Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TUTORIAL C BLOK 23
Disusun oleh:
KELOMPOK 2
Anggota Kelompok:
Mutia Arnisa Putri
04121401004
Fadillah Amrina
04121401005
Desiyanti
04121401006
04121401014
Tia Okidita
04121401015
04121401046
04121401051
M. Rezi Rahmanda
04121401054
04121401055
Ima Desliana
04121401091
04121401096
Shobana An Augustin
04111401101
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya Laporan Tutorial
Skenario C Blok 23 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian dari
skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan
laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan
sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
I. SKENARIO ...............................................................................................................4
II.
KLARIFIKASI ISTILAH.................................................................................
III.
IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................
IV.
ANALISIS MASALAH...................................................................................
V.
LEARNING ISSUES........................................................................................
VI.
KERANGKA KONSEP....................................................................................
VII. KESIMPULAN.................................................................................................
VIII. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
4
5
6
44
55
56
57
A. SKENARIO
A female baby was born at Moh Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her mother,
Mrs. Nadia, was hospitalized at Moh Hoesin Hospital due to contraction. It was her first
pregnancy. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy
was about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her
pregnancy. Seven hours after admitted, she delivered her female baby spontaneously. The
labor process was 20 minutes, and ruptured of membrane was 3 hour before delivery. The
3
baby was not cried spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR score at 1
minute was 1 and 5 minute was 3, and 10 minute was 7. One hour later the baby still
grunting and cyanosis.
On physical examination:
Body weight was 1300 grams, body length was 40 cms, and head circumference was 30 cm.
The muscle tone was decreased, she was poorly flexed at the limbs, she has thin skin, more
lanugo over the body and plantar creases 1/3 anterior. At 10 minutes of age, she still had
grunting and cyanosis of the whole body. The respiratory rate was 68 bpm, heart rate was
152 bpm, and the temperature was 36,2oC. There was chest indrawing. Other physical
examinations were within normal
B. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Contraction : pengerutan (sehingga menjadi berkurang panjangnya); penegangan
2. Primi gravida : wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
3. HPHT : hari pertama dari siklus haid terakhir
4. Hipertensi : tingginya tekanan darah arteri secara persisten; penyebabnya mungkin tidak
diketahui atau mungkin disebabkan oleh penyakit lain.
5. Lahir spontan : proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat dilahirkan
dengan tenaga ibu sendiri dan uri tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang lebih 24 jam melalui jalan lahir.
6. Rupture of membrane : pecahnya ketuban
7. Asfiksia : perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam udara
pernapasan yang menyebabkan hipoksia dan hiperkapneu
8. APGAR score : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration, suatu metode
penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam menit pertma
setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, dapat di ulang pada menit ke 10 15. Ini
digunakan untuk standar evaluasi neonatus.
9. Grunting : suara pada akhir ekspirasi, sering terdengar pada bayi baru lahir, atau bayi
yang mengalami gawat pernapasan.
10. Cyanosis : perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat
konsentrasi hemoglonbin tereduksi yang berlebihan dalam darah.
11. Lanugo : rambut halus pada tubuh janin
12. Plantar creases : lipatan di bagian telapak kaki bagian anterior di antar jari
13. Chest indrawing : otot otot dinding dada yang tertarik ke bagian bawah ke dalam saat
bernapas.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
4
1. A female baby was born at Moh Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her
mother, Mrs. Nadia, was hospitalized at Moh Hoesin Hospital due to contraction. It was
her first pregnancy.
2. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy was
about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her
pregnancy. Seven hours after admitted, she delivered her female baby spontaneously.
The labor process was 20 minutes, and ruptured of membrane was 3 hour before
delivery.
3. The baby was not cried spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR
score at 1 minute was 1 and 5 minute was 3, and 10 minute was 7. One hour later the
baby still grunting and cyanosis.
4. On physical examination:
Body weight was 1300 grams, body length was 40 cms, and head circumference was 30
cm. The muscle tone was decreased, she was poorly flexed at the limbs, she has thin
skin, more lanugo over the body and plantar creases 1/3 anterior. At 10 minutes of age,
she still had grunting and cyanosis of the whole body. The respiratory rate was 68 bpm,
heart rate was 152 bpm, and the temperature was 36,2 oC. There was chest indrawing.
Other physical examinations were within normal
D. ANALISIS MASALAH
1. A female baby was born at Moh Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her
mother, Mrs. Nadia, was hospitalized at Moh Hoesin Hospital due to contraction. It was
her first pregnancy.
a. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan pertama pada usia 19 tahun?
Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan
risiko tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas
pada ibu maupun janin.Penelitian menyebutkan bahwa kehamilan di usia muda
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi medis dan komplikasi obstetrik.
1) Secara ilmu kedokteran ,organ reproduksi untuk gadis dengan umur dibawah
20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks atau mengandung, sehingga
jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan darah tinggi (karena
tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap-tahap
awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian
pada ibu atau bayinya.
2) Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun , belum begitu sempurna,
sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami cacat fisik.
3) Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda
usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko
daerah reproduksi terkontaminasi virus.
Beberapa risiko medis lain yang kemungkinan akan dialami, diantaranya
1) Kurangnya Perawatan Selama Hamil dan Sebelum Melahirkan
Gadis remaja yang hamil terutama jika tidak mendapatkan dukungan dari
keluarganya sangat berisiko mengalami kekurangan dalam hal perawatan
selama hamil dan sebelum melahirkan. Padahal perawatan ini sangat penting
terutama di bulan-bulan awal kehamilan. Perawatan ini berguna untuk
memantau kondisi medis ibu dan bayi serta pertumbuhannya, sehingga jika ada
komplikasi bisa tertangani dengan cepat.
2) Mengalami Pendarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga disebabkan selaput ketuban
stosel (bekuan darah yang tertinggal di dalam rahim). Kemudian proses
pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada
jalan lahir.
3) Hipertensi
Remaja yang hamil memiliki risiko mengalami tekanan darah tinggi atau
disebut dengan pregnancy-induced hypertension, dibandingkan dengan
perempuan yang hamil di usia matang. Kondisi ini memicu terjadinya
preeklampsia, yaitu kondisi medis berbahaya yang menggabungkan tekanan
darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin, pembengkakan tangan dan
wajah ibu serta kerusakan organ. Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh
darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan
spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah.
Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah
akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
perubahan fisiologis selama hamil. Penyebab anemia pada saat hamil di usia
muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di
usia muda, karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.
tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta, lama kelamaan seorang
yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
8) Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena
dapat menyebabkan kematian.
b. Apa saja faktor resiko terjadi kontraksi dini pada kasus ?
Janin dan plasenta
1. Perdarahan trimester awal
2. Perdarahan antepartum ( plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
3. Ketuban pecah dini (KPD)
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Cacat bawaan janin
6. Kehamilan ganda/gemeli
7. Polihidramnion
Ibu
1. Penyakit berat pada ibu
2. Diabetes millitus
3. Preeklampsia/hipertensi
4. Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
5. Penyakit infeksi dengan demam
6. Stress psikologik
7. Kelainan bentuk uterus /serviks
8. Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
9. Inkompetensi serviks ( panjang serviks kurang dari 1 cm)
10. Pemakaian obat narkotik
11. Trauma
12. Perokok berat
13. Kelainan imunologis dan kelainan resus
2. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy was
about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her
pregnancy. Seven hours after admitted, she delivered her female baby spontaneously.
The labor process was 20 minutes, and ruptured of membrane was 3 hour before
delivery.
a. Bagaimana cara menghitung HPHT ?
Berdasarkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dengan menggunakan Rumus
Naegele.
Siklus menstruasi 28 hari : HPL = Tanggal (+7) Bulan (-3) Tahun (+1)
Siklus menstruasi 35 hari : HPL = Tanggal (+14) Bulan (-3) Tahun (+1)
Siklus menstruasi 21 hari : HPL = Tanggal (+0) Bulan (-3) Tahun (+1)
Siklus menstruasi (28+x) hari : HPL = Tanggal (+7+x) Bulan (-3) Tahun (+1)
b. Bagaimana cara menghitung usia gestasi selain dengan menggunakan cara HPHT?
Selain melalui perhitungan Hari Pertama Hari Terakhit (HPHT) ,usia kehamilan
dapat diketahuin dengan beberapa metode lain:
1) Gerakan pertama fetus
Gerakan pertama fetus dapat dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu.
2) Palpasi abdomen
Palpasi abdomen dapat menggunakan :
o Rumus Bartholomew
Antara simpisis pubis dan pusat dibagi menjadi 4 bagian yang sama, maka
tiap bagian menunjukkan penambahan 1 bulan. Fundus uteri teraba tepat di
simpisis umur kehamilan 2 bulan (8 minggu). Antara pusat sampai prosesus
xifoideus dibagi menjadai 4 bagian dan tiap bagian menunjukkan kenaikan 1
bulan. Tinggi fundus uteri pada umur kehamilan 40 minggu (bulan ke-10)
kurang lebih sama dengan umur kehamilan 32 minggu (bulan ke-8).
o Rumus Mc Donald
Fundus uteri diukur dengan pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan dibagi 7
memberikan umur kehamilan dalam bulan obstetrik dan bila dikalikan 8 dan
dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam minggu.
o Palpasi Leopold
Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk
menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen.
Palpasi leopold terdiri dari 4 langkah yaitu:
9
4) Ultrasonografi
Tujuan ultrasonografi adalah:
Konfirmasi kehamilan
Embrio dalam kantung kehamilan tampak pada awal kehamilan 5,5
minggu dan detak jantung janin tampak jelas dalam usia 7 minggu.
Mengetahui usia kehamilan
Penentuan umur kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara yaitu:
10
11
12
13
TABEL 1. Hubungan Antara masa gestasi dan beberapa kriteria pada bayi baru
lahir.
Kriteria
Masa gestasi
Sampai
36 37-38 minggu
39 minggu
minggu
Plantar
Creases
hanya
ada
transverse
creases
Diameter
2mm
4mm
7mm
Halus
Halus
Kasar
nodul
mammae
Rambut
kepala
Daun
Lentur,
telinga
bertulang rawan
Testis
scrotum
Kaku, tulang
rawan tebal
Testis pendulum.
Scrotum penuh, ruga
kecil,
extensif
ruga sedikit
c. Apa saja komplikasi yang terjadi pada kehamilan prematur bagi ibu dan janin?
Komplikasi prematur
1) Paru-paru
Produksi surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar collapse
dan atelektasis, yang dapat terjadi Respitarory Distress Syndrome.
2) SSP ( Susunan syaraf pusat)
Disebabkan tidak memadainya koordinasi refleks menghisap dan menelan, bayi
yang lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus diberi makanan secara
intravena atau melalui sonde lambung. Immaturitas pusat pernafasan di batang
otak mengakibatkan apneic spells (apnea sentral).
3) Infeksi
Sepsis atau meningitis kira-kira 4X lebih berisiko pada bayi premature dari
pada bayi normal.
14
4) Pengaturan suhu
Bayi prematur mempunyai luas permukaan tubuh yang besar dibanding rasio
masa tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan di bawah
netral, dengan cepat akan kehilangan panas dan sulit untuk mempertahankan
suhu tubuhnya karena efek shivering pada prematur tidak ada
5) Saluran pencernaan (Gastrointestinal tract)
Volume perut yang kecil dan reflek menghisap dan menelan yang masih
immatur pada bayi prematur, pemberian makanan melalui nasogastrik tube
dapat terjadi risiko aspirasi.
6) Ginjal
Fungsi ginjal pada bayi prematur masih immatur, sehingga batas konsentrasi
dan dilusi cairan urine kurang memadai seperti pada bayi normal.
7) Hiperbilirubinemia
Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering daripada
pada bayi aterm, dan kernicterus bisa terjadi pada level bilirubin serum paling
sedikit 10mg/dl (170 umol/L) pada bayi kecil, bayi prematur yang sakit.
8) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode
perinatal. Kadar glukosa darah kurang dari 20 mg/100cc pada bayi kurang
bulan atau bayi prematur dianggap menderita hipoglikemia.
9) Mata
Retrolental fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian oksigen
yang berlebihan pada bayi prematur yang umur kehamilannya kurang dari 34
minggu. Tekanan oksigen yang tinggi dalam arteri akan merusak pembuluh
darah retina yang masih belum matang (immatur).
d. Apa faktor resiko ibu melahirkan premature?
1) Janin dan plasenta
- Perdarahan trimester awal
- Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
- Ketuban pecah dini
- Pertumbuhan janin terhambat
- Cacat bawaan janin
- Kehamilan ganda
- Polihidramnion
2) Ibu
- Penyakit berat pada ibu
- Diabetes mellitus
- Preeklampsia
15
pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal itu perlu untuk
mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah.
4) Memberikan sentuhan
Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan dengan
ibunya harus putus. Justru, ibu sangat disarankan untuk terus memberikan
sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang banyak mendapat sentuhan ibu
menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat
daripada jika si bayi jarang disentuh.
5) Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RSUD. Dr. Pirngadi Medan
bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan memungkinkan biasanya sudah dibolehkan dibawa pulang.
Namun, ada juga sejumlah RS yang menggunakan patokan berat badan.
Misalnya bayi baru boleh dibawa pulang kalau beratnya mencapai 2 kg,
kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi
kesehatan bayi secara umum.
f. Apa dampak waktu persalinan yang cepat pada kasus?
Efek pada Ibu
Ruptur uterus atau laserasi serviks, vagina, vulva atau perineum yang luas
Emboli air ketuban yang bisa menimbulkan kematian ibu, dimana partikel yang
mungkin terdapat di cairan ketuban akan masuk ke pembuluh darah ibu yang
harus berbenturan dengan pertahanan di bagian bawah yang juga masih kuat.
Bayi dapat jatuh ke lantai dan mengalami cedera, atau mungkin memerlukan
resusitasi yang tidak tersedia dengan segera
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidroamnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidroamnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Sindrom Deformitas Janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin
(Prawirohardjo, 2008). Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 1040% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu
hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau
keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin
meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang
terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD
preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu (Nugroho, 2011).
i. Bagaimana penanganan awal pada ketuban pecah dini?
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini:
- Pastikan diagnosis
- Tentukan umur kehamilan
- Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
- Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang
komprehensif.
Penanganan ada dua, yaitu konservatif dan aktif. Penanganan aktif dilakukan
apabila usia kehamilan >37 minggu. Penanganan konservatif: rawat di rumah sakit,
berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan <32-34 minngu,
dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
19
Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah
inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi
sesudah 24 jam. Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2
hari, deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
j. Apa makna klinis dari ibu tidak ada riwayat hipertensi dan riwayat penyakit lain
selama kehamilan?
Pada hipertensi atau preeklampsia penolong persalinan cenderung untuk
mengakhiri kehamilan. Hal ini meningkatkan prevalensi kelahiran preterm, dikasus
ini Ny. Nadia tidak mengalami hipertensi dan penyakit lainnya selama kehamilan.
Jadi kemungkinan faktor resiko yang disebabkan oleh hipertensi dan penyakit
lainnya bisa disingkirkan.
k. Bagaimana mendiagnosis prematuritas pada bayi (Ballard score) ?
20
Penilaian dari kedua kriteria di atas sebaiknya dilakukan pada waktu bayi berumur
6 60 jam.
Cara menilai aktivitas neuromuscular :
Posture : dinilai bila bayi dalam posisi telentang dan tenang
Square window : tangan bayi difleksikan di antara ibu jari dan telunjuk pemeriksa
lalu diukur sudut antara hypothenar eminence dengan forearm.
Arm recoil : lakukan fleksi lengan bawah selama 5 detik, kemudian lengan tersebut
diekstensikan dan dilepas. Nilailah derajat kembalinya ke posisi fleksi.
Popliteal angle : bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian rupa sehingga
terdapat posisi lutut-dada (knee chest position). Setelah itu dilakukan ekstensi
tungkai bawah, ukurlah sudut di bawah lutut tersebut.
Scarf sign : posisi terlentang, peganglah salah satu lengan bayi dan usahakan tangan
tersebut mencapai leher posterior dari bahu sisi lainnya. Angkat dan geserlah siku
21
bayi di atas dadanya dan lihat sampai dimana siku tersebut dapat digeser. Makin
muda bayi makin mudah menggeser sikunya melewati garis tengah ke sisi lain.
Heel to ear : posisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke telinga dari sisi yang sama.
Perhatikan jarak yang tidak mencapai telinga dan ekstensi lutut.
Umur kehamilan ditentukan dengan menjumlahkan nilai physical maturity dan
neuromuscular activity dan disesuaikan dengan score maturity rating.
l. Bagaimana hubungan usia gestasi dengan berat badan bayi?
Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat bayi
normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Berat badan ini tergantung
juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang tua, dan paritas ibu . Secara
umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir berlebih lebih besar resikonya
untuk mengalami masalah (Sylviati, 2008). Masa gestasi juga merupakan indikasi
kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik
kesejahteraan bayi. Konsep berat bayi lahir rendah tidak sama dengan prematuritas
karena tidak semua berat bayi lahir rendah lahir dengan kurang bulan (Sylviati,
2008). Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan
kecukupan pertumbuhan intrauterine.
Kehamilan dengan usia gestasi 32 minggu dengan berat janin 1300 g merupakan
kehamilan dengan
keadaan small gestation age. Jadi pada kasus ini bayi yang lahir prematur dengan
keadaan SGA (Small for Gestational Age).
3. The baby was not cried spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR
score at 1 minute was 1 and 5 minute was 3, and 10 minute was 7. One hour later the
baby still grunting and cyanosis.
a. Apa makna klinis dari bayi tidak menangis segera setelah lahir?
Pada kehamilan normal, fetus sudah melakukan pernafasan secara intrauterin.
Pernafasan setelah lahir merupakan kelanjutan dari pernafasan intrauterin. Terjadi
perubahan volume paru-paru secara pasif dan tarikan pernafasan pertama yang
ditandai dengan tangisan bayi. Tangisan bayi merupakan upaya pernafasan pertama
22
yang memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi daripada tekanan untuk
pernafasan berikutnya agar berhasil. Setelah dilahirkan bayi biasanya aktif dan
segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan.
Normalnya bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam
paru-paru yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan
interstisial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan
menyebabkan arteriol pulmonal berelaksasi sehingga pembuluh darah sistemik juga
akan mendapat pasokan oksigen.
frekuensi 120 sampai 140 permenit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat.
Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan
gejala tonus otot menurun dan mengalami apneu atau menunjukkan kesulitan
mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi tidak menangis spontan artinya
terjadi kegagalan usaha bayi untuk menghirup udara ke paru-paru. Keadaan ini
dapat menunjukkan terjadinya asfiksia.
b. Apa yang menyebabkan bayi ini tidak segera menangis setelah lahir ?
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan
kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin seperti prematuritas, maka akan terjadi
asfiksia janin atau neonatus.
c. Apa tatalaksana awal pada bayi yang mengalami asfiksia ?
Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain:
Bayi normal (Apgar score 7-10)
Caranya:
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat
2) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut
3) Bersihkan badan dan tali pusat.
4) Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
Asfiksia ringan-sedang (Apgar score 4-6)
Caranya:
1) Bersihkan jalan napas.
2) Berikan oksigen 2 liter per menit.
23
3) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,
bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
4) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui
vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.
Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
Caranya:
1) Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
2) Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3) Bila tidak berhasil lakukan ETT.
4) Bersihkan jalan napas melalui ETT.
5) Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
Pada menit ke-5 setelah lahir, penilaian kembali dilakukan, dan jika skor tidak naik
hingga nilai 7 atau lebih dan berdasarkan pertimbangan lainnya dari keadaan bayi
maka perlu tindakan medis untuk dilakukan dan pemantauan intensif. Beberapa
bayi yang lahir dengan masalah pada organ jantung dan paru-paru akan
membutuhkan tindakan medis lanjutan, sedangkan yang lain hanya membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan luar.
Kebanyakan bayi baru lahir dengan nilai Apgar pertama dibawah 7, akan baik-baik
saja.
Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit),
maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka
panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak.
*Penilaian 5 menit dan 10 menit
Untuk menilai keberhasilan resusitasi terhadap bayi dan menentukan prognosis,
bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila
bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar). Nilai APGAR
yang jelek pada lima menit akan menghasilkan kematian bayi atau komplikasi
syaraf pada bayi seperti cerebral palsy.
24
1. Vigorous baby. Skor apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa
2. Mild moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor apgar 4-6. Pada pemeriksaan
fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang
baik atai baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. (A). Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi
jantung jurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadangkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
(B). Asfiksia berat dengan henti jantung. Dimaksudkan dengan henti jantung
ialah keadaan bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum
lahir lengkap, dan bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini
pemeriksaan fisis lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia
berat.
e. Apa hubungan grunting dan cyanosis dengan asfiksia?
Gejala dan tanda asfiksia adalah bayi tidak bernapas atau napas megap-megap atau
pernafasan lambat (kurang dan 30 kali per menit), pernapasan tidak teratur,
dengkuran atau retraksi (pelekukan dada), tangisan lemah atau merintih, warna kulit
pucat atau biru, tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai, denyut jantung tidak ada
atau lambat (bradikerdia) (kurang dari 100 kali per menit).
4. On physical examination:
25
Body weight was 1300 grams, body length was 40 cms, and head circumference was 30
cm. The muscle tone was decreased, she was poorly flexed at the limbs, she has thin
skin, more lanugo over the body and plantar creases 1/3 anterior. At 10 minutes of age,
she still had grunting and cyanosis of the whole body. The respiratory rate was 68 bpm,
heart rate was 152 bpm, and the temperature was 36,2 oC. There was chest indrawing.
Other physical examinations were within normal
a. Interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?
- Body weight was 1300 grams, body length was 40 cms, and head
circumference was 30 cm.
Pemeriksaan Fisik
Nilai Normal
BB 1300gr
2500-3500 gr,
abnormal
<1500gr termasuk BBLSR ,
Usia gestasi belum aterm
sehingga perkembangan dan
pertumbuhan
sempurna
Panjang badan 40 cm
Lingkar Kepala 30 cm
janin
belum
sehingga
BB
48-52 cm
sangat rendah
Abnormal, pertumbuhan in
33-35 cm
The muscle tone was decreased, she was poorly flexed at the limbs, she has
thin skin, more lanugo over the body and plantar creases 1/3 anterior.
Tonus otot lemah
Bayi lahir prematur relatif hipotonis (memiliki tonus otot yang lemah)
Sulit menggerakkan/memfleksikan ekstremitas
Akibat dari lemahnya tonus otot sehingga bayi sedikit bergerak
Kulit yang tipis
Kulit bayi prematur tipis, halus, dan cenderung berwarna merah sekali. Bayi
yang amat sangat prematur tampak seperti agar-agar (gelatin). Pada BBL
yang berumur 1-3 hari sering tampak papula putih kecil-kecil dan kadang
26
Lanugo adalah rambut imatur yang halus, lunak, dan sering menutupi kulit
kepala, dahi, dan muka. Saat kehamilan mencapai 20 minggu lanugo mulai
tumbuh dan rambut ini tidak berpigmen karena lanugo diproduksi oleh
folikel yang terdapat dalam Rahim. Lanugo akan hilang dan rontok saat
janin berusia 7 hingga 8 bulan dan berganti dengan vellus, setelah
kelahirannya bulu-bulu halus itu akan hilang saat bayi berusia 1-5 minggu
dan kulit bayi akan terlihat lebih halus dan mulus. Lanugo akan sering
dijumapi pada bayi yang lahir prematur sebab ia masih tumbuh di usia janin
hingga 8 bulan dan lanugo merupakan hal yang alami dan tidak bisa
dihilangkan secara medis. Lanugo akan hilang dan diganti dengan rambut
biasa.
-
At 10 minutes of age, she still had grunting and cyanosis of the whole body.
Merintih dan sianosis pada bayi ini menunjukan adanya RDS (Respiratory
Distress Syndrom). Neonatal RDS terjadi pada bayi yang paru-paru belum
sepenuhnya dikembangkan. Penyakit ini terutama disebabkan oleh kurangnya
zat licin di paru-paru yang disebut surfaktan. Zat ini membantu paru-paru
dipenuhi udara dan menjaga kantung udara dari mengempis. Surfaktan hadir
ketika paru-paru dikembangkan sepenuhnya. RDS Neonatal juga dapat
disebabkan oleh masalah genetik dengan pengembangan paru-paru.
Sebagian besar kasus RDS terjadi pada bayi yang lahir sebelum 37
minggu. Semakin
sedikit
paru-paru
dikembangkan,
semakin
tinggi
kemungkinan RDS setelah lahir. Masalahnya adalah jarang pada bayi yang
lahir cukup bulan (40 minggu).
Interpretasi
Skor <6 = distress pernapasan
Skor> 6 = kegagalan pernafasan akan segera terjadi
27
The respiratory rate was 68 bpm, heart rate was 152 bpm, and the temperature
was 36,2oC.
RR 68 bpm. Nilai normal 40-60x/menit takipneu. Untuk meningkatkan
ventilasi sebagai kompensasi menurunnya volume tidal.
HR 152 bpm, nilai normal 120-160 bpm normal
Temperature 36,2oC. Nilai normal 36,5-37,5oC hipotermi
Tidak ada
Lemah
Lambat,
>100
tidak Menangis
teratur
dengan
keras
Fleksi
pada
ekstremitas
Warna(apperence)
Gerakan aktif
Menangis kuat
merah
Seluruhnya
merah
muda
Dilakukan pemantauan nilai APGAR pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
APGAR 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai APGAR berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru
29
Differential Diagnose
Predisposisi
Usia
Derajat
Mulainya
Hipokse
Hipecap
kehamila
distress
gejala
mia
nea
+++/++++
Beberapa
n
HMD
Prematur
preterm
++/++++
+/+++
-/+
++/++++
+/++
jam
TTN
Pneumonia
MAS
SC
Full term
ibu overhidrasi
Near term
Ibu mengalami
Preterm
infeksi
Full term
Fetal distress
Full term
++
Beberapa
jam
++/++++
Hari pertama
/ lebih
++/+++
Sejak lahir
+/++++
+/+++
Full term
++/+++
Hari pertama
++++
-/+
+/++++
Variabel
+/++++
+/++++
+/+++
Variabel : 2-
+/++
++/++++
Post term
PPHN
Asfiksia :MAS
Sepsis
Paru hipoplastik
Kebocoran
Ventilasi
Preterm
udara paru
tekanan positif
Full term
CHD
Full term
PBF naik
PBF turun
Preterm
?
Full term
3 hari
-/+
Hari pertama
Preterm
Respon
Respon terhadap
Suara
Tanda infeksi
Rontgen dada
30
terhadap
IPPV
nafas
O2
HMD
++
Membaik
Turun,
crackles
kabur
Air
bronchogram
granuler
TTN
+++
Bukan indikasi
Crackles
Kabur
Vaskular
marking
Cardiomegali
Pneumonia
++
Variabel, mungkin
Turun
membaik
crackles
Bercak /
granuler
Efusi pleura
MAS
++
Variabel, mungkin
Crackles.
membaik
Suara
Bercak
Hiperinflasi
bronkial
PPHN
+/++++
Membaik disertai
variabel
-/+
Variabel
Turun
Kolaps paru
hiperventilasi
Memburuk dengan
tekanan berlebihan
Kebocoran
++
Variabel
udara paru
asimetris
Mediastinal
shiftnaik sampai
dikoreksi
CHD
++
PBF naik
Variabel, mungkin
Normal
membaik
crackles
Kabur, turun
sampai
dikoreksivaskul
ar marking
Cardiomegali
PBF turun
3.
-/+
Tidak ada,
Normal
Gelap
memburuk dengan
Vascular
tekanan berlebihan
marking
Working Diagnose
31
Mrs. Nadia, 19 tahun, melahirkan bayi premature secara spontan dengan berat badan
lahir sangat rendah mengalami asfiksia perinatal et causa respiratory distress
syndrome (membrane hyaline diasese.
4.
Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya asfiksia
pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:
a. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
b. Analisa Gas Darah
Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui adanya asidosis dan
alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui dengan tingkat saturasi SaO2 dan
PaO2. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat
kemajuan terapi
c. Elektrolit Darah
Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya persediaan garam-garam
elektrolit sebagai buffer juga terganggu kesetimbangannya. Timbul asidosis laktat,
hipokalsemi, hiponatremia, hiperkalemi. Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji
laboratorium dengan test urine untuk kandungan ureum, natrium, keton atau protein
d. Gula darah
Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine untuk kandungan
glukosa., penderita asfiksia umumnya mengalami hipoglikemi.
e. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologik seperti ultrasonografi (USG),computed tomography scan (CTScan) dan magnetic resonance imaging (MRI) mempunyai nilai yang tinggi dalam
menegakkan diagnosis
f. USG ( Kepala )
g. Penilaian APGAR score
h. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
i.
Foto polos dada
5.
Etiologi
1. Faktor Ibu
Cacat bawaan
32
2.
3.
4.
5.
Partus lama
Partus tindakan
6.
Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus diseluruh dunia disebabkan oleh
asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir matiyang lebih besar. Laporan dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan
33
ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia,
malaria,sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.1,3 Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan
setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang
seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar.4Menurut hasil riset
kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah
gangguan pernapasan/respiratory
disorders
(35,9%), prematuritas
(32,4%)
dan
Patofisiologi
Surfaktan ialah zat yang memegang peranan dalam pengembangan paru dan
merupakan kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa
utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24
minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35. Peranan surfaktan ialah untuk
merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu
untuk menahan sisa udara pada penyakit membran hialin menyebabkan kemampuan
paru untuk mempertahankan stabilitasnya terganggu. Alveolus akan kembali kolaps
setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negatif intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang lebih kuat.
Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia,
retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan menimbulkan : (1) oksigenasi jaringan
mwnueun sehingga akan terjadi metabolisme yang menyebabkan terjadinya asidosis
metabolik pada bayi, (2) kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris yang
akan menyebabkan terjadinya transdasi ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin dan
selanjutnya fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk
suatu lapisan yang disebut membran hialin. Asidosis dan atelektasis juga
menyebabkan terganggunya sirkulasi darah dari dan ke jantung. Demikian pula aliran
darah paru akan menurun dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya
pembentukan substansi surfaktan.
Secara singkat dapat diterangkan bahwa dalam tubuh terjadi lingkaran setan yang
terdiri dari : atelektasis > hipoksi > asidosis > transudasi > penurunan aliran darah
paru > hambatan pembentukan substansi surfaktan > atelektasis. Hal ini akan
berlangsusng terus sampai terjadi penyembuhan atau kematian bayi.
34
8.
Manifestasi Klinis
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode
yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut
jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara
berangsur-agsur berkurang dari bayi memasuki periode apneru primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan
cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus, nadi cepat Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-megap yang dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7. Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler
-
9.
glukonas dengan dosis 6-8 ml/kgBB/hari dapat ditambahkan pada infus cairan yang
diberikan. Pemberian nutrisi parenteral dapat dimulai sejak hari pertama. Pemberian
protein dapat dimulai dari 3,5 g/kgBB/hari dan lipid mulai dari 3 g/kgBB/hari.
Prinsip lain perawatan neonatus yang mengalami distress nafas adalah minimal
handling. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan monitor sekaligus untuk menilai
keadaan kardiorespiratorik, temperatur, dan saturasi oksigen pada bayi.
Gejala dan hasil pemeriksaan radiologis pada bayi yang mengalami distress nafas
sering tidak spesifik sehingga penyebab lain terjadinya distress nafas seperti sepsis
perlu dipertimbangkan, dan pemberian antibiotik spektrum luas sedini mungkin harus
dimulai sampai hasil kultur terbukti negatif. Pemilihan antibiotik inisial yang
dianjurkan adalah ampicillin dan gentamicin.
Penatalaksanaan Respiratorik
Penanganan awal adalah dengan membersihkan jalan nafas, jalan nafas dibersihkan
dari lendir atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama diperlukan, serta
memastikan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat. Monitoring saturasi oksigen dapat
dilakukan dengan menggunakan pulse oxymetri secara kontinyu untuk memutuskan
kapan memulai intubasi dan ventilasi. Semua bayi yang mengalami distress nafas
dengan atau tanpa sianosis harus mendapatkan tambahan oksigen. Oksigen yang
diberikan sebaiknya oksigen lembab dan telah dihangatkan.16
Tabel 5. Panduan untuk monitoring saturasi oksigen dengan pulse oxymetri
> 95%
88-94%
85-92%
Bayi aterm
Bayi pre term (28-34 minggu)
< 28 minggu
Sumber: Mathai16
Komplikasi
Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
1.
kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan
36
RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau
bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2.
Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan
invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.
3.
Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada
bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru,
memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1.
Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang
disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD
berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
2.
Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi
yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan
adanya infeksi.
11.
Pencegahan
Pencegahan secara umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor resiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya
ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan
satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah
akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat
istiadat, dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerja sama banyak pihak dan
lintas sektoral yang salingterkait.
Adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerjasama antar tenaga obstetri
di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi yang tak diduga
dan tidak biasa yang dapat terjadi pada persalinan. Setiap anggota tim persalinan
harus
dapat
mengidentifikasi
situasi
persalinan
yang
dapat
menyebabkan
Antisipasi dini perlunya dilakukan resusitasi pada bayi yang dicurigai mengalami
depresi pernapasan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas lebih lanjut
12.
Prognosis
Prognosis: keadaan bayi dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) biasanya
bertambah parah setelah 2 sampai 4 hari setelah kelahiran dan terkadang membaik
dengan cukup lambat. Beberapa bayi dengan RDS yang parah akan mati dalam waktu
2 sampai 7 hari. Prognosis tergantung pada latar belakang etiologi gangguan
pernapasan. Prognosis baik bila gangguan napas akut dan tidak berhubungan dengan
keadaan hipoksia yang lama.
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia
Quo ad sanationam
: dubia
13.
KDU
Asfiksia : 3A
Respiratory Distress Syndrome : 3B
G. Learning Issue
1.
Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis
(IDAI, 2004). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir(WHO, 1999).
Klasifikasi asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Manifestasi klinis Asfiksia
Denyut jantung janin lebih dari 1OOx/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan tidak teratur
Mekonium dalam air ketuban ibu
Apnoe
Pucat
Sianosis
Penurunan kesadaran terhadap stimulus
Kejang
38
Diagnosis Asfiksia
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.
a. Anamnesis
- Gangguan/ kesulitan waktu lahir.
-Cara dilahirkan.
-Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan
-Bayi tidak bernafas atau menangis.
b.Pemeriksaan fisik
Denyut jantung kurang dari 100x/menit.
Tonus otot menurun.
Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh
bayi.
BBLR (berat badan lahir rendah)
Laboratorium:
Hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat jika:
Pemeriksaan penunjang
PaO2 < 50 mm H2O
PaCO2 > 55 mm H2
pH < 7,30 (Ghai, 2010)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut
adalah sebagai berikut:
1) Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh,
sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir dengan:
a) Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
b) Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
c) Bungkus bayi dengan kain kering.
2) Pembersihan jalan nafas
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus
posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir.
3) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi,
menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi
memperbaiki ventilasi.
Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain:
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
Caranya:
1. Bayi dibungkus dengan kain hangat
2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut
3. Bersihkan badan dan tali pusat.
3. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.
39
2.
termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran, karena pengobatan ini dapat
mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang
tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik penggunaan surfaktan buatan, surfaktan dari
cairan
amnion
manusia,
dan
surfaktan
dari
sejenis
lembu/bovine
dapat
Prematuritas
Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), bayi premature adalah bayi lahir hidup
sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama hais terakhir).
41
Bayi premature atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan kurang dari
37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. (Behrman et al, 2000)
Klasifikasi
Terdapat 2 macam klasifikasi, yaitu :
1.
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan janin sama untuk
a.
b.
c.
d.
Penampilan bayi premature, selain fungsi alat vitalnya yang masih rendah, dapat
dikemukakan sebagai berikut.
42
a.
b.
c.
d.
1. Ukuran Fisik.
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Berat badan bayi kurang dari 2500 gram.
Panjang badan kurang atau sekitar 45 cm.
Lingkar kepala 33 cm, sedangkan lingkar perut 30 cmm, sehingga kepala tampak
a.
b.
c.
d.
1. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah olah
tidak teraba tulang rawan daun telinga.
2. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
3. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada scrotum kurang. Testis
belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, libia
minora belum tertutup oleh labia mayora.
4. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
5. Fungsi saraf belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
6. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.
7. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
Masalah yang Sering Dihadapi Bayi Prematur
1. Hipotermia
Tanda klinis hipotermia :
Suhu tubuh di bawah normal
Kulit dingin
Akral dingin
43
Sianosis
2. Sindrom Gawat Nafas
Kesukaran pernafasan pada bayi premature dapat disebabkan belum sempurnanya
pembentukan membrane hiain surfakan paru yang merupakan suau zat dapat
menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai
puncak pada minggu ke-5 kehamilan.
Defisiensi surfaktan menyebabkan
gangguan
kemampuan
paru
untuk
mg/dl.
Tanda klinis hipoglikemia :
Gemetar atau tremor
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea intermitten
Tangisan lemah atau melengking
Kelumpuhan atau letargi
Kesulitasn minum
Terrdapat gerakan putar mata
Keringat dingin
Hipotermia
44
Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama)
4. Perdarahan intracranial
Pada bayi premature pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah pecah.
Perdarahan intrkranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated intravascular
coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya
pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama
Pada anak atau bayi dengan distress pernafasan sebaiknya sonde lambung
dimasukkan melalui mulut, caranya sama hanya sambil mendorong perlahan-lahan,
anak diminta untuk melakukan gerakan menelan
b. Bila terdapat tahanan sewaktu pemasukan sonde, hendaknya jangan terus dipaksakan
( bahaya perforasi ).
3. Pemberian Surfaktan
Dalam beberapa kasus, bayi prematur dengan masa gestasi 25 minggu-28 minggu
mengalami sindrom gawat napas (membran hialin). Hal ini disebabkan produksi
surfaktan yang sangat minim sehingga menyebabkan alveolus kolaps. Untuk
mengantisipasinya, diberikan surfaktan melalui intravena.
46
KERANGKA KONSEP
Usia ibu
< 20
tahun
Bayi
lahir
prematu
r
BBLS
R
Pembentuk
an
surfaktan
tidak
Hipoks
ia
Retensi
CO2
Asidosis
respiratori
k
Oksigena
si
jaringan
47
Pemecahan
glikogen jantung
& hati
Asidosis
metabol
ik
Endotel
kapiler
rusak
Transudasi ke
alveoli
Fibrin &
epitel
nekrosis
KESIMPULAN
Respiratory
Distress
Syndrome
Asfiksia
perinat
Mrs. Nadia, 19 tahun, melahirkan bayi premature secara spontan dengan berat badan
lahir sangat rendah mengalami asfiksia perinatal et causa respiratory distress
syndrome (membrane hyaline diasese.
48
DAFTAR PUSAKA
F. Gary Cunningham et.al. 2001. Williams obstetrics. Ed 21. Jakarta: EGC.
Rennie JM, Roberton NRC. Respiratory Distress Syndrome. Dalam A Manual of
Neonatal Intensive Care, Edisi 4.London ; Arnold, 2002:128-78.
Pusponegoro TS. Penggunaan Surfaktan pada Sindrom Gawat Nafas Neonatal.
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak no 27, Nopember 1997; 89-96
Pusponegoro TS. Penggunaan Surfaktan pada Sindrom Gawat Nafas
Neonatal.Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak no 27, Nopember 1997; 89-96
Suradi R. Pemeriksaan Fisis pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A,
Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi 1. Jakarta:
IDAI. 2008
49
Berhman, Kliegman, Arvin .1999. Ilmu Penyakit Anak : Nelson. Edisi 15 volume 1.
Jakarta : EGC
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan
Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008
Bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran UI. 2007. Buku Kuliah 3 Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.
Kementerian Kesehatan RI.2010. Buku Saku Kesehatan Neonatal
Esensial.Jakarta:Departemen Kesehatan RI
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka : Jakarta.
50