Vous êtes sur la page 1sur 50

LAPORAN

TUTORIAL C BLOK 23

Disusun oleh:
KELOMPOK 2
Anggota Kelompok:
Mutia Arnisa Putri

04121401004

Fadillah Amrina

04121401005

Desiyanti

04121401006

Dwi Andari Maharani

04121401014

Tia Okidita

04121401015

Intan Fajrin Karimah

04121401046

Achmad Randi Raharjo

04121401051

M. Rezi Rahmanda

04121401054

Yesi Eka Molita

04121401055

Ima Desliana

04121401091

Minati Maharani Amin

04121401096

Shobana An Augustin

04111401101

Tutor: dr. H. Dr. Irawan Sastradinata, Sp.OG (K)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya Laporan Tutorial
Skenario C Blok 23 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian dari
skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan
laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan
sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Tim PenyusunDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

I. SKENARIO ...............................................................................................................4
II.
KLARIFIKASI ISTILAH.................................................................................
III.
IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................
IV.
ANALISIS MASALAH...................................................................................
V.
LEARNING ISSUES........................................................................................
VI.
KERANGKA KONSEP....................................................................................
VII. KESIMPULAN.................................................................................................
VIII. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

4
5
6
44
55
56
57

A. SKENARIO
A female baby was born at Moh Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her mother,
Mrs. Nadia, was hospitalized at Moh Hoesin Hospital due to contraction. It was her first
pregnancy. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy
was about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her
pregnancy. Seven hours after admitted, she delivered her female baby spontaneously. The
labor process was 20 minutes, and ruptured of membrane was 3 hour before delivery. The
3

baby was not cried spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR score at 1
minute was 1 and 5 minute was 3, and 10 minute was 7. One hour later the baby still
grunting and cyanosis.
On physical examination:
Body weight was 1300 grams, body length was 40 cms, and head circumference was 30 cm.
The muscle tone was decreased, she was poorly flexed at the limbs, she has thin skin, more
lanugo over the body and plantar creases 1/3 anterior. At 10 minutes of age, she still had
grunting and cyanosis of the whole body. The respiratory rate was 68 bpm, heart rate was
152 bpm, and the temperature was 36,2oC. There was chest indrawing. Other physical
examinations were within normal
B. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Contraction : pengerutan (sehingga menjadi berkurang panjangnya); penegangan
2. Primi gravida : wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
3. HPHT : hari pertama dari siklus haid terakhir
4. Hipertensi : tingginya tekanan darah arteri secara persisten; penyebabnya mungkin tidak
diketahui atau mungkin disebabkan oleh penyakit lain.
5. Lahir spontan : proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat dilahirkan
dengan tenaga ibu sendiri dan uri tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang lebih 24 jam melalui jalan lahir.
6. Rupture of membrane : pecahnya ketuban
7. Asfiksia : perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam udara
pernapasan yang menyebabkan hipoksia dan hiperkapneu
8. APGAR score : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration, suatu metode
penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam menit pertma
setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir, dapat di ulang pada menit ke 10 15. Ini
digunakan untuk standar evaluasi neonatus.
9. Grunting : suara pada akhir ekspirasi, sering terdengar pada bayi baru lahir, atau bayi
yang mengalami gawat pernapasan.
10. Cyanosis : perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat
konsentrasi hemoglonbin tereduksi yang berlebihan dalam darah.
11. Lanugo : rambut halus pada tubuh janin
12. Plantar creases : lipatan di bagian telapak kaki bagian anterior di antar jari
13. Chest indrawing : otot otot dinding dada yang tertarik ke bagian bawah ke dalam saat
bernapas.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
4

1. A female baby was born at Moh Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her
mother, Mrs. Nadia, was hospitalized at Moh Hoesin Hospital due to contraction. It was
her first pregnancy.
2. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy was
about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her
pregnancy. Seven hours after admitted, she delivered her female baby spontaneously.
The labor process was 20 minutes, and ruptured of membrane was 3 hour before
delivery.
3. The baby was not cried spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR
score at 1 minute was 1 and 5 minute was 3, and 10 minute was 7. One hour later the
baby still grunting and cyanosis.
4. On physical examination:
Body weight was 1300 grams, body length was 40 cms, and head circumference was 30
cm. The muscle tone was decreased, she was poorly flexed at the limbs, she has thin
skin, more lanugo over the body and plantar creases 1/3 anterior. At 10 minutes of age,
she still had grunting and cyanosis of the whole body. The respiratory rate was 68 bpm,
heart rate was 152 bpm, and the temperature was 36,2 oC. There was chest indrawing.
Other physical examinations were within normal
D. ANALISIS MASALAH
1. A female baby was born at Moh Hoesin Hospital from a 19 years old woman. Her
mother, Mrs. Nadia, was hospitalized at Moh Hoesin Hospital due to contraction. It was
her first pregnancy.
a. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan pertama pada usia 19 tahun?
Kehamilan pada usia yang terlalu muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan
risiko tinggi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas
pada ibu maupun janin.Penelitian menyebutkan bahwa kehamilan di usia muda
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi medis dan komplikasi obstetrik.
1) Secara ilmu kedokteran ,organ reproduksi untuk gadis dengan umur dibawah
20 tahun ia belum siap untuk berhubungan seks atau mengandung, sehingga
jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan darah tinggi (karena
tubuhnya tidak kuat). Kondisi ini biasanya tidak terdeteksi pada tahap-tahap
awal, tapi nantinya menyebabkan kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian
pada ibu atau bayinya.

2) Kondisi sel telur pada gadis dibawah 20 tahun , belum begitu sempurna,
sehingga dikhawatirkan bayi yang dilahirkan mengalami cacat fisik.
3) Berisiko mengalami kanker serviks (kanker leher rahim), karena semakin muda
usia pertama kali seseorang berhubungan seks, maka semakin besar risiko
daerah reproduksi terkontaminasi virus.
Beberapa risiko medis lain yang kemungkinan akan dialami, diantaranya
1) Kurangnya Perawatan Selama Hamil dan Sebelum Melahirkan
Gadis remaja yang hamil terutama jika tidak mendapatkan dukungan dari
keluarganya sangat berisiko mengalami kekurangan dalam hal perawatan
selama hamil dan sebelum melahirkan. Padahal perawatan ini sangat penting
terutama di bulan-bulan awal kehamilan. Perawatan ini berguna untuk
memantau kondisi medis ibu dan bayi serta pertumbuhannya, sehingga jika ada
komplikasi bisa tertangani dengan cepat.
2) Mengalami Pendarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga disebabkan selaput ketuban
stosel (bekuan darah yang tertinggal di dalam rahim). Kemudian proses
pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada
jalan lahir.
3) Hipertensi
Remaja yang hamil memiliki risiko mengalami tekanan darah tinggi atau
disebut dengan pregnancy-induced hypertension, dibandingkan dengan
perempuan yang hamil di usia matang. Kondisi ini memicu terjadinya
preeklampsia, yaitu kondisi medis berbahaya yang menggabungkan tekanan
darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin, pembengkakan tangan dan
wajah ibu serta kerusakan organ. Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh
darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan
spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah.
Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah
akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang

disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial


belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus.
4) Kelahiran premature
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat
bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
5) Depresi Pasca Melahirkan
Kehamilan yang terjadi pada saat remaja, terlebih yang tidak mendapat
dukungan dari suami (yang menghamili) berisiko tinggi mengalami depresi
pasca melahirkan. Depresi ini bisa mengganggu perawatan bayi yang baru lahir
dan juga perkembangan remaja tersebut ke depannya, karena umurnya yang
belasan tahun sudah harus mengurusi anak, ditambah lagi jika dalam
pengurusannya tidak ditunjang oleh dukungan suami (bagi remaja yang sudah
menikah) dan oleh laki-laki yang menghamili (bagi remaja yang hamil di luar
nikah).
6) Keguguran
Keguguran pada hamil usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja, misalnya
karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja
dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek
samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
7) Anemia Kehamilan
Anemia gizi lebih sering dijumpai dalam kehamilan karena pada masa ini
terjadi peningkatan kebutuhan zat-zat makanan untuk mendukung perubahan7

perubahan fisiologis selama hamil. Penyebab anemia pada saat hamil di usia
muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di
usia muda, karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.
tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta, lama kelamaan seorang
yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
8) Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena
dapat menyebabkan kematian.
b. Apa saja faktor resiko terjadi kontraksi dini pada kasus ?
Janin dan plasenta
1. Perdarahan trimester awal
2. Perdarahan antepartum ( plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
3. Ketuban pecah dini (KPD)
4. Pertumbuhan janin terhambat
5. Cacat bawaan janin
6. Kehamilan ganda/gemeli
7. Polihidramnion
Ibu
1. Penyakit berat pada ibu
2. Diabetes millitus
3. Preeklampsia/hipertensi
4. Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
5. Penyakit infeksi dengan demam
6. Stress psikologik
7. Kelainan bentuk uterus /serviks
8. Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
9. Inkompetensi serviks ( panjang serviks kurang dari 1 cm)
10. Pemakaian obat narkotik
11. Trauma
12. Perokok berat
13. Kelainan imunologis dan kelainan resus

2. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy was
about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her
pregnancy. Seven hours after admitted, she delivered her female baby spontaneously.
The labor process was 20 minutes, and ruptured of membrane was 3 hour before
delivery.
a. Bagaimana cara menghitung HPHT ?
Berdasarkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dengan menggunakan Rumus
Naegele.
Siklus menstruasi 28 hari : HPL = Tanggal (+7) Bulan (-3) Tahun (+1)
Siklus menstruasi 35 hari : HPL = Tanggal (+14) Bulan (-3) Tahun (+1)
Siklus menstruasi 21 hari : HPL = Tanggal (+0) Bulan (-3) Tahun (+1)
Siklus menstruasi (28+x) hari : HPL = Tanggal (+7+x) Bulan (-3) Tahun (+1)
b. Bagaimana cara menghitung usia gestasi selain dengan menggunakan cara HPHT?
Selain melalui perhitungan Hari Pertama Hari Terakhit (HPHT) ,usia kehamilan
dapat diketahuin dengan beberapa metode lain:
1) Gerakan pertama fetus
Gerakan pertama fetus dapat dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu.
2) Palpasi abdomen
Palpasi abdomen dapat menggunakan :
o Rumus Bartholomew
Antara simpisis pubis dan pusat dibagi menjadi 4 bagian yang sama, maka
tiap bagian menunjukkan penambahan 1 bulan. Fundus uteri teraba tepat di
simpisis umur kehamilan 2 bulan (8 minggu). Antara pusat sampai prosesus
xifoideus dibagi menjadai 4 bagian dan tiap bagian menunjukkan kenaikan 1
bulan. Tinggi fundus uteri pada umur kehamilan 40 minggu (bulan ke-10)
kurang lebih sama dengan umur kehamilan 32 minggu (bulan ke-8).
o Rumus Mc Donald
Fundus uteri diukur dengan pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan dibagi 7
memberikan umur kehamilan dalam bulan obstetrik dan bila dikalikan 8 dan
dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam minggu.
o Palpasi Leopold
Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk
menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi abdomen.
Palpasi leopold terdiri dari 4 langkah yaitu:
9

Leopold I : Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan


bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri
Leopold II : Leopold II bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian
kecil janin di sepanjang sisi maternal
Leopold III : Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian persentasi
dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul
Leopold IV : Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang ditemukan
pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh mana bagian
presentasi sudah masuk pintu atas panggul Memberikan informasi tentang
bagian presentasi: bokong atau kepala, sikap/attitude (fleksi atau ekstensi),
dan station (penurunan bagian presentasi)

3) Perkiraan tinggi fundus uteri


Perkiraan tinggi fundus uteri dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkan dengan patokan.
Umur Kehamilan
12 minggu
16 minggu
20 minggu
24 minggu
28 minggu
34 minggu
36 minggu
40 minggu

Tinggi Fundus Uteri


1/3 diatas simpisis
simpisis pusat
2/3 di atas simpisis
Setinggi pusat
1/3 di atas pusat
pusat prosessus xifoideus
Setinggi prosessus xifoideus
2 jari dibawah prosessus xifoideus

4) Ultrasonografi
Tujuan ultrasonografi adalah:
Konfirmasi kehamilan
Embrio dalam kantung kehamilan tampak pada awal kehamilan 5,5

minggu dan detak jantung janin tampak jelas dalam usia 7 minggu.
Mengetahui usia kehamilan
Penentuan umur kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara yaitu:
10

a. Mengukur diameter kantong kehamilan (GS=gestational sac) pada


kehamilan 6-12 minggu.
b. Mengukur jarak kepala bokong (GRI=grown rump length) pada
kehamilan 7-14 minggu.
c. Mengukur diameter biparietal (BPD) pada kehamilan lebih 12 minggu
Paling akurat di awal kehamilan, dengan variasi 5-7 hari. Crown Rump Length
(CRL) paling akurat pada trimester pertama. Diameter biparietal (Biparietal
Diameter-BPD) paling akurat dari usia kehamilan 14 hingga 26 minggu, dengan
variasi 7-10 hari. BPD dihitung dari tepi terluar tengkorak bagian distal, setinggi
thalamus dan kavum septum pelusidum. Lingkar kepala (Head circumferenceHC) juga diukur. Jika bentuk kepala datardolikosefali, atau bulatbrakisefali,
HC lebih sahih dibangingka BPD. Panjang femur (Femur length-FL) berkolerasi
baik dengan BPD dan usia gestasi. Panjang femur dihitung dengan sorotan tegak
lurus terhadap sumbu panjang diafisis (shaft), tanpa melibatkan epifisis, dan
memiiki variasi 7-11 hari pada trimester kedua. Lingkar perut (Abdominal
circumference-AC) memiliki variasi terbesar, hingga mencapai 2-3 mingg, karena
melibatkan jaringan lunak. Lingkar ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan
janin. AC diukur di garis kulit pada penampang transversal janin setinggi lambung
janin setinggi lambung janin dan vena umbilikalis.
Variabilitas perkiraan usia gestasi meningkat dengan semakin tuanya kehamilan.
Penugkuran secara individual kurang akurt pada trimester ketiga dan perkiraan
semakin meningkat dengan merata-ratakan keempt parameter. Jika satu parameter
berbeda secara bermakna, dapat dieksklusi dari perhitungan. Hal ini dapat
diakibatkan oleh visibilitas yang buruk, tetapi juga dapat menunjukkan
abnormalitas pada janin atau gangguan perkembangan. Pemeriksaan sonografi
yang dilakukan unutk mengevaluasi perkembangn janin sebaiknya dilakukan
setidaknya 2 hingga 4 minggu. (ACOG, 2009; American Institute of Ultrasound in
Medicine, 2007)
Prinsip:
- Ketepatan perkiraan usia kehamilan berbanding terbalik dengan usia janin.
Laju pertumbuhan janin selama kehamilan tidak konstan; sangat cepat di awal
kehamilan, kemudian melambat sejalan dengan makin tua usia kandungan.

11

Pada kehamilan Trimester 3, ketepatan penentuan usia kehamilan akan lebih


baik jika dilakukan secara serial (beberapa kali pemeriksaan dengan interval
waktu tertentu). Terutama bagi ibu hamil yang tidak mengetahui secara pasti
usia kandungannya atau baru memeriksakan kehamilannya pertama kali pada
trimestern 3. Pemeriksaan serial dilakukan dengan interval minimal 2
minggu, agar penambahan ukuran biometri mudah dibedakan.

5) Penilaian ukuran antropometik


A. Berat badan lahir ( BBL )
BBL merupakan indeks yang terburuk untuk menentukan masa gestasi
neonatus. Hal ini disebabkan BBL sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.
BBL kurang atau sama dengan 2.500 gram tidak dapat dipandang sebagai
unit yang homogen. Bayi BBLR dapat merupakan bayi prematur murni atau
dismatur. Jadi lama masa gestasi untuk BBLR sangat bervariasi.
B. Crown heel length
Lingkaran kepala, diameter oksipito-frontal, diameter bipariental dan
panjang badan. Menurut Finnstrom ( 1971 ), dari semua ukuran tersebut di
atas hanya ukuran lingkaran kepala yang mempunyai korelasi yang baik
dengan lamanya masa gestasi. Untuk ini ia menemukan confidence limit
kira-kira 26,1 hari. (1) Selain itu ia mengajukan rumus sebagai berikut:
Y = 11,03 + 7,75x
Y = masa gestasi
x = lingkaran kepala.

12

Penilaian karakteristik fisik luar dari beberapa alat tubuh ternyata


mempunyai hubungan dengan maturitas bayi. Dari semua kriteria external
yang dapat dinilai untuk menentukan masa gestasi neonatus, kriteria yang
disebutkan di bawah ini adalah yang terbaik mempunyai hubungan dengan
masa gestasi. Kriteria tersebut adalah bentuk puting susu, ukuran payudara,
plantar creases, rambut kepala, transparansi kulit, membran pupil, alat
kelamin, kuku dan tulang rawan telinga.
Hasil penelitian kriteria external ini bervariasi, untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik, beberapa sarjana mengadakan skor terhadap kriteria
external ini dan korelasi antara skor dengan masa gestasinya.
-

Penilaian Kriteria Neurologis


Telah lama diketahui bahwa beberapa kriteria neurologis atau reflek tertentu
baru timbul pada suatu masa gestasi. Cara penilaian masa gestasi dengan
kriteria external dan neurologis merupakan maturitas yang paling mendekati
kebenaran. Kombinasi penilaian karakteristik external, kriteria neurologis dan
lingkaran kepala adalah cara yang paling mendekati kebenaran.

Penilaian menurut Dubowitz


Menggabungkan hasil penilaian fisik external dan neurologis. Kriteria
neurologis diberikan skor, demikian pula kriteria fisik external. Jumlah skor
fisik dan neurologis dipadukan, kemudian dengan menggunakan grafik linier
dicari masa gestasinya.

13

TABEL 1. Hubungan Antara masa gestasi dan beberapa kriteria pada bayi baru
lahir.
Kriteria

Masa gestasi
Sampai

36 37-38 minggu

39 minggu

minggu
Plantar

Bagian anterior: Meliputi 2/3 anterior

Creases

hanya

Seluruh telapak kaki

ada

transverse
creases
Diameter

2mm

4mm

7mm

Halus

Halus

Kasar

nodul
mammae
Rambut
kepala
Daun

Lentur,

telinga

bertulang rawan

Testis
scrotum

tidak Sedikit tulang rawan

dan Testis di kanal Intermedia


bawah.
Scrotum

Kaku, tulang
rawan tebal
Testis pendulum.
Scrotum penuh, ruga

kecil,

extensif

ruga sedikit
c. Apa saja komplikasi yang terjadi pada kehamilan prematur bagi ibu dan janin?
Komplikasi prematur
1) Paru-paru
Produksi surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar collapse
dan atelektasis, yang dapat terjadi Respitarory Distress Syndrome.
2) SSP ( Susunan syaraf pusat)
Disebabkan tidak memadainya koordinasi refleks menghisap dan menelan, bayi
yang lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus diberi makanan secara
intravena atau melalui sonde lambung. Immaturitas pusat pernafasan di batang
otak mengakibatkan apneic spells (apnea sentral).
3) Infeksi
Sepsis atau meningitis kira-kira 4X lebih berisiko pada bayi premature dari
pada bayi normal.
14

4) Pengaturan suhu
Bayi prematur mempunyai luas permukaan tubuh yang besar dibanding rasio
masa tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan di bawah
netral, dengan cepat akan kehilangan panas dan sulit untuk mempertahankan
suhu tubuhnya karena efek shivering pada prematur tidak ada
5) Saluran pencernaan (Gastrointestinal tract)
Volume perut yang kecil dan reflek menghisap dan menelan yang masih
immatur pada bayi prematur, pemberian makanan melalui nasogastrik tube
dapat terjadi risiko aspirasi.
6) Ginjal
Fungsi ginjal pada bayi prematur masih immatur, sehingga batas konsentrasi
dan dilusi cairan urine kurang memadai seperti pada bayi normal.
7) Hiperbilirubinemia
Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering daripada
pada bayi aterm, dan kernicterus bisa terjadi pada level bilirubin serum paling
sedikit 10mg/dl (170 umol/L) pada bayi kecil, bayi prematur yang sakit.
8) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode
perinatal. Kadar glukosa darah kurang dari 20 mg/100cc pada bayi kurang
bulan atau bayi prematur dianggap menderita hipoglikemia.
9) Mata
Retrolental fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian oksigen
yang berlebihan pada bayi prematur yang umur kehamilannya kurang dari 34
minggu. Tekanan oksigen yang tinggi dalam arteri akan merusak pembuluh
darah retina yang masih belum matang (immatur).
d. Apa faktor resiko ibu melahirkan premature?
1) Janin dan plasenta
- Perdarahan trimester awal
- Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)
- Ketuban pecah dini
- Pertumbuhan janin terhambat
- Cacat bawaan janin
- Kehamilan ganda
- Polihidramnion
2) Ibu
- Penyakit berat pada ibu
- Diabetes mellitus
- Preeklampsia
15

Infeksi saluran kemih


Penyakit infeksi dengan demam
Stress psikologik
Kelainan bentuk uterus
Riwayat persalinan preterm
Inkompetensi serviks
Pemakaian obat narkotik
Trauma
Perokok berat
Kelainan imunologi

e. Bagaimana penanganan awal bayi lahir prematur?


Bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan yang lebih intensif. Karena dia
masih membutuhkan lingkungan yang tidak jauh berbeda dari lingkungannya
selama dalam kandungan. Oleh karena itu, di rumah sakit bayi prematur akan
mendapatkan perawatan sebagai berikut :
1) Dimasukkan dalam inkubator
Inkubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil. Akibat sistem
pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka suhunya
bisa naik atau turun secara drastis. Ini tentu bisa mambahayakan kondisi
kesehatannya. Selain itu, otot-ototnya pun relatif lebih lemah. Sementara
cadangan lemaknya juga lebih sedikit dibanding bayi yang lahir cukup bulan.
2) Pencegahan infeksi
Mudahnya bayi prematur terinfeksi menjadikan ini salah satu fokus perawatan
di RS. Pihak RS akan terus mengontrol dan memastikan jangan sampai terjadi
infeksi karena bisa berdampak fatal.
3) Minum cukup
Bagi bayi, susu adalah sumber nutrisi yang utama. Untuk itulah selama
dirawat, pihak RS harus memastikan si bayi mengkonsumsi susu sesuai
kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum susu
dilakukan dengan menggunakan pipet. Pada bayi prematur refleks isap, telan
dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3-5
g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaikbaiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak
menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum
16

pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal itu perlu untuk
mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah muntah.
4) Memberikan sentuhan
Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan dengan
ibunya harus putus. Justru, ibu sangat disarankan untuk terus memberikan
sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang banyak mendapat sentuhan ibu
menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat
daripada jika si bayi jarang disentuh.
5) Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RSUD. Dr. Pirngadi Medan
bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan memungkinkan biasanya sudah dibolehkan dibawa pulang.
Namun, ada juga sejumlah RS yang menggunakan patokan berat badan.
Misalnya bayi baru boleh dibawa pulang kalau beratnya mencapai 2 kg,
kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi
kesehatan bayi secara umum.
f. Apa dampak waktu persalinan yang cepat pada kasus?
Efek pada Ibu
Ruptur uterus atau laserasi serviks, vagina, vulva atau perineum yang luas
Emboli air ketuban yang bisa menimbulkan kematian ibu, dimana partikel yang
mungkin terdapat di cairan ketuban akan masuk ke pembuluh darah ibu yang

akan menyumbat pembuluh darah di otak maupun jantung.


Uterus yang berkontraksi dengan kekuatn yang tidak biasa sebelum pelahiran
biasanya menjadi hipotonik setelah pelahiran, dengan perdarahan dari tempat
implantasi plasenta sebagai konsekuensinya.

Efek pada Janin dan Neonatus


Kontraksi pada dasarnya memiliki irama tersendiri: naik-turun-naik-turun,
begitu seterusnya. Saat si ibu mengalami kontraksi, pembuluh-pembuluh darah
yang ada di rahimnya akan terjepit hingga secara fisiologis membuat bayi
kekurangan oksigen. Namun kontraksi biasanya akan diikuti periode relaksasi
yang memungkinkan bayi mendapat oksigen kembali. Dengan begitu, bayi bisa
beradaptasi selama tenggang waktu antara kontraksi dan relaksasi tadi.
Sedangkan pada kasus partus presipitatus, bayi jadi sulit beradaptasi. Pasalnya,
17

kontraksi demi kontraksi berlangsung begitu cepat, yakni cuma berselang 1


menit. Bahkan, tak jarang kontraksi tanpa diikuti relaksasi karena terjadi
kontraksi terus-menerus. Akibatnya, bayi tak memperoleh oksigen dan kondisi

ini bisa berakhir dengan kematian bayi.


Perdarahan pada otak karena kepala bayi mendapat tekanan luar biasa saat
melewati jalan lahir yang belum mengalami pembukaan sempurna. Artinya,
jalan lahir harusnya lama-kelamaan kian melunak dan membuat pertahanan
pada jaringan di bawah semakin ringan. Dengan proses semacam itu, bayi akan
lewat secara mulus. Namun karena kontraksi begitu kuat mendorong si bayi,
kepala bayi bagian dalam akan mengalami cedera akibat dipaksa keluar dan

harus berbenturan dengan pertahanan di bagian bawah yang juga masih kuat.
Bayi dapat jatuh ke lantai dan mengalami cedera, atau mungkin memerlukan
resusitasi yang tidak tersedia dengan segera

g. Apa faktor resiko ketuban pecah dini ?


Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok
h. Apa dampak dari ketuban pecah dini?
Persalinan premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1
minggu.
Infeksi
Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu
terjadi konrioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia. Umumnya
terjadi korioamnianitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur,
infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada
ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan Asfiksia
18

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidroamnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidroamnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Sindrom Deformitas Janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin
(Prawirohardjo, 2008). Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 1040% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu
hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau
keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin
meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang
terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD
preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu (Nugroho, 2011).
i. Bagaimana penanganan awal pada ketuban pecah dini?
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Pada kehamilan
antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini:
- Pastikan diagnosis
- Tentukan umur kehamilan
- Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
- Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang
komprehensif.
Penanganan ada dua, yaitu konservatif dan aktif. Penanganan aktif dilakukan
apabila usia kehamilan >37 minggu. Penanganan konservatif: rawat di rumah sakit,
berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan <32-34 minngu,
dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
19

Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah
inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi
sesudah 24 jam. Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2
hari, deksametason I.M. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
j. Apa makna klinis dari ibu tidak ada riwayat hipertensi dan riwayat penyakit lain
selama kehamilan?
Pada hipertensi atau preeklampsia penolong persalinan cenderung untuk
mengakhiri kehamilan. Hal ini meningkatkan prevalensi kelahiran preterm, dikasus
ini Ny. Nadia tidak mengalami hipertensi dan penyakit lainnya selama kehamilan.
Jadi kemungkinan faktor resiko yang disebabkan oleh hipertensi dan penyakit
lainnya bisa disingkirkan.
k. Bagaimana mendiagnosis prematuritas pada bayi (Ballard score) ?

20

Penilaian dari kedua kriteria di atas sebaiknya dilakukan pada waktu bayi berumur
6 60 jam.
Cara menilai aktivitas neuromuscular :
Posture : dinilai bila bayi dalam posisi telentang dan tenang
Square window : tangan bayi difleksikan di antara ibu jari dan telunjuk pemeriksa
lalu diukur sudut antara hypothenar eminence dengan forearm.
Arm recoil : lakukan fleksi lengan bawah selama 5 detik, kemudian lengan tersebut
diekstensikan dan dilepas. Nilailah derajat kembalinya ke posisi fleksi.
Popliteal angle : bayi tidur terlentang, paha dipegang sedemikian rupa sehingga
terdapat posisi lutut-dada (knee chest position). Setelah itu dilakukan ekstensi
tungkai bawah, ukurlah sudut di bawah lutut tersebut.
Scarf sign : posisi terlentang, peganglah salah satu lengan bayi dan usahakan tangan
tersebut mencapai leher posterior dari bahu sisi lainnya. Angkat dan geserlah siku

21

bayi di atas dadanya dan lihat sampai dimana siku tersebut dapat digeser. Makin
muda bayi makin mudah menggeser sikunya melewati garis tengah ke sisi lain.
Heel to ear : posisi terlentang, gerakkan kaki bayi ke telinga dari sisi yang sama.
Perhatikan jarak yang tidak mencapai telinga dan ekstensi lutut.
Umur kehamilan ditentukan dengan menjumlahkan nilai physical maturity dan
neuromuscular activity dan disesuaikan dengan score maturity rating.
l. Bagaimana hubungan usia gestasi dengan berat badan bayi?
Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat bayi
normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Berat badan ini tergantung
juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang tua, dan paritas ibu . Secara
umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir berlebih lebih besar resikonya
untuk mengalami masalah (Sylviati, 2008). Masa gestasi juga merupakan indikasi
kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik
kesejahteraan bayi. Konsep berat bayi lahir rendah tidak sama dengan prematuritas
karena tidak semua berat bayi lahir rendah lahir dengan kurang bulan (Sylviati,
2008). Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir mencerminkan
kecukupan pertumbuhan intrauterine.
Kehamilan dengan usia gestasi 32 minggu dengan berat janin 1300 g merupakan
kehamilan dengan

usia preterm dan melahirkan bayi yang prematur dengan

keadaan small gestation age. Jadi pada kasus ini bayi yang lahir prematur dengan
keadaan SGA (Small for Gestational Age).
3. The baby was not cried spontaneously after birth, and resuscitation was done. APGAR
score at 1 minute was 1 and 5 minute was 3, and 10 minute was 7. One hour later the
baby still grunting and cyanosis.
a. Apa makna klinis dari bayi tidak menangis segera setelah lahir?
Pada kehamilan normal, fetus sudah melakukan pernafasan secara intrauterin.
Pernafasan setelah lahir merupakan kelanjutan dari pernafasan intrauterin. Terjadi
perubahan volume paru-paru secara pasif dan tarikan pernafasan pertama yang
ditandai dengan tangisan bayi. Tangisan bayi merupakan upaya pernafasan pertama

22

yang memerlukan tekanan 2 sampai 3 kali lebih tinggi daripada tekanan untuk
pernafasan berikutnya agar berhasil. Setelah dilahirkan bayi biasanya aktif dan
segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan.
Normalnya bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam
paru-paru yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan
interstisial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan
menyebabkan arteriol pulmonal berelaksasi sehingga pembuluh darah sistemik juga
akan mendapat pasokan oksigen.

Denyut jantung akan menjadi stabil pada

frekuensi 120 sampai 140 permenit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat.
Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan
gejala tonus otot menurun dan mengalami apneu atau menunjukkan kesulitan
mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi tidak menangis spontan artinya
terjadi kegagalan usaha bayi untuk menghirup udara ke paru-paru. Keadaan ini
dapat menunjukkan terjadinya asfiksia.
b. Apa yang menyebabkan bayi ini tidak segera menangis setelah lahir ?
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan
kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin seperti prematuritas, maka akan terjadi
asfiksia janin atau neonatus.
c. Apa tatalaksana awal pada bayi yang mengalami asfiksia ?
Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain:
Bayi normal (Apgar score 7-10)
Caranya:
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat
2) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut
3) Bersihkan badan dan tali pusat.
4) Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
Asfiksia ringan-sedang (Apgar score 4-6)
Caranya:
1) Bersihkan jalan napas.
2) Berikan oksigen 2 liter per menit.

23

3) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,
bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
4) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui
vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.
Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
Caranya:
1) Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
2) Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3) Bila tidak berhasil lakukan ETT.
4) Bersihkan jalan napas melalui ETT.
5) Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
Pada menit ke-5 setelah lahir, penilaian kembali dilakukan, dan jika skor tidak naik
hingga nilai 7 atau lebih dan berdasarkan pertimbangan lainnya dari keadaan bayi
maka perlu tindakan medis untuk dilakukan dan pemantauan intensif. Beberapa
bayi yang lahir dengan masalah pada organ jantung dan paru-paru akan
membutuhkan tindakan medis lanjutan, sedangkan yang lain hanya membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan luar.
Kebanyakan bayi baru lahir dengan nilai Apgar pertama dibawah 7, akan baik-baik
saja.
Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit),
maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka
panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak.
*Penilaian 5 menit dan 10 menit
Untuk menilai keberhasilan resusitasi terhadap bayi dan menentukan prognosis,
bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila
bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar). Nilai APGAR
yang jelek pada lima menit akan menghasilkan kematian bayi atau komplikasi
syaraf pada bayi seperti cerebral palsy.

24

d. Bagaimana cara menentukan APGAR score?

1. Vigorous baby. Skor apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa
2. Mild moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor apgar 4-6. Pada pemeriksaan
fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang
baik atai baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. (A). Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi
jantung jurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadangkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
(B). Asfiksia berat dengan henti jantung. Dimaksudkan dengan henti jantung
ialah keadaan bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum
lahir lengkap, dan bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini
pemeriksaan fisis lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia
berat.
e. Apa hubungan grunting dan cyanosis dengan asfiksia?
Gejala dan tanda asfiksia adalah bayi tidak bernapas atau napas megap-megap atau
pernafasan lambat (kurang dan 30 kali per menit), pernapasan tidak teratur,
dengkuran atau retraksi (pelekukan dada), tangisan lemah atau merintih, warna kulit
pucat atau biru, tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai, denyut jantung tidak ada
atau lambat (bradikerdia) (kurang dari 100 kali per menit).
4. On physical examination:
25

Body weight was 1300 grams, body length was 40 cms, and head circumference was 30
cm. The muscle tone was decreased, she was poorly flexed at the limbs, she has thin
skin, more lanugo over the body and plantar creases 1/3 anterior. At 10 minutes of age,
she still had grunting and cyanosis of the whole body. The respiratory rate was 68 bpm,
heart rate was 152 bpm, and the temperature was 36,2 oC. There was chest indrawing.
Other physical examinations were within normal
a. Interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?
- Body weight was 1300 grams, body length was 40 cms, and head
circumference was 30 cm.
Pemeriksaan Fisik

Nilai Normal

Interpretasi dan Mekanisme

BB 1300gr

2500-3500 gr,

abnormal
<1500gr termasuk BBLSR ,
Usia gestasi belum aterm
sehingga perkembangan dan
pertumbuhan
sempurna

Panjang badan 40 cm
Lingkar Kepala 30 cm

janin

belum

sehingga

BB

48-52 cm

sangat rendah
Abnormal, pertumbuhan in

33-35 cm

utero belum optimal


Abnormal, pertumbuhan in
utero belum optimal

The muscle tone was decreased, she was poorly flexed at the limbs, she has
thin skin, more lanugo over the body and plantar creases 1/3 anterior.
Tonus otot lemah
Bayi lahir prematur relatif hipotonis (memiliki tonus otot yang lemah)
Sulit menggerakkan/memfleksikan ekstremitas
Akibat dari lemahnya tonus otot sehingga bayi sedikit bergerak
Kulit yang tipis
Kulit bayi prematur tipis, halus, dan cenderung berwarna merah sekali. Bayi
yang amat sangat prematur tampak seperti agar-agar (gelatin). Pada BBL
yang berumur 1-3 hari sering tampak papula putih kecil-kecil dan kadang

berbentuk vesikulopustula di atas eritema dan disebut eritema toksikum.


Memiliki banyak lanugo pada tubuh dan plantar creased at 1/3 anterior

26

Lanugo adalah rambut imatur yang halus, lunak, dan sering menutupi kulit
kepala, dahi, dan muka. Saat kehamilan mencapai 20 minggu lanugo mulai
tumbuh dan rambut ini tidak berpigmen karena lanugo diproduksi oleh
folikel yang terdapat dalam Rahim. Lanugo akan hilang dan rontok saat
janin berusia 7 hingga 8 bulan dan berganti dengan vellus, setelah
kelahirannya bulu-bulu halus itu akan hilang saat bayi berusia 1-5 minggu
dan kulit bayi akan terlihat lebih halus dan mulus. Lanugo akan sering
dijumapi pada bayi yang lahir prematur sebab ia masih tumbuh di usia janin
hingga 8 bulan dan lanugo merupakan hal yang alami dan tidak bisa
dihilangkan secara medis. Lanugo akan hilang dan diganti dengan rambut
biasa.
-

At 10 minutes of age, she still had grunting and cyanosis of the whole body.
Merintih dan sianosis pada bayi ini menunjukan adanya RDS (Respiratory
Distress Syndrom). Neonatal RDS terjadi pada bayi yang paru-paru belum
sepenuhnya dikembangkan. Penyakit ini terutama disebabkan oleh kurangnya
zat licin di paru-paru yang disebut surfaktan. Zat ini membantu paru-paru
dipenuhi udara dan menjaga kantung udara dari mengempis. Surfaktan hadir
ketika paru-paru dikembangkan sepenuhnya. RDS Neonatal juga dapat
disebabkan oleh masalah genetik dengan pengembangan paru-paru.
Sebagian besar kasus RDS terjadi pada bayi yang lahir sebelum 37
minggu. Semakin

sedikit

paru-paru

dikembangkan,

semakin

tinggi

kemungkinan RDS setelah lahir. Masalahnya adalah jarang pada bayi yang
lahir cukup bulan (40 minggu).

Interpretasi
Skor <6 = distress pernapasan
Skor> 6 = kegagalan pernafasan akan segera terjadi
27

Bayi ini mengalami respiratory distress.


-

The respiratory rate was 68 bpm, heart rate was 152 bpm, and the temperature
was 36,2oC.
RR 68 bpm. Nilai normal 40-60x/menit takipneu. Untuk meningkatkan
ventilasi sebagai kompensasi menurunnya volume tidal.
HR 152 bpm, nilai normal 120-160 bpm normal
Temperature 36,2oC. Nilai normal 36,5-37,5oC hipotermi

There was chest indrawing.


Menunjukkan tingginya tekanan di thorax yang disebabkan sulitnya pertukaran
udara di alveolus karena sedikitnya surfaktan, usaha nafas menjadi meningkat
dan otot-otot dinding dada berkontraksi lebih kuat sehingga terlihat tarikan
dinding dada yang memperlihatkan usaha yang besar saat inspirasi

b. Bagaimana klasifikasi BB lahir normal ?


Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Prawirohardjo, 2002) :
1) Bayi dengan berat badan normal, yaitu > 2500 gram.
2) Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu antara 1500 gram 2500
gram.
3) Bayi dengan berat badan sangat rendah (BBLSR), dimana berat lahirnya adalah
1000-1500 gram
4) Bayi dengan berat lahir ekstrem rendah (BBLER), dimana berat lahirnya
adalah < 1000 gram.
E. HIPOTESIS
Mrs. Nadia, 19 tahun, melahirkan bayi premature secara spontan dengan berat badan lahir
sangat rendah diduga mengalami asfiksia perinatal et causa respiratory distress syndrome.
F. TEMPLATE
1.
How to diagnose
Asfiksia
a. Anamnesis : Gangguan/ kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas atau menangis.
b. Pemeriksaan fisik:
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau
hipoksia janin.Diagnosis anoksia atau hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
28

1. Denyut jantung janin


Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebihlebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi
kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk
mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pHnya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di
bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai
asfiksia.
Nilai
Tanda
Denyut
jantung(pulse)
Usaha
nafas(respisration)
Tonus otot(activity)
Kepekaan
reflek(gremace)

Tidak ada Lambat < 100

Tidak ada

Lemah

Lambat,

>100

tidak Menangis

teratur

dengan

keras

Fleksi

pada

ekstremitas

Tidak ada Merintih


Tubuh

Warna(apperence)

Gerakan aktif

Menangis kuat
merah

Biru pucat muda,


ekstremitas biru

Seluruhnya

merah

muda

Dilakukan pemantauan nilai APGAR pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
APGAR 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai APGAR berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru
29

lahir dan menentukan prognosis, bukanuntuk memulai resusitasi karena resusitasi


dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti
penilaian skor APGAR).
c.
Pemeriksaan penunjang :
1.
Foto polos dada
2.
USG kepala
3.
Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
d.
Pemeriksaan diagnostik:
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (rontgen dada)
5. USG (kepala)
2.

Differential Diagnose
Predisposisi

Usia

Derajat

Mulainya

Hipokse

Hipecap

kehamila

distress

gejala

mia

nea

+++/++++

Beberapa

n
HMD

Prematur

preterm

++/++++

+/+++

-/+

++/++++

+/++

jam
TTN
Pneumonia
MAS

SC

Full term

ibu overhidrasi

Near term

Ibu mengalami

Preterm

infeksi

Full term

Fetal distress

Full term

++

Beberapa
jam

++/++++

Hari pertama
/ lebih

++/+++

Sejak lahir

+/++++

+/+++

Full term

++/+++

Hari pertama

++++

-/+

+/++++

Variabel

+/++++

+/++++

+/+++

Variabel : 2-

+/++

++/++++

Post term
PPHN

Asfiksia :MAS
Sepsis
Paru hipoplastik

Kebocoran

Ventilasi

Preterm

udara paru

tekanan positif

Full term

CHD

Full term

PBF naik
PBF turun

Preterm
?

Full term

3 hari
-/+

Hari pertama

Preterm
Respon

Respon terhadap

Suara

Tanda infeksi

Rontgen dada
30

terhadap

IPPV

nafas

O2
HMD

++

Membaik

Turun,

crackles

kabur
Air
bronchogram
granuler

TTN

+++

Bukan indikasi

Crackles

Kabur
Vaskular
marking
Cardiomegali

Pneumonia

++

Variabel, mungkin

Turun

membaik

crackles

Bercak /
granuler
Efusi pleura

MAS

++

Variabel, mungkin

Crackles.

membaik

Suara

Bercak
Hiperinflasi

bronkial
PPHN

+/++++

Membaik disertai

variabel

-/+

Variabel

Turun

Kolaps paru

hiperventilasi
Memburuk dengan
tekanan berlebihan
Kebocoran

++

Variabel

udara paru

asimetris

Mediastinal
shiftnaik sampai
dikoreksi

CHD

++

PBF naik

Variabel, mungkin

Normal

membaik

crackles

Kabur, turun
sampai
dikoreksivaskul
ar marking
Cardiomegali

PBF turun

3.

-/+

Tidak ada,

Normal

Gelap

memburuk dengan

Vascular

tekanan berlebihan

marking

Working Diagnose
31

Mrs. Nadia, 19 tahun, melahirkan bayi premature secara spontan dengan berat badan
lahir sangat rendah mengalami asfiksia perinatal et causa respiratory distress
syndrome (membrane hyaline diasese.
4.

Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya asfiksia
pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:
a. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil
pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2
hal itu dianggap sebagai tanda bahaya
b. Analisa Gas Darah
Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui adanya asidosis dan
alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui dengan tingkat saturasi SaO2 dan
PaO2. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat
kemajuan terapi
c. Elektrolit Darah
Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya persediaan garam-garam
elektrolit sebagai buffer juga terganggu kesetimbangannya. Timbul asidosis laktat,
hipokalsemi, hiponatremia, hiperkalemi. Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji
laboratorium dengan test urine untuk kandungan ureum, natrium, keton atau protein
d. Gula darah
Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine untuk kandungan
glukosa., penderita asfiksia umumnya mengalami hipoglikemi.
e. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologik seperti ultrasonografi (USG),computed tomography scan (CTScan) dan magnetic resonance imaging (MRI) mempunyai nilai yang tinggi dalam
menegakkan diagnosis
f. USG ( Kepala )
g. Penilaian APGAR score
h. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
i.
Foto polos dada

5.

Etiologi
1. Faktor Ibu

Cacat bawaan
32

2.

3.

4.

5.

Preeklampsia dan eklampsia


Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Hipoventilasi selama anastesi
Penyakit jantung sianosis
Gagal bernafas
Keracunan CO
Tekanan darah rendah
Gangguan kontraksi uterus
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Factor tali pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
Factor bayi
Kompresi umbilikus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
Prematur
Gemeli
Kelainan congential
Pemakaian obat anestesi
Trauma yang terjadi akibat persalinan
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
kelainan bawaan (kongenital)
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Factor plasenta
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Plasenta tidak menempel
Solusio plasenta
Factor persalinan
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)

Partus lama

Partus tindakan
6.

Epidemiologi
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus diseluruh dunia disebabkan oleh
asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir matiyang lebih besar. Laporan dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan

33

ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia,
malaria,sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.1,3 Diperkirakan 1 juta anak yang bertahan
setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka panjang
seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar.4Menurut hasil riset
kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah
gangguan pernapasan/respiratory

disorders

(35,9%), prematuritas

(32,4%)

dan

sepsis neonatorum (12.0%).


7.

Patofisiologi
Surfaktan ialah zat yang memegang peranan dalam pengembangan paru dan
merupakan kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa
utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24
minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35. Peranan surfaktan ialah untuk
merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu
untuk menahan sisa udara pada penyakit membran hialin menyebabkan kemampuan
paru untuk mempertahankan stabilitasnya terganggu. Alveolus akan kembali kolaps
setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negatif intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang lebih kuat.
Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia,
retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan menimbulkan : (1) oksigenasi jaringan
mwnueun sehingga akan terjadi metabolisme yang menyebabkan terjadinya asidosis
metabolik pada bayi, (2) kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris yang
akan menyebabkan terjadinya transdasi ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin dan
selanjutnya fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk
suatu lapisan yang disebut membran hialin. Asidosis dan atelektasis juga
menyebabkan terganggunya sirkulasi darah dari dan ke jantung. Demikian pula aliran
darah paru akan menurun dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya
pembentukan substansi surfaktan.
Secara singkat dapat diterangkan bahwa dalam tubuh terjadi lingkaran setan yang
terdiri dari : atelektasis > hipoksi > asidosis > transudasi > penurunan aliran darah
paru > hambatan pembentukan substansi surfaktan > atelektasis. Hal ini akan
berlangsusng terus sampai terjadi penyembuhan atau kematian bayi.

34

8.

Manifestasi Klinis
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode
yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut
jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara
berangsur-agsur berkurang dari bayi memasuki periode apneru primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan
cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus, nadi cepat Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-megap yang dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7. Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler
-

9.

Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah:


Takipnea diatas 60x/menit
Grunting ekspiratoar
Subcostal dan interkostal retraksi
Cyanosise.
Nasal flaring

Selain itu bayi dengan RDS juga dapat memiliki gejala:


- Berat badan lahir sangat rendah
- Tidak menangis spontan
- Sulit melakukan fleksi ekstremitas
- Kulit tipis
- Banyak terdapat lanugo diseluruh tubuh
- Kerutan plantar di 1/3 anterior
Tatalaksana
Penatalaksanaan Non Respiratorik
Monitoring temperatur merupakan hal yang penting dalam perawatan neonatus yang
mengalami distress pernafasan. Keadaan hipo maupun hipertermi harus dihindari.
Temperatur bayi harus dijaga dalam rentang 36,537,5oC.
Enteral feeding harus dihindari pada neonatus yang mengalami distress nafas yang
berat, dan cairan intravena dapat segera diberikan, untuk mencegah keadaan
hipoglikemia. Keseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa harus diperhatikan.
Pemberian cairan biasanya dimulai dengan jumlah yang minimum, mulai dari 60
ml/kgBB/hari dengan Dekstrose 10% atau dari kebutuhan cairan harian. Kalsium
35

glukonas dengan dosis 6-8 ml/kgBB/hari dapat ditambahkan pada infus cairan yang
diberikan. Pemberian nutrisi parenteral dapat dimulai sejak hari pertama. Pemberian
protein dapat dimulai dari 3,5 g/kgBB/hari dan lipid mulai dari 3 g/kgBB/hari.
Prinsip lain perawatan neonatus yang mengalami distress nafas adalah minimal
handling. Hal ini dapat dicapai dengan penggunaan monitor sekaligus untuk menilai
keadaan kardiorespiratorik, temperatur, dan saturasi oksigen pada bayi.
Gejala dan hasil pemeriksaan radiologis pada bayi yang mengalami distress nafas
sering tidak spesifik sehingga penyebab lain terjadinya distress nafas seperti sepsis
perlu dipertimbangkan, dan pemberian antibiotik spektrum luas sedini mungkin harus
dimulai sampai hasil kultur terbukti negatif. Pemilihan antibiotik inisial yang
dianjurkan adalah ampicillin dan gentamicin.
Penatalaksanaan Respiratorik
Penanganan awal adalah dengan membersihkan jalan nafas, jalan nafas dibersihkan
dari lendir atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama diperlukan, serta
memastikan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat. Monitoring saturasi oksigen dapat
dilakukan dengan menggunakan pulse oxymetri secara kontinyu untuk memutuskan
kapan memulai intubasi dan ventilasi. Semua bayi yang mengalami distress nafas
dengan atau tanpa sianosis harus mendapatkan tambahan oksigen. Oksigen yang
diberikan sebaiknya oksigen lembab dan telah dihangatkan.16
Tabel 5. Panduan untuk monitoring saturasi oksigen dengan pulse oxymetri
> 95%
88-94%
85-92%

Bayi aterm
Bayi pre term (28-34 minggu)
< 28 minggu

Sumber: Mathai16

Tujuan utama dalam penatalaksanaan gagal nafas adalah menjamin kecukupan


pertukaran gas dan sirkulasi darah dengan komplikasi yang seminimal mungkin. Hal
ini dapat dicapai dengan menangani dan mengatasi etiologi gagal nafas. Indikasi
untuk memulai ventilasi mekanis pada pasien yang mengalami gagal nafas biasanya
didasari atas menetap atau memburuknya keadan klinis akibat proses pertukaran gas
di paru-paru yang terganggu.
10.

Komplikasi
Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
1.
kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan
36

RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau
bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2.
Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan
invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.
3.
Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada
bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru,
memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1.
Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang
disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD
berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
2.
Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi
yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan
adanya infeksi.
11.

Pencegahan
Pencegahan secara umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor resiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya
ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan
satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah
akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat
istiadat, dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerja sama banyak pihak dan
lintas sektoral yang salingterkait.
Adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerjasama antar tenaga obstetri
di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi yang tak diduga
dan tidak biasa yang dapat terjadi pada persalinan. Setiap anggota tim persalinan
harus

dapat

mengidentifikasi

situasi

persalinan

yang

dapat

menyebabkan

kesalahpahaman atau menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat. Pada bai


prematuritas, diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.
37

Antisipasi dini perlunya dilakukan resusitasi pada bayi yang dicurigai mengalami
depresi pernapasan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas lebih lanjut
12.

Prognosis
Prognosis: keadaan bayi dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) biasanya
bertambah parah setelah 2 sampai 4 hari setelah kelahiran dan terkadang membaik
dengan cukup lambat. Beberapa bayi dengan RDS yang parah akan mati dalam waktu
2 sampai 7 hari. Prognosis tergantung pada latar belakang etiologi gangguan
pernapasan. Prognosis baik bila gangguan napas akut dan tidak berhubungan dengan
keadaan hipoksia yang lama.
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia
Quo ad sanationam
: dubia

13.

KDU
Asfiksia : 3A
Respiratory Distress Syndrome : 3B

G. Learning Issue
1.
Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis
(IDAI, 2004). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir(WHO, 1999).
Klasifikasi asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Manifestasi klinis Asfiksia
Denyut jantung janin lebih dari 1OOx/mnt atau kurang dari lOOx/menit dan tidak teratur
Mekonium dalam air ketuban ibu
Apnoe
Pucat
Sianosis
Penurunan kesadaran terhadap stimulus
Kejang
38

Diagnosis Asfiksia
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.
a. Anamnesis
- Gangguan/ kesulitan waktu lahir.
-Cara dilahirkan.
-Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan
-Bayi tidak bernafas atau menangis.
b.Pemeriksaan fisik
Denyut jantung kurang dari 100x/menit.
Tonus otot menurun.
Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh
bayi.
BBLR (berat badan lahir rendah)
Laboratorium:
Hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat jika:
Pemeriksaan penunjang
PaO2 < 50 mm H2O
PaCO2 > 55 mm H2
pH < 7,30 (Ghai, 2010)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut
adalah sebagai berikut:
1) Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh,
sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir dengan:
a) Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
b) Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
c) Bungkus bayi dengan kain kering.
2) Pembersihan jalan nafas
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus
posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir.
3) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi,
menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi
memperbaiki ventilasi.
Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain:
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
Caranya:
1. Bayi dibungkus dengan kain hangat
2. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut
3. Bersihkan badan dan tali pusat.
3. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.
39

b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)


Caranya:
1. Bersihkan jalan napas.
2. Berikan oksigen 2 liter per menit.
3. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi, bantu
pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
4. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%
sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara
perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra cranial meningkat.
c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
Caranya:
1. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
2. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3. Bila tidak berhasil lakukan ETT.
4. Bersihkan jalan napas melalui ETT.
5. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natriumbikarbonat 7,5%
sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
Pencegahan
Pencegahan secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan
faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik.
Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari.

2.

Respiratory Distress Syndrome


Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease
(HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan
terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS
disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya
menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi
surfaktan. Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur
adalah Respiratory Distress Syndrome ( RDS ). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi
kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram.
Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan menurun sejak
digunakan surfaktan eksogen. Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh
neonatus.4,5 Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertama kali oleh Avery dan Mead
pada 1959 sebagai faktor penyebab terjadinya RDS. Penemuan surfaktan untuk RDS
40

termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran, karena pengobatan ini dapat
mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang
tinggi. Hasil-hasil dari uji coba klinik penggunaan surfaktan buatan, surfaktan dari
cairan

amnion

manusia,

dan

surfaktan

dari

sejenis

lembu/bovine

dapat

dipertanggungjawabkan dan dimungkinkan. Surfaktan dapat diberikan sebagai


pencegahan RDS maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi yang
disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan.
Infant RDS atau Hyaline Membrane Disease (HMD) merupakan gangguan pada
bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur karenakekurangan surfaktan. Surfaktan
mulai diproduksi oleh janin pada usia kehamilan 34 minggu, dan pada umur
kehamilan 37 minggu jumlahnya sudah cukup untuk pernafasan normal Puncak
keparahan terjadi pada 24-48 jam, akan membaik dalam waktu 72-96 jam (tanpa
terapi surfaktan) tergantung dari maturitas bayi. Salah satu dari bayi resiko tinggi
adalah bayi dengan sindroma gawat nafas(SGN/RDS). Respiratory distress syndroma
(RDS) didapatkan sekitar 5-10% pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan
berat 501-1500 gram (lemons et al,2001). Angka kejadian berhubungan dengan umur
gestasi dan berat badan. Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80%
terjadi pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu; 15-30%
pada bayi antara 32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi yang cukup
bulan. Insiden pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam dan
lebih sering terjadi pada bayi laki-laki dari pada perempuan (nelson,1999). Selain itu
kenaikan frekuansi juga sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita
gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan, misalnya ibu menderita penyakit
diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio sesarea serta perdarahan antepartum.
(surasmi,dkk) Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bayi resiko tinggi dapat hidup dengan baik tanpa mengalami cacat.
3.

Prematuritas
Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), bayi premature adalah bayi lahir hidup
sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama hais terakhir).

41

Bayi premature atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan kurang dari
37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. (Behrman et al, 2000)
Klasifikasi
Terdapat 2 macam klasifikasi, yaitu :
1.

Usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan janin sama untuk

masa kehamilan (SMK)


2. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan kecil untuk masa
kehamilan (KMK)
Faktor Penyebab Prematuritas

a.
b.
c.
d.

1. Faktor yang berasal dari maternal :


a. Penyakit Maternal :
Ginjal
Hipertensi
Penyakit Diabetes Mellitus
Penyakit hati
Kelainan Uterus
b. Faktor gaya hidup wanita
2. Pertumbuhan janin yang kurang selaras dan serasi :
a. Pertumbuhan janin terhambat dan menimbulkan kecil untuk masa kehamilan
(KMK)
Akibat gangguan sirkulasi retroplasenta.
Kekurangan nutrisi/gizi menahun
b. Terdapat pemicu persalinan premature :
Terjadi solusio plasenta
Terdapat plasenta previa
Terjadi infeksi yang menimbulkan korioamnionitis tanpa disertai ketuban pecah.
Pada persalinan ganda.
c. Terdapat inkompatibilitas darah :
Faktor Rhesus inkompatibilitas
Faktor inkompatibilitas darah :AB/O
3. Faktor khusus : serviks inkompeten
Dapat dijumpai pada abortus/persalinan premature berulang
Overdistensi uterus
Kehamilan ganda
Kehamilan dengan hidramnion
Penampilan Bayi Prematur

Penampilan bayi premature, selain fungsi alat vitalnya yang masih rendah, dapat
dikemukakan sebagai berikut.
42

a.
b.
c.
d.

1. Ukuran Fisik.
Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Berat badan bayi kurang dari 2500 gram.
Panjang badan kurang atau sekitar 45 cm.
Lingkar kepala 33 cm, sedangkan lingkar perut 30 cmm, sehingga kepala tampak

a.
b.
c.
d.

lebih besar, tetapi tulang kepala masih tipis.


2. Gambaran Fisik
Kepala besar.
Kulit tipis dan transparan, sehingga gerakan peristaltic usus dapat dilihat.
Rambut lanugo banyak, sedangkan lapisan lemak kurang.
Otot masih lemah sehingga :
Napas lemah
Tangisnya masih lemah-merintih
Kemampuan mengisap masih kurang
Gambaran ini menunjukkan bahwa bayi premature sangat mudah terkena infeksi dan
rentan terhadap kehilangan panas badan, bahkan dapat terjadi kematian akibat
hipotermia dan infeksi.
Selain itu beberapa tanda dan gejala bayi premature yaitu :

1. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah olah
tidak teraba tulang rawan daun telinga.
2. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
3. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada scrotum kurang. Testis
belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, libia
minora belum tertutup oleh labia mayora.
4. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
5. Fungsi saraf belum atau kurang matang, mengakibatkan reflek isap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
6. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.
7. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
Masalah yang Sering Dihadapi Bayi Prematur

1. Hipotermia
Tanda klinis hipotermia :
Suhu tubuh di bawah normal
Kulit dingin
Akral dingin
43

Sianosis
2. Sindrom Gawat Nafas
Kesukaran pernafasan pada bayi premature dapat disebabkan belum sempurnanya
pembentukan membrane hiain surfakan paru yang merupakan suau zat dapat
menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai
puncak pada minggu ke-5 kehamilan.
Defisiensi surfaktan menyebabkan

gangguan

kemampuan

paru

untuk

mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi


sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intrathoraks yang

lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.


Tanda klinis sindrom gaway napas :
Pernafasan cepat
Sianosis perioral
Merintih waktu ekspirasi
Retraksi substernal dan interkostal
3. Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% bayi matur. Glukosa merupakan sumber
utama energy selaman masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin terantung
dari kadar gula darah ibu karena terputusnya huubungan plasenta dan janin
menyebabkan terhentinya pemebrian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan
kadar gula darah 50-60 mg/dl selam 72 jam pertama,sedangkan bayi berat lahir
rendah dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum
mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20

mg/dl.
Tanda klinis hipoglikemia :
Gemetar atau tremor
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea intermitten
Tangisan lemah atau melengking
Kelumpuhan atau letargi
Kesulitasn minum
Terrdapat gerakan putar mata
Keringat dingin
Hipotermia
44

Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama)
4. Perdarahan intracranial
Pada bayi premature pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah pecah.
Perdarahan intrkranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated intravascular
coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya
pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama

minggu pertama kehidupan.


Tanda klinis perdarahan intracranial :
Kegagalan umum untuk bergerak normal
Reflex moro menurun atau tidak ada
Tonus otot menurun
Letargi
Pucar dan sianosis
Apnea
Kegagalan menetek dengan baik
Muntah yang kuat
Tangisan bernada tinggi dan tajam
Kejang
Kelumpuhan
Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung
Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinik satupun.
5. Rentan Terhadap infeksi
Pemindahan subtansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggi terakhir masa
kehamilan. Bayi premature mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan
selualer masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena sulit
dan selaput lender membaran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan
6. Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim
glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk
belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin
dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi premature 10 mg/dl.
Hiperbilirubinemia pada premature bila tidak segera diatasi dapat menjadi kern

ikterus yang akan menimbulkan gejalan sisa yang permanen.


Tanda dan gejala klinis hiperbilirubinemia :
Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning
Letargi
Kemampuan mengisap turun
Kejang
45

Manajemen Bayi Prematur


Bayi prematur dengan berat 1800 -2000 gram dan usia kehamilan 32-38
minggu dapat dibawa pulang asalkan tidak ada faktor penyulit (skor APGAR yang
normal). Bayi dipastikan memiliki refleks menghisap dan menelan dengan melihat
bagaimana respons bayi menghisap putting susu ibunya. Namun jika syarat-syarat
diatas tidak terpenuhi ada beberapa perlengkapan yang harus dipersiapkan dalam
NICU.
1. Pengaturan suhu
Pada masa-masa kritis bayi prematur (24 minggu-32 minggu), sangat dibutuhkan
perawatan secara intensif. Hal dasar adalah penempatan bayi pada inkubator yang
suhunya disetting seperti di rahim (36,5 37,5 oC). Bayi prematur sangat mudah
mengalami hipotermia karena luas tubuh yang mendekati bayi cukup bulan dan
metabolisme yang sangat rendah. Bayi ditempatkan di dalam inkubator hingga
mencapai waktu yang seharusnya dia lahir (cukup bulan).
2. Nutrisi
Kebutuhan protein 3-5 gram / kg BB dan kalori 110 kal/kg BB. Pemberian Asi pada
kelahiran dengan masa gestasi 24 minggu 32 minggu dilakukan melalui intravena
ataupun sonde lambung (saluran dari hidung, tenggorokan, dan berujung di
lambung). Sedangkan dengan masa gestasi 32 minggu-35 minggu diberikan dengan
botol susu formula.
Catatan :
a.

Pada anak atau bayi dengan distress pernafasan sebaiknya sonde lambung
dimasukkan melalui mulut, caranya sama hanya sambil mendorong perlahan-lahan,
anak diminta untuk melakukan gerakan menelan

b. Bila terdapat tahanan sewaktu pemasukan sonde, hendaknya jangan terus dipaksakan
( bahaya perforasi ).
3. Pemberian Surfaktan
Dalam beberapa kasus, bayi prematur dengan masa gestasi 25 minggu-28 minggu
mengalami sindrom gawat napas (membran hialin). Hal ini disebabkan produksi
surfaktan yang sangat minim sehingga menyebabkan alveolus kolaps. Untuk
mengantisipasinya, diberikan surfaktan melalui intravena.
46

KERANGKA KONSEP
Usia ibu
< 20
tahun

Bayi
lahir
prematu
r

BBLS
R

Pembentuk
an
surfaktan
tidak
Hipoks
ia
Retensi
CO2
Asidosis
respiratori
k
Oksigena
si
jaringan
47

Pemecahan
glikogen jantung
& hati
Asidosis
metabol
ik
Endotel
kapiler
rusak
Transudasi ke
alveoli
Fibrin &
epitel
nekrosis

KESIMPULAN

Respiratory
Distress
Syndrome

Asfiksia
perinat

Mrs. Nadia, 19 tahun, melahirkan bayi premature secara spontan dengan berat badan
lahir sangat rendah mengalami asfiksia perinatal et causa respiratory distress
syndrome (membrane hyaline diasese.

48

DAFTAR PUSAKA
F. Gary Cunningham et.al. 2001. Williams obstetrics. Ed 21. Jakarta: EGC.
Rennie JM, Roberton NRC. Respiratory Distress Syndrome. Dalam A Manual of
Neonatal Intensive Care, Edisi 4.London ; Arnold, 2002:128-78.
Pusponegoro TS. Penggunaan Surfaktan pada Sindrom Gawat Nafas Neonatal.
Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak no 27, Nopember 1997; 89-96
Pusponegoro TS. Penggunaan Surfaktan pada Sindrom Gawat Nafas
Neonatal.Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak no 27, Nopember 1997; 89-96
Suradi R. Pemeriksaan Fisis pada Bayi Baru Lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A,
Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi 1. Jakarta:
IDAI. 2008

49

Berhman, Kliegman, Arvin .1999. Ilmu Penyakit Anak : Nelson. Edisi 15 volume 1.
Jakarta : EGC
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan
Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008
Bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran UI. 2007. Buku Kuliah 3 Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika.
Kementerian Kesehatan RI.2010. Buku Saku Kesehatan Neonatal
Esensial.Jakarta:Departemen Kesehatan RI
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka : Jakarta.

50

Vous aimerez peut-être aussi