Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama
: MB
Umur
: 12 tahun
Jenis Kelamin
: Laki Laki
Suku/Bangsa
: Sangihe/Indonesia
Alamat
Agama
: Kr. Protestan
Pekerjaan
Anamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan di punggung kiri sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Benjolan di punggung kiri berwarna putih seperti lilin sejak 2 bulan yang lalu, awalnya
benjolan timbul di punggung kiri dengan batas tegas, nyeri (-), gatal (-), ukuran milier
lentikuler, berwarna putih seperti lilin , berbentuk kubah yang ditengahnya terdapat
lekukan (delle) kemudian benjolan yang yang sama timbul dibagian lengan kiri, dan paha
kiri. Ibu pasien pernah mencoba untuk memecahkan benjolan sebelumnya dan keluar
massa padat seperti nasi. Pasien sudah pernah berobat ke dokter umum dan mendapat
obat minum, tapi tidak ada perubahan. Pasien sering mandi di sungai dekat rumah pasien.
Riwayat alergi obat disangkal, riwayat demam dan batuk beringus disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien baru kali ini menderita sakit seperti ini.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Disangkal
Riwayat Alergi:
Disangkal
Riwayat Kebiasaan
Mandi 2-3 x/Hari
Memakai Sabun (Cair)
Handuk dipakai sendiri
Riwayat Sosial
Rumah Permanen, WC dan Kamar Mandi berada dalam 1 Ruangan
II. Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALISATA
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi : 82x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu Badan : 36,1 0C
Berat Badan : 29 Kg
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik,
Pupil Bulat, Isokor, Diameter 3 mm. Refleks Cahaya +/+ Normal
Leher
STATUS DERMATOLOGI
III.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan peeriksaan Histopatologi ( pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang )
IV.
Diagnosis Kerja
Moluskum Contangiosum
V. Diagnosis Banding
Veruka Vulgaris
VI.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan
moluskum. Dilakukan tindakan ekskokleasi dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo,
jarum suntik atau kuret, sebelumnya dilakukan anastesi terlebih dahulu. Kemudian
diberikan Asam Fusidat cream 2 % 2x1app setelah selasai dilakukan ekskokleasi.
VII.
Prognosis
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, maka jarang atau tidak akan residif.
BAB III
PEMBAHASAN
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
I. DEFINISI
Moluskum kontagiosum merupakan suatu penyakit infeksi virus pada kulit yang
disebabkan oleh virus golongan poxvirus genus Molluscipox dengan wujud klinis berupa
benjolan pada kulit atau papul-papul multiple yang berumbilikasi di tengah, mengandung
badan moluskum, serta dapat sembuh dengan sendirinya. 1
II. EPIDEMIOLOGI
Moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara
tropis. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak. Biasanya pada dewasa oleh karena
hubungan seksual. Media penularan penyakit ini melalui kontak langsung. Penyakit ini
menyebar dengan cepat pada suatu komunitas yang padat dengan higienitas yang kurang.
2
Pada negara tropis, insiden paling tinggi pada anak-anak dengan rentang usia 2
dan 3 tahun. Sedangkan pada negara maju, biasanya pada anak-anak sekolah karena
penggunaan kolam renang yang bersama-sama. Studi di Jepang pada tahun 2008,
menyatakan bahwa terdapat 7000 anak terserang moluskum kontagiosum dengan 75% di
antaranya memiliki riwayat penggunaan kolam renang bersama.
2,3
Di Amerika Serikat,
pada tahun 2003, hanya ditemukan 5% anak-anak yang terkena moluskum kontagiosum,
dan kira-kira antara 5-20% menyerang dewasa dengan AIDS. 1
III. ETIOLOGI
Moluskum kontagiosum disebabkan oleh suatu virus dari golongan poxvirus.
Dalam taksonomi, virus ini termasuk dalam ordo Poxviridae, famili Chordopoxvirinae,
genus Molluscipox virus, spesies Molluscum contagiosum virus (MOCV). Virus ini
termasuk golongan double strained DNA (dsDNA).
Virion dari MOCV ditemukan dengan struktur beramplop, berbentuk seperti bata
dengan ukuran 320x250x200 nm. Partikel virus ini terdiri dari 2 bentuk infeksius yang
berbeda, yaitu internal mature virus (IMV) dan external enveloped virus (EEV).
Gambar 1. MOCV Dilihat Melalui Mikroskop Elektron
Gambar 2. Virion MOCV
Virus ini memiliki struktur genome linier, dengan dsDNA kira-kira 190 kB,
genome linier diapit degan sekuens inverted terminal repeat (ITR) yang secara kovalen
saling terikat pada ujung-ujungnya.
Proses replikasi virus ini terjadi di sitoplasma. Virus akan menyisip ke
glycosaminoglycans (GAGs) pada permukaan sel target atau oleh komponen matriks
ekstraseluler, kemudian memicu fusi membran, dan melepaskan inti virus ke dalam
sitoplasma. Pada fase awal, gen awal ditranskripsi di sitoplasma oleh polymerase RNA
virus, ekspresi gen awal akan terbentuk 30 menit pascainfeksi. Ekspresi paling akhir
adalah tidak terselubungnya inti virus dan genom virus sekarang sudah benar-benar
IX. TERAPI
Terapi yang diberikan intinya adalah mengeluarkan massa yang mengandung
badan moluskum. Bisa menggunakan teknik cryosurgery, evisceration, curettage,
elektrokauterisasi, adhesive tape stripping.
Selain itu bisa juga dicoba obat-obatan, seperti misalnya podophyllin dan
podofilox. Berupa suspensi 25% dalam bentuk larutan benzoin atau alkohol dapat
diterapkan seminggu sekali. Pengobatan ini memerlukan beberapa tindakan pencegahan.
Mengadung dua mutagen, quercetin dan kaempherol. Beberapa efek samping termasuk
kerusakan erosif parah pada kulit normal yang berdekatan yang dapat menyebabkan
jaringan parut dan efek sistemik seperti neuropati perifer, kerusakan ginjal, illeus,
leukopenia, dan trombositopenia, terutama jika digunakan pada permukaan mukosa.
Podofilox adalah alternatif yang lebih aman untuk podofilin dan dapat digunakan oleh
pasien di rumah. Penggunaan yang direkomendasikan biasanya terdiri dari penerapan
0,05 ml podofiloks 5% dalam etanol berbufer laktat dua kali sehari selama 3 hari. Agen
aktif ini mutlak dikontraindikasikan pada kehamilan.
Cantharidin (larutan 0,9% dari collodian dan aseton) telah digunakan dengan
sukses dalam pengobatan moluskum kontagiosum. Agen ini diterapkan hati-hati ke
kubah dari lesi dengan atau tanpa oklusi dan dibiarkan di tempatnya selama sedikitnya 4
jam sebelum dicuci. Cantharidin bisa menyebabkan pelepuhan parah. Ini harus diuji pada
satu lesi dahulu sebelum mengobati sejumlah besar lesi. Tidak boleh digunakan pada
wajah. Ketika dapat ditoleransi, pengobatan ini diulang setiap minggu. Biasanya
diperlukan perawatan 1-3 kali.
Iodine solution dan salicylic acid plaster, berupa sebuah larutan iodin 10%
ditempatkan pada papula moluskum dan, saat kering, ditutupi dengan potongan-potongan
kecil dari plester asam salisilat 50% dan tape. Proses ini diulang setiap hari setelah
mandi. Setelah lesi telah menjadi eritematosa dalam 3-7 hari, hanya larutan iodin yang
diterapkan. Hasil telah dilaporkan rata-rata 26 hari. Dapat mengakibatkan maserasi dan
erosi.
Krim tretinoin 0,1% telah digunakan dalam pengobatan moluskum kontagiosum.
Hal ini diterapkan dua kali sehari ke lesi. Hasil telah dilaporkan rata-rata 11 hari. Efek
samping berpa eritema. Tretinion krim 0,05% juga telah digunakan dengan sukses dan
terdapat penurunan iritasi.
Cidofovir. Sidofovir adalah analog nukleosida yang memiliki sifat antiviral yang
manjur. Beberapa studi kecil dan laporan kasus menggambarkan keberhasilan
penggunaan sidofovir yang dioleskan atau dengan injeksi intralesi di beberapa penyakit
kulit virus. Krim sidofovir 3% telah berhasil digunakan untuk mengobati moluskum
kontagiosum dalam studi, dengan rentang waktu dalam 2-6 minggu. Namun biaya tinggi,
butuh banyak persiapan, dan karsinogenik dalam hasil dari beberapa studi. telah
membatasi penggunaannya.1