Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2.
Pemeriksaan biopsy adalah eksisi jaringan dari tubuh yang hidup untuk
5.
Dileher kiri Tn A ada benjolan sebesar telur ayam, yang mula mula tidak
nyeri tekan.
bening.
dari hyperplasia.
Dan dapat diambil Diagnosa medis dan Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Diagnose medis
Diagnose keperawatan
LIMFOMA
Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas.
imbangan persptual.
2.
otot yaitu peningkatan jumlah limfosit makrofat jinak selama reaksi terhadap
antigen.
3.
Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita.
Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya
didaerah submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub:
bawah;mandibula:rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada
orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk
pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari
pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe
akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh
limfe yang melewatinya.
4.
di leher dan ketiak, tetapi kadang kala di tempat lain. Gejala ini biasanya cepat
hilang tanpa diobati.
5.
antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada
antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel
pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga
kelenjar getah bening membesar.
6.
juuga termasuk dalam pertahanan tubuh. Kelenjar limfa memiliki sel pertahanan
tubuh, jika ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar limfa dapat menghasilkan
sel sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut.
limfadenopati.
Ada hubngan antara tanda dan gejala yang dialami Tn A dengan penyakit
yang dideritanya.
Limfoma.
mengalami defisiensi zat besi. Kombinasi nilai sel darah merah lainnya memberi
penanda yang berbeda untuk etiologi gangguan darah.
Pemeriksaan darah lainnya adalah golongan darah ABO dan antigen Rh serta
pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya mikroorganisme dan titer antibodi. Laju
sedimentasi eritrosit (SED) adalah pemeriksaan yang mengevaluasi kecenderungan
sel darah merah untuk terpisah dari bagian darah yang tidak membeku dalam satu
jam. Pemeriksaan ini berdasarkan fakta bahwa inflamasi dan proses lain yang
hampir sama menstimulasi hepar untuk melepaskan sejumlah protein ke dalam
darah, yang menyebabkan sel darah beragregasi bersama-sama, menjadi lebih
berat dan akhirnya mengendap ke dasar wadah. Karena hal ini, laju SED sering kali
meningkat secara tidak spesifik pada penyakit inflamasi.
Nilai Hitung Darah Lengkap Dengan differensial Dan Hitung Trombosit (Orang
Dewasa)
Hematokrit (% sel darah merah): 42-52% untuk pria; 36-48% untuk wanita)
wanita
Neutrofil: 50%-62%
Eosinofil: 0%-3%
Basofil:0%-1%
Limfosit:25%-40%
Monosit:3%-7%
Laju Sedimentasi
Waktu Pembekuan
Waktu pembekuan adalah lama waktu pembekuan yang terjadi setelah penusukan
luka standart pada kulit. Waktu pembekuan diukur dalam menit dan
mengindikasikan status fungsi trombosit, terutama efektifitas sumbatan trombosit.
Waktu pembekuan tidak lebih dari 15 menit (normal: 3,0-9,0 menit) untuk
penusukan lengan.
Masa Troboplastin parsial/protombin
PTT (pratial thromboplastin time) dan PT (prothrombin time) mendeteksi defisiensi
dalam aktifitas berbagai faktor pembekuan. Kedua pemeriksaan mengevaluasi
bekuan dalam sampel darah vena.
PTT menunjukkan efektifitas jalur intrinsik koagulasi dan tidak boleh lebih dari 90
detik (normal: 30 sampai 40 detik). Pemeriksaan ini penting dalam menentukan
efektifitas dan keamanan terapi herapin.
PT mendemonstrasikan efektifitas faktor koagulasi vitamin K-dependen, terutama
jalur ekstrinsik dan jalur umumnya koagulasi. PT seharusnya tidak lebih dari 40
detik, atau sampai 2,5 kali level kontrol (normal: 11 sampai 13 detik). PT digunakan
untuk menentukan efektifitas terapi warfarin (Coumadin).
Pengertian
Etiologi
Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
a.
b.
c.
d.
Patofisiologi
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya
bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi
kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa
dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil
agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian
memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh
limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang
bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah
dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe
menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang
meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen
yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat
peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya,
agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh
penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan
limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa
oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai
aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang
kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya
hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati
sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar
limfe dianjurkan. (Harrison, 1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan
tumur mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu
dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini
dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ).
Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak
dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan
ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi
tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000;
35).
Manifestasi Klinis
Kelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan
tanpa nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada
jaringan dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara
asimetrik, dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa.
(Harrison, 1999; 370).
Pemeriksaan Penunjang
Biakan darah.
Foto rontgen.
Serologi.
G.
Penatalaksanaan
1.
Therapy Medik
Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti
pada LH diatas
Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)
Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy
utama.
Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal : seperti therapy LH
Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso epirubicin, oncovin,prednison
(CHOP) dengan dosis :
C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I
H : hydroxo epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I
P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 5
Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 4 minggu
Lymfoma non hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
2.
Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui
yim onkology ( di RS type A dan B)
H.
Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas.
persptual.
Intervensi
1.
Kaji kulit atau warna insisi. Suhu dan integrits: perhatikan adanya eritema
Rasional :
-
prostese.
-
jaringan dan memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi selular dan
penyembuhan jaringan.
-
2.
Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas
otot.
Tujuan: mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / hilang.
( doengos, 1999; 915 917 )
Intervensi :
-
operasi.
-
Rasional:
-
sakit kepala frontal dan / atau oksipital mungkin berekembang dalam 24-72 jam
yang mengikuti anestesi spinal, mengharuskan posisi terlentang, peningkatan
pemasukan cairan, dan pemberitahuan ahli anestesi.
kateter indwelling yang tidak tetap, selang NG, jalur parenteral ( sakit kandung
kemih, akumulasi cairan dan gas gaster, dan infiltrasi cairan IV/ medikasi.
-
suksinilkolin dapat bertahan sampai 48 jam pasca operasi, sakit kepala sinus yang
disosialisasikan dengan nitrus oksida dan sakit tenggorok dan sediakan jaminan
emosional. Catatan: peristasia bagian-bagian tubuh dapat menyebabkan cedera
saraf. Gejala gejala mungkin bertahan sampai berjam-jam atau bahkan berbulan
bulan dan membutuhkan wevaluasi tambahan.
-
Fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan oto punggung artritis,
sewdangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
- Lepaskan tegangan emosional dan otot; tingkatkan perasaan kontrol yang
mungkin dapat meningkatkan kemam puan koping.
- Mengurangi ketidaknyamanan yang di hubungkan dangan membaran mukosa
yang kering pada zat zat anestesi, restriksi oral.
3.
imbangan persptual.
Tujuan: Menetapkan pola nafas normal / efektif dan bebas dari sianosis dan tanda
tanda hipoksai lain. ( doengos, 1999; 911 912 )
Intervensi:
pernafasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernafasan cuping hidung, warna
kulit dan aliran udara.
-
Rasional:
-
Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari
muntah, posisi yang benar akan mendoromg ventilasi pada lobus paru bagian
bawah dan menurunkan tekanan pada diafragma.
-
Setekah pemberian obat obat relaksasi otot selama masa intra operatif
pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada difragma, otot otot interkostal,
dan laring yang akan diikuti dengan relaksasi dengan relaksasi kelompok otot otot
utma seperti leher, bahu, dan otot otot abdominal, selanjutnya diikuti oleh otot
otot berukuran sedang seperti lidah, paring, otot otot ekstensi dan fleksi dan
diakhiri oleh mata, mulut, wajah dan jari jari tangan.
-
Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena danya darah atau mukus dalam
yang akan diikat oleh Hb yang mengantikan tempat gas anestesi dan mendorng
pengeluaran gas tersebut melalui zat zat inhalasi.
4.
Intervensi:
-
gastrointestinal ).
-
dilakukan.
posisi duduk, air yang mengalir dalam bak, mengalirkan air hamgat diatas
perineum.
-
Periksa pembalut, alat drein pada intrval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
-
mabuk perjalanan penyakit memiliki resiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada
masa pasca operasi. Selain itu, semakin lama durasi anestesi, semakin resiko untuk
mual, catatan: Mual yang terjadi selama 12 24 jam pasca operasi umumnya
dibangunkan dengan anestesi( termasuk anestesi regional ),. Mual yang bertahan
lebih dari 3 hari pasca operasi mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik untuk
mengontrol rasa sakit atau tr erap oabt abatan lainnya.
Askep Limfadenopaty
1.
Pengkajian
a.
Identitas pasien
Nama
: Tn A
Umur
: 50 tahun
: islam
Alamat
Suku
: jawa
Mrs
Pengkajian
: 1 10 2011
2.
Keluhan utama :
Mual muntah, tidak nafsu makan dan sering keringat malam.
3.
a.
Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup dan suka makan diluar
rumah, saat MRS pemenuhan nutrisi bubur kasar 1 porsi habis setiap kali makan.
Kesulitan makan tidak ada, keadaan yang mengganggu nutrisi tidak ada, status gizi
yang berhubungan dengan keadaan tubuh : postur tubuh tinggi, besar, keadaan
rambut bersih.
BAB
Frekuensi : 1 x / 3 hari
BAK
Frekuensi : kondom cat
Warna dan bau : bau khas urine
Keluhan : tidak ada
c.
Tidur
Frekuensi : 2 x sehari
Jam tidur siang : 1 3 jam / hari
Jam tidur malam : 6 7 jam / hari
Keluhan : tidak ada
Istirahat
Frekuensi : 4 6 x / hari
Keluhan : tidak ada
d.
Pola aktivitas
Klien biasanya duduk seharian untuk membuat pola rancangan baju dari
pemesanan. Olah raga kadang kadang seminggu sekali. Jalan jalan pagi ke alun
alun.
e.
sensori :
daya penciuman, daya rasa, daya raga, daya pendengaran baik.
Kognitif :
Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik
f.
6.
Pemeriksaan fisik
a.
Pemeriksaan kulit :
7.
Analisa data
No.
Data
Etiologi
Masalah
1.
Wajah pucat
Tubuh lemas
Intoleransi aktifitas
2.
Q : berat
R : leher kiri
S :7
T : saat tekan
Nyeri
8.
Diagnosa Keperawatan
a.
b.
menurun.
c.
dan anemia.
d.
9.
Intervensi
Tanggal
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1 Oktober 2011
Dalam waktu 2 x 24 jam anemia, lemah, letih sudah berkurang dan dapat
melakukan aktifitas dengan normal kembali.
Bantu atau perintahkan klien untuk mengambil nafas dalam agar pasien
relaksasi
-
Dalam waktu 2x24 jam sesak nafas sudah berkurang, suplay O2 ke jaringan
terpenuhi.
Latih klien untuk bernafas secara perlahan lahan, bernafas lebih efektif.
Nilai TTV yang tidak normal menujukkan adanya abnormalitas pada bagian
Bernafas perlahan lahan dapat membantu pola nafas menjadi lebih efektif
Dalam waktu 2x24 jam nutrisi pasien dapat terpenuhi dan kondisi tubuh kembali
normal.
Secara subyektif pasien mengatakan bahwa mul dan muntahnya sudah sembuh dan
secara obyektif anorexia dan anemia sudah teratasi.
Jelaskan manfaat makanan bila dikaitkan dengan kondisi pasien saat ini.
pasien.
-
Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari penurunan asupan nutrisi secara
Secara subyektif pasien mengatakan bahwa nyeri tekan tekan pada leher kirinya
sudah berkurang. Secara obyektif skala nyari menjadi 1.
Ajarkan pasien tehnik pengendalian nyeri alternatif seperti umpan balik, dan
relaksasi.
Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian.
-
rasa percaya.
-
Poskan Komentar
2011 (5)
Oktober (5)
ASKEP Sindrom Steven Johnson (SSJ)
ASKEP LIMFADENOPATI
ASKEP LIMFADENOPATI
Mengenai Saya
askep