Vous êtes sur la page 1sur 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting

dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang


manufacturing obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan
vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan
sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang
berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus benar-benar berupaya
agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standard kualitas yang
dipersyaratkan.
Produksi obat di apotik jauh lebih mudah bandingakan dengan produksi
industri, perlu mengadakan kajian preformulasi secara khusus dengan
menerapkan dan memahi dasar dasar preformulasi, sehingga di dapatkan
sebuah produk obat yang sesuai. Preduksi obat di apotik dapat meliputi
peracikan obat atas permintaan tertulis dokter dalam sebuah resep atau
melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam skala kecil untuk memenuhi
kebutuhan pasar yang tersedia.
Sedian farmasi yang beraneka

ragam

jenisnya

tentulah

harus

dipertimbangkan dan di perhatikan dalam mendesainnya sehingga di dapat


suatu sediaan yang stabil, efektif dan aman. Tahapan yang tidak kalah
pentingnya dari proses sediaan farmasi adalah preformulasi sediaan farmasi.
Pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat sifat fisika kimia zat aktif
serta bahan tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan
perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.

1.2

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :


-

Apakah pengertian preformulasi dan master formula?


1 |Preformulasi dan Master Formula

Apa sajakah cakupan pembelajaran dari preformulasi dan master formula ?

1.3

Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut, adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
-

Mengetahui pengertian dari preformulasi dan master formula ?

Mengetahui apa saja cakupan pembelajaran dari preformulasi dan master


formula ?

Menambah pengetahuan mengenai preformulasi dan master formula, untuk


mengetahui apa saja yang penting dalam pembuatan preformulasi

BAB II
PEMBAHASAN

2 |Preformulasi dan Master Formula

2.1 Studi Preformulasi


Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan tablet atau
aktivitas formulasi dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi.
Preformulasi penting bagi formulator untuk mendapatkan profil fisika-kimia yang
lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai suatu aktifitas
perkembangan formulasi seluruh informasi ini diketahui sebagai preformulasi
(Lieberman, 1990).
1. Defenisi preformulasi
Preformulasi adalah suatu proses pengkajian sifat sifat fisika kimia
senyawa atau bahan obat atau zat aktif dan zat tambahan, untuk mengoptimalkan
suatu formula obat, sehingga diperoleh formulasi sediaan yang stabil, efektif dan
aman.
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang
mana ahli farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam
pertanyaan yang dimana dianggap penting dalam formulasi yang stabil, efektif
dan bentuk yang aman. Beberapa parameter seperti ukuran Kristal dan bentuk
sifat

pH,

solubility, sifat

pH

stabilitas, polymorphisin,

efek pembagian,

permeabilitas obat dan disolusi dievaluasi selama evaluasi tersebut mungkin saja
terjadi. Interaksi dengan berbagai bahan bahan inert yang dimaksudkan untuk
penggunaan dalam bentuk akhir yang mana diketahui. Data yang didapat dari
evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat dari pendahuluan
farmakologi dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang
mengizinkan pemilihan dari dosis yang optimum mengandung bahan inert yang
paling diminati perkembangannya.
2. Tujuan preformulasi
Menggambarkan proses optimasi suatu obat melalui penentuan atau definisi
sifat-sifat fisika dan kimia yang dianggap penting dalam menyusun formulasi

sediaan yang stabil, efektif, dan aman.


Data preformulasi akan sangat membantu dalam memberikan arah yang lebih
sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan.
3 |Preformulasi dan Master Formula

Menyiapkan dasar rasional untuk metode preformulasi


Untuk memaksimalkan kesempatan dalam mengoptimalkan sebuah produk

obat dan penampilannya.


Dari sudut pandang seorang formulator tablet, informasi preformulasi yang

paling penting adalah studi kestabilan zat tambahan obat.


Untuk obat baru yang pengalaman formulasinya kurang
Penerangan formula menggunakan pengalaman dan

pengetahuan

mengetahui bahan tambahan untuk menjaga ukuran tablet ini seminimal


mungkin tanpa mengorbankan bagian bagian yang perlu.

2.2 Cakupan studi praformulasi untuk sediaan tablet


Studi praformulasi untuk sediaan tablet mencakup hal hal berikut.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Organoleptik
Analisis fisikokimia
Sifat sifat fisikomekanik/ karakteristik fisik
Sifat Kristal
Karakteristik fisikokimia
Parameter yang memengaruhi absorpsi
Stabilitas solid
Studi kompatibilitas
Petunjuk dan pedoman untuk produksi
Petunjuk penyimpanan dan pengemasan

Organoleptic
Program studi praformulasi yang khas harus dimulai dengan pemerian zat aktif.
Warna, aroma, dan rasa zat aktif harus dicatat dengan menggunakan terminologi
deskriptif.
Warna

Putih
Hampir putih
Putih

Rasa

Asam
Asin
Pahit
Manis

Aroma

Sedikit
beraroma

cuka
Aroma khas

Bentuk

Hablur
Berserat
Granul
Serbuk halus

4 |Preformulasi dan Master Formula

kekuningan
Kuning
Kuning

pucat
Kuning

kecoklatan
Krem
Krem pucat
Keabu-

abuan
Merah tua
Merah muda
Merah

jingga
Merah
Coklat

Membakar
Rasa dingin
Rasa pedas
Tidak berasa
Sedikit pahit
Aroma

minyak
permen

Aroma

Partikel seperti

menusuk
Aroma

pasir
Serbuk ruah

aromatic
Aroma

lemah
Aroma

(voluminous)
Higroskopis
Serbuk amorf
Serpihan
Bentuk jarum

seperti

sulfide
Praktis tidak

beraroma
Aroma amin

ringan
Aroma tidak
enak seperti

merkapton
Aroma
asam
klorida
lemah

Pada umumnya, zat aktif memiliki aroma dan rasa yang berkarakter. Ketika
mencoba rasa zat aktif, hendaknya dilakukan dengan hati hati. Jika rasa dianggap tidak
enak, pertimbangan hendaknya diberikan untuk menggunakan bentuk kimia zat aktif
yang kurang larut, jika tersedia, asalkan tidak membahayakan ketersediaan hayati yang
tidak dapat diterima. Aroma dan rasa dapat ditekan dengan menggunakan penyedap
(flavours) dan eksipien atau dengan menyalut sediaan akhir. Penyedap, zat pewarna,
dan eksipien yang dipilih untuk mengurangi masalah warna yang tidak bagus
dipandang atau berubah ubah, serta aroma dan rasa yang tidak menyenangkan harus
ditapis berdasarkan pengaruhnya pada stabilitas dan ketersediaan hayati zat aktif.
Analisis fisikokimia
1. Data kualitatif dan kuantitatif
5 |Preformulasi dan Master Formula

Analisis ini berfungsi untuk penetapan identitas dan kadar zat aktif. Untuk
penetapan kualitatif biasanya digunakan kromatografi lapis tipis, spectrum
serapan inframerah, reaksi warna, spectrum serapan reaksi ultraviolet dan reaksi
tertentu lainnya.penetapan kadar zat aktif biasanya dilakukan dengan metode
spektrofotometri, kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT); titrasi
kompleksometri, asam basa, argentometri, iodometri, dll
2. kemurnian
ketidakmurnian dapat memengaruhi stabilitas, misalnya kontaminasi
logam dengan kadar superjuta (ppm) dapat merusak beberapa golongan
senyawa tertentu. Penampilan adalah bidang lain yang dengan sedikit
ketidakmurnian dapat mempunyai pengaruh besar. Selanjutnya, beberapa
ketidakmrnian mensyaratkan ketelitian karena kemungkinan toksik.
Teknik yang digunakan untuk mengarakterisasi kemurnian suatu zat aktif
sama dengan yang digunakan dalam penetapan identifikasi kualitatif dan kadar
kuantitatif.
Kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
merupakan penerapan yang sangat luas dan alat yang baik sekali untuk
mengarakterisasi keserbasamaan berbagai macam jenis zat aktif. Kromatografi
kertas dan kromatografi gas juga berguna dalam penetapan keserbasamaan
kimiawi. Semua teknik tersebut dapat didesain untuk memberikan kuantitatif
kemurnian
Metode lain yang berguna dalam menilai kemurnian adalah analisis
termasuk garavimetri dan diferensial. Informasi yang sama kadang kadang
juga dihasilkan dengan pengamatan titik cair, terutama dengan mikroskop
panggung panas (hot stage microscope).
Rekomendasi Formulasi
Pada penyempurnaan penilaian praformulasi dari suatu kandidat obat baru,
dianjurkan untuk menyiapkan laporan komprehensif mengenai pokok pokok masalah
farmaasi yang berhubungan dengan molekul ini. Laporan ini harus menyimpulkan
rekomendasi untuk mengembangkan formulasi fase I. laporan ini sangat penting dalam
6 |Preformulasi dan Master Formula

menyiapkan dokumen dokumen tindakan pengaturan dan membantu pengembangan


obat berikutnya.

2.3Sifat Fisikomekanik
Sifat-sifat

fisikomekanik

mencakup

ukuran

partikel,

luas

permukaan,

pembasahan higroskopisitas, aliran serbuk, karateristik pengempaan, dan bobot jenis.


1. Ukuran partikel
Berbagai sifat kimia dan fisik zat aktif dipengaruhi oleh distribusi ukuran dan
bentuk partikel. Pengaruh tersebut tidak saja pada sifat-sifat fisik sediaan solid, tetapi
juga dalam beberapa hal pada sifat biofarmasetiknya, misalya ketersediaan hayati
banyak zat aktif berkaitan secara langsung dengan distribusi ukuran partikel dan zat
aktif, sebagai contoh griseofulvin.
Ukuran partikel juga berperan dalam keserbasamaan tablet akhir. Apabila
perbedaan besar dalam ukuran terdapat diantara zat aktif dan eksipien, pengaruh
saling berpisah dapat terjadi sehingga pencampuran secara saksama sulit dilakukan
atau jika tercapai, sulit dipertahankan selama proses tersebut. Pengaruh ini sangat
besar jika perbedaan ukuran partikel eksipien dan zat aktif sangat signifikan.
Ukuran partikel juga merupakan faktor dalam stabilitas. Bahas halus agak lebih
terbuka pada pajanan oksigen atmosfer, panas, cahaya, kelembapan, dan interaksi
eksipien daripada bahan kasar. Karena peranan yang signifikan ini, penentuan rentang
ukuran partikel yang diinginkan merupakan hal yang penting, dan kemudiaan
mempertahankan dan mengendalikannya.
2. Teknik menetapkan ukuran partikel
Banyak metode yang bisa digunakan untuk memantau ukuran partikel, antara
lain metode mikroskopik, pengayakan, penetapan volume partikel. Tidak ada
pengukuran tersebut yang merupakan metode langsung. Metode sedimentasi yang
menghasilkan ukuran partikel yang berhubungan dengan kecepatan pengendapan
partikel melalui media suspensi merupakan suatu pengukuran penting dalam
pengembangan emulsa dan suspensi.
7 |Preformulasi dan Master Formula

Pengukuran volume partikel menggunakan alat yang disebut coulter counter,


memungkinkan menghitung diameter setara dengan volume. Jadi, ukuran dapat atau
tidak dapat dibandingkan dengan yang diperoleh oleh metode mikroskop atau metode
lain, ukuran hanya dapat langsung diterapkan pada partikel yang diukur sesuai metode
yang digunakan.
3. Mikroskop optik
Sesuai dengan metode mikroskopik, suatu emulsa atau suspensi yang di
encerkan atau tidak diencerkan ditempatkan pada kaca mikroskop atau sel mistar dan
ditempatkan pada panggung mekanik mikroskop. Pada kanta mata mikroskop dipasang
suatu mikrometer untuk memperkirakan ukuran partikel.
Partikel diukur sepanjang garis tetap yang dipilih secara acak, umumnya
merupakan garis mendatar lintas pusat partikel. Pengukuran yang populer yaitu
diameter feret, diameter martin, dan diameter bidang yang diproyeksikan.

4. Bentuk dan Luas Permukaan Partikel


Bentuk dan luas permukaan partikel mempengaruhi aliran dan sifat permukaan
suatu serbuk. Luas permukaan, bobot atau volume unit merupakan karakteristik serbuk
yang penting dalam studi adsorpsi permukaan dan laju disolusi.

Bentuk Partikel
Suatu bulatan mempunyai luas permukaan minimum per volume unit. Makin

asimetrik suatu partikel, makin besar luas permukaan per volume unit. Semakin
asimetrik pula suatu partikel semakin sulit menetapkan diameter partikel yang berarti.

Permukaan Spesifik
Permukaan spesifik adalah luas permukaan per volume unit atau per bobot unit.

8 |Preformulasi dan Master Formula

5. Metode Penetapan Luas Permukaan


Metode Adsorpsi
Alasan untuk mengendalikan ukuran partikel adalah perubahannya akan
mengubah luas permukaan yang tersedia, memengaruhi disolusi dan ketersediaan
hayati. Dalam hal ini, ukuran partikel merupakan petunjuk kasar suatu luas permukaan.
Pendekatan yang paling umum untuk menetapkan luas permukaan didasarkan
pada teori dari Brummer-Emmet-Teller (BET). Secara singkat, teori tersebut
menetapkan bahwa kebanyakan zat akan mengadsorpsi suatu monomolekular gas
dibawah kondisi tekanan parsial dan suhu tertentu. Dengan mengetahui kapasitas
monolapisan adsorben dan luas molekul adsorbat sehingga prinsip luas permukaan
dapat dihitung.

Metode Permeabilitas
Prinsip penolakan terhadap aliran gas atau cairan, melalui suatu sumbat serbuk

kompak disebut luas permukaan serbuk. Makin besar luas permukaan per gram serbuk,
Sw, makin besar penolakan untuk mengalir.
Permeabilitas tekanan tertentu jatuh (turun) melewati sumbat berbandng terbalik
dengan luas permukaan spesifik. Kecepatan aliran melalui sumbatan juga di pengaruhi
oleh derajat pengempaan partikel dan ketidakteraturan kapiler. Karena kesederhanaan
dan penetapan cepat dapat dilakukan, metode permeabilitas secara luas diterapkan
dalam bidang farmasi, terutama jika tujuannya untuk mengendalikan bets ke bets.
6. Bobot Jenis Partikel
Pengetahuan tentang bobot jenis zat aktif sangat berguna dalam memberikan
gagasan tentang ukuran bentuk sediaan akhir. Secara nyata,parameter ini sangat
penting untuk zat aktif potensi-rendah karena akan menghasilkan granulasi ruah yang
dapat menyulitkan pengempaannya menjadi tablet akhir. Bobot jenis solid juga
mempengaruhi sifat alirannya. Dalam hal pencampuran fisik berbagai serbuk,
perbedaan yang signifikan dengan bobot jenis nyata pada berbagai komponen tersebut
dapat menimbulkan pemisahan.

9 |Preformulasi dan Master Formula

Karena partikel dapat keras dan halus ataupun kasar dan menyerupai spons,
formulator harus menyatakan bobot jenis dengan hati-hati. Bobot jenis secara umum
didefinisikan sebagai bobot per volume unit. Kesulitan timbul ketika formulator berusaha
menetapkan volume partikel yang mengandung celah mikroskopik, pori-pori internal
dan ruang kapiler.
Ada empat tipe bobot jenis, yaitu:
1. Bobot jenis nyata, adalah bobot jenis tanpa ruang kosong dan pori-pori
intrapartikel yang lebih besar daripada dimensi molekular atau atomik dalam kisikisi kristal.
2. Bobot jenis granul, adalah bobot jenis yang ditetapkan dengan metode
pemindahan raksa, yang tidak berpenetrasi pada tekanan biasa ke dalam poripori yang lebih kecil sekitar 10 m.
3. Bobot jenis ruah, ditetapkan dari volume ruah dan bobot serbuk kering dalam
gelas takar.
4. Bobot jenis ketuk, ditetapkan dengan menempatkan gelas takar mengandung
serbuk yang diketahui bobotnya pada alat ketuk mekanik, yang dioperasikan
untuk sejumlah ketukan tetap (500-1000 ketukan) sampai volume serbuk
mencapai minimum. Dengan menggunakan bobot serbuk dalam gelas takar dan
volume minimum ini, bobot jenis ketuk dapat dihitung.
Apabila suatu solid tidak berpori-pori, bobot jenis nyata dan granul bersifat
identik. Keduanya dapat iperoleh dengan pemindahan heliumatau suatu cairan seperti
raksa, benzen atau air. Jika bahan berpori-pori,yang mempunyai permukaan internal,
bobot jenis nyata paling baik diperkirakan dengan pemindahan helium, yang
berpenetrasi ke dalam pori-pori terkecil dan tidak diadsorpsi oleh bahan. Bbot jenis
yang diperoleh dengan pemindahan cairan dianggap kira-kira sama dengan bobot jenis
nyata jika cairan tidak berpenetrasi baik ke dalam pori-pori.

Bobot Jenis Nyata ()


Bobot jenis nyata adalah bobot jenis bahan solid yang sebenarnya. Metode

penetapan bobot jenis nonpori ialah pemindahan dalam cairan yang tidak melarutkan
solid nonpori. Jika bahan berpori-pori, seperti halnya dengan kebanyakan serbuk, bobot
jenis nyata dapat ditetapkan dengan menggunakan densinometer helium.

10 |Preformulasi dan Master Formula

Mula-mula volume alat kosong ditetapkan dengan memasukkan helium yang


diketahui kuantitasnya. Sejumlah serbuk yang telah ditimbang, kemudian dimasukkan
ke ke tabung sampel, gas yang diadsorpsi dihilangkan dari serbuk dengan prosedur
awagas/awaudara (degassing), dan helium yang tidak diadsorpsi oleh bahan
dimasukkan kembali. Tekanan dibaca pada manometer raksa dan dengan penerapan
hokum gas, volume helium disekeliling partikel dan yang berpenetrasi ke dalam celah
dan pori-pori kecil dihitung. Perbedaan antara waktu helium yang mengisi alat kosong
dan volume helium dalam sampel serbuk menghasilkan volume yang ditempati oleh
serbuk. Dengan mengetahui bobot serbuk, bobot jenis nyata dapat dihitung.
Untuk solid yang tidak larut dalam cairan dan lebih berat dari cairan, piknometer
biasanya dapat digunakan untuk pengukuran. Karena heliun berpenetrasi ke dalam
pori-pori dan celah terkecil, metode helium diakui memberikan perkiraan palimg dekat
pada bobot yang nyata. Cairan seperti air dan alcohol ditolak masuk ke dalam ruang
paling kecil sehingga pemindahan cairan menyebabkan bobot jenis yang lebih kecil
daripada bobot jenis nyata.
Air dan raksa mengelilingi partikel dan berhenti hanya dalam permukaan yang
tidak beraturan seperti daerah A dan B. molekul Helium dapat masuk sangat dalam ke
celah pada titik C, memungkinkan menghitung bobot jenis nyata daripada bobot jenis
granul.

Bobot Jenis Granul (g)


Bobot jenis yang ditetapkan dengan metode pemindahan raksa, yang tidak

berpenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih kecil sekitar 10 m.
raksa digunakan karena cairan ini menisci ruang celah, tetapi tidak berpenetrasi ke
dalam pori-pori internal partikel.
Volume partikel bersama-sama dengan ruang intrapartikel memberikan volume
granul, dan dari bobot serbuk yang diketahui, diperoleh bobot jenis granul. Bobot jenis
granul untuk granulasi tablet ditetapkan dengan metode pemindahan raksa, yakni
menggunakan piknometer yang didesain secara khusus. Untuk bobot jenis nyata
diperoleh dengan mengempa serbuk secara benar. Sampel dikempa pada 100.000
lb/inci2 dan tablet yang dihasilkan ditimbang. Volume tablet dihitung setelah mengukur

11 |Preformulasi dan Master Formula

dimensi tablet dengan kapiler.bobot tablet dibagi dengan volume menghasilkan bobot
jenis nyata atau bobot jenis kempa tinggi.

Bobot Jenis Ruah (b)


Ditetapkan dari volume ruah dan bobot serbuk kering dalam gelas takar. Dengan

menggunakan metode ketukan bobot jenis ruah diperoleh dari pembagian bobot sampel
dalam gram dengan volume akhir sampel pada cm 3 yang berada dalam gelas takar.
Bobot jenis ruah suatu serbuk terutama tergantung pada distribusi ukuran
pertikel, bentuk partikel, dan kecenderungan partikel menempel satu dengan yang lain.
Partikel dapat dipadatkan untuk menghilangkan celah besar diantara permukaanpermukaannya ; menghasilkan serbuk ringan atau serbuk dengan bobot jenis rendah.
Di pihak lain, partikel-partikel lain yang lebih kecil dapat berpindah diantara partikel
yang besar untuk membentuk serbuk berat atau serbuk dengan bobot jenis tertinggi.
Antarcelah atau porositas celah suatu serbuk granul berpori-pori adalah volume
celah antarcelah yang berhubungan dengan volume ruah serbuk, tidak termasuk poripori intrapartikel

Keruahan (Bulkiness)
Disebut juga volume ruah spesifik merupakan kebalikan dari bobot jenis ruah.

Hal ini merupakan pertimbangan penting dalam pengemasan serbuk. Keruahan


meningkat dengan penurunan dalam ukuran partikel. Dalam suatu campuran bahanbahan berukuran partikel yang berbeda, partikel berpindah di antara partikel-partikel
besar dan cenderung mengurangi keruahan.

Bobot Jenis Ketuk (k)


Ditetapkan dengan menempatkan gelas takar mengandung serbuk yang

diketahui bobotnya pada alat ketuk mekanik, yang dioperasikan untuk sejumlah ketukan
tetap (500-1000 ketukan) sampai volume serbuk mencapai minimum.
Dengan menggunakan bobot serbuk dalam gelas takar dan volume minimum ini,
bobot jenis ketuk dapat dihitung.

12 |Preformulasi dan Master Formula

7. Sifat Aliran Serbuk


Penting untuk memastikan pencampuran yang efisien dan keragaman bobot
yang dapat diterima untuk tablet kempa. Sifat aliran yang buruk dapat disebabkan oleh
adanya lembab diatasi dengan pengeringan serbuk yang akan mengurangi kohesivitas
serbuk. Aliran yang buruk juga dapat diatasi dengan memilih eksipien yang tepat, dapat
juga dengan digranulasi untuk menyempurnakan sifat alirnya.
Sifat aliran serbuk yang baik penting untuk pengisian yang seragam ke dalam
lubang cetak mesin tablet dan utuk memudahkan gerakan bahan disekitar fasilitas
produksi.
Sifat aliran dipengaruhi oleh:
-

ukuran dan bentuk partikel


partikel yang lebih besar dan bulat
menunjukkan aliran yang lebih baik
bobot jenis
muatan elektrostatik
lembab yang diabsorpsi

8. Metode untuk mengevaluasi aliran serbuk :


Metode Sudut Istirahat
Suatu serbuk yang tidak kohesif mengalir baik, menyebar, membentuk timbunan
yang rendah. Bahan yang lebih kohesif membentuk timbunan yang lebih tinggi
yang kurang menyebar. Definisi sedut istirahat adalah sudut permukaan bebas
dari tumpukkan serbuk dengan bidang horizontal.

Metode Pilpel
Sudut farmasetik memberikan dua tipe utama sudut istirahat,yakni (1) sudut
tuang, sudut yang diukur pada tumpukkan serbuk yang dituang bebas pada
permukaan datar, (2) sudut pengosongan, sudut yang diukur pada permukaan
kerucut sebuah wadah dasar datar jika serbuk dibebaskan melalui suatu lubang
pada dasar. Metode ini disebut metode pilpel.

Metode Carr (Metode ketermampatan)


Hubungan Indeks Carr dan Mampu Alir Serbuk

13 |Preformulasi dan Master Formula

indeks

Carr

atau

kompatibilitas

Sifat Aliran

5-15

Baik Sekali

12-16

Baik

18-21

Agak Baik

25-32

Buruk

33-38

Sangat Buruk

>40

Sangat

Sangat

Meto
de

Buruk

(serbuk

kohesif)
Hausner
Metode Hausner dinyatakan dengan membagi bobot jenis ketuk dengan bobot
jenis ruah, yang disebut rasio Hausner.

Metode Corong ( Metode Langsung)


Corong alat uji waktu alir (metode langsung)
Cara : timbang 50 gram granul ditempatkan pada corong alat uji
waktu alir dalam keadaan tertutup. Buka penutupnya biarkan
granul mengalir, catat waktunya, gunakan stopwatch, lakukan 3x.
Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih
dari 10 detik.

Metode Meter Aliran (Flowmeter)


Metode ini pada dasarnya sama dengan metode corong, kecuali serbuk
dibiarkan keluar dari corong atau wadah pada suatu neraca.

9. Perbaikan Sifat Aliran Serbuk


Aliran serbuk atau granulasi yang buruk mengakibatkan banyak kesulitan untuk
industri farmasi. Produksi unit dosis tablet yang seragam tergantung pada berbagai sifat
granul. Jika ukuran granul direduksi, terjadi variasi dalam bobot tablet.
Beberapa upaya untuk memperbaiki aliran serbuk :

Perubahan ukuran dan distribusi ukuran partikel

14 |Preformulasi dan Master Formula

Karena partikel kasar pada umumnya kurang kohesif daripada partikel


halus dan ada suatu ukuran optimum untuk aliran bebas.

Perubahan bentuk atau tekstur (susunan) partikel


Karena partikel dengan permukaan kasar akan lebih kohesif dan
mempunyai kecenderungan berpautan satu sama lain daripada partikel
permukaan halus.

Perubahan gaya permukaan


Muatan elektostatik dalam wadah serbuk dapat dicegah atau dibebaskan
dengan pengebumian (grounding) yang efisien.

Bahan tambahan formulasi: aktivator aliran


Aktivator aliran memperbaiki sifat aliran serbuk dengan mengurangi
adhesi dan kohesi.

Perubahan kondisi proses


Kekuatan ikatan serbuk dalam corong lebih besar daripada pengaruh
gravitasi sehingga aliran serbuk akan terganggu atau dicegah. Salah satu
metode perubahan kondisi adalah mendorong aliran serbuk dari dalam corong
secara mekanik.

10. Karakteristik Pengempan/ Kompaktibilitas/ Ketermampatan


Ketermampatan suatu serbuk adalah kemampuannya mengurangi volume bawah
tekanan. Kompaktibiltas adalah kemampuan bahan serbuk yang dikempa menjadi
suatu tablet dengan kekuatan regang tertentu.
Karakteristik ketermampatan dan kompaktibilitas dapat diperoleh dengan salah
satu cara yaitu tekanan hidraulika. Serbuk yang membentuk solid keras di bawah
tekanan yang diberikan tanpa menunjukkan kecenderungan kaping (capping) atau
sumbing dapat dianggap kompaktibel dengan mudah.

15 |Preformulasi dan Master Formula

Kompaktibiltas serbuk dikarakterisasi dengan meneliti gaya regang, kekerasan


lekukan solid, dan lain-lain yang dibuat di bawah berbagai tekanan. Gaya regang dan
kekerasan lekukan digunakan untuk menetapkan tiga parameter yang tidak berdimensi,
yatu

indeks

tegangan,

indeks

ikatan,

dan

indeks

remuk

rapuh,

untuk

mengakarakterisasi daya guna pentabletan komponen tunggal dan campuran.

11. Sifat Terbasahi


Keterbasahan solid merupakan suatu sifat penting berkenaan dengan formulasi
suatu sediaan solid. Sifat terbasahi dapat mempengaruhi granulasi solid, perembesan
(penetrasi) cairan disolusi ke dalam tablet dan granul, dan adhesi bahan solut pada
tablet. Semakin hidrofobik suatu bahan, semakin tinggi sudut kontak. Jika nilai di atas
90o , sifat terbasahinya berarti kecil atau keterbasahan spontan tidak terjadi.
Derajat keterbasahan suatu solid oleh suatu cairan dapat mengendalikan luas
permukaan efektifnya. Metode penerapan keterbasahan suatu serbuk yang paling
umum adalah mengukur sudut kontak tetes cairan yang ditempatkan pada permukaan
solid suatu serbuk dan sudut yang diukur secara langsung dicatat dan tinggi maksimum
tetesan cairan diukur. Sudut kontak adalah sudut antara satu tetesan cairan dan
permukaan tempat cairan itu menyebar.
12. Higroskopisitas
Banyak zat aktif, menunjukkan kecenderungan mengadsorpsi lembap atmosfer.
Jumlah lembap yang diadsorpsi oleh suatu bobot tetap sampel anhidrat berada dalam
keseimbangan dengan lembap dari udara pada suhu tertentu disebut Kandungan
Keseimbangan Lembap. Kandungan keseimbangan lembap dapat mempengaruhi
karakteristik aliran dan karakteristik kempa serbuk dan kekerasan tablet dan granulasi
akhir.
13. Disolusi
16 |Preformulasi dan Master Formula

Disolusi dari suatu partikel obat dikontrol oleh beberapa sifat fisika-kiia, termasuk
bentuk kimia, kebiasaan Kristal, ukuran partikel, kelarutan, luas permukaan dan sifat
sifat pembasahan. Bila data kelarutan kesetimbangan dirangkaikan, maka eksperimen
disolusi dapat membentu mengidentifikasi daerah masalah bioavailabilitas dan
penyampaian obat.

2.4 Stabilitas Solid


Stabilitas solid berkaitan dengan stabilitas fisik dan kimia. Umumnya
bahan solid farmasetik terdegradasi sebagai akibat solvolisis, oksidasi, fotolisis
dan pirolisis. Setiap investigasi stabilitas harus dimulai dengan pemeriksan
struktur kimia yang memberi beberapa petunjuk reaktivitas kimia.
Sifat fisik zat aktif seperti kelarutan, pKa, titik cair, bentuk Kristal, dan
kandungan keseimbangan lembap juga mempengaruhi stabilitasnya. Faktor
paling umum yang menyebabkan reaksi dalam keadaan solid adalah panas,
cahaya, oksigen, dan yang paling penting, lembap. Panas dan lembap dapat
menyebabkan suatu bahan cenderung bereaksi dengan oksigen lebih cepat,
sebaliknya kehadiran lembap membuat suatu zat lebih labil terhadap panas.
Suhu tinggi dapat mendorong lembap keluar dari sampel, dan membuat suatu
bahan menjadi stabil, yang sebaliknya cenderung terhidrolisis.
Keadaan degradatif yang diamati pada suhu yang dinaikkan, tidak terjadi
pada suhu lebih rendah, misalnya beberapa alkaloida ergot terdegradasi
seluruhnya dalam satu tahun jika disimpan ada suhu di atas 45 oC, tetatpi
kecepatan degradasi kurang dari 1% per tahun di bawah 35 oC.
1. Studi Stabilitas pada Suhu yang Ditingkatkan
Suhu yg ditingkatkan yg paling umum ialah 30,40,50 dan 60 derajat
celcius. Sample yg disimpan pada suhu tertinggi harus diperiksa perubahan fisik
dan kimianya pada jarak waktu yang sering dan setiap perubahan dibandingkan
terhadap suatu sample kendali yg sesuai. Jika tidak ada perubahan setelah 30
hari maka perkiraan stabilitasnya baik sekali.
17 |Preformulasi dan Master Formula

Stabilitas Fotolitik
Banyak zat aktif menjadi pudar atau gelap akibat faktor cahaya. Biasanya
luas degradasi kecil dan terbatas pada luas permukaan yang terpapar. Akan
tetapi, hal tersebut mengakibatkan masalah estetik dan dapat dikendalikan
dengan menggunakan wadah coklat atau buram atau dengan menambahkan
suatu zat warna yang berguna menutupi perubahan warna zat aktif. Pewarna yg
digunakan harus fotostabil.

Stabilitas dalam Oksidasi


Sensitivitas zat aktif terhadap oksidasi dapat dipastikan dengan
menginvestigasi kestabilannya dalam suatu atmosfer dengan tekanan oksigen yg
tinggi.

Biasanya

dengan

atmosfer 40%

oksigen,

memungkinkan

untuk

mengevaluasi sensitivitas. Hasil dibandingkan dengan sample yg diperoleh di


bawah atmosfer inert atau atmosfer sekeliling.
Alat yang digunakan ialah desikator. Desikator ini dilengkapi dengan tutup
tiga lubang yg digunakan untuk studi ini. Sample ditempatkan dalam desikator
yang secara bergantian dikosongkan dan dialiri dengan atmosfer yang diingikan
lalu proses diulang 3-4 kali.

2.5

Sifat - sifat Kristal


Banyak zat aktif terdiri atas lebih dari satu bentuk kristal dengan

pengaturan ruang kisi-kisi yang berbeda. Sifat ini disebut polimorfisa. Banyak
solid dapat dibuat dalam suatu bentuk polimorfisa tertentu melalui perlakuan
kondisi kristalisasi yang tepat mencakup sifat pelarut, suhu dan kecepatan
pendinginan.
Bentuk polimorf yang berbeda dari suatu solid berbeda satu sama lain
berkenaan dengan banyak sifat fisik seperti kelarutan, disolusi, bobot jenis nyata,
bentuk kristal, perilaku pemadatan, sifat aliran dan stabilitas keadaan solid.
Penelitian secara aktif dilakukan untuk menghindari masalah stabilitas,
ketersediaan hayati atau masalah pengolahan.

Polimorfisa
18 |Preformulasi dan Master Formula

Ada dua tipe polimorfisa yaitu polimorfisa monotropik dan enantiotropik.


Polimorfisa monotropik adalah polimorfisa yang hanya satu bentuk zat aktif yg
stabil dari bentuk metastabil akan kembali ke bentuk stabil seiring berjalannya
waktu. Sedangkan polimorfisa enantitropik ialah perubahan dari suatu bentuk ke
bentuk lain yang bersifat reversible.
Unit Processing seperi pencampuran, penggilingan dan pentabletan dapat
menyebabkan perubahan dalam jenis kristal. Akibatnya, sifat fisik dan
kemungkinan besar sifat biofarmasetik suatu zat aktif dapat berubah. Oleh
karena itu, perhatian besar harus dilakukan untuk menetapkan jenis polimorf
yang ada dan di bawah kondisi apa dan berapa lama polimorf akan stabil.

Pseudopolimorfisa
Perubahan dalam proses kristalisasi yang menyebabkan masuknya

molekul pelarut dalam kristal menghasilkan solvat dan kristal kristal ini memiliki
sifat yang berbeda dari sample nonsolvat, dalam cara yang sama namun bentuk
polimorf berbeda disebut pseudopolimorfisa. Solvat yang berbeda dari zat aktif
yang sama terbukti dapat menghasilkan konsentrasi darah yang berbeda
mengikuti pemberian bentuk sediaan solid oral.
Akan tetapi, mengingat polimorf dalam merupakan bentuk dengan titik
leleh terendah yang akan menghasilkan konsentrasi darah paling tinggi, solvat
tersebut kadang kadang berupa hidrat dan untuk zat aktif lain adalah bentuk
anhidrat yang menghasilkan konesentrasi paling tinggi.

Cacat Kristal
Cacat kristal disebabkan oleh ketidaksempurnaan dan pergeseran selama

pengaturan kisi-kisi. Gangguan dalam kisi-kisi kristal menyebabkan perubahan


utama dalam kemudahan proses, reaktivitas kimia dan laju disolusi. Dapat
disimpulkan bahwa proses kristalisasi akan memengaruhi perilaku ZA,
berkenaan dengan stabilitas fisika dan kimia, kemampuan proses dan dayaguna
serta biofarmasetiknya. Penyeleksian prosedur kristallisasi yang tepat bisa
dijadikan acuan untuk menghasilkan sifat optimum zat aktif.

19 |Preformulasi dan Master Formula

Pada umumnya, zat-zat higroskopis harus disimpan dalam suatu wadah tertutup
rapat, yang lebih baik dilengkapi dengan suatu desikan (zat pengering). Metode
analisis untuk memantau tingkat (konsentrasi) lembap: Gravimetri, Titrasi Karl
Fischer, Kromatografi gas, Analisis termogravimetri tergantung pada presisi yang
diinginkan dan jumlah lembap yang diadsorpsi pada sampel zat aktif.

2.6

Studi Kompatibilitas
Dalam bentuk sediaan tablet, zat aktif berkontak rapat dengan satu atau

lebih eksipien dan eksipien ini mungkin mempengaruhi stabilitas zat aktif. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang interaksi zat aktif-eksipien sangat berguna
untuk formulator dalam menyeleksi eksipien yang tepat. Untuk formulasi baru
atau zat aktif baru atau eksipien baru, ahli praformulasi harus memberikan
informasi yang diperlukan.
Suatu sediaan tablet mengandung beberapa jenis eksipien, yaitu pengisi,
pengikat, penghancur, lubrikan, glidan, antilekat, dan adjuvan (kalo perlu).
Penapisan kompatibilitas untuk zat aktif baru atau formulasi baru harus diteliti
dua atau lebih eksipien dari tiap jenis. Beberapa pengujian interaksi zat aktif dan
eksipien yang dianjurkan adalah sebagai berikut.
1. Perbandingan zat aktif : eksipien dan dalam bobot untuk masing-masing
lubrikan dan eksipien lain. Interaksi tersebut sering diperkuat untuk
campuran zat aktif-eksipien dengan air atau pelarut lain. Campuran zat aktifeksipien (seperti campuran saja) dan campuran yang digranulasi dengan air
atau pelarut lain pada suhu yang ditinggikan. Granulasi dilakukan agar
campuran mengandung jumlah lembap yang tetap. Campuran disegel dalam
ampul atau vial untuk mencegah pelepasan lembap pada suhu yang
ditingkatkan. Jika diinginan, jenis gas dalam ruang atas ampul atau vial dapat
dikendalikan dengan menggunakan udara, nitrogen atau oksigen sampel
diperiksa secara berkala terhadap penampilannya dan dianalisa terhadap
setiap peruraian dengan menggunakan KCKT atau kromatograpi lapis tipis
(KLT) atau analiis ternal diferensial. Sampel yang tidak diberi tekanan. Setiap
perubahan dalam kromotograf, seperti adanya bercak baru atau perubahan
20 |Preformulasi dan Master Formula

nilai RF atau perubahan waktu retensi komponen merupakan petunjuk


adanya interaksi. Analisis dengan KCKT dapat dikuantitasikan. Jika dianggap
perlu. Jika ada interaksi yang signifikan teramati pada suhu yang
ditingkatkan, bukti yang nyata harus diperoleh dengan memeriksa campuran
yang disimpan pada suhu yang lebih rendah untuk jangka waktu yang lebih
lama jika tidak ada interaksi diamati pada suhu 50-60 C, terutama dengan
adanya lembab dan udara,tidak ada interaksi dapat diharapkan pada suhu
yang lebih rendah.
2. Biasanya pencampuran kecil antara zat aktif dan suatu eksepien
ditempatkan dalam vial yang ditutup dengan tutup karet lalu tutup tersebut
dicelupkan kedalam karnauba yang mencair, agar vial dapat tertutup kedap.
Malam mengeras dan membentuk perintang lembap sampai 70 C. Selain
pengujian yang telah diuraikan, komposisi sampel yang sama dibuat dengan
penambahan dengan lembab 5%. Periode penyimpanan dilakukan selama 2
minggu pada suhu 55 C. Selanjutnya, sampel diamati secara fisik terhadap
caking/ penggumpalan , pencairan, perubahan warna, dan aroma atau
pembentukan gas, kemudian dianalisis dengan KLT atau KCKT.
2.7 PARAMETER YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI
Absorbsi zat aktif solid dan yang diberikan secara oral terdiri dari 2
proses berurutan, yaitu proses disolusi, diikuti dengan transportasi zat
terdisolusi melintang membran kedalam sirkulasi sistem .

seperi diketahui

bahwa laju disolusi zat yang relatif tidak larut merupakan tahap penentuan
kecepatan dalam proses arbsorbsi secara keseluruhan. Dipihak lain, zat yang
relatif larut, kecepatan termeasi(perembesan) melintasi memran biologis
merupakan tahap penentuan kecepatan dalam proses arbsorbsi.
Dalam membuat pertimbangan tentang potensi arbsorbsi suatu zat
aktif(terutama yang baru), ahli praformulasi harus melakukan study untuk
menjelaskan prilaku disolusi dan permeasinya. Laju disolusi dapat diubah
melalui pengaruh fisik. Dipihak lain, kecepatan permeasi tergantung pada
ukuran, kelarutan relatif dalam air dan kelarutan dalam lemak, dan muatan ionik
terlarut. Sifat-sifat ini dapat diubah dalam banyak hal, hanya melalui modifikasi
molekular. Karakterisasi perilaku disolusi dan permeasi zat aktif baru harus
21 |Preformulasi dan Master Formula

dilakukan pada tahap dini pengembangan zat aktif, terutama untuk membantu
menghindari upaya yang salah, guna meningkatkan absorbsi dengan
peningkatan disolusi jika dalam kenyataannya absorbsi permeabilitas. Studi
permeabliitas bahkan lebih penting jika ada analogi zat aktif yang mempunyai
sifat farmakologi yang sama.
Studi permeabilitas akan membantu dalam menyeleksi zat dengan
potensi absorbsi terbesar. Sifat fisikokimia yang berkaitan dengan proses
absorbsi, yakni koefisien partisi yang merefleksikan kelarutan relatif dalam air
dan lemak suatu zat dan perilaku ionisasi. Ketiga parameter ini secara
bersamaan atau masing masing membantu mengarakterisasi perilaku permeasi
suatu zat aktif.
1. Koefisien Partisi
Jika suatu cairan atau solid berlebihan ditambahkan kepada suatu
campuran dua cairan yang tidak bercampur, cairan atau solid yang
ditambahkan tersebut akan berdistribusi kedalam dua fase cairan sehingga
masing masing fase tersebut dijenuhkan. Jika zat ditambahkan pada pelarut
yang tidak bercampur dalam jumlah yang tidak cukup, zat tersebut akan tetap
didistribusikan diantara dua lapisan dalam suatu perbandingan konsentrasi
tersebut.
Jika dan merupakan konsentrasi keseimbangan suatu zat dalam pelarut
satu dan dua, pernyataan keseimbangan menjadi :
C1
C2

=K

Konstanta keseimbangan, K, disebut perbandingan distribusi atau


koefisien partisi. persamaan tersebut dikenal sebagai hukum distribusi, yang
hanya dapat diterapkan dalam larutan encer jika koefisien aktifitas dapat
diabaikan.
Pengetahuan tentang partisi merupakan hal yang penting bagi apoteker,
mengenai prinsip yang terlibat dalam berbagai bidang minat farmasetik mutakhir.
Hal ini mencakup pengawetan sistem minyak air, kerja zat aktif pada tempat
yang non spesifik serta absorbsi dan distribusi zat aktif di seluruh tubuh.

22 |Preformulasi dan Master Formula

Koefisien partisi diterapkan untuk :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penilaian kelarutan dalam air dan campuran pelarut


Petunjuk respon biologis
Mengekstraksi zat aktif dari cairan berair terutama dalam darah dan urin
Membantu pemilihan kolom atau fase gerak untuk analisis kromartoghrafi
Menetapkan konsentrasi zat aktif dan atau pengawet dalam fase berair
Memperkirakan pelepasan zat aktif sediaan semi solid seperti dasar salep
Berbagai pelarut organik seperti

klorofrom, eter, etilasetat, iso propil

miristat, karbon tetraklorida, dan n- oktanol dapat digunakan dalam penetapan


koefisien partisi dengan n-oktanol untuk memperoleh penerimaan yang meni
ngkat. Walaupun definisi koefisien partisi berkenaan dengan distribusi antara dua
fase tak bercampur, pada kenyataannya fase lipid menunjukkan berapa
kelarutan terbatas dalm fase beraair dan juga sebaliknya.
Oleh karena itu, dalam penetapan koefisien partisi keduaa fase berair dan
organik saling diprajenuhkan. Kemudian zat aktif dilarutkan dalam fase berair
atau fase organik dan volume kedua fase yang diketahui diseimbangkan dengan
pengocokan. Fase dipisahkan dengan didiamkan atau melalui sentrifugasi,
terutama dalam botol sentifugasii dengan tutup kaca. Konsentrasi terlarut pada
umumnya ditetapkan dalam satu fase dan konsentrasi dalam fase lain diperoleh
dengan perbedaan ( pengurangan dari jumlah zat aktif yang dilarutkan dengan
konsentrasi zat aktif yang ditetapkan dalam salah satu fase. Akan tetapi, jika ada
kemungkinan absorbsi zat terlarut pada kaca dapat terjadi, kedua fase harus
dianalisis. Pengocokan yang terlalu lama harus dihindari karena cenderung akan
menghasilkan emulsa.
2. Konstanta Ionisasi
Beberapa zat aktif bersifat asam atau basa lemah dan dalam larutan,
tergantung nilai ph , berada sebagai jenis terionisasi dan tak terionisasi. Spesi
yang tidak terionisasi lebih larut dalam lipid, sehingga lebih mudah diabsorpsi.
Jadi, absorbsi zat aktif bersifat asam atau basa lemah dalam saluran cerna
merupakan fraksi zat aktif tidak terionisasi.

23 |Preformulasi dan Master Formula

Kondisi yang menghalangi ( menekan) ionisasi dapat meningkatkan


absorbsi. Faktor penting dalam absorbsi zat aktif yang bersifat asam dan basa
lemah adalah ph pada tempat absorbsi, konstanta ionisasi, dan kelarutan spesi
tak terionisasi dalam lemak. Semua faktor ini merupakan teori ph partisi diterima
secara luas. Disolusi juga termasuk faktor yang mempengaruhi absorpsi.

2.8

MASTER FORMULA
Master Formula merupakan formula yang utama dan dimiliki oleh perusahaan iru

sendiri dalam memproduksi obat, yang bersifat rahasia dan disimpan dengan baik.
Bentuk dan format dari master formula sesuai dengan susunan yang ditentukan dalam
suatu formula (nama bahan obat, zat tambahan, kadar/dosis, bentuk dan jumlah yang
dibuat, wadah, kemasan, dll yang perlu)
Fungsi dan tujuan dari dibuatnya master formula yaitu:
- Fungsi : untuk memudahkan pembuatan / formulasi berikutnya
- Tujuan : untuk mendapatkan hasil yang senantiasa sama dari waktu ke waktu.
Formula beberapa bentuk sediaan obat
a.

Formula tablet

1.

Bahan obat aktif : 1%-50%

2.

Bahan tambahan obat : 50%-90% terdiri dari: ( pengisi, pengikat,penghancur,

pelicin, pelumas, pemberi warna, perasa penyalut.)


b.

Formula salep

1.

Bahan obat aktif : 1%-10%

2.

Bahan tambahan obat: 90%-99% terdiri dari ( dasar salep, pengawet, pewarna)

c.

Formula cream

1.

Bahan obat aktif : 1%-10%

2.

Bahan tambahan obat: 90%-99% terdiri dari (dasar krim,

pewangi,pengawet,pewarna)
24 |Preformulasi dan Master Formula

d.

Formula suspensi

1.

Bahan obat aktif : 1%-10%

2.

Bahan tambahn obat: 90%-99% terdiri dari( pembawa/pelarut,

pensuspensi,perasa,pengawet)
e.

Formula injeksi

1.

Bahan obat aktif : 1%-10%

2.

Bahan tambahn obat: 90%-99% terdiri dari ( pembawa,pengisotoni,pengawet.)

2.9 CONTOH MASTER FORMULA


TABLET TEOFILIN
I.

Preformulasi
1. Bahan aktif
A. TEOFILIN ( FI IV hal 783, FI III hal 597, Martindale 35 hal 1023)
Rumus Molekul : C7H8N4O2.H2O
Berat Molekul : 198,18
Pemerian : serbuk berserat atau granul, bearna putih, suspensi dalam air
bereaksi netral terhadap lakmus P, mengembang dalam air dan membentuk
suspensii yang jernih hingga opalesen kental,koloidal
Kelarutan : sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam ammonium hidroksida agak sukar larut dalam etanol.
Stabilitas : dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya florosensi terus
menerus selama sekurang kurangnya 180 hari tanpa perubahan
konsentrasi yang signifikan dalam bentuk larutan sebaiknya dilindungi
cahaya,stabil di udara.
Khasiat : obat asma, stimulasi SSP dan pernafasan, stimulasi jantung bekerja
sebagai diuretik lemah.
OTT : Tanin
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dosis : untuk sediaan lepas lambat dewasa dan anak-anak maximal
400mg/hr. 3-4 dd 125-250 mg
2. Bahan Tambahan
25 |Preformulasi dan Master Formula

a. Avicel PH 102 (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal 102 )


Pemerian : serbuk putih, tidak berbau
Rumus Molekul : (C6H10O5)n
Bobot Molekul : > 3100
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larutan asam, pelarut organik dan

NaOH 5%
Kegunaan : pengisi dan pengikat ( Filler Binder)
Konsentrasi : 20-90%
Stabilitas : higroskopik
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering.
Avicel merupakan pengisi yang baik untuk cetak langsung dan granulasi
kering. Avicel dapat menyerap udara sehingga kelembapannya tinggi.

Kemampuan mengikat (holding capacity ) 50%


zat aktif 100 mg, maka minimal avicel yang dibutuhkan 50% = 100/ 50 x 100
mg = 200 mg
b. Amylum Maydis ( FI III , FI IV hal 162 Excipient hal 483 )
Pemerian : tidak berbau dan tidak berasa, serbuk halus dan putih
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol dingin 95% dan air dingin.
BJ ruah : 0,462 gram/cm3
BJ mampat : 0,658 gram/cm3
OTT : material bersifat inert
Konsentrasi : 3 15 %
Kegunaan : pengisi
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering
c. Mg Stearat (FI IV hal 115, excipients ed V hal 432 )
Rumus Molekul : C16H70MgO4
Pemerian : serbuk halus licin, mudah melekat pada kulit , mempunyai baud
an rasa khas lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air
Stabilitas : stabil dan simpan di tempat kering
OTT :dengan asam kuat, garam garam besi dan hindari pencampuran
dengan oksidator kuat
Konsentrasi : 0,25 5,0 %
Kegunaan : lubrikan/ zat pelican
Penyimpanan : dalam wadah tertutp rapat dan tempat sejuk
d. Talk ( Excipient edisi II hal 519, FI IV hal 771 )
26 |Preformulasi dan Master Formula

Rumus Molekul : Mg6(SiO5)(OH)4


Pemerian : serbuk hablur sangat halus putih atau putih keabuan , berkilat ,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, asam dan basa lemah dan pelarut
organik.
Stabilitas : stabil dan dapat disterilkan dengan pemanasan 160 derajat

selama tidak kurang selama 1 jam


OTT : dengan komponen ammonium kuarterner
Konsentrasi : 1 10 %
Kegunaan : glidan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

II.

FORMULA
Teofilin 100 mg
Amilum 5%
Mg Stearat 1%
Talk 2%
Avicel qs

III.

PERHITUNGAN & PENIMBANGAN :


Dibuat 400 tablet : @ 350mg / tablet

IV.

Bobot tablet seluruhnya = 400 x 350 mg = 140.000 mg = 140 gram


Teofilin = 400 x 100 mg = 40 gram
Amilum = 5% x 140 gram = 7 gram
Mg Stearat = 1 % x 140 gram = 1,4 gram
Talk = 2 % x 140 gram = 2,8 gram
Avicel PH 102 = 140 gram ( 40+7+1,4+2,8 ) = 88,8 gram
Jika Avicel punya kapasitas pegang 50% dari dosis teofilin 100 mg, maka
Avicel = 100/50 x 100 mg = 200mg
Avicel untuk 400 tablet = 400 x 200 mg = 80.000mg = 80 gram

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Timbang bahan yang akan digunakan
3. Gerus dan campur : teofilin, avicel PH 102, amilum ad homogen
4. Lakukan uji granul
5. Campuran yang telah diuji, ditambahkan dengan Talk dan Mg Stearat, campur
ad homogen.
6. Cetak menjadi tablet dengan mesin pencetak tablet
27 |Preformulasi dan Master Formula

7. Lakukan uji evaluasi tablet, masukkan tablet ke dalam wadah, beri etiket dan
serahkan.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Preformulasi adalah suatu proses pengkajian sifat sifat fisika kimia
senyawa

atau

bahan

obat

atau

zat

aktif

dan

zat

tambahan,

untuk

mengoptimalkan suatu formula obat, sehingga diperoleh formulasi sediaan yang


stabil, efektif dan aman.
Cakupan studi praformulasi sediaan tablet, yaitu organoleptic, analisis
fisikokimia, sifat-sifat fisikomekanik (karakteristik fisik), sifat Kristal, karakteristik
fisikokimia, parameter yang mempengaruhi absorpsi, stabilitas solid, studi
kompatibilitas,

petunjuk

dan

pedoman

untuk

produksi,

dan

petunjuk

penyimpanan dan pengemasan.


2. Saran
Dalam pembuatan preformulasi hendaknya memperhatikan hal hal yang
diatas agar tercipta obat yang lebih efektif, aman dan berkualitas serta memiliki
efek samping kecil

28 |Preformulasi dan Master Formula

Vous aimerez peut-être aussi