Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Telah lama diketahui bahwa status tiroid pada janin dan neonatus secara bermakna
berdampak jangka lama pada tingkah laku, fungsi lokomotor, bicara, pendengaran, dan
kognitif. Kelambatan mengembalikan ke fungsi tiroid normal pada janin dan neonatus,
dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap, namun bila diberikan pengobatan
secepatnya setelah diagnosis dini, dapat mengembalikan perkembangan otak dalam
rentang normal. Namun demikian, masih terdapat kelainan yang ringan pada bicara,
visual, dan IQ yang lebih rendah di kemudian hari dibandingkan dengan kontrol yang
eutiroid. Jadi perkembangan otak sangat peka terhadap hormon tiroid, tidak hanya pada
saat janin dan periode neonatal, namun juga setelahnya. Perkembangan area yang
berbeda pada susunan syaraf pusat, berhubungan dengan waktu dan lamanya defisiensi
hormon tiroid, hal ini mendukung bahwa ada periode kritis pada bagian dari otak
yang sangat peka terhadap suplai hormon tiroid.
Disfungsi tiroid autoimun umumnya

menyebabkan

hipertiroidisme

dan

hipotiroidisme pada wanita hamil. Kelainan endokrin ini sering terjadi pada wanita
muda dan dapat mempersulit kehamilan, demikian pula sebaliknya. Penyakit
Gravesterjadi sekitar lebih dari 85% dari semua kasus hipertiroid. Prevalensi
hipertiroidisme saat kehamilan bervariasi dari 0,1% - 0,4%. Penyakit Graves merupakan
penyebab terbanyak (85%). Penyebab lain adalah single toxic adenoma, goiter toksik
multinoduler, dan sub akut tiroiditis, sedangkan penyebab yang sangat jarang adalah
pemberian hormon tiroid eksogen dan mola hidatidosa.
Kelainan tiroid merupakan kelainan tersering kedua yang ditemukan selama
kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan,
menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah
kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
dari kebutuhan tubuh.
Oleh karena itu, penting untuk memeriksa fungsi tiroid pada ibu hamil terutama
pada awal kehamilan bila didapatkan kecurigaan gangguan tiroid.
1

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari kehamilan dengan hipertiroid?
2. Apa saja etiologi kehamilan dengan hipertiroid?
3. Bagaimana manifestasi klinis kehamilan dengan hipertiroid?
4. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada kehamilan dengan hipertiroid?
5. Bagaimana patifisiologi kehamilan dengan hipertiroid?
6. Bagaimana penatalaksaan pada klien kehamilan dengan hipertiroid?
7. Bagaimanakah prognosis dari kehamilan dengan hipertiroid?
8. Apa saja komplikasi dari penyakit kehamilan dengan hipertiroid?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori kehamilan dengan hipertiroid dan
patofisiologinya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Menjelaskan konsep dasar dari kehamilan dengan hipertiroid, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menjelaskan definisi dari kehamilan dengan hipertiroid


Menjelaskan etiologi dari kehamilan dengan hipertiroid
Menjelaskan manifestasi klinis dari kehamilan dengan hipertiroid
Menyebutkan pemeriksaan diagnostik dari kehamilan dengan hipertiroid
Menjelaskan patofisiologi kehamilan dengan hipertiroid
Menjelaskan penatalaksanaan dari kehamilan dengan hipertiroid
Menyebutkan komplikasi dari kehamilan dengan hipertiroid.

1.4. Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan tentang kehamilan dengan hipertiroid
2. Memahami dan memenuhi kebutuhan penderita kehamilan dengan hipertiroid
3. Meningkatkan soft skill sebagai perawat profesional untuk memenuhi kebutuhan
dasar penderita kehamilan dengan hipertiroid dalam proses penyembuhan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Definisi
Menurut Martin A. Walter, hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan
dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, khususnya yang disebabkan oleh
komplikasi kardiovaskuler. Sebagian besar disebabkan oleh penyakit graves, dengan
nodul toksik soliter dan goiter multinodular toksik menjadi bagian pentingnya
walaupun dengan frekuensi yang sedikit.

2.2.

Etiologi
Penyakit Graves merupakan kelainan autoimun kompleks dengan tanda
tirotoksikosis, oftalmopati (lid lag, lid retraction, dan eksoftalmus), dan dermopati
(miksedema pretibial). Hal ini dimediasi oleh immunoglobulin yang merangsang tiroid.
Telah diamati pada pasien dengan riwayat penyakit Graves di mana cenderung terjadi
remisi pada kehamilan dan relaps kembali setelah bersalin. Etiologi neonatal
hipertiroidisme karena penyakit Graves disebabkan karena perlintasan antibody reseptor
tirotropin (TSH)/TSHR-Abs transplasenta, yang menyerupai kerja TSH dalam
menstimulasi fungsi dan pertumbuhan tiroid.
Selain penyakit Graves, hipertiroid dalam kehamilan juga dapat disebabkan
oleh hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum ditandai dengan ditemukannya
gejala muntah berlebihan pada awal kehamilan yang menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit dan dehidrasi. Pemeriksaan biokimia pada pasien ini menunjukkan
hipertiroksinemia, dengan peningkatan konsentrasi T4 serum dan penurunan konsentrasi
TSH serum yang ditemukan pada sebagian besar wanita hamil. Pemeriksaan TSH serum
membantu untuk membedakan hiperemesis yang berhubungan dengan hipotiroksinemia
dan kemungkinan penyebab lainnya. Hipertiroksinemia ringan biasanya bersifat
sementara, menurun pada kehamilan minggu ke-18 tanpa terapi antitiroid. Namun,
hipertiroksinemia yang signifikan disertai dengan peningkatan T4 bebas dan TSH yang
rendah, dan penemuan klinik hipertiroid, memerlukan terapi obat antitiroid.

2.3.

Manifestasi Klinis
3

Pasien dengan penyakit Grave neonatal sering lahir prematur. Bila ibu
mendapat obat antitiroid, yang dapat mudah melintas plasenta, bayi tersebut dapat
asimtomatik selama beberapa hari pertama kehidupan sampai obat tersebut hilang dari
sirkulasi bayi. Dengan demikian, semua bayi yang lahir dari ibu dengan penyakit
Graves harus diamati secara ketat terhadap tanda-tanda tirotoksikosis paling sedikit
minggu pertama kehidupan postnatal. Goiter atau exopthalmus merupakan gambaran
yang jarang pada tirotoksikosis neonatal, meskipun demikian goiter yang besar dapat
menyebabkan gangguan napas terjadi akibat sekunder dari dosis PTU yang berlebihan
pada ibu. Yang lebih sering terjadi, pasien mengalami takikardi dan distress
pernapasan. Gejala hipermetabolik dapat mengakibatkan gagal jantung. Gejala lain
adalah hiperkinesis, gelisah, diare, dan penambahan berat badan yang buruk meskipun
asupan kalori meningkat. Maturasi tulang dipercepat dan dapat menimbulkan
kraniosinostosis prematur. Gambaran umum pada pasien tersebut meliputi ikterus,
pitting

edema,

hepatosplenomegali,

trombositopenia,

pembesaran

sistem

retikuloendotelial, sindrom hiperviskositas, dan ventrikular ekstrasistol.


a. Pasien hipertiroidisme biasanya mengeluh hilangnya konsentrasi, cemas, dan
emosi yang labil
b. Tremor, intoleransi panas, keringat berlebih, palpitasi, dan defekasi berlebihan
c. Dapat juga merasa kesulitan naik tangga, yang merupakan tanda lemahnya otot
bagian proksimal
d. Beberapa pasien mengeluh lehernya menjadi lebih besar daripada sebelumnya.
Perubahan ini disebabkan oleh membesarnya kelenjar tiroid.
2.4.

Pemeriksaan Diagnostik
Bilamana dicurigai titer antibodi tinggi, maka harus dilakukan pemeriksaan
USG pada janin.
Bila dicurigai hipertiroidisme neonatal, harus diperiksa sedini mungkin kadar
tiroksin bebas (T4 bebas), T3 RIA dan TSH, pada pasien hipertiroidisme neonatal
terjadi peningkatan menyolok kadar T3 RIA dan T4, pada keadaan yang jarang, terjadi
peningkatan T3 sedangkan kadar T4 hanya meningkat sedikit atau normal. Pemeriksaan
radiologik maturasi tulang sering memperlihatkan penambahan usia tulang janin.
Pasien dengan penyakit Graves hampir selalu memiliki hasil pemeriksaan TSIs
yang positif. Pemeriksaan TSI ini sebaiknya diukur pada trimester ketiga. Nilai TSI
yang tinggi sering dihubungkan dengan tirotoksikosis fetus. Antibodi antimikrosomal
4

jika memungkinkan perlu juga diperiksa karena wanita yang memiliki hasil positif
pada kehamilan atau sesaat setelah persalinan memiliki resiko berlanjut ke penyakit
tiroidistis postpartum.
Penyebab
Penyakit

Graves
-

Hipereme-sis

Gejala
Intoleran
pada panas
berat badan
Palpitasi
keringat

Mual/muntah

yang dalam
berat badan

gravidarum

Hipertiroid Gestasional
Tanda
Laboratorium
Takikardi
>
T4, FT4
TSH
100
-

curah

jantung
tekanan

nadi
Bising

sistolik
Oftalmopati

dermopati
Keadaan

eutiroid
Dehidrasi

(ditekan)
(+)

antitiroid

Keterangan
Remisi
selama

kehamilan
Postpartum
flare

antibodi

T4, FT4

Sembuh dalam

normal

18 minggu

atau sedikit

tanpa terapi

Tidak jelas
peningkatan T4
kecuali
hCG >
50.000

IU/L
TSH
minimal
bhCG
Ketonuria,
elektrolit
tidak
seimbang,
kelainan
hati, dan
5

Kehamilan
mola

Mual/muntah
Perdarahan

Toksemia
Tidak ada

trimester

perkemba-

pertama

ngan bayi

ginjal
T4, FT4
TSH

(ditekan)
bhCG

Evakuasi
Hipertiroid
menghilang
sejalan
dengan
normalnya
bhCG

Tabel 1. Diagnosis Banding Hipertiroid dalam Kehamilan

2.5. Patofisiologi
a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan hormon peptid yang
bertanggung jawab untuk produksi progesteron dalam konsentrasi yang adekuat pada
awal kehamilan, sampai produksi progesteron diambil alih oleh plasenta yang sedang
berkembang. Konsentrasi hCG meningkat secara dramatis selama trimester pertama
kehamilan dan menurun secara bertahap setelahnya. Secara struktural, peptide hCG
terdiri atas dua rantai, sebuah rantai dan rantai , dimana rantai dari hCG identik
dengan struktur yang membentuk TSH. Struktur yang homolog ini menjadikan hCG
mampu merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid, namun tidak
sekuat TSH.
b. Ekskresi Iodin Selama Kehamilan
Konsentrasi iodine plasma mengalami penurunan selama kehamilan, akibat
peningkatan filtrasi glomerulus (GFR). Peningkatan GFR menyebabkan meningkatnya
pengeluaran iodine lewat ginjal yang berlangsung pada awal kehamilan. Ini
merupakan faktor penyebab turunnya konsentrasi iodine dalam plasma selama
kehamilan. Kompensasi dari kelenjar tiroid dengan pembesaran dan peningkatan
klirens iodin plasma menghasilkan hormon tiroid yang cukup untuk mempertahankan
keadaan eutioroid. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pembesaran kelenjar
tiroid adalah hal yang fisiologis, merupakan kompensasi adaptasi terhadap
peningkatan kebutuhan iodin yang berhubungan dengan kehamilan.
c. Thyroxine Binding Globulin
Peningkatan TBG menyebabkan peningkatan ikatan tiroksin, yang merupakan
faktor ketiga yang mempengaruhi fungsi tiroid selama kehamilan. Hormon tiroid
6

dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu thyroxine binding globulin (TBG),
albumin, dan thyroxine binding prealbumin (TBPA) atau transtiretin. Dari ketiga
protein tersebut, TBG memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap tiroksin. Pada
pasien tidak hamil, sekitar 2/3 dari hormon tiroksin diikat oleh TBG. Pada kehamilan
normal, terjadi peningkatan dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal
selama kehamilan sampai 6-12 bulan setelah bersalin. Hal ini menggambarkan
peningkatan kadar hormon tiroksin total (TT4) pada semua wanita hamil, namun kadar
tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin total (FTI) normal. Untuk menjamin
kestabilan kadar hormon bebas, mekanisme umpan balik merangsang pelepasan TSH
yang bekerja untuk meningkatkan pengeluaran hormon dan menjaga kestabilan
hemostasis kadar hormon bebas. Peningkatan konsentrasi TBG merupakan efek
langsung dari meningkatnya kadar estrogen selama kehamilan.
Estrogen merangsang peningkatan sintesis TBG, memperpanjang waktu paruh
dalam sirkulasi, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi TBG serum. Estrogen juga
merangsang hati untuk mensintesis TBG dan menyebabkan penurunan kapasitas
TBPA. Pada akhirnya, proporsi hormon tiroksin dalam sirkulasi yang berikatan
dengan TBG meningkat selama kehamilan, dan dapat mencapai 75%. Kadangkala
perubahan hormonal ini dapat membuat pemeriksaan fungsi tiroid selama kehamilan
sulit diinterpretasikan.
2.6. Penatalaksanaan
1. PTU (Prophylthiouracyl)
Suatu rencana penatalaksanaan yang logis adalah memulai terapi dengan PTU, yang
merupakan agen gitrogenik, dalam dosis yang cukup tinggi untuk meningkatkan kadar
FT4 dalam rentang hipertiroid ringan dan kemudian menurunkan dosis secara bertahap.
Dosis 50-100 mg/ hari dengan waktu paruh obat 3 jam. Dosis 100 mg/ hari digunakan
jika kadar T3 dan T4 lebih dari 10 kali lipat dari normal. Jika dosis melebihi 300 mg/
hari, maka tiroidektomi parsial perlu dipertimbangkan dengan serius. Kontraindikasi
PTU untuk kehamilan terutama pada trimester ketiga dapat menyebabkan kematian
bayi.
Ketika ibu mengonsumsi obat ini, harus dilakukan pemeriksaan kadar FT 4 (Free
Tiroksin) dan TSHs setiap 2 minggu. Bila FT 4 sudah normal, obat harus segera
7

dihentikan. Jika kadar FT4 normal, pengecekan kadar FT4 dilakukan sebulan sekali
sampai ibu melahirkan.
Pemberian tiroksin bersama dengan PTU tidak efektif karena tiroksin tidak dapat
melewati plasenta sedangkan PTU dapat melewati plasenta secara bebas. Hal ini akan
mengakibatkan hipotiroidisme pada janin dan malah akan meningkatkan dosis PTU.
2. B-complex
Digunakan untuk mengatasi hipermetabolisme.
3. Propanolol
Merupakan jenis beta adrenergic blocker. Digunakan untuk meringankan gejala
kardiovaskuler pada ibu namun dapat berakibat:
a. Bradikardia janin/ neonatal
b. Keterlambatan/ gangguan pertumbuhan janin
c. Persalinan prematur/ keguguran pada awal kehamilan
d. Depresi pernapasan neonatus
e. Hipoglikemia
4. Tiroidektomi parsial/total
Dilakukan khususnya pada trimester kedua. Merupakan suatu prosedur yang relatif
aman di luar risiko persalinan prematur.
5. Karbimasol
Obat ini sebagian besar berikatan dengan protein dan sedikit disekresikan melalui ASI,
maka penggunaanya relatif lebih disukai.
6. Yodium radioaktif
Sangat dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan goiter yang sangat besar pada
janin. Terapi ini merupakan kontraindikasi kecuali sebagai terapi akut untuk mencegah
badai tiroid sebelum pembedahan.
2.7 Prognosis
8

Hipertiroidisme tanpa pengobatan yang adequat akan mengakibatkan abortus,


bayi lahir prematur (11,25%), bayi lahir dengan berat badan rendah, toksemia dan
krisis tiroid pada saat persalinan. Penyakit tiroid ditemukan pada 2-5 % wanita dan 1-2
% dari seluruh wanita yang berada dalam kelompok usia reproduktif. Masalah tiroid
tidak jarang ditemukan menjadi masalah dalam kehamilan. Penyakit Graves timbul
0,2 % dalam kehamilan dan kejadian neonatal yang dilahirkan dengan hipertiroid
hanya 1 % dari ibu yang menderita hipertiroid.
2.8 Komplikasi
Risiko komplikasi pada janin dan anak berhubungan dengan lama penyakit dan
kontrol hipertiroidisme pada ibu. Insiden yang tinggi terjadi pada ibu dengan kontrol
yang jelek dan insiden yang rendah terjadi pada ibu dengan pengobatan yang adekuat.
1. Prematur
a. Prematur 88%, pada ibu yang tidak mendapatkan pengobatan
b. Prematur 25%, pada ibu dengan pengobatan yang tidak adekuat
c. Prematur 8%, pada ibu yang mendapat pengobatan adekuat
2. Lahir mati
a. Lahir mati 50%, pada ibu yang tidak mendapatkan pengobatan
b. Lahir mati 16%, pada ibu dengan pengobatan yang tidak adekuat
c. Lahir mati 0%, pada ibu yang mendapat pengobatan adekuat
3. Abortus dini
4. Bila ibu secara klinis biokimia eutiroid, tetapi dia masih mempunyai TSHR-Ab
yang dapat melalui plasenta, maka hal itu akan berpengatih pada bayi. Pengaruhnya
yaitu:
a. Retardasi pertumbuhan janin
b. Lahir mati
c. Penyakit Graves' pada janin (Graves neotarum)
d. BBLR
5. Cacat/ kelainan bawaan
a. 3% pada ibu yang mendapatkan pengobatan dengan PTU
b. 2,7% pada ibu yang mendapatkan pengobatan dengan karbimasol
6. Hipertiroidisme pada janin/ bayi baru lahir, terjadi pada 1% kehamilan karena
komplikasi penyakit Graves aktif atau penyakit Graves yang sebelumnya dilakukan
ablasi. Pada keduanya hipertiroidisme akibat dari TSHR-Ab ibu melalui plasenta
merangsang kelenjar tiroid janin/ bayi. Masuknya imunoglobulin dan potensi untuk
terjadinya hipertiroidisme pada janin, secara klinis bermakna pada akhir trimester
kedua.
7. Tirotoksikosis neonatal, terjadi jika ibu menderita penyakit Graves.
9

8. Preeklamsia yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dan masalah dengan organ
tubuh lain termasuk ginjal.
9. Peningkatan detak jantung abnormal pada janin.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 CONTOH KASUS
Ny. S berusia 35 tahun terdiagnosa hipertiroid empat bulan setelah kelahiran anak
keduanya. Klien menerima perawatan dengan obat antitiroid selama enam bulan. Pada
kehamilannya yang ketiga klien mengeluh sering berdebar-debar pada usia kehamilan 16
minggu. Meskipun klien mengalami gejala-gejala pada kehamilan sebelumnya, tapi gejala
saat ini jauh lebih buruk. Klien
Klien ditemukan sangat hipertiroid, dengan peningkatan konsentrasi dari serum
tiroksin bebas (51,7 pmol/l) dan triiodothyronine bebas (19,9 pmol/l) dan dengan
penekanan konsentrasi thyrotropin (TSH) (< 0,02 mU/l).
Saat dilakukan pengukuran TTV didapatkan data: Suhu = 40 C, Nadi = 80
x/menit, TD = 130/80 mmHg.

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
10

a. Identitas
Nama Ibu: Ny. S
Nama Suami: Tn. F ke: 1
Umur: 35 tahun
Umur: 40 tahun
Agama: Islam
Agama: Islam
Pendidikan: SMA
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan: swasta
Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia
Suku: Jawa
Alamat: Jl. Melati no.10 Surabaya
Alamat: Jl. Melati no.10 Surabaya
Riwayat obstetric: G III P 2-2
b. Keluhan utama
Klien mengeluh sering berdebar-debar .
c. Riwayat penyakit saat ini
Klien pernah terdiagnosa hipertiroid pada empat bulan setelah kelahiran anak
keduanya dan

hanya mendapatkan obat antitiroid selama enam bulan. Pada

kehamilannya yang ketiga klien mengeluh palpitasi, keringat berlebihan dan


intoleransi panas pada usia kehamilan 16 minggu. Meskipun klien mengalami
gejala-gejala tersebut pada kehamilan sebelumnya, tetapi gejala saat ini jauh lebih
buruk.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah terdiagnosa hipertiroid pada empat bulan setelah kelahiran anak
keduanya dan hanya mendapatkan obat antitiroid selama enam bulan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada yang sakit seperti klien
f. Riwayat menstruasi
Menarche usia: 13 tahun
siklus: 30 hari
Banyaknya: 2-3 pembalut per hari
lamanya: 7 hari
HPHT: 9 / 7 / 2010
g. Riwayat KB
Klien menggunakan KB suntik 3 bulan sejak anak kedua lahir selama 1 tahun.
h. Pemeriksaan fisik
B1: Hiperventilasi
B2: Palpitasi, akral panas, basah dan merah
B3: Iritabilitas
B4: B5: BB menurun, anoreksia, diare, mual dan muntah
B6: Intoleransi panas, keringat berlebih
i. Analisis data
Data

Etiologi

Masalah Keperawatan

11

DS : klien

Peningkatan BMR

Perubahan nutrisi

mengeluh berat

peristaltik meningkat

kurang dari kebutuhan

badan tidak

diare perubahan

tubuh.

kunjung meningkat
DO : Berat badan

nutrisi kurang dari

turun, turgor kulit

kebutuhan tubuh

buruk.

DS : ibu mengeluh

Hipermetabolisme

badan panas dan

intoleransi panas

banyak berkeringat
DO : Suhu = 40 C,
Nadi = 80 x/menit

keringat berkebih

Hipertermi

hipertermi

TD = 130/80
mmHg
DS : klien merasa

Peningkatan kecepatan

kelelahan

metabolisme

DO : klien terlihat

ketidakseimbangan

lemah terbaring di

suplai oksigen

tempat tidur,

intoleransi aktivitas

mobilisasi minimal
DS : DO : emosi klien
tidak stabil

Intoleransi aktivitas

Kadar hormon tiroid Perubahan proses pikir


meningkat

rangsangan
sistem
syaraf
simpatis
meningkat

perubahan proses pikir

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare, mual, nyeri abdomen dan
peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaphoresis.
2. Hipetermia b.d status hipermetabolik ditandai dengan panas
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
karena peningkatan kecepatan metabolisme dan intoleransi terhadap panas ditandai
dengan kelemahan
12

4. Perubahan proses pikir b.d peningkatan rangsangan sistem saraf simpatis oleh
tingginya kadar hormon tiroid ditandai dengan labil, peka terhadap rangsang,
gugup.
3. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare, mual, nyeri abdomen dan
peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaphoresis.
Tujuan: Nutrisi adekuat
Kriteria hasil:
a. BB meningkat sampai batas yang nomal bagi pasien
b. Kadar albumin 3,5 5 mg/dl
c. Tidak yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen
d. Tidak mengalami diare
e. Makan diet yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen
f. Makan 3x sehari habis
g. Masukan dan haluaran seimbang.
Intervensi
a. Pantau masukan diet tinggi

Rasional
a. Mungkin memerlukan bantuan

kalori, tinggi protein, tinggi

untuk menjamin pemasukan zat-

karbohidrat, tinggi vitamin B

zat makanan yang adekuat dan


mengidentifikasikan makanan

b. Tawarkan makanan dalam


jumlah kecil tapi sering dan
tambahan diantara waktu makan

pengganti yang paling sesuai


b. Membantu menjaga pemasukan
kalori cukup tinggi untuk
menambahkan kalori tetap tinggi
pada penggunaan kalori yang

c. Hindari stimulan: kopi, teh,


cola, atau makanan yang lain
yang mengandung kafein atau
teobromin yang meningkatkan
perasaan kenyang dan peristaltik
d. Pantau masukan makanan setiap
hari dan timbang BB setiap hari
serta laporkan adanya
penurunan

disebabkan oleh adanya


hipermetabolik
c. Peningkatan mortilitas saluran
cerna dapat mengakibatkan diare
dan gangguan absorbsi nutrisi
yang diperlukan
d. Penurunan BB terus menerus
dalam keadaan masukan kalori
yang cukup merupakan indikasi
kegagalan terhadap terapi
antitiroid
13

2. Hipetermia b.d status hipermetabolik ditandai dengan panas


Tujuan: Suhu normal 36,5oC 37,5oC
Kriteria hasil:
a. Pasien sadar dan responsif
b. TTV dan haluaran urin normal
Intervensi
a. Berikan kompres hangat sesuai
kebutuhan

Rasional
a. Dapat membantu mengurangi
demam, Penggunaan air es/
alkohol dapat menyebabkan
kedinginan, peningkatan suhu

b. Gunakan pakaian dan linen


tempat tidur yang tipis

secara manual.
b. Pakaian dan linen yang tipis
dapat membantu menurunkan
demam dengan cara

c. Pantau suhu lingkungan, batasi/


tambahkan linen tempat tidur
sesuai indikasi

mengeluarkan uap panas dari


dalam tubuh
c. Suhu ruangan/ jumlah selimut
harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati

normal
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
karena peningkatan kecepatan metabolisme dan intoleransi terhadap panas ditandai
dengan kelemahan
Tujuan: Aktifitas dapat dilakukan sesuai toleransi
Kriteria hasil:
a. Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleran
b. Meminta bantuan hanya ketika membutuhkan
Intervensi
a. Kaji tanda vital dasar dan
tingkat aktifitas sebelumnya
b. Dorong pasien untuk
berpartisipasi dalam memilih
periode aktifitas
c. Berikan bantuan dalam aktifitas
perawatan diri sesuai indikasi.

Rasional
a. Nadi secara luas meningkat dan
bahkan saat istirahat, takikardia
mungkin akan ditemukan
b. Seperti jadwal meningkatkan
toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah kelemahan
c. Pemenuhan kebutuhan perawatan
diri pasien tanpa mempengaruhi
14

Selingi periode aktifitas dengan


periode istirahat
d. Hentikan aktifitas pada awal
timbulnya gejala intoleran:
dispnea, takipnea, takikardia dan

kebutuhan oksigen berlebih


d. Meminimalkan kelelahan dan
membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen

keletihan
4. Perubahan proses pikir b.d peningkatan rangsangan sistem saraf simpatis oleh
tingginya kadar hormon tiroid ditandai dengan labil, peka terhadap rangsang,
gugup.
Tujuan: Tidak terjadi perubahan proses pikir
Kriteria hasil:
a. Pasien berorientasi
b. Berespon sesuai terhadap situasi dan orang
c. Menggunakan teknik reduksi stress.
Intervensi
a. Kaji proses pikir pasien, seperti
memori, rentang perhatian,

Rasional
a. Menentukan adanya kelainan pada
proses sensori

orientasi terhadap tempat,


waktu atau orang
b. Catat adanya perubahan
tingkah laku

b. Kemungkinan terlalu waspada,


tidak dapat beristirahat, sensitifitas
meningkat, atau menangis, atau
mungkin mungkin berkembang
menjadi psikotik yang

c. Ciptakan lingkungan yang


tenang, turunkan stimulasi,
ruangan yang sejuk, cahaya
yang sedang. Batasi tindakan
atau pengunjung
d. Orientasikan pasien pada
tempat, orang, dan waktu

sesungguhnya
c. Penurunan stimulasi eksternal
dapat menurunkan
hipersensitivitas/ reflek, peka
rangsang saraf, halusinasi
pendengaran/penglihatan
d. Membantu untuk mengembangkan
dan mempertahankan kesadaran

e. Berikan jam, kalender, ruangan


dengan jendela, mengatur
tingkat cahaya untuk

pada realita/ lingkungan


e. Meningkatkan petunjuk orientasi
yang kontinu untuk membantu
15

menstimulasi siang/ malam


f. Memberikan tindakan yang
aman seperti bantalan pada
penghalang tempat tidur,

pasien dalam mempertahankan


perasaan yang normal
f. Mencegah trauma pada pasien yang
mengalami halusinasi/ disorientasi

pengikatan yang lembut,


supervisi yang ketat

16

BAB IV

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kehamilan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap regulasi fungsi tiroid
pada wanita sehat dan pada pasien dengan kelainan tiroid. Pengaruh ini perlu dikenali
dengan seksama, didiagnosis dengan jelas, dan diterapi dengan tepat. Kelainan fungsi
tiroid terjadi dalam 2 3% kehamilan, namun kelainan fungsi tiroid subklinik baik itu
hipertiroid munkin lebih banyak yang tidak terdiagnosis jika tidak diskrining lebih awal.
Kehamilan meningkatkan kecepatan metabolisme, aliran darah, denyut jantung,
curah jantung, dan beberapa gejala subyektif seperti kelelahan, dan intoleran terhadap
panas yang dapat menunjukkan kemungkinan adanya tirotoksikosis. Perubahan metabolik
lain yang juga berefek pada hipotalamus-hipofisis-tiroid adalah rangsangan langsung hCG
terhadap tiroid ibu yang kemudian berakibat peningkatan metabolisme tiroksin.
Penyebab utama tirotoksikosis dalam kehamilan di antaranya penyakit Graves dan
hipertiroid gestasional non-autoimun. Perjalanan penyakit Graves selama kehamilan
berubah-ubah, dengan kecenderungan membaik pada trimester kedua dan ketiga, dan
mengalami eksaserbasi selama masa postpartum. Perubahan ini merupakan akibat dari
supresi sistem imun selama kehamilan. Dampak buruk akibat hipertiroid dalam kehamilan
seperti resiko preeklamsia yang tinggi dan gagal jantung kongestif adalah beberapa
komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan pengendalian kondisi yang rendah.
Wanita hamil dengan hasil TSI positif atau yang sedang menggunakan obat antitiroid
sebaiknya diperiksa juga kemungkinan terjadinya kelainan fungsi tiroid pada fetus. Perlu
diingat dalam mengobati pasien hipertiroid bahwa semua obat antitiroid dapat melewati
plasenta dan dapat berefek terhadap fungsi tiroid fetus.
1.2 SARAN
Penting untuk memeriksa fungsi tiroid pada ibu hamil terutama pada awal
kehamilan bila didapatkan kecurigaan gangguan tiroid.

17

DAFTAR PUSTAKA
http://hidayat2.wordpress.com//askep-ibu-hamil-dengan-hypertiroid/
diakses pada 31 oktober 2010 pukul 17.03

http://pediatrics-undip.com/journal/Outcome%20bayi%20dari%20ibu%20hipo%20atau
%20hipertiroidisme.pdf
diakses pada 25 November 2010 pukul 21.49

http://lifestyle.okezone.com/read/2010/04/16/27/323504/bumil-awas-gangguan-tiroid
diakses tanggal 24 November 2010 pukul 20.56

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/endokrinologi_kehamilan.pdf
diakses tanggal 24 November 2010 pukul 21.22

Sudoyo, Aru W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Noer, Sjaifoellah. 2002. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI

18

Vous aimerez peut-être aussi