Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Gita Syahputri KW
14710125
Dokter Pembimbing:
dr. Sugeng, Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2014
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. A
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Tanggal MRS
: 01-12-2014
Tanggal KRS
: 03-12-2014
No. RM
: 055563
B. Anamnesis
Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan kepada pasien dan istri
pasien pada tanggal 1 Desember 2014 di Ruang Anturium RSD dr. Subandi
Keluhan Utama
Demam dan nyeri perut
Riwayat Penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan demam sejak 7 hari yang lalu, demam berlangsung
mendadak dan langsung tinggi. Dan tidak disertai menggigil. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada perut, pusing, mual namun tidak muntah. Karena
demam tidak langsung turun => dibawa ke mantri => diberi obat =>
demam turun, kemudian saat obat habis demam muncul lagi. Kemudian, 3
hari yang lalu pasien mengeluhkan gusi berdarah hilang timbul, mual dan
nyeri perut masih dirasakan. Pasien mengatakan tidak ada mimisan
(epistaksis), tidak ada bintik-bintik merah yang muncul, lemas (+), nafsu
makan menurun, BAB (+), BAK (+), diare (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Pengobatan
Obat penurun panas dari mantri
2. Kesadaran
3. Tanda vital
: TD
: 130/80 mmHg
: 84 x/mnt
RR
: 22 x/mnt
Tax
: 36,50C
4. Kepala / leher
: a/i/c/d : -/-/-/-,
7. Otot
: Dalam batas
: Tidak ada
: Lonjong simetris
Rambut
: Hitam bergelombang
Mata
Hidung
Pipi
Telinga
Mulut
Palpasi
Kaku kuduk
: tidak ada
JVP
: tidak meningkat
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: S1S2 tunggal
Pulmo :
Anterior
Posterior
Sonor +/+
Sonor +/+
P
P
A
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba, soepel, turgor kulit normal, nyeri
tekan epigastrium (+)
Perkusi
: timpani
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (1 Desember 2014) sebelum MRS
Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin
13,5
13,2 17,3
10/17
0 15 mm/jam
Hematologi
Lekosit
5.540
3800-10.600/uL
Hematokrit
38,6
40-52%
Trombosit
Faal hati
7000
150.000-440.000/uL
Bilirubin direk
0,19
0,2-0,4 mg/dl
Bilirubin total
0,45
3,5-5 mg/dl
SGOT
50
10 35
SGPT
17
9 43
Albumin
4,0
3,4 4,8
Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Faal ginjal
Kreatinin serum
0,9
0,6 1,3
BUN
19
6 - 20
Urea
41
10 50
Asam urat
4,8
3,4 7
Elektrolit
Natrium
137,9
135 155
Kalium
4,26
3,5 5,0
Chloride
105,3
90 110
Calsium
2,23
2,15 2,57
Pemeriksaan laboratorium (2 Desember 2014) H-2 MRS
Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin
12,7
13,5-17,5
12/32
0 15 mm/jam
Lekosit
3,7
4,5-11,0
Hitung jenis
11/-/-/22/54/13
0-4/0-1/3-5/
Hematologi
54/62/25-33/3-5
Hematokrit
36,6
41-53%
Trombosit
35
150 450
PPT Penderita
PPT Kontrol
9,5
10,2
APPT Penderita
APPT Kontrol
27,5
24,0
<2 detik
Beda dengan kontrol
<7 detik
Kesimpulan :
Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin
11,1
13,5-17,5
17/40
0 15 mm/jam
Lekosit
7,9
4,5-11,0
Hitung jenis
14/-/-/27/48/11
0-4/0-1/3-5/
Hematologi
54/62/25-33/3-5
Hematokrit
32,6
41-53%
Trombosit
100
150 450
E. Resume
Pasien laki-laki, usia 44 tahun, pasien mengeluh demam sejak 7 hari
yang lalu disertai menggigil, nyeri perut, mual, pusing namun tidak
muntah. Pasien sempat berobat ke mantri, diberi obat dan demam
turun. Tapi ketika obat habis, demam muncul kembali. 3 hari yang lalu
sebelum MRS di RSD dr. soebandi pasien mengeluhkan gusi berdarah
yang hilang timbul. Pasien mengaku tidak mimisan, tidak muncul
Pemeriksaan
Terapi
BAB
O:
KU= cukup
Kes= CM
tax= 36,2 C
Ekstremitas=
+ +
Akral hangat
+ +
P= BU +
P= tympani
Oedem
A= soepel
Pemeriksaan
Terapi
O:
KU= cukup
Kes= CM
tax= 36,8 C
Tho=
C= I= IC tampak
P= IC teraba
P= redup
A= S1S2 tunggal
Abd=
Ekstremitas=
I= cembung
+ +
Akral hangat
+ +
P= BU +
P= tympani
Oedem
A= soepel
Nyeri tekan epigastrium
A: DHF grade III
PEMBAHASAN
Dengue Hemmoragic Fever
A. Definisi
Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue (DBD)
atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2006). Pada
DBD
terjadi
perembesan
plasma
yang
ditandai
oleh
hemokonsentrasi
Setiap tahun diperkirakan terdapat 50-100 juta kejadian infeksi dengue yang mana
ratusan ribu kasus demam berdarah dengue terjadi, tergantung dari aktifitas
epidemiknya (WHO, 2000).
Depkes RI melaporkan bahwa pada tahun 2010 di Indonesia tercatat 14.875
orang terkena DBD dengan kematian 167 penderita. Daerah yang perlu
diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali,dan NTB.
C. Etiologi
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
4x106 (Suhendro, 2006). Virus ini termasuk genus flavivirus dari family
Flaviviridae. Ada 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Serotipe
DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah.
Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur
hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga
seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak
4 kali seumur hidupnya.
Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari.
Faktor risiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti
umur, status imunitas, dan predisposisi genetis. Vektor utama penyakit DBD
adalah nyamuk Aedes aegypti (diderah perkotaan) dan Aedes albopictus (didaerah
pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :
D.
Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue sampai saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue
dan sindrom renjatan dengue (Suhendro, 2006).
Virus dengue (Aedes aegypti), setelah memasuki tubuh akan melekat pada
monosit dan masuk ke dalam monosit. Kemudian terbentuk mekanisme aferen
(penempelan beberapa segmen dari sehingga terbentuk reseptor Fc). Monosit yang
mengandung virus menyebar ke hati, limpa, usus, sumsum tulang, dan terjadi
viremia (mekanisme eferen). Pada saat yang bersamaan sel monosit yang telah
terinfeksi akan mengadakan interaksi dengan berbagai system humoral, seperti
system komplemen, yang akan mengeluarkan substansi inflamasi, pengeluaran
sitokin, dan tromboplastin yang mempengaruhi permeabilitas kapiler dan
mengaktifasi faktor koagulasi. Mekanisme ini disebut mekanisme efektor.
Selain itu masuknya virus dengue akan membangkitakn respons imun
melalui system pertahanan alamiah (innate immune system), pada system ini
komplemen memegang peran utama. Aktifitas komplemen tersebut dapat memalui
monnosa-binding protein, maupun melaui antibody. Komponen berperan sebagai
opsonin yang meningkatkan fagositosis, dekstruksi dan lisis virus dengue.
Untuk menghambat laju intervensi virus dengue, interferon dan interferon
berusaha mencegah replikasi virus dengue di intraselular. Pada sisi lain limfosit
B, sel plasma akan merespons melalui pembentukan antibodi. Limfosit T
mengalami ekpresi oleh indikator berbagai molekul yang berperan sebagai
regulator dan efektor.
Limfosit T yang teraktivasi mengakibatkan ekspresi protein permukaan
yang disebut ligan CD40, yang kemudian mengikat CD40 pada limfosit B,
makrofag, sel dendritik, sel endotel serta mengaktivasi berbagai tersebut. CD40L
merupakan mediator penting terhadap berbagai fungsi efektor sel T helper,
termasuk menstimulasi sel B memproduksi antibodi dan aktivasi makrofag untuk
menghancurkan virus dengue.
Gambaran Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam, demam berdarah dengue, atau
syndrome syok dengue (SSD).
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti
oleh fase kritis selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam,
akan tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat
pengobatan yang adekuat (Suhendro, 2006). Bintik-bintik perdarahan di kulit
sering terjadi, kadang disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva.
Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di
tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut.
DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa
penderitanya, ditandai oleh :
F.
Langkah Diagnostik
Diagnosis dari infeksi dengue dapat ditegakkan melalui tes laboratorium
Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
sekunder).
NS1
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai hari
kedelapan. Sensitivitas sama tingginya dengan spesitifitas gold standart kultur
virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus
dengue.
b.
Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didpatkan efusi pleura, terutama pada hematoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Masa inkubasi dalam tubuh mausia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbuk gejala prodormal yag tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang,
belakang dan perasaan lelah.
G.
Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbul gejala prodormal yang tidak khas, seperti nyeri kepala, nyeri tulang
belakang dan perasaan lelah.
Klasifikasi derajat penyakit Infeksi Virus Dengue, dapat dilihat pada table
berikut:
DD/DBD
Derajat
DD
Gejala
Lab
Demam disertasi
2 atau lebih
Leukopenia
Trombositopenia,
tanda : sakit
kepala, nyeri
plasma
Serologi
dengue
(+)
retro-orbital,
DBD
mialgia, artralgia
Gejala diatas,
Trombositopenia
ditambah dgn uji (<100.000), bukti
II
III
bendung (+)
ada kebocoran
Gejala diatas,
plasma
Trombositopenia
ditambah dgn
(<100.000), bukti
perdarahan
ada kebocoran
spontan
Gejala diatas
plasma
Trombositopenia
ditambah
(<100.000), bukti
dengan
ada kebocoran
kegagalan
plasma
sirkulasi (kulit
dingin dan
lembab, serta
IV
gelisah)
Syok berat
Trombositopenia
disertai dengan
(<100.000), bukti
tekanan darah
ada kebocoran
plasma
terukur
Sementara untuk diagnosis Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah
ditemukannya semua kriteria di atas untuk DBD disertai kegagalan sirkulasi
dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (20 mmHg),
hipotensi dibandingkan standar sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.
H.
Tata Laksana
Protokol dibagi dalam 5 kategori :
sesuai
dengan
protocol
penatalaksanaan
DBD
dengan
peningkatan Ht >20%.
3.
4.
5.
10-20ml.kgBB
dan
vasopresor.
Bila Ht menurun, berarti terjadi perdarahan (internal bleeding) maka
pada penderita diberikan transfuse darah segar 10ml/kgBB dan dapat
diulang sesuai kebutuhan.
I. Prognosis
Pada DBD yang ditangani dengan cepat, prognosisnya akan baik. Namun
jika terlambat dan sudah mengalami syok serta perdarahan hebat, maka akan
menjadi buruk.