Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1, Desember 2014
27
28
A. Pendahuluan
Menurut kodratnya, manusia yang dilahirkan memiliki
berbagai perbedaan antara manusia yang satu dengan manusia
lainnya, antara etnis yang satu dengan etnis, dan bahkan antara
bangsa-bangsa di dunia ini. Berbagai perbedaan antar manusia
tersebut sekaligus sebagai penanda karakter dari masing-masing
individu dan wujud keunikan dari mahkluk manusia.
Dalam perspektif susunan kodrat, manusia terdiri atas
unsur jiwa dan unsur raga. Unsur jiwa dan unsur raga masingmasing memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi secara seimbang
guna untuk menjamin kesehatan dan kelangsungan kerja dan gerak
kedua unsur tersebut. Sebagai akibatnya dalam diri manusia selalu
ada dorongan untuk memenuhi kebutuhan sejalan dengan
keberadaannya. Kedua unsur ini senantiasa menyatu dalam pribadi
setiap manusia. Pemisahan antara unsur jiwa dan raga berarti
pengakhiran kehidupan di dunia untuk memasuki alam kehidupan
selanjutnya. Sedang dalam perspektif sifat kodrat, dalam diri
manusia terdapat dua sifat, yakni sebagai mahkluk individu dan
mahkluk sosial (zoon politicon). Dua sifat kodrat inilah yang
mendorong manusia untuk melakukan interaksi dengan manusia
lain. Interaksi yang dibangun selain untuk memenuhi kebutuhan
akan kedudukan kodrat juga sifat kodratnya.
Potensi dan berbagai pola interaksi yang dibangun serta
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan mempengaruhi dan
membentuk kepribadian masing-masing mahkluk manusia. Gillin
dan Gillin (Soerjono, 2002) menegaskan, berbagai perbedaan
pribadi dan juga kelompok yang dalam bentuknya berupa
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
lebih dahulu, kemudian cara yang formal, jika cara pertama tidak
membawa hasil dan cara yang paling ekstrim yakni cara paksaan.
Satjipto (2010) mengilustrasikan cara informal merupakan cara
penyelesaian yang mengedepankan kebajikan para pihak
berdasarkan nilai-nilai keadilan yang telah ada yang dibangun oleh
masyarakat. Cara ini lebih mengedepankan pada upaya
menemukan keadilan berdasarkan prinsip kesetaraan dan
kepatutan dan mencegah upaya pemaksaan. Mereka diberi
kebebasan untuk menemukan cara berhukum sendiri yang selama
ini telah membentuk keharmonisan dan keadilan.
Berikut uraian beberapa model penyelesaian konflik.
a. Konsiliasi
Konsiliasi berasal dari kata Latin conciliatio atau perdamaian yaitu
suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih
guna mencapai persetujuan bersama untuk berdamai. Dalam
proses ini pihak-pihak yang berkepentingan dapat meminta
bantuan pihak ke tiga. Namun dalam hal ini pihak ketiga tidak
bertugas secara menyeluruh dan tuntas. Ia hanya memberikan
pertimbangan-pertimbangan yang dianggapnya baik kepada
kedua pihak yang berselisih untuk menghentikan sengketanya.
b. Mediasi
Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara
menyelesaikan
pertikaian
denganmenggunakan
seorang
pengantara (mediator). Dalam hal ini fungsi seorang mediator
hampir samadengan seorang konsiliator. Seorang mediator juga
tidak mempunyai wewenang untuk memberikankeputusan yang
mengikat; keputusannya hanya bersifat konsultatif. Pihak-pihak
yang bersengketasendirilah yang harus mengambil keputusan
untuk menghentikan perselisihan. Mediator bertindak secara
proaktif untuk mengkomunikasikan kedua pihak dan memberikan
pandangan terbaik jika para pihak dapat menyelesaikan
persoalannya. Mediator sebaiknya mampu menggiring kedua
pihak pada suatu resolusi yang memuaskan (legowo) atas
perbedaan atau pertentangan kedua pihak.
c. Arbitrasi
Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui
pengadilan, dengan seorang hakim (arbiter)sebagai pengambil
keputusan. Arbitrasi berbeda dengan konsilidasi dan mediasi.
43
44
45
46
47