Vous êtes sur la page 1sur 4

PERPRES NO 179 TAHUN 2014

halaman 3

RAPAT ESELON II BKPRN


halaman 4

RESENSI BUKU:
GERAKAN KOTA HIJAU
halaman 4
KONSINYASI DIT. TATA RUANG DAN PERTANAHAN .... HAL 2

NEWSLETTER

TATA RUANG PERTANAHAN


MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

EDISI 2/ FEBRUARI 2015

KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN

Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 - 2019

Buku I RPJMN 2015 - 2019


Pada tanggal 8 Januari 2015, Presiden
Joko Widodo telah menandatangani
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
RPJMN 2015-2019 merupakan visi, misi,
dan agenda Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.
RPJMN 2015 - 2019 disusun berdasarkan
konsep Nawacita yang dipadukan
dengan Rancangan Teknokratik RPJMN
2015 2019 yang disusun Kementerian
PPN/Bappenas pada tahun 2014 dan
berpedoman pada Rencana Pembangunan
Jangka
Panjang
Nasional
20052025, sesuai amanat Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Sebelum ditetapkan menjadi RPJMN
2015 2019, Kementerian PPN/Bappenas
telah menggelar Musyawarah Rencana

Pembangunan Nasional (Musrenbangnas)


di Jakarta, yang menghasilkan rancangan
akhir Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Selain itu, dilaksanakan pula Musrenbang
Regional di lima wilayah yakni: Belitung
(wilayah Sumatera), Tarakan (wilayah
Kalimantan), Palu (wilayah Sulawesi),
Ambon (wilayah Maluku dan Papua),
kemudian Lombok (wilayah Jawa, Bali,
dan Nusa Tenggara), dengan maksud
menjaring masukan dari seluruh daerah.
RPJMN berfungsi untuk menjadi pedoman
Kementerian/Lembaga dalam menyusun
rencana strategis, bahan penyusunan
dan penyesuaian RPJM Daerah, menjadi
pedoman pemerintah dalam menyusun
Rencana Kerja Pemerintah (RKP), dan acuan
dasar dalam pemantauan dan evaluasi
RPJM Nasional. Menurut Perpres No 2 Tahun
2015 tersebut, RPJMN juga dapat menjadi
acuan bagi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
Berdasarkan lampiran Perpres tersebut,
pemerintah
akan
memrioritaskan
pembangunan nasional untuk mencapai
kedaulatan pangan, ketersediaan energi
dan pengelolaan sumber daya maritim
serta kelautan dalam lima tahun ke
depan. Pemerintah juga berkomitmen
mengarahkan
pembangunan
untuk
mencapai peningkatan kesejahteraan

berkelanjutan,
dengan
mendorong
warga
Indonesia
memiliki
jiwa
gotong royong, dan harmonis dalam
kehidupan
antarkelompok
sosial.
Sementara itu, untuk rencana detail tata
ruang yang disusun oleh pemerintah
pusat dan daerah saat ini belum didukung
citra satelit beresolusi tinggi. Hanya 3,5
persen wilayah yang punya citra satelit
resolusi tinggi. Dari 1,9 juta kilometer
persegi (km2) luas wilayah Indonesia,
hanya 68.000 km2 yang punya citra
resolusi tinggi di bawah 60 sentimeter.
Dari 1,9 juta km2 setelah dikurangi
kawasan hutan, data yang jadi prioritas
pencitraan resolusi tinggi seluas 500.000
km2. Untuk mendapat citra resolusi tinggi
bagi daerah prioritas seluas 500.000 km2
butuh dana 5 juta euro atau 9 juta dollar
AS atau Rp 112,5 miliar.
Tahun ini, DPD menargetkan untuk
membahas 12 RUU. DPD menyebutkan
bahwa sebagai program strategis lembaga
bidang legislasi, DPD memutuskan 16
RUU yang menjadi perhatian mereka.
Dari 16 RUU, hanya 2 RUU yang menjadi
program legislasi nasional (prolegnas)
prioritas, yaitu RUU Pertanahan, termasuk
substansi RUU Pengadilan Agraria yang
diputus DPD periode lalu, dan RUU
Pengelolaan Daerah Perbatasan. [AY]

REDAKSI:
| Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan |
| Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Astri Yulianti, Santi Yulianti, Gina Puspitasari | Desain Tata Letak : Indra Ade Saputra dan Astri Yulianti |

POTRET KEGIATAN:

Konsinyering Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan:

Evaluasi Kegiatan Tahun 2014 dan Pembahasan Rencana Kegiatan Tahun 2015

Penyediaan
tanah menjadi faktor penting
Santi Yulianti (kiri) selaku Kasubdit Informasi dan Sosialisasi sedang menyampaikan
mengenai evaluasi infrastruktur
dan rencana kerja Subdit
dalampaparan
pembangunan
di Infosos (8/1).
Sumber: Dokumentasi TRP.
Indonesia. Dengan kemunculan konflik
lahan yang menghambat penyediaan
Selasaide(9/01).
Dalam rangka
pembahasan RKA K/L 2015, penyusunan
tanah,Jakarta,
membuat
pembentukan
Bank
pelaksanaan
kegiatan
Lampid
(lampiran
pidato
Presiden),
Tanahevaluasi
mencuat
ke permukaan.
HalTahun
itulah
2014 dan pembahasan Rencana
penyepakatan target sertipikasi tanah lintas
yang Kerja
kemudian
dibahas
Focus Group
Tahun
2015,dalam
Direktorat
Tata
K/L TA 2015, dan terakhir, penyusunan
RuangUrban
dan Pertanahan,
Kementerian
kajian
pembentukan
Bank
Tanah.
Discussion
Land Policy, yang
diadakan
menyelenggarakan
oleh PPN/Bappenas
Direktorat Perumahan
dan Permukiman
Sementara untuk pencapaian Subdit Infosos
konsinyasi yang bertempat di Ruang
tahun 2014, antara lain: sosialisasi hasil
Kementerian
PPN/Bappenas,
Hotel
Rapat SS-4
dan SG-3, di diGedung
kajian kebijakan bidang tata ruang dan
Bappenas, Jakarta, pada 8 9 Januari
pertanahan, pelaksanaan koordinasi dan
2015.
sinkronisasi perencanaan pembangunan
Pada kesempatan tersebut, paparan
nasional bidang informasi tata ruang dan
disampaikan oleh tiga sub bidang
pertanahan (penggunaan naskah dinas),
dan dua sekretariat yang berada
serta inventarisasi dan analisa kebijakan
di bawah koordinasi Direktorat
melalui penggunaan sistem Knowledge
Tata Ruang dan Pertanahan, yakni:
Management (Manajemen Pengetahuan).
1) Subdit Tata Ruang, 2) Subdit
Pada tahun ini pula, Sekretariat BKPRN
Pertanahan, 3) Subdit Informasi dan
telah menyusun rekomendasi integrasi
Sosialisasi (Infosos), 4) Sekretariat
RZWP-3-K ke dalam RTRW dalam bentuk
BKPRN, dan 5) Sekretariat RAN.
SE Mendagri dan protokol serta roadmap
Pada Tahun 2014, Subdit Tata
penyusunan RDTR periode 2015-2019
Ruang telah menyusun penulisan
sebagai bahan identifikasi kebutuhan
naskah RPJMN 2015 2019 dan
peta skala besar (1:5.000). Beriringan
RKP 2015 bidang tata ruang. Selain
dengan kedua hal tersebut, Sekretariat
itu, dilaksanakan pula pembahasan
BKPRN menginisiasi penyusunan regulasi
Renja K/L 2015, pembahasan RKA
pengelolaan
ruang
udara
nasional,
K/L 2015, dan penyusunan kuesioner
diseminasi KLHS dalam forum BKPRN, serta
profil penataan ruang daerah.
memasilitasi pembahasan penyelesaian
Raperda RTRW Prov. Kalimantan Selatan.
Tidak jauh berbeda, Subdit Pertanahan
pun telah menyusun penulisan
Sekretariat RAN telah menyusun peta dasar
naskah RPJMN 2015 2019 dan RKP
pertanahan dan cakupan bidang tanah
2015 bidang pertanahan 2015-2019,
bersertipikasi berdasarkan data per Juni

2014, dan peta jalan pembentukan kamar


Ambhara,
Jakarta (8/7).
khusus
pertanahan
pada pengadilan negeri.
Sepanjang tahun ini pula, Sekretariat RAN
FGD
Urban
Land
Policy
dilaksanakan
telah menyelenggarakan
kegiatandalam
pilotrangka
project
redistribusi
dan Housing
access reform
penyusunan
Roadmap
Policy diReform
Prov.
Bangka
Belitung
dan
Prov. Jawa Tengah.
sebagai
masukan
bagi
penyusunan
RPJMN 2015Hasil
2019Evaluasi
Bidang Perumahan dan Permukiman. Pada
FGD ini pelaksanaan
turut hadir pula
Direktorat Tata
Dalam
pemantauan
danRuang
evaluasi,
diusulkanBappenas,
agar kegiatan
evaluasi
dan Pertanahan
Badan
Pertanahan
RKP
2014 diselesaikan
pada
Semester Rakyat,
I tahun HUD,
Nasional,
Kementerian
Perumahan
2015, sementara kegiatan pemantauan RKP
2015 dilaksanakan pada pertengahan tahun
(Juli-Agustus 2015) karena kebutuhan akan
masukan data dari Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/BPN. Penyusunan buku profil
tata ruang dan pertanahan disusun untuk
mempermudah pemantauan dan evaluasi
RPJMN 2015-2019. Buku profil disusun
setidaknya 3 (tiga) kali dalam periode 20152019, yaitu: i) Buku profil pertama pada
tahun 2015 (benchmark); ii) Buku profil
kedua pada tahun 2017 (mid term review);
dan iii) Buku profil ketiga pada tahun
2019 (evaluasi RPJMN/benchmark periode
berikutnya).
Pelaksanaan
Knowledge
Management (KM) di Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan akan dilanjutkan pada
tahun 2015. Selain itu, pelaksanaan KM
akan diperluas pada lingkup Kedeputian
Pengembangan Regional dan Otonomi
Daerah, dengan Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan sebagai koordinator.
Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional (BKPRN) dan Sekretariat Reforma
Agraria Nasional (RAN) perlu melakukan
inventarisasi tugas dan fungsi agar tidak
tumpang tindih dengan Kementerian
ATR/BPN dan melakukan penyesuaian
terhadap rencana kerja tahun 2015.
Rencana Kerja Tahun 2015
Secara garis besar, fokus kegiatan
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
pada tahun 2015 meliputi: i) Sosialisasi
RPJMN 2015-2019; ii) Penyusunan RKP
2016 bidang tata ruang dan pertanahan;
iii) Sinkronisasi rencana tata ruang dan
rencana pembangunan; iv) Fasilitasi
Pelaksanaan sertipikasi tanah lintas K/L; v)
Pelaksanaan pilot project redistribusi tanah
dan access reform; vi) Peningkatan dan
pengembangan wawasan penataan ruang;
dan vii) Pengembangan sistem informasi
tata ruang dan pertanahan. [ZH/OC/CP/GP]

Seminar Planning Outlook:


Sertifikasi Perencana oleh IAP bersama Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Jakarta, Kamis (15/01). Sebagai upaya
meningkatkan kualitas perencanaan
tata ruang nasional, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan
Nasional
(ATR/BPN)
bekerja sama dengan Ikatan Ahli
Perencanaan (IAP) untuk melakukan
sertifikasi perencana dalam kegiatan
perencanaan di wilayah Kementerian
ATR/BPN.
Kementerian
ATR/BPN
dan IAP menandatangani Nota
kesepahaman
(memorandum
of
understanding/MoU) sebagai langkah
awal
meningkatkan
kompetensi,
kualitas produk perencanaan sekaligus
pembinaan
profesi
perencana.
2

Dalam sambutannya, Menteri Agraria dan


Tata Ruang/Kepala BPN Ferry Mursyidan
Baldan mengungkapkan bahwa pengelolaan
tata ruang sebaiknya terpadu mencakup
darat, laut, udara dan bawah tanah.
Maka dari itu, perencanaan tata ruang
yang visioner merupakan keniscayaan.
Peningkatan kompetensi perencana ruang
(konsultan dan staf pemerintah) menjadi
salah satu persyaratan bagi peningkatan
kualitas produk rencana tata ruang, dan
pengendalian ruang, ujarnya menambahkan.

Indonesia yang inovatif, mumpuni, berpihak


pada kebutuhan masyarakat dan tata ruang
menjadi panglima pembangunan. [OM]

Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan


Indonesia (IAP) Bernadus Djonoputro,
menjelaskan, ke depan hendaknya dapat
lebih diarahkan pada perencanaan ruang
Menteri Agraria dan Tata Ruang, Ferry Mursyidan Baldan memberikan sambutan pada seminar Planning Outlook (15/1).
Sumber: Dokumentasi TRP.

WAWASAN

Peraturan Presiden Nomor 179 Tahun 2014:


Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Ilustrasi Gerbang Perbatasan di Wilayah Indonesia

Pada tanggal 8 Desember 2014 lalu,


Presiden Joko Widodo telah menetapkan
Peraturan Presiden Nomor 179 Tahun 2014
Tentang Kawasan Perbatasan Negara di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Perpres No.
179/2014 ini merupakan amanat Pasal 123
ayat (4) PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
bahwa penetapan Rencana Tata Ruang
(RTR) Kawasan Strategis Nasional (KSN),
termasuk 9 KSN RTR Kawasan Perbatasan
Negara ditetapkan dengan Perpres.
Kesembilan KSN tersebut meliputi
RTR
Kawasan
Perbatasan
Negara
di 1) Kalimantan, 2) Nusa Tenggara
Timur, 3) Papua, 4) Maluku UtaraPapua Barat, 5) Maluku, 6) AcehSumatera Utara, 7) Riau-Kepulauan
Riau, 8) Sulawesi Utara-GorontaloSulawesi, dan 9) Kawasan Perbatasan
yang berhadapan dengan Laut Lepas.
Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara
dilaksanakan oleh menteri/pimpinan
instansi Pemerintah terkait, termasuk
badan yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang pengelolaan
batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan, Gubernur, Bupati, dan
pimpinan badan/lembaga sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ruang Lingkup Pengaturan
Pada Peraturan Presiden ini ruang lingkup
pengaturannya, mencakup beberapa
hal sebagai berikut: a) peran dan fungsi
rencana tata ruang serta cakupan Kawasan
Perbatasan Negara; b) tujuan, kebijakan,
dan strategi penataan ruang Kawasan
Perbatasan Negara; c) rencana struktur
ruang Kawasan Perbatasan Negara; d)
rencana pola ruang Kawasan Perbatasan
Negara; e) arahan pemanfaatan ruang

Kawasan Perbatasan Negara; f) arahan


pengendalian
pemanfaatan
ruang
Kawasan Perbatasan; g) pengelolaan
Kawasan Perbatasan Negara; dan h)
peran masyarakat dalam penataan
ruang di Kawasan Perbatasan Negara.
Kawasan Perbatasan Negara di NTT
Deliniasi (wilayah) pengaturan Kawasan
Perbatasan Negara di Provinsi NTT
mencakup kawasan perbatasan di darat dan
laut. Kawasan perbatasan darat meliputi
kawasan yang berada di kecamatan pada
sisi dalam sepanjang batas wilayah Negara
Indonesia dengan Negara Timor Leste.
Kawasan perbatasan laut meliputi kawasan
sisi dalam garis batas yurisdiksi, garis batas
Laut Teritorial Indonesia dalam hal tidak
ada batas yurisdiksi, dan/atau Garis Batas
Klaim Maksimum dalam hal garis batas
negara belum disepakati dengan Negara
Timor Leste dan Negara Australia, hingga
garis pantai termasuk: 1) kecamatan yang
memiliki garis pantai tersebut; atau 2)
seluruh kecamatan pada gugus kepulauan,
atau hingga perairan dengan jarak 24
mil laut dari garis pangkal kepulauan.
Selain itu, kawasan perbatasan darat
dan kawasan perbatasan laut tersebut
meliputi pula Pusat Kawasan Strategis
nasional (PKSN) dan/atau kawasan
perkotaan yang mendukung fungsi
kawasan perbatasan Negara Provinsi NTT.
PKSN
adalah
kawasan
perkotaan
yang ditetapkan untuk mendorong
pengembangan
kawasan
perbatasan
negara. Salah satu fungsi PKSN adalah
sebagai pusat kegiatan pertahanan dan
keamanan negara dan pusat pelayanan
kepabeanan, imigrasi, karantina, dan
keamanan
(Custom,
Immigration,
Quarantine,
and
Security/CIQS).
Di kawasan perbatasan negara di Provinsi
NTT ditetapkan 3 (tiga) PKSN, yaitu PKSN
LINK TERKAIT
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan,
Bappenas
Portal Tata Ruang dan Pertanahan
Sekretariat BKPRN

Kalabahi di Kabupaten Alor, PKSN Atambua


di Kabupaten Belu, dan PKSN Kefamenanu
di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Tujuan Penataan Ruang di Kawasan
Perbatasan
Tujuan penataan Ruang Kawasan
Perbatasan Negara di Provinsi NTT
adalah untuk mewujudkan kawasan
berfungsi pertahanan dan keamanan
negara
(security)
yang
menjamin
keutuhan, kedaulatan, dan ketertiban
Wilayah
Negara
yang
berbatasan
dengan Negara Timor Leste dan negara
Australia; kawasan berfungsi lindung
yang lestari (sustainability); dan kawasan
budi daya ekonomi perbatasan yang
mandiri dan berdaya saing (prosperity).
Rencana Struktur Ruang Kawasan
Perbatasan
Rencana struktur ruang terdiri atas
rencana sistem pusat permukiman
perbatasan negara dan rencana sistem
jaringan prasarana (transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air, dan
prasarana
permukiman).
Sementara
untuk rencana pola ruang terdiri atas
Kawasan Lindung dan Kawasan Budi
Daya (Zona Budi Daya dan Zona Perairan).
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Kawasan Perbatasan
Adapun
arahan
pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan perbatasan
meliputi: i) arahan peraturan zonasi;
ii) arahan perizinan; iii) arahan
pemberian insentif dan disinsentif;
serta iv) arahan pengenaan sanksi.

Sumber:
Perpres No. 179/2014 tentang RTR Kawasan
Perbatasan Negara di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Potret Kegiatan TRP

Konsinyasi Direktorat Tata Ruang dan


Pertanahan
Seminar Planning Outlook
Rapat Eselon II BKPRN

Rapat Eselon II BKPRN

The Awesome and Advanced Indonesia


Finalisasi Laporan BKPRN Periode Tahun 2009 2014
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
(BKPRN) Pasal 10, yang menyebutkan BKPRN
melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
Presiden secara berkala setiap 6 (enam) bulan.

Jakarta, 21 Januari 2014. Dalam rangka


evaluasi pelaksanaan tugas BKPRN selama 5
tahun terakhir, Kementerian PPN/Bappenas
selaku Sekretariat BKPRN menyelenggarakan
rapat koordinasi tingkat Eselon II, untuk
mengonfirmasi laporan kegiatan BKPRN 2009
2014 sekaligus menjaring masukan dan
perbaikan dari seluruh perwakilan anggota
BKPRN yang terkait.

Selanjutnya, Kementerian Perekonomian selaku


Ketua BKPRN akan melaporkan pelaksanaan
tugas BKPRN secara tertulis kepada Presiden,
hal ini sesuai dengan Permenko No. Per-02/M.
EKON/10/2009 tentang Organisasi dan Tata
Kerja BKPRN Pasal 6 Ketua BKPRN melaporkan
pelaksanaan tugas BKPRN secara tertulis
kepada Presiden secara berkala setiap 6 (enam)
bulan. Laporan Kegiatan BKPRN Semester
2 Tahun 2014 membahas kegiatan BKPRN
periode tahun 2009 2014 yang mengacu
kepada: (i) Pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN
sejak tahun 2009 hingga 2014; (ii) Laporan
semester kepada Presiden; dan (iii) Penugasan
lain sesuai dengan isu penataan ruang yang
berkembang.

Penyusunan
laporan
BKPRN
tersebut
sesuai dengan amanat penyusunan laporan
pada Keppres No. 4 Tahun 2009 tentang

Adapun beberapa hal yang dibahas dalam


laporan tersebut meliputi: (i) Struktur, Capaian,
dan Tantangan; (ii) Fasilitasi Penyelesaian

Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP (kiri), Dr. Ir. Oswar Mungkasa,
MURP (tengah), dan Abdullah Kamarzuki (kanan) bertindak
sebagai pimpinan rapat. Sumber: Dokumentasi TRP

Peraturan Perundangan Bidang Penataan Ruang;


(iii) Penguatan Kelembagaan Penataan Ruang
Nasional dan Daerah; (iv) Pendayagunaan
Penataan Ruang Nasional dan Daerah; serta (v)
Penyelesaian sengketa dan konflik pemanfaatan
ruang.
Kelembagaan BKPRN
Kehadiran Kementerian Agraria dan Tata Ruang
di akhir tahun 2014 telah memberi warna
baru bagi bidang tata ruang dan menjadikan
kehadiran BKPRN sebagai badan koordinasi yang
harus kembali dipertimbangkan.
Namun demikian, pada perkembangannya ke
depan, perlu dipertimbangkan pula apakah
kemudian Kementerian Agraria dan Tata Ruang
dapat mengemban secara utuh tugas dan
fungsi BKPRN, sehingga keduanya dapat saling
melengkapi dan mendukung satu sama lain.
Dengan demikian, penyelesaian konflik dan
sengketa dalam pemanfaatan dan pengendalian
penataan ruang dapat diselesaikan dengan baik.
[AY]

RESENSI BUKU:

Gerakan Kota Hijau


Gerakan kota hijau adalah gerakan penataan ulang kehidupan warga dan kota. Gerakan
kota hijau bertujuan untuk menghadapi perubahan iklim dengan melakukan antisipasi,
adaptasi, dan mitigasi kota. Kota Hijau adalah kota yang sehat dan bersahabat. Kota diisi
oleh orang-orang atau penduduk yang aktif dan bersahabat dengan lingkungan. Lebih dari
itu, kota hijau dengan visinya yang lebih luas dan komprehensif, yaitu Kota yang Ramah
Lingkungan, memiliki misi antara lain
memanfaatkan secara efektif dan efisien
sumberdaya air dan energi, mengurangi
limbah, menerapkan sistem transportasi
terpadu, menjamin kesehatan lingkungan,
dan mensinergikan lingkungan alami
dan buatan, berdasarkan perencanaan
dan perancangan kota yang berpihak
pada
prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan baik secara lingkungan,
sosial dan ekonomi secara seimbang. Buku
ini membahas mengenai pembangunan
kota hijau, apa itu kota hijau, mengapa
pembangunan
kota
hijau
perlu
dilakukan, siapa yang melakukan, kapan
pembangunan perlu dilakukan, bagaimana
melakukan kota hijau, perencanaan dan
perancangan berkelanjutan, ruang hijau

terbuka, transportasi ramah lingkungan,


dan lain sebagainya. Terdapat delapan
atribut untuk mewujudkan kota hijau
yaitu: a) peruntukan lahan dan tata
ruang yang bertujuan untuk menciptakan
ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan; b) rencana pengembangan
ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota
dan daerah resapan air; c) pengembangan
transportasi berbasis jaringan dan
penggunaan
transportasi
bukan
kendaraan bermotor, dan transportasi
massal; d) penerapan bangunan hijau; e)
peran serta masyarakat; f) pemanfaatan
dan pengembangan energi terbarukan;
g)
pengelolaan
sampah
ramah
lingkungan; serta h) pengelolaan air yang
berkelanjutan. [AY]

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:

DIREKTORAT TATA RUANG DAN


PERTANAHAN,
BAPPENAS
Jalan Taman Suropati No. 2A
Gedung Madiun Lt. 3

T : 021 392 7412


F : 021 392 6601
E : trp@bappenas.go.id
W: www.trp.or.id
Portal : www.tataruangpertanahan.com

Judul Buku:

Gerakan Kota Hijau

Penyusun: Nirwono Joga


Penerbit : PT. Gramedia Pustaka
Jumlah halaman: 294
Ukuran: 21 cm x 14 cm

Vous aimerez peut-être aussi