Vous êtes sur la page 1sur 26

VERSI 1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat nilai
dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian
tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita lupa
mengenai apa dan seperti apa variabel serta apa saja jenis variabel dalam penelitian itu.
Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel
akan menjadi suatu hal yang sangat penting.

B.

Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Definisi Variabel dalam suatu penelitian ?
2. Berapa jenis variabel yang ada ?
3. Bagaimana Pengukuran variabel?
4. Bagaimana korelasi antar variabel?
5. Bagaimana Paradigma dari variabel?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
2. Menjelaskan definisi variabel dan penggunaannya di dalam penelitian
3. Menolong dalam mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data nantinya
4. Mempersiapkan metode analisis/pengolahan

BAB II
VARIABEL

1. Definisi dan Pengertian Variabel

Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi


yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian.
Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat
dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh
hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan
berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan
diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya
panelitian yang akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah
diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu
sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu
sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat
diukur dan dipergunakan secara operasional.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :

Hatch & Farhady (1981)


Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara
satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
Kerlinger (1973)

Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.

Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan
gaji, produktifitas kerja, dll.

Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang
bervariasi.

Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya.

Bhisma Murti (1996)


Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa
diukur secara kualitatif atau kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau
kuantitatif.

Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek
lainnya.

Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)


Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah
penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal
mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian,
variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.

Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)

Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.

Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.

Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,


pendapatan, penyakit, dsb.

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang
dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional
eksperimental.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan
diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan
dalam pengumpulandan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah pola dalam
memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang harus dilakukan atau
yang tidak dilakukan untuk memperoleh variabel yang didefinisikan.
2. Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara beroperasinya hal-hal
yang didefinisikan.
3. Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul.

2. Jenis-Jenis Variabel

1. Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah kondisi atau karakteristik yang
berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi, pengubah atau pengganti
variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau karakteristik


yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubunganhubungan dengan fenomena yang diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini
mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.

Contoh hubungan variabel independen-dependen

Prestasi Belajar

Motivasi Belajar

(Variabel
Dependen)

(Variabel
Independen)

3. Variabel
intervening,
Yaitu
variabel
yang
berfungsi menghubungkan variabel satu dengan variabel lain. Hubungan itu dapat
menyangkut sebab akibat ataupun pengaruh atau terpengaruh. Variabelini merupakan
variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen,
sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulnya variabel dependen.
Contoh hubungan variabel independen-moderator-intervening-dependen

Penghasilan
(Variabel Independen)

Gaya hidup
(Variabel Intervening)

Lingkungan Tempat Tinggal


(Variabel Moderator)

Harapan Hidup
(Variabel Dependen)

4. Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi, memperkuat dan


memperlemah hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel
tersebut juga sebagai variabel independen ke dua.
Contoh hubungan variabel independen-moderator-dependen.
Perilaku Suami
(Variabel Independen)

Jumlah Anak
(Variabel Moderator)

Perilaku Isteri
(Variabel Dependen)

5.
5.
5.
5.
5.
Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel moderator.
Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama yang berkaitan
dengan variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh terhadap variabel
tergantung.
Contoh hubungan variabel independen-kontrol-dependen

Pendidikan SMA&SMK
Keterampilan Mengetik

Naskah, tempat, mesin tik sama

(Variabel Dependen)

(Variabel Kontrol)

(Variabel Independen)

6. Variabel acak atau random, yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan dan
pengaruhnya dapat tidak diperhatikan terhadap bebas maupun tergantung.

3.

Pengukuran Variabel

Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran,


yaitu
1. Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota anggota yang mempunyai kesamaan tiap
anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain.

Misalnya :

Jenis Kelamin : dibedakan antara laki laki dan perempuan

Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang

Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB

Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.

Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.

Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi
berdiri sendiri secara terpisah.
Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang
lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih
buruk dari kategori yang lain.
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau
jabatan.
Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang
lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama
atau lebih rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :

Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT

Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah

Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat
dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih
berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya
perbedaan keparahan itu.

Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu ragu, Tidak Setuju.

3. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain
jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.

Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai
pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal
(Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan
secara Matematis, oleh karena itu batas batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat
ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :

Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas
daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1
kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius
Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).

Tingkat Kecerdasan,

Jarak, dsb.

4. Skala Rasio = Skala Perbandingan


Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya
memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).
Misalnya :

Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai
selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa :
tinggi badan 180 adalah 1 kali dari tinggi badan 120 Cm.

Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut
nadinya.

Berat Badan

Dosis Obat, dsb

Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut turut
memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai
sifat sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri
ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang
dimiliki skala nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio
dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction
atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu,
terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio.
Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel
Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki laki dan 2 untuk perempuan tidak

mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian,
perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki laki. Pemberian label tersebut
dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik),
sehingga memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian
Hipotesis).

4.

Korelasi antar Variabel

Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :


1. Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi tidak ada
mekanisme pengaruh mempengaruhi ; masing masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :

Kebetulan.
Misalnya : Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.

Sama sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari Variabel
Bebas)

Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variable
terikat dari variable bebas yaitu Pertumbuhan.

Sama sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.


Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot ;
Keduanya merupakan indikator Kemampuan Kontraksi Otot.

2. Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang satu bersifat
mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable Terikat )
Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan arterosklerosis.

3. Korelasi Timbal Balik


adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh
mempengaruhi.
Contoh :
Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi.

Malabsorbsi akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi


selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.

5.

Paradigma

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara


pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau
teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah,
serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing
paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk
menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian
tergantung pada beberapa hal di antaranya:
1)
jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek
detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya
dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat
kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka
sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan
2)
jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek
penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin
menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja,
maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi
yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan
tersebut, Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan
kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena
pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa
suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat),
maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable
saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma
penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk
merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan
digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk paradigm atau model penelitian
kuantitatif khususnya untuk penelitian survey seperti gambar berikut:

1. Paradigma Sederhana

r
Y
X
Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen. Hal ini
dapat digambarkan seperti:

X: Kualitas Guru

Y: Pretasi Belajar Murid

Berdasarkan paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:


1. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:

Rumusan masalah deskriptif (dua)

Bagaimana X? (Kualitas guru)


Bagaimana Y? (Prestasi belajar murid)

Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)

Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.

2. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi
belajar.
3. Hipotesis dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif
(hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).

Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian)

Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 70% baik
Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan

Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media
pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi
yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan
digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil)

4. Teknik analisis Data

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan
teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.

Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka
pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel.

Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio, maka
menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat pedoman umum
memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis).

2. Paradigma Sederhana Berurutan


Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana.
Lihat gambar.
X1

X3

X2

X1 = kualitas input
X2 = kualitas proses
X3 = kualitas output
Y = kualitas outcome
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu
variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1 dengan X2;
X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga
Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan Y = a + bX3.
Berdasarkan contoh 1 tersebut , dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan
asosiatif.

3. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen


Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigm
ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah asosiatif (tiga
korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan gambar.

X1 = Kompetensi Guru;
X2 = Lingkungan sekolah;
Y = Prestasi belajar murid;
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel dependen
Y. Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y, menggunakan teknik korelasi
sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y
menggunakan korelasi ganda.

4. Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen


Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu dependen
(Y). Rumusan masalah deskriptif ada empat dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk
yang sederhana ada enam dan yang ganda minimal satu.
r2 berhimpit dengan R

X1 = Kualitas mesin;
X2 = Pengalaman kerja;
X1 = Etos Kerja;
Y

= Produktivitas Kerja

X1 = Kualitas mesin;
X2 = Pengalaman kerja;

X1 = Etos Kerja;
Y

= Produktivitas Kerja

Gambar diatas adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X1, X2, dan
X3. Untuk mencari besarnya hubungan anatara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1
dengan X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk
mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y
digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana, dan ganda serta korelasi parsial dapat
digunakan untuk analisis dalam paradigma ini.
5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
X = tingkat pendidikan;
Y1 = karir di tempat kerja;
Y2 = disiplin kerja

Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk mencari
besarnya hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana.
Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan di sini.
6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Dalam Paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua variabel dependen
(Y1 dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah
hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis
hubungan antar variabel secara simultan.
X1 = keindahan kampus;
X2 = pelayanan sekolah;
Y1 = jumlah pendaftar;
Y2 = kepuasan pelayanan;

Adalah paradigma ganda dua variabel independen dan dua variabel dependen. Hubungan
antar variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana. Hubungan
antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2
dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga

digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta
Api.

7. Paradigma Jalur

X1 = status social ekonomi;


X2 = IQ;
X3 = motivasi berprestasi;
Y

= prestasi belajar (achievement);

Paradigma jalur. Teknik analisis statistic yang dipergunakan


(analisis jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi
diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus
melaluivariabel intervening. Dalam paradigma itu terdapat
deskriptif, dan enam rumusan masalah hubungan.

dinamakan path analysis


dan regresi sehingga dapat
lewat jalur langsung, atau
empat rumusan masalah

Paradigma penelitian gambar diatas dinamakan paradigma jalur, karena terdapat variabel
yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya variabel antara lain, akan dapat
digunakan untuk mengetahui apakah untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel
antara itu atau bisa langsung ke sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial tertentu X1, tidak bisa
langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33) tetapi harus melalui
peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50).
Tetapi bila murid mempunyai IQ yang tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai
prestasi (Y) dengan r = 0,57. Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain cukup banyak, dan contoh-contoh yang
diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistic yang dapat digunakan. Teknik statistik
yang bersifat menguji perbedaan tidak tercermin pada paradigma yang telah diberikan, tetapi
akan lebih tampak pada paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen
misalnya akan dapat diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas
kerja antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.

Kesimpulan

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel dependen atau
variabel tidak bebas Variabel Independen atau variabel bebas, variabel intervening, variabel
moderator, variabel control, variabel acak atau random. Sedangkan korelasi antar Variabel,
ada 3 yaitu : korelasi simetris, korelasi asimatris, korelasi timbal balik dan
Yang tidak kalah penting dalam bagian ini adalah paradigma penelitian merupakan
kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga
menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma
ganda dengan dua variabel independen, paradigma ganda dengan tiga variabel independen,
paradigma ganda dengan dua variabel dependen, paradigma ganda dengan dua variabel
independen dan dua dependen, paradigma jalur.
Jadi memang bagi seorang peneliti, variabel sangatlah penting, kerena bagaimanapun
keberhasilan penelitian seseorang ditentukan oleh pemilihan variabel yang tepat bagi
penelitiannya.

Daftar Pustaka

Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan Kesehatan,Raja


Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta,2002.
Kenglinger, Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt Rinehart and Winston,
1981.
Sogiyono. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2009.
___________. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative Research;
Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi. Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
_______________, Statistik, Jilid 2, 3, UGM, 1986.

VERSI 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai
suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti
melakukan penelitian tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak
hal juga yang menyebabkan kita lupa mengenai apa dan seperti apa
variabel serta apa saja jenis variabel dalam penelitian itu. Banyak hal
yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan benar
variabel akan menjadi suatu hal yang sangat penting.
B.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Bagaimana konsep metodelogi penelitian?
Apa pengertian dan definisi variabel dalam suatu penelitian ?
Berapa jenis variabel yang ada ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep metodologi penelitian
2.
Untuk mengetahui pengertian dan definisi variabel dalam suatu
penelitian
3. Untuk mengetahui jenis variabel
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep
Penelitian bekerja dari tahap konsepsional ke tahap operasional.
Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan halhal yang khusus (Kerlinger, 1971: 28). Oleh karena konsep merupakan
abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep
hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal
dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang
menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu
yang bervariasi.
Contoh konsep
Perhatikan konsep Volume
10 m3,

3,1
10 Gallon
Merah
Hijau
Meja buku

Mendengarkan kuliah
Mengerjakan pekerjaan rumah
Contoh lainnya: Sehat adalah konsep, istilah ini mengungkap sejumlah
observasi tentang hal-hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangka
keragaman kondisi kesehatan seseorang. Untuk mengetahui apakah
seseorang itu sehat atau tidak sehat maka pengetahuan konsep
sehat tersebut harus melalui konstruk atau variabel-variabel misalnya:
tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan darah,
denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya merupakan variabel-variabel yang

digunakan untuk mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu


sehat atau tidak sehat.
Kerangka konsep penelitian

pada

dasarnya

adalah

kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui


penelitian-penelitian yang akan dilakukan.
Dari contoh kerangka konsep penelitian tersebut di atas dapat dilihat bahwa di sana ada 4
konsep yaitu konsep tentang faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor pendorong
terhadap terjadinya perilaku, dan konsep faktor perilaku pemberian ASI itu sendiri. Tiap
konsep, masing-masing mempunyai variabel-variabel sebagai indikasi pengukuran masingmasing konsep tersebut. Misalnya untuk mengukur faktor predisposisi maka dapat melalui
variabel pengetahuan, pendidikan, sikap, dan persepsi.
Konsep perilaku pemberian ASI sebagai variabel dependen (variabel
tergantung) di sini dapat diukur melalui variabel praktek menyusui.
Artinya perilaku pemberian ASI oleh ibu-ibu dapat diobservasi atau diukur
dari praktek ibu-ibu dalam memberikan (Air Susu Ibu) kepada anak atau
bayi mereka. Apakah mereka memberikan ASI kepada bayi-bayi mereka
atau tidak, bila memberikan bagaimana frekuensinya, caranya dan
sebagainya.

B. Pengertian Variabel Penelitian


Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi
yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian.
Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat
dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa
atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan
oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda,
akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan
diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya
panelitian yang akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah
diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu
sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu
sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat
diukur dan dipergunakan secara operasional.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)

Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variabel sebagai berikut :


1. Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
2. Kerlinger (1973)
Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Misalnya: tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan
gaji, produktifitas kerja, dll.
Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda
(different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang bervariasi.
3. Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya.
4. Bhisma Murti (1996)
Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu
bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau
kuantitatif.
5. Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek
lainnya.

6. Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)


Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah
penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal
mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian,
variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.

7. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)


Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.
Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Misalnya: umur,
jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit,
dsb.
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel
dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang
dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional
eksperimental.
Dalam suatu

penelitian,

variabel

perlu

diidentifikasi,

diklasifikasikan

dan

diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan
dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
Jadi, variabel adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif) atau nilai
mutu (kualitatif). Variabel merupakan suatu istilah yag berasal dari kata vary dan able yang
berarti berubah dan dapat. Jadi kata variabel berarti dapat berubah. Oleh sebab itu setiap
variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu berubah-ubah. Nilai itu berupa nilai kuntitatif maupun
kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun kualitatif suatu variabel adalah jumlah dan derajat
atributnya.
C. Jenis Variabel
Pada dasarnya ada 2 jenis
1. Variabel kualitatif
2. Variabel kuantitatif
1. Variabel kualitatif
Jika karakter yang dipejari non numerik, karakter tersebut disebut
variabel kualitatif (qualitative variabel) atau sebuah atribut (attribute).
Variabel kualitatif disebut juga variabel kategorik yang digunakan untuk
kategorisasi. Kategori ada yang dikotomis dan politomi. Contohnya: 1.
Gender, 2. Afiliasi agama, 3. Jenis mobil yang dimiliki.
2. Variabel kuantitatif

Disebut variabel kuantitatif jika variabel yang dipelajari bersifat


numerik.

Contoh

variabel

numerik

adalah jumlah uang

tabungan,

besarnya hutang, besarnya pengeluaran, umur, nilai.


Variabel kuantitatif dapat bersifat diskret ataupun kontinyu. Variabel
kontinyu adalah vqariabel yang secara teoritis dapat mempunyai nilai
yang bergerak tak terbatas antara 2 nilai. Tinggi orang boleh jadi 1,5
meter, 1,53 meter, 1, 48 meter dan seterusnya tergantung pada
pencermatan pengukuran.
Variabel diskret hanya mempunyai 1 nilai tertentu saja. Jumlah anak
yang dimiliki adalah variabel diskret yang mempunyai nilai 1, 2, 3, 4, dan
seterusnya dan tak mungkin 1,5; 1,37; atau 2,5 karena dalam variabel
diskret tidak ada nilai pecahan.[1]
Dalam pembuatan rancangan pelaksanaan penelitian, biasanya hanya memuat satu, dua,
atau paling tiga dari jenis variabel di bawah ini :
a. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab atau berubahnya variabel lain
(variabel dependen). Juga sering disebut dengan variabel bebas, prediktor, stimulus, eksougen
atau antesendent yang sedang dianalisis hubunganya atau pengaruhnya terhadap variabel
terikat. Variabel independen biasa disimbolkan dengan variabel (X).
Variabel bebas adalah sebab yang dipandang sebagai sebab kemunculan variabel terikat
(Y) yang dipandang (atau diduga) sebagai akibatnya. [2]
Contoh variabel bebas :
Kondisi pemukiman kumuh (Slum), keluarga retak, keluarga kasih sayang orang tua.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel lain (variabel bebas). Juga sering disebut variabel terikat, variabel respons
atau endogen. Variabel inilah yang sebaiknya dikupas secara mendalam pada latar belakang
penelitian. Berikan porsi yang lebih dalam membahas variabel terikat daripada variabel
bebasnya karena merupakan implikasi dari hasil penelitian. Variabel dependen biasanya
disimbolkan dengan (Y). Contoh variabel terikat adalah : kelas sosial, metode pengajaran,
tipe kpribadian, tipe motivasi.
Antara variabel Independent dan Dependent, masing-masing tidak berdiri sendiri tetapi
selalu berpasangan, contoh :
Kepemimpinan dan produktivitas kerja
Kepemimpinan

= Variabel Independent

Produktivitas kerja

= Variabel Dependent[3]

c. Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel moderating juga sering disebut sebagai
variabel bebas kedua dan sering dipergunakan dalam analisis regresi linear atau
pada structural

equation

modelling.

Sebagai

contoh,

hubungan

antara

pipa PVC (Polyvinyl Chloride) atau Pralon dengan knee (pipa berbentuk belokan).
Pipa PVC akan lekat dengan knee dengan menggunakan lem khusus PVC. Jadi, lem
khusus PVC adalah variabel moderating yang memperkuat. Atau, lem kayu tidak dapat
digunakan untuk mengelem pipa PVC dengan knee. Jadi lem kayu adalah variabel
moderating yang memperlemah.
d. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang menjadi media pada suatu hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Sebagai contoh, prestasi kerja pengaruh ibu terhadap
ayah akan semakin kuat setelah berkeluarga. Jadi, keluarga merupakan media bagi ibu dalam
pengaruhnya terhadap ayah.
e. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel kecepatan menulis murid murid suatu sekolah, yang
diukur dan dibandingkan kecepatan menulis sekolah lain.
Semua jenis variabel di atas merupakan statis, yang berarti tidak berubah selama proses
penelitian berlangsung. Sebenarnya ada lagi istilah yang lain, yaitu variabel dinamis. Variabel
dinamis biasanya dipergunakan dalam penelitian kualitatif.
D. Pengukuran Variabel
Dilihat dari jenis pengukuran dan urutannya, variabel dapat dibedakan menjadi 3 jenis:
nominal, ordinal, dan interval.[4]
1. Variabel nominal
Variabel nominal adalah variabel dimana tidak ada keharusan
mengurutkan

kategorinya.

Peubahan

penyusunan

kategori

variabel

nominal tidak membawa perubahan makna yang berarti. Sebagai contoh,


warga

negara

Indonesia

dilihat

dari

sudut

agama,

kategorinya dapat memenuhi berbagai cara:


Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha
Atau bisa juga seperti dibawah ini:
Agama Hindu, Katolik, Protestan, Budha, dan seterusnya.

penyusunan

2. Variabel ordinal
Variabel ordinal adalah variabel dimana kategorinya dapat diurutkan.
Namun demikian, jarak antara satu kategori dengan kategori sesudah
atau sebelumnya tidak sama sebagaimana halnya pada variabel interval.
Misalnya sejumlah orang islam ditanya tetang sholat tahajud mereka,

a.
b.
c.
d.
e.

maka urutan kategori variabel tersebut sebagai berikut:


Ibadah sholat tahajud
selalu
sering
kadang-kadang
jarang
tidak pernah

3. Variabel interval
Variabel interval adalah variabel yang kategorinya dapat diurutkan
dan jarak antara satu kategori dengan kategori berikutnya dapat dihitung
dengan tepat. Sebagai contoh sejumlah mahasiswa dilihat dari sudut IPK
nya.
IPK
a. 3,01 4,00
b. 2,01 3,00
c. 1,01 2,00
d. 0,01 1,00

E. Korelasi Antara Variabel


Dari sudut hubungan antara variabel, dikenal ada tiga kategori hubungan.[5]
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubungan manakalah variabel yang satu tidak dipengaruhi dan
a.

tidak disebabkan oleh variabel lainnya. Ada empat ciri hubungan simetris yaitu:
Kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama.
Misalnya, kualifikasi guru yang baik adalah tingkat pendidikan dan pengalaman
mengajarnya. Variabel tingkat pendidikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman mengajar,

begitu pula sebaliknya.


b. Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.
Misalnya, tes tes sleksi masuk perguruan tinggi yang ketat menyebabkan banyak calon
yang gugur, tetapi juga dapat meningkatkan prestasi mahasiswa. Hubungan tersebut adalah
simetris. Sebab tidak ada hubungan antara calon mahasiswa yang gugur dengan
c.

meningkatkan prestasi mahasiswa


Kedua variabel tersebut mempunyai kaitan fungsional. Misalnya, kekuasaan
mempunyai kaitan fungsi dengan tugas dan tanggung jawab. Akan tetapi, tidak berarti

kekuasaan dipengaruhi oleh tugas dan tanggung jawab, atau sekaligus tugas dan tanggung
jawab tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh kekuasaan.
d. Hubungan kebetulan
Misalnya anak pandai gagal, tapi anak bodoh lulus dengan baik. Jadi tidak ada hubungan
pandai dengan kegagalan atau bodoh dengan kelulusan
2. Hubungan Tak Simetris
Hubungan tak simetris (asimetris) ditandai dengan adanya hubungan atau kaitan antara
variabel satu dengan lainnya. Hubungan tersebut bisa berupa pengaruh, sumbangan atau
kontribusi, ataupun sebab akibat. Hubungan asimetris merupakan inti dari penilitian ilmu
sosial, termasuk penelitian penididkan hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk
hubungan yang positif dan fungsional. Hubungan yang positif artinya ada hubungan searah.
Sedangkan yang diamksud hubungan fungsional adalah kedua variabel menunjukkan adanaya
kaitan fungsi.
Ada beberapa hubungan asimetris :
a. Hubungan stimulus-respons
Biasanya datang dari luar individu. Sedangkan respons merupakan reaksi atau jawaban dari
individu.
b. Hubungan disposisi-respons
Stimuls berasal dari luar, disposisi sudah berada dalam individu itu sendiri, yakni berupa
kecendrungan untuk menunjukkan respons tertentu pada situasi tertentu.
3. Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan yang pada suatu saat variabel yang satu
mempengaruhi variabel yang lain, yang pada waktu lain terjadi anggota sebaliknya. Jadi,
pada satu saat varaibel (X) mempengaruhi (Y), dan pada saat lain variabel (Y) yang
mempengaruhi (X)
Contoh, misalnya siswa yang biasa belajar teratur ternyata berprestasi tinggi, ternyata
menyebabklan belajar yang teratur.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan halhal yang khusus (Kerlinger, 1971: 28). Oleh karena konsep merupakan
abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep
hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal

dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang
menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep.
2. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi

tentang

hal

tersebut,

kemudian

ditarik

kesimpulannya.

(Sugiyono, 2007).
3. Jenis-jenis variabel dibagi menjadi lima yaitu variabel dependen atau
variabel tidak bebas, variabel Independen atau variabel bebas, variabel
intervening, variabel moderator, variabel kontrol.

Sedangkan korelasi

antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi simetris, korelasi asimatris, dan


korelasi timbal balik. Dan dilihat dari jenis pengukuran dan urutannya,
4.

variabel dapat dibedakan menjadi 3 jenis: nominal, ordinal, dan interval


Jadi memang bagi seorang peneliti, variabel sangatlah penting, kerena
bagaimanapun

keberhasilan

penelitian

seseorang

ditentukan

oleh

pemilihan variabel yang tepat bagi penelitiannya.

Nuraida Halid Alkaf, Metode Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research Publishing,
2009), hal 76.
[2] ibid, hlm 79
[3] Ibid, hlm 80
[4] Drs. Hadeli, M.A., Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Ciputat Press, 2006), hlm.
31-33
[5] Ibid, hal. 34-37

[1]

Vous aimerez peut-être aussi