Vous êtes sur la page 1sur 23

AKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

GANGGUAN ELIMINASI (kelompok 3)


MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN ELIMINASI

DI SUSUN OLEH:
INKA FEBRYRIA PERTIWI
KARTA ADI WIBOWO
IRWANSYAH
ALFIANEDI
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KABUPATEN
KOTAWARINGIN TIMUR
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya
lah

kami

dapat

menyelesaikan

makalah

ini

yang

berjudul Makalah

Asuhan

Keperawatan Gangguan Eliminasi Pada Lansia


Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Keperawatan Gerontik. Selain itu
diharapkan makalah ini dapat membantu teman-teman yang lain dalam memahami
konsep eliminasi pada lansia khususnya.
Harapan kami mudah-mudahan makalah kami ini bermanfaat. Kami menyadari
sebagai manusia tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik pembaca
sangat kami harapkan sebagai masukan perbaikan makalah kami berikutnya.

Sampit, Maret 2012


Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
I.

LATAR BELAKANG

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secra perlahan lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga

tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses
menua merupakan proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu.
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis

tertentu.

Ini

merupakan

suatu

fenomena

yang

kompleks

dan

multi

dimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang pada keseluruhan
sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam
parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi
kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf,
dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem
pencernaan.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya.
Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, seperti
berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah
terkena konstipasi merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi
mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
II.

TUJUAN PENULISAN

Setelah menyelesaikan tugas keperawatan gerontik diharapkan:


1.

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada lansia.

2.

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan ganguan

eliminasi.
3.

Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang penanganan pada

lansia dengan gangguan eliminasi.


III.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
bagaimana asuhan keperawatan pada lansia (Lanjut Usia) dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan eliminasi.
IV.

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan
dikutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.
V.

SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ini yaitu kata pengantar, daftar isi, bab I pendahuluan
yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka. Bab III penutup yang terdiri
dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

KOSEP DASAR ELIMINASI

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh baik yang berupa
urine maupun fekal (Tarwoto dan wartonah, 2010).
Eliminasi Urine
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma
darah diglomerolus. Dari 180 liter darah yang masuk keginjal untuk difiltrasi, hanya 1-2
liter saja yang dapat berupa urine, sebagian besar hasil filtrasi akan diserap kembali
ditubulus ginjal untuk dimanfaatkan tubuh.
Karakteristik urine normal:
a.
b.

Volume berkisar 250-400ml yang dikeluarkan setiap kali berkemih.


Warna normal kekungin-kunginan jernih. Pada dehidrasi warna kuning gelap atau

kuning coklat, sedangkan karena obat urine dapat berwarna merah atau orange gelap.
c.

Bau bervariasi tergantung komposisi, bau urine yang aromatic yang menyengat

atau memusingkan timbul karena mengandung amonik.


d.

pH sedikit asam yaitu antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun demikian, pH

dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urin pada vegetarian menjadi sedikit basa.
e.

Berat jenis 1.003-1.030.

f.

Komposiss air 93-97%.

g.

Osmolaritas (konsentrasi osmotic) 855-1.335 mOsm/liter

h.

Bakteri tidak ada.

Komposisi Urine
a.

Zat buangan nitrogen seperti urea, kreatinin, amoniak, asam urat serta urobilin.

b.

Hasil nutrient dari metabolism seperti karbohidrat, keton, lemak, dan asam amino.

c.

Ion-ion seperti natrium, klorida, kaliun dan magnesium

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi urine


1.

Diet dan intake

Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium
mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2.

Respon keinginan awal untuk berkemih

Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk


berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine

banyak tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung
kemih yang lebih dari normal.
3.

Gaya hidup

Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya
fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek
eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
4.

Stress psikologi

Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini
karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah
urine yang diproduksi.
5.

Tingkat aktivitas

Aktifitas

sangat

dibutuhkan

untuk

mempertahankan

tonus

otot.

Eliminasi

urine

membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan
eksternal.
6.

Tingkat perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada
wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus
atau adanya
7.

Kondisi patologis

Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh
keinginan untuk minum sedikit.
Masalah-masalah eliminasi urine:
1.

Retensio

urine.

Merupakan

penumpukan

urine

dalam

kandung

kemih

dan

ketidakmampuan pada kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab


distensi kandung kemih adalah urine yang terdapat dalam kandung kemih melebihi 400
ml normalnya 250-400 ml.
2.

Inkontinensia urine. Ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau

menetap

untuk

mengontrol

ekskresi

urine.

Ada

dua

jenis

inkontinensia

urina,

yaitu, Inkontinensia stres adalah strea yang terjadi pada saat tekanan intraabdomen
meningkat. Inkontinensia

urgensi adalah

inkontinensia

yang

terjadi

saat

klien

terdesak ingin berkemih, terjadi akibat ISK bagian bawah atau spasme kandung kemih.
3.

Enuresis.

Ketidaksanggupan

menahan

kemih

(mengompol)

yang

diakibatkan

ketidakmampuan untuk mengendalikan sfingter eksterna .


Perubahan pola berkemih:
1.

Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat,

biasanya terjadi pada sistitis, stres, wanita hamil


2.

Urgensi. Perasaan segera ingin berkemih yang biasanya terjadi pada anak karena

kemampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.


3.

Disuria: rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misal, ISK.

4.

Poliuri (diuresis): produksi urine melebihi normal tanpa peningkatan intake cairan,

misal pada pasien DM.

5.

Urinari suppression: keadaan ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba.

Anuria (urine kurang dari 100 ml/24jam) dan oliguria (urine berkisar 100-500ml/24jam).
Eliminasi fekal
Eliminasi fekal sangat erat kaitannya dengan saluran pencernaan. Saluran pencernaan
merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk
diserap

oleh

tubuh

dengan

proses

penernaan

(pengunyahan,

penelanan,

dan

pencampuran) dengan enzim dan zat cair dari mulut sampai anus. Organ utama yang
berperan dalam eliminasi fekal adla usus besar. Usus besar memiliki beberapa fungsi
utama yaitu mengabsorpsi cairan dan elektrolit, proteksi atau perlindungan dengan
mensekresikan mukus yang akan melindungi dinding usus dari trauma oleh feses dan
aktivitas bakteri, mengantarkan sisa makanan sampai ke anus dengan berkontraksi.
Proses eliminasi fekal adalah suatu upaya pengosongan intestin. Pusat refleks ini
terdapat pada medula dan spinal cord. Refleks defekasi timbul karena adanya feses
dalam rectum.
Proses Eliminasi
1.

Sistem digestif (GIT) bertambah lambat sehingga menyebabkan sekresi cairan

digestif

dan

peristaltik

lamban

sehingga

terjadi

penurunan

kemampuan

untuk

mengkonsumsi makanan tertentu.


2.

Pada lansia banyak makanan yang tidak tercerna dan kadangkadang tak cukup

cairan untuk mencerna sehingga timbul konstipasi.. konstipasi dapat juga terjadi karena
tidak mengkonsumsi makanan yang memadai/kurang melakukan latihan fisik.
3.

Tidak memadainya konsumsi makanan juga sebagai akibat dari penurunan respon

terhadap tanda-tanda internal terhadap lapar dan haus, perubahan pada gigi (karena
sakit/trauma) sehingga sulit untuk mengunyah.
4.

Keadaan

sakit,

misalnya

stroke

akan

menimbulkan

kesulitan

untuk

mengunyah/menelan.
5.

Kadang lupa dalam konsumsi makanan.

6.

Penggunaan laksatif yang berlebihan dapat menurunakan penyerapan vitamin-

vitamin tertentu yang larut dalam lemak (A, D, E, K).


7.

Pada umumnya keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak biasanya akibat

makanan yang kurang bisa dicernakan akibat :


a)

Menurunnya fungsi kelenjar pencernaan.

b)

Menurunnya toleransi terhadap makanan berlemak.

8.

Konstipasi dapat terjadi karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan

akibat gigi sudah lepas.


Masalah-masalah umum pada eliminasi Fekal
1.

Konstipasi: gangguan eliminasi yang mengakibatkan adanya feses yang keras

melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh po\la defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksatif dalam jangka waku yang lama, stress fsikologis, obat-obatan,
kuang aktifitas dan usia.

2.

Imfaksi fekal : massa fees yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh

retensi dan akumulasi material yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh


konstipasi.
3.

Diare : keluarnya feses cairan dan meningkatnya buang air besar akibat cepatnya

kimus melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu cukup untuk
menyerap air. Diare disebabkan oleh stress fisik, obat-obatan,alergi dan lain-lain.
4.

Inkontinensia alvi : hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaaran

feses dan gas yang melalui spingter anus akibat kerusakan fungsi spingter / persarafan
didaerah anus. Penyebabnya karena penyakit neoromuskular, atau tumor spingter anus
eksternal.
5.

Kembung : platus yang berlebihan didaerah intestinal, sehingga menyebabkan

distensi intestinal, dapat disebakan karena konstipasi, mengkonsumsi makanan yang


banyak mengandung gas dapat berefek anestesi.
6.

Hemoroit : kelebran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan

darah tersebut. Penyebabnya adalah, konstipasi kronis, peregangan maksimal saat


defekasi, kehamilan, dan obesitas.
II.
1.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK


Gerontologi

Berbagai istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu gerontologi,
geriatri, dan keperawatan gerontik. Gerontologi berasal dari kata Geros : lanjut usia
dan Logos : ilmu. Jadi Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari secara khusus
mengenai

faktor-faktor

yang

menyangkut lanjut

usia. Gerontologi

Ilmu

yang

mempelajari seluruh aspek menua (Kozier, 1987) Cabang ilmu yang mempelajari proses
menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990).
2.

Geriatri

Geriatri berasal dari kata Geros : Lanjut usia dan Eatrie : kesehatan/medikal.

Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lanjut usia

Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek klinis, preventif maupun

terapeutis bagi klien lanjut usia.

Ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia serta akibat akibatnya

pada tubuh manusia. Dengan demikian jelaslah bahwa objek dari geriatri adalah
manusia lanjut usia.

Bagian dari ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan

kekurangan-kekurangannya padalanjut usia.

Cabang ilmu kedokteran (medicine) yang berfokus pada masalah kedokteran yaitu

penyakit yang timbul pada lanjut usia(Black & Matassari Jacob, 1997).
3.

Geriatric Nursing :

a.

Praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier,

1987).
b.

Spesialis keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan peranya pada tiap

tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan

merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia/lansia secara komprehensif.


Oleh karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit (geriatric nursing) dan
dirawat di rumah sakit merupakan bagian dari Gerontic nursing.
4.

Proses Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Constantindes, 1994). Proses menua merupakan proses yang terusmenerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup. Proses menua sertiap individu pada organ tubuh juga tidak
sama cepatnya, adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi
kekurangan-kekurangan yang menyolok (Deskripansi).
Menurut undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan pasdal 8 ayat
2,

berbunyi

: Dalam

istilah

sakit

termasuk

cacat,

kelemahan

dan lanjut

usia. Berdasarkan pernyataan ini, maka lanjut usia dianggap sebagai semacam penyakit.
Hal ini tidak benar. Gerontologi berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit
melainkan suatu masa/tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua,
dan lanjut usia.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh.
Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang
mencapai

usia dewasa,

otot, susunan

syaraf,

misalnya
dan

dengan

jaringan

terjadinya
lain

kehilangan

sehingga tubuh

jaringan
mati

pada
sedikit

demi sedikit. Sampai saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua,
mulai dari teoridegeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori
terjadinya atrofi, yaitu : teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses
evolusi dan teori imunologik, yaitu : teori adanya produk sampah/waste products dari
tubuh sendiri yang makin bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu
bergendengan dengan

perubahan

fisiologik

maupun

psikologik.

Yang

penting

untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat/memperlambat kemunduran


fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.
5.

Teori-Teori Proses Menua

a.

Secara individual

1.

Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.

2.

Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.

3.

Tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses menua.

b.

Teori-teori biologi

1.

Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini semua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-

molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang
khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).
2.

Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh

lelah (terpakai).
3.

Pengumpulan dari pigmen/lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi

dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel
susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel
itu sendiri.
4.

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

5.

Tidak ada perlindungan terhadap : radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

6.

Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory) Didalam proses metabolisme

tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak
itu terjadilah kelainan autoimun. (Menurut Goldteris & Brocklehurst, 1989).
c.

Teori immunologik slow virus (Immunology slow virus theory)

Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
d.

Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
e.

Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal ini meyebabkan selsel tidak dapat regenerasi.
f.

Teori rantai silang

Sel-sel yang tua/usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
g.

Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapakan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel
tersebut mati.
6.

Teori Kejiwaan Sosial

a)

Aktivitas atau kegiatan (Activity Taheory)

Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung.

Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari

usia pertengahan ke lanjut usia.


b)

Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian/tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada

seseorang

yang lanjut

usia sangat

dipengaruhi

oleh

tipepersonality yang

dimilikinya.
c)

Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan/hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan


individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh Cumming and Henry 1961. teori
ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple loos), yakni:
1.

Kerhilangan peran (Loss of Role)

2.

Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation Ships)

3.

Berkurangnya komitmen (Redused commitmen to social Mores and Values).

7.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

a.

Hereditas : Keturunan/genetik

b.

Nutrisi : Makanan

c.

Status kesehatan

d.

Pengalaman hidup

e.

Lingkungan

f.

Stress

8.

Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah
ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :
a)

Usia pertenggahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.

b)

Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 70 tahun

c)

Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.

d)

Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

Menurut Dra. Ny. Jos masdani (Psikolog UI)


Mengatakan : lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat
dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
a)

Fase iuventus, antara 25 dan 40 tahun

b)

Fase verilitas, antara 40 dan 50 tahun

c)

Fase praesenium, antara 55 dan 65 tahun

d)

Fase senium, antara 65 hingga tutup usia.

9.

Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Perubahan-perubahan fisik
Sel
1.

Lebih sedikit jumlahnya

2.

Lebih besar ukurannya.

3.

Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

4.

Menurunnya proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati.

5.

Jumlah sel otak menurun.

6.

Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7.

Otak menjadi atrofis beratny berkurang 5-10 %.

Sistem persyarafan
1.

Berat otak menurun 10-20 % (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam

setiap harinya).
2.

Cepatnya menurun hubungan persarafan.

3.

Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress.

4.

Mengecilnya saraf panca indera.

5.

Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan

perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
6.

Kurang sensitif terhadap sentuhan.

Sistem pendengaran
1.

Presbiakus (gangguan

pada

pendengaran).

Hilangnya

kemampuan

(daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65
tahun.
2.

Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3.

Terjadinya penggumpalan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan


jiwa/stres.
Sistem penglihatan
1.

Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

2.

Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3.

Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan

gangguan penglihatan.
4.

Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih

lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.


5.

Hilangnya daya akomodasi.

6.

Menurunnya lapangan pandang : berkurang luas pandangannya.

7.

Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

Sistem kardiovaskuler
1.

Elastisitas, dinding aorta menurun.

2.

Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3.

Kemempuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun sesudah berumur

20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah; kurangnya efektivitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
5.

Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh

darah perifer, sistolis normal 170 mmHg. Diastolis normal 90 mmHg.


Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu
menetapkan

suatu

suhu

tertentu,

kemunduran

terjadi

berbagai

faktor

yang

mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :


1.

Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35C ini akibat

metabolisme yang menurun.


2.

Keterbatasan refleks menggigl dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.


Sistem respirasi
1.

Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2.

Menurunnya aktivitas dari silia.

3.

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih

berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.


4.

Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

5.

O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

6.

CO2 pada arteri tidak berganti

7.

Kemampuan untuk batuk berkurang.

8.

Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun

seiring dengan pertambahan usia.


Sistem gastrointestinal
1.

Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disease yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang
buruk.
2.

Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi

indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam
dan pahit.
3.

Esofagus melebar.

4.

Lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung

menurun, waktu mengosongkan menurun.


5.

Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

6.

Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu)

7.

Liver (hati), makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya

aliran darah.

Sistem reproduksi
1.

Menciutnya ovari dan uterus.

2.

Atrofi payudara.

3.

Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya

penurunan secara berangsur-angsur.


4.

Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan

baik), yaitu :
1.

Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

2.

Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual.

3.

Tidak perlucemas karena merupakan perubahan alami.

4.

Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang,

reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan-perubahan warna.


Sistem genitourinaria
1.

Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin darah yang
masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron
(tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal

menurun

sampai

50

%,

fungsi

tubulus

berkurang

akibatnya:

kurangnya

kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya +


1); BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
2.

Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun

sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi
urin.
3.

Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.

4.

Atrofi vulva

5.

Vagina

Orang-orang yang makin menua, sexual intercourse masih juga membutuhkannya. Tidak
ada batasan umur tertentu untuk fungsi sexual seseorang berhenti. Frekuensi sexual
intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
Sistem endokrin
1.

Produksi dari hampir semua hormon menurun

2.

Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

3.

Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam

pembuluh darah: berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4.

Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (basal metababolic rate) dan

menurunnya daya pertukaran zat.


5.

Menurunnya produksi aldosteron.

6.

Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen dan

testeron.

Sistem kulit (integumentary system)


1.

Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2.

Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta

perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).


3.

Menurunnya respon terhadap trauma.

4.

Mekanisme proteksi kulit menurun :

a.

Produksi serum menurun

b.

Penurunan produksi VTD.

c.

Gangguan pigmentasi kulit

5.

Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

6.

Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

7.

Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.

8.

Pertumbuhan kuku lebih lambar

9.

Kuku jari lebih menjadi keras dan rapuh.

10.

Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

11.

Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.

12.

Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)


1.

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.

2.

Kifosis

3.

Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas.

4.

Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).

5.

Persendian membesar dan menjadi kaku.

6.

Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

7.

Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil

sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.
8.
III.

Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.


ASUHAN KEPERAWATAN\

Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang mengarahkan


perawat dalam memberikan asuhan. Pengkajian merupakan langkah pertama dalam
proses ini yaitu meliputi pengumpulan dan analisa data dan menghasilkan diagnosa
keperawatan. Pengkajian yang berfokus pada keperawatan sangat penting untuk
menetukan diagnosa keperawatan yang dapat menentukan intervensi dan implementasi
keperawatan.
1.

Pengkajian

a.

Eliminasi urine

1.

Urine. Warna : Normal kuning jernih. Bau : Normal aromatik amonia. Pada

overhidrasi hampir tidak berwarna. Pada dehidrasi orange-kecoklatan.


2.

Jumlah urine bervariasi tergantung intake. Normal 1 x BAK 250-400 ml.

3.

Distensi kandung kemih inkontinensia (tidak dapat menahan BAK)

4.

Frekuensi BAK, tekanan dan desakan.

5.

Kondisi-kondisi tertentu misalnya :

a)

Disuria, keadaan nyeri waktu BAK.

b)

Nokturia, keadaan BAK sering pada malam hari.

c)

Enurisis, keadaan sadar BAK (umumnya pada anakanak).

d)

Polyurie, peningkatan jumlah BAK baik frekuensi maupun volume.

e)

Oliguri, penurunan jumlah BAK frekuensi/jumlahnya.

f)

Anuri, produksi urine <100 /hari.

g)

Retensio, ketidakmampuan mengosongkan bladder, misalnya : karena obstruksi

saluran urethra.
b.

Eliminasi bowel

1.

Status gizi

2.

Pemasukan diit

3.

Anorexia, tidak dicerna, mual dan muntah.

4.

Mengunyah dan menelan.

5.

Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut

6.

Auskultasi bising usus.

7.

Palpasi apakah perut kembung, fecal.

8.

Konstipasi, sudah berapa hari tidak BAB.

9.

Keadaan diare.

2.

Intervensi

a.

Eliminasi Urine

1.

Cukupkan cairan masuk 2000-3000 ml/hari.

2.

Cegah terjadinya inkontinensia :

a)

Jelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2 jam.

b)

Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh.

c)

Observasi jumlah urin

d)

Batasi cairan terutama waktu menjelang tidur.

b.

Eliminasi Bowel

1.

Berikan sikap fowler waktu makan

2.

Pertahankan keasaman lambung.

3.

Berikan makanan yang tidak membentuk gas

4.

Cukup cairan

3.

Untuk mencegah sembelit/konstipasi.

a.

Awasi kecukupan cairan dalam diit.

b.

Dorong untuk melakukan aktivitas

c.

Fasilitasi gerak usus dalam mencerna.

d.

Berikan kebebasan dan gerak posisi tubuh normal

e.

Berikan kecukupan konsumsi serat.

f.

Ajarkan latihan kegel.

g.

Ajarkan latihan perut.

h.

Atur waktu makan dan minum.

i.

Atur jumlah makan dan minum.

j.

Berikan laxatif jika perlu.

BAB III
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
I.

Data Biografi

Nama

: Ny. S

Umur

: 74 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pendidikan

: SD

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Janda

TB/BB

: 149 cm / 37 kg

Penampilan

rambut

Rapi,bersih,wangi,berpakaian

beruban, menggunakan jilbab, sedikit bungkuk.

Alamat

: Jl. SukaBumi Barat No. 007

Orang yang dekat

: Ny. Ati

Hubungan

: Anak klien

Alamat

: Sda

II.
1.

sesuai,

RIWAYAT KEPERAWATAN
GENOGRAM

Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
: garis keturunan

: garis perkawinan
------ : tinggal dalam satu rumah
X

: meninggal dunia

2.

Riwayat Keluarga

Klien adalah anak ke-4 dari lima bersaudara, klien dulunya berasal dari keluarga petani.
Ayah dan ibu klien sudah meninggal. Suami klien sudah meninggal sejak klien berumur
51 tahun. Sekarang klien tinggal ikut anaknya.
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit stroke yaitu kakak pertamanya dan
sudah meninggal. Dalam lingkungan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBparu.
III. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini

: tidak bekerja

Alamat pekerjaan

:-

Jarak dari rumah

:-

Transportasi

:-

Pekerjaan sebelumnya

: Pedagang sayur yang digendong di bahu

Jarak dari rumah

: 10 km

Transportasi

: Jalan kaki

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : kebutuhan klien


dipenuhi oleh anak-anaknya.

IV. RIWAYAT LINGKUNGAN


Jenis lantai rumah
Kondisi lantai

: porselen
: kering

Tangga rumah

: tidak ada

Penerangan

: cukup

Tempat tidur

: tanpa ranjang

Alat dapur

: tertata rapi

WC

: ada dikamar, 3 meter dari tempat tidur

Kebersihan lingkungan
mebahayakan klien

: lingkungan bersih, tidak ada barang yang dapat

Jumlah yang tinggal dalam satu rumah

: 5 (lima) orang

Derajat privasi

: baik

Tetangga terdekat

:Mbah Saras

Alamat

V.

: Jl. Suka- Bumi Barat No. 008

RIWAYAT REKREASI

Hobi/minat
Keanggotaan organisasi
Liburan/perjalanan
taman kota.

: Klien hobby menyulam, bernyanyi


: anggota posyandu lansia Kamboja
:

Klien

sering

diajak

anaknya

jalan-jalan

ke

VI. SISTEM PENDUKUNG


Perawat/Bidan/Dokter

: Mantri Sri

Jarak dari rumah

: 1 km

RS

: RSU DR. Murjani Sampit, 4 km dari rumah klien

Klinik

: Puskesmas Baamang 1, 1 km dari rumah klien

Makanan yang dihantarkan

:-

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga: tidak ada karena klien masihdapat
melakukan aktivitas madiri.

VII.

DESKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan ritual
: Klien selalu melaksanakan sholat lima waktu
berjamaah di mushola Al-Anshor dekat rumah klien, dan sering mendengarkan ceraham
dari TV.

VIII.

STATUS KESEHATAN

Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :sering pegal-pegal dan kesemutan
pada ektremitas, dan hipertensi
Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu : Klien pernah mederita sakit
stroke dan di opname di RSUD Sragen, Jawa tengah selama 2 minggu
Keluhan utama

: 3 hari sekali baru BAB, perut terasa penuh

:-

:-

:-

:-

:-

Obat-obatan

: Ottopan (paracetamol) 500 mg 3x1

Alergi

: klien tidak ada alergi

Obat-obatan

:-

Makanan

:-

Faktor lingkungan

:-

Penyakit yang diderita

: Hipertensi dan rematik

IX. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks katz

: Katz A

Oksigenasi

: Klien bernapas dengan hidung, RR : 20x/m

Cairan/elektrolit

Nutrisi

: Klien makan 2x sehari, klien makan nasi dan lauk,

klien tidak suka makan sayur, klien minum air putih 3 gelas sehari ( 750 ml),

Eliminasi

: 3 hari sekali baru BAB, perut dintesi, bising usus

3x/m, BAK
Aktivitas

: semua aktivitas klien sehari-hari dapat dikerjakan

secara mandiri
Istirahat&tidur

: Klien tidak terbiasa tidur siang. Jika malam hari klien

mulai tidur pukul 22.00 sampai 04.00 pagi. Pada saat tidur klien sering terbangun.
Personal hygiene

: Klien mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali, berganti

pakaian setiap hari


Seksual

: Klien sudah menopause sejak berumum 51 tahun,

dan sudah tidak memiliki pasangan, sejak menopause klien sudah tidak ada keinginan
untuk berhubungan dengan dengan lawan jenis.
X.

PSIKOLOGI KOGNITIF PERSEPTUAL

Konsep diri

: baik

Emosi

: stabil

Adaptasi mekanisme pertahan diri : baik


Status mental :

Tingkat kesadaran

: compos mentis

Afasia

: tidak ada

Dimensia

: ada

Orientasi

: baik

Bicara

Bahasa yang digunakan

: bahasa banjar dan bahasa indonesia

Kemampuan membaca

: klien bisa membaca

Kemampuan interaksi

: klien mampu berinteraksi dengan baik dan sesuai

Vertigo

: ada

SPSMQ

: skor 2 = fungsi mental utuh

MMSE

: skor 2 = baik

GDS

: skor 4 = tidak ada depresi

APGAR

: normal dan lancar

: skor 10 = rendah

XI. TINJAUAN SISTEM


Keadaan umum

: baik

Tingkat kesadaran

: compos mentis

Tanda-tanda vital

: TD: 190/100 mmHg, Nadi: 74x/m, RR: 20x/m,


Suhu : 36,5 C, TB : 149 cm, BB, 37 kg

PENGKAJIAN PERSISTEM
B1/pernapasan

Bentuk dada

: simetris

Sekeresi dan batuk

: tidak ada batuk

Pola napas

: RR: 20x/m, reguler

Bunyi napas

: vesikuler

Pergerakan dada

: normal

Tractil fremitis

: tidak ada

Alat bantu pernapasan

: klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan

B2/Kardiovaskuler

Nadi

Bunyi janting

: normal

: 74x/m, reguler dan kuat

Letak jantung

: ictus cordis teraba pada interkosta ke-lima kira-kira


satu jari medial dari garis midclviucla

Pembesaran jantung

: ada

Nyeri dada

: tidak ada

Oedeme

: tidak ada

Clubbing finger

: tidak ada

B3/ persarafan
Tingkat kesadaran

: compos mentis

GCS

: 15, eye: 4, verbal:5, motorik: 6

Reflek

: normal

Koordinasi gerak

: Klien mampu mengkoordinasikan gerak

Kejang

: tidak ada

Penginderaan (persepsi sensori)


1.

Mata

Bentuk

: normal

Visus

:-

Pupil

: isokor

Gerak bola mata

: menyempit

Medan penglihatan

: menyempit

Buta warna

Tekanan Intra Okuler : tidak

2.

Hidung

Bentuk

: normal

Gagguan penciuman

: tidak ada

3.

Telinga

Aurikel

Membaran timpani

Ottorhochea

Gangguan pendengaran: ada

Tinitus

4.

Perasa

: normal

5.

Peraba

: normal

B4/perkemihan

: tidak ada

: normal
: keruh
: tidak ada
: ada

Masalah kandung kemih : Tidak terjadi nyeri saat BAK, tidak ada distensi

suprapubik , BAK lancar , tidak terjadi infeksi, tidak terjadi terjadi inkontinensia urine.

Produksi urin

: volume BAK 400 ml / hari

Frekuensi BAK

Warna

: kuning

Bau

:amoniak

: 3 4 x/hari

B5/eliminasi alvi
1.

Mulut dan tenggorokan

Mulut

: mukosa lembab

Lidah

: normal

Kebersihan rongga muluat : tidak berbau, gigi bersih, tidak ompong,

Tengorokan

: tidak ada keluhan

Abdomen

: dintensi

Pembesaran hepar

: tidak ada

Pembesaran lien

: tidak ada

Asites

2.

Masalah usus dan rektum

BAB

: 3 hari sekali baru BAB, perut terasa penuh

Obat pencahar

Lavamen

: tidak ada

B6/Otot/tulang/integumen
1.

Otot-tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai : bebas

Kemampuan kekuatan otot :

Fraktur

: tidak ada

Dislokasi

: tidak ada

Hematoma

2.

Integumen

Warna kulit

Turgor

Tulang belakang

: tidak ada
: sawo matang
: tidak elastis
: kiposis

REPRODUKSI
Payudara

Bentuk

: simetris

Benjolan

: tidak ada

Kelamin

Bentuk

: normal

Keputihan

: tidak ada

Siklus haid

: klien sudah menopause

ENDOKRIN

Faktor alergi

: tidak ada

Manifestasi

:-

Cara mengatasi

:-

Kelainan endokrin

: tidak ada

PENGETAHUAN KLIEN TENTANG KESEHATAN DIRINYA


Klien tahu bahwa dirinya sakit hipertensi dan rematik, tapi klien menganggap sakitnya
itu adalah sakit orang sudah tua.

ANALISA DATA
No
1.

Data

Penyebab

DS :
1.

Klien mengatakan 2 hari ini

Masalah

Pemenuhan

Gangguan

kebutuhan gizi

Bowel Eliminasi

tidak bias BAB.

tidak

( BAB )

2.

seimbang.

Klien mengatakan tidak suka

makan sayur dan hanya minum


air putih sebanyak 3 gelas.
DO :
1.

Klien hanya makan nasi dan

sedikit sayur mayur.


2.

Bising usus 3 x /menit

3.

Perkusi

abdomen

hypertimpani.

No.

Dx. Kep.

RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan
Intervensi

Rasional

1.

Gangguan

Setelah dilakukan

1. Kaji pengetahuan

1.

Bowel

Intervensi

klien mengenai

tingkat pengetahuan

Eliminasi

keperawatan dalam

pemahaman tentang

klien tentang

( BAB ) b.d

waktu 2 X 24 jam

nutrisi.

nutrisinya.

Pemenuhan

klien dapat BAB

kebutuhan

secara normal.

2.

2.

gizi tidak

Kriteria hasil :

makan sayur dan

merupakan makanan

seimbang.

1. Klien

buah.

yang yang tinggi serat

Anjurkan klien

Untuk mengetahui

Sayur dan buah

mendapatkan nutrisi

sehingga dapat

yang cukup dengan

membantu melancarnak

gizi yang seimbang.

n pencernaan.

2. Klien dapat BAB


dengan lancer

3.

maksimal dalam

3. klien untuk

waktu 2 X 24 jam .

meningkatkan intake

Untuk membantu

melunakan feses.

cairan 1500 cc yang


dipenuhi secara
bertahap.
4.
4. Anjurkan klien

Untuk mengurasi

kembung/ distensi.

untuk makan makanan


yang tidak bergas.
5.

Untuk mengetahui

5. Lakukan auskultasi

keefektifan rencana

bising usus.

sebelumnya.

IMPLEMENTASI

Dx.
Kep.

No.
1. 1
.

Implementasi

Evaluasi

1. Mengkaji pengetahuan klien mengenai


pemahaman tentang nutrisi. Hasil: yang saya
tahu saya harus makan makanan yang sedikit
garam agar tensi saya tidak naik.

S: Saya sudah dapat BAB


dengan lancar, minum sebanyak 5
gelas / hari, mau mencoba
mengkonsumsi sayuran dan buahbuahan.

2. Menganjurkan klien makan sayur dan


buah. Hasil: saya akan mencoba makan
sayur
3. Menganjurkan klien untuk meningkatkan
intake cairan 1500 cc yang dipenuhi secara
bertahap. Hasil: nanti saya akan mencoba
minum yang banyak.
4. Menganjurkan klien untuk makan makanan

O:
Bising usus 10x / menit.
Makan dengan lauk pauk dan
sayuran.
Perkusi abdomen tympani.
A:Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

yang tidak bergas. Hasil: saya akan


mengurangi makan singkong
5. Melakukan auskultasi bising usus. Hasil:
bising usus 5x/m
BAB III
PENUTUP
I.

KESIMPULAN

Pada lansia sistem gastrointestinal mengalami perubahan seperti kehilangan gigi, indra
pengecap yang mengalami penurunan fungsi, rasa lapar yang menurun, peristaltic yang
menurun dan lain-lain. Sehingga pada lansia pola eliminasi urine dan fekal mengalami
perubahan dimana perawat harus mampu membantu lansia dalam menghadapi
perubahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Asfawan. M, Dkk. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Lanjut Usia).
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Prakarsa
Lueckenofte, 1998. Pedoman Praktis Pengkajian Gerontologi Edisi 2. Jakarta: EGC
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Watson, R. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC
Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Vous aimerez peut-être aussi