentang 1-5).
4.

Do :
- Terdapat nyeri tekan pada kuadran 1 area
abdomen (dari 9 kuadan).
- Klien tampak meringis pada saat perut
ditekan
Gangguan pemenuhan ADL berhubungan
dengan kelemahan otot ditandai dengan :
Ds :
- Klien mengeluh badanya lemas
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien Bedrest
- Aktivitas dibantu

30 Desember 2014

PROSES KEPERAWATAN
N
o
1
1

Diagnosa Keperawatan
2

Hipertermi
berhubungen
dengan adanya proses inflamasi
akibat invasi ke dalam usus
halus ditandai dengan :
Ds :
- ibu klien mengatakan badan
klien panas
- Ibu klien mengatakan, panas
badan klien dirasakan terusmenerus setiap hari dan
semakin meningkat pada saat
malam hari. Panas badan
klien menurun pada siang
hari namun tidak mencapai
suhu normal.
Do :
- Suhu tubuh 39,2oC
- Frekuensi nadi 94 x/menit
- Mukosa bibir kering

Perencanaan
Tujuan
3

TUPAN:
Tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh
TUPEN :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 5x24
jam, diharapkan suhu
tubuh kembali normal
dengan kriteria :
- Panas badan hilang
- Mukosa bibir lembab
- Thypoid tongue (-)
- Suhu normal (36-37
)

Intervensi
4

1.

2.

3.

4.

Observasi
vital

Rasional
5

tanda-tanda 1.

untuk mengetahui perkembangan


klien sehingga dapat memberikan
Asuhan Keperawatan yang sesuai

2.

Kompres
hangat
dapat
mempercepat penurunan suhu tubuh

3.

Dapat
hilang

Berikan kompres hangat

Anjurkan klien banyak


min um
4.
Anjurkan klien memakai
pakaian tipis

mengganti

cairan

yang

Pakaian tipis dapat menguap pada


badan tidak panas

- lidah putih, tepi lidah tampak


kemerahan
(Hiperemi),
terdapat sedikit tremor pada
saat lidah dijulurkan.
2.

Gangguan pola eliminasi BAB :


konstipasi berhubungan dengan
peningkatan, reabsopsi cairan
di
usus
besar
akibat
pengingkatan
metabolisme
tubuh ditandai dengan :
Ds :
- Ibu klien mengatakan, klien
sudah 5 hari belum BAB
-

TUPAN:
Pola eliminasi BAB lancar
TUPEN:

Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 5x24
jam, diharapkan suhu pola
eliminasi BAB lancar
dengan kriteria :

Klien bisa BAB


Feces tidak keras
- Ekspresi wajah tenang

Do :
- Klien bedrest
- Suhu tubuh 39,2OC
- Bising usus 3x/mnt

Ka 1.

1.

Untuk mengetahui output dan dapat ditentukan


intake yang sesuai
2.
2.
Au
Penurunan m enunjukkan adanya obstruksi statis
skultasi bising usus
akibat inflamasi
3.
Sel 3.
idiki keluhan nyeri abdomen Berhubungan denagn distensi gas

ji pola eliminasi klien

4.
servasi gerakan usus,
perhatikan warna,
konsistensi, dan jumlah
feces.
5.
jurkan makan makanan
lunak, buah-buahan yang
merangsang BAB

Ob 4.
Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi
ketepatan intervensi

An 5.

Mengatasi konstipasi yang terjadi

6.

6.
laborasi berikan pelunak
feses, suppositaria sesuai
indikasi

Ko Mungkin perlu untuk merangsang peristaltic


dengan perlahan

Nyeri akut pada daerah


abdomen berhubungan dengan
kerusakan mukosa usus halus
akibat reaksi peradangan, yang
ditandai dengan:
Ds :
- Klien mengeluh nyeri pada
daerah perut kuadran 1 (dari 9kuadran abdomen).
- Klien
mengeluh
nyerinya
dirasakan
melilit
seperti
diremas-remas dengan skala
nyeri 2 (dari rentang 1-5).

TUPAN:
Nyeri Hilang

1. Kaji tingkat nyeri, lokasi,


sifat dan lamanya nyeri

TUPEN:
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 5x24
jam, diharapkan nyeri
hilang dengan kriteria:
Klien tidak mengeluh nyeri
Ekspresi wajah tampak
tenang

2. Berikan posisi yang nyaman


sesuai keinginan klien.
3. Ajarkan tehnik nafas
dalam
4. Ajarkan kepada orang tua
untuk menggunakan tehnik
relaksasi misalnya visualisasi,
aktivitas hiburan yang tepat
5. Kolaborasi obat-obatan
analgetik

1. Sebagai indikator dalam melakukan


intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui
sejauh mana nyeri dipersepsikan.
2. Posisi yang nyaman akan membuat klien
lebih rileks sehingga merelaksasikan otototot.
3. Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi
otot-otot sehingga mengurangi nyeri
4. Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
perhatian
5. Dengan obat analgetik akan menekan atau
mengurangi rasa nyeri

Do :
- Terdapat nyeri tekan pada
kuadran 1 area abdomen (dari
9 kuadan).
- Klien tampak meringis pada
saat perut ditekan
4

Gangguan pemenuhan ADL TUPAN:


berhubungan
dengan Klien mampu melakukan
ADL secara mandiri

1. Kaji tingkat intoleransi klien


2. Anjurkan keluarga untuk
membantu memenuhi aktivitas

1. Menetapkan intervensi yang tepat


2. Mengurangi penggunaan energi yang
berlebihan

kelemahan otot ditandai dengan


TUPEN:
:
Setelah dilakukan asuhan
Ds :
keperawatan selama 5x24
- Klien mengeluh badanya lemas
jam, diharapkan ADL klien
terpenuhi dengan kriteria:
Do :
- Klien tampak segar dan
- Klien tampak lemah
ceria
- Klien mampu melakukan
- Klien Bedrest
toilette
- Aktivitas dibantu
training,makan,minum dan
personal hygiene secara
mandiri

kebutuhan sehari-hari
3. Bantu mengubah posisi tidur
minimal tiap 2 jam
4, Tingkatkan kemandirian klien
yang dapat ditoleransi

3. Mencegah dekubitus karena tirah baring


dan meningkatkan kenyamanan
4. Meningkatkan aktivitasringan dan
mendorong kemandirian sejak dini

Tanggal
1
30 Des14
14.00
14.30

15.00

15.45

16.00

16.30

17.30

20.00

Implementasi
2

Evaluasi
3

Melakukan BHST

Ibu klien menyapa perawat dengan ramah

Mengobservasi
- TD
: 100/60 mmHg
TTV
dan - N
: 94
melakukan
x/mnt
pemeriksaan fisik
-R
: 24
x/mnt
-S
: 39,2 C
- Bising usus 3x/mnt
Memberikan
- terdapat nyeri tekan pada area abdomen
kompres
hangat kuadran 1 (dari 9 kuadran abdomen)
dan menganjurkan Setelah 30 menit kemudian:
untuk
banyak S: 38
minum
Mengatur posisi
tidur
klien
senyaman
Klien tampak tidur miring ke sebelah kanan
mungkin
Menyajikan makan
sore
dan
menganjurkan
kepada klien untuk Setelah 30 menit kemudian, porsi makan habis,
makan makanan klien makan dibantu oleh ibunya
yang lunak dulu
Membantu klien
meminum obat:
- PCT syrup 1
Klien mau minum obat sesuai dosis yang
cth
diberikan
- Imunos syrup 1
cth
- Menganjurkan
untuk memakai
pakaian
yang Ibu klien mengganti baju klien dengan baju yang
tipis
dan terbuat dari bahan katun
menyerap
keringat
- Membantu klien
mengganti
pakaian
Memberikan

Dp ke4
1,2,3,4
1

2
3
1

3,4

1,2,4

1,4

therapy injeksi:
- Ceftriaxone 800 Therapy masuk via selang infus, reaksi alergi (-)
mg (IV)
- Ranitidine 80 mg
(IV)
31 Des14
07.30
08.00

09.00

10.00

12.00

13.00

Membina BHST
Memberikan
therapy injeksi :
- ceftriaxone 800
mg (IV)
- Ranitidine 30mg
(IV)
Mengobservasi
TTV
dan
melakukan
pemeriksaan fisik
Memberikan
kompres
hangat
dan menganjurkan
banyak minum
Menyajikan makan
siang
dan
membantu klien
mendekatkan
barang-barang yg
dibutuhkan klien
Membantu klien
meminum obat:
- PCT syrup 1
cth
- Imunos syrup 1
cth

Klien tersenyum, ibu klien menyambut dan


menyapa dengan ramah
Therapy masuk via selang infus, reaksi alergi (-)

- TD = 90/60 mmHg
- R = 24x/mnt
- N = 88x/mnt
- S = 38,5
- Bising usus 5x/mnt
Setelah 30 menit:
R = 37,8

1,2,3,4
1

2
1,2

4
Porsi makan habis
Klien makan sendiri, tidak disuapi oleh ibunya
1,4
Klien mau minum obat, reaksi alergi (-)

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
1
Senin, 5 January 2014
Jam 09.00

Dp ke2

Catatan Perkembangan
3

S : Ibu klien mengatakan badan


klien sudah tidak panas lagi
O : - S= 36,8
- Mukosa bibir lembab
- Lidah bersih, tanda- tanda
thypoid tongue (-)
A : Masalah Hipertermi teratasi

S : Ibu klien mengatakan, klien


sudah BAB 3 hari yang lalu,
dan sekarang BAB klien sudah
lancar setiap hari
O : - Frekuensi BAB 1x/hari
- konsistensi feces lembek
- Bising usus = 6x/mnt
- Ekspresi wajah ceria
A : Masalah Gangguan pola
eliminasi BAB teratasi
S : Klien mengatakan perutnya
sudah tidak sakit lagi
O : - Nyeri hilang
- Tidak ada nyeri tekan pada
daerah abdomen
- Klien tampak tenang
A : Masalah nyeri akut pada daerah
abdomen teratasi
S : Ibu klien mengatakan klien
sudah mau makan dan minum
sendiri.
O : - Ganti pakaian,toilet training
dan personal hygiene masih

Paraf
4

dibantu oleh ibunya karena


pergerakan klien terbatas
dengan terpasangnya infus
pada tangan sebelah kanan.
- Klien tampak segar dan ceria
A : Masalah Gangguan pemenuhan
ADL teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
- Kaji tingkat intoleransi klien
- Tingkatkan kemandirian klien
yang dapat ditoleransi

BAB IV
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan
Penyakit typoid abdominalis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman

salmonella typhosa, ebethela typhosa melalui makanan yang terkena kuman, Penyakit ini
penyebabnya secara bertahap. Gejala mudah dikenal, penangannya membutuhkan penanganan
yang baik dan intensive. Penyakit ini banyak terjadi oleh karena ketidaktahuan sebagian
masyarakat tentang penyakit ini, tidak memperhatikan kesehatan lingkungan, tidak terarturnya
pola makan maupun tidak teraturnya pola hidup.
Adapun gejala dan tanda klinik typohoid abdominalis berupa tidak enak badan, terasa
meriang, pusing, mual, ingin muntah, badan terasa lemas, tulang-tulang terasa sakit dan nafsu
makan berkurang, panas badan, nadi lemah dan gangguan mental.
4.2.

Saran
Setelah mengetahui kesimpulan dari perubahan masalah ini, maka penulis menyarankan

pencegahan dan penanganan pada typoid abdominalis adalah sebagai berikut :


-

Usaha untuk lingkungan hidup yang sehat

Usaha terhadap manusia

Pengawasan terhadap rumah, makanan dan penjual makanan

Memberikan pendidikan kesehatan

Segera melakukan tindakan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart(2002)Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges,Marylin,E(2000)Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Herdman t. Heather(2010) Diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief, dkk. (2000) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Suriadi & Rita Yuliani (2001) Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I.
Jakarta : CV Sagung Seto
Wong, dona l(2008) Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi