Vous êtes sur la page 1sur 14

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

Endometriosis
Diajukan untuk memenuhi tugas Sistem Reproduksi 2
Dosen pembimbing : Mukhoirotin, S.Kep, Ns. M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Fatin Furoidah

(7312002)

Husnul Khotimah

(7312004)

M. Iwan Budi R.

(73120XX)

M. Sulton Iqbal

(73120XX)

Musdalifah

(7312029)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
Jl. Rejoso Kompleks Ponpes Darul Ulum Peterongan Jombang
Tahun Ajaran 2014-2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah asuhan keperawatan, yang berjudul
Endometriosis. Penyusunan makalah asuhan keperawatan ini merupakan salah satu
tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Reproduksi 2 di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang.
Dalam Penyusunan makalah asuhan keperawatan ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak penulis harapkan, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
a. Mukhoirotin, S.Kep, Ns., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Sistem
Reproduksi 2.
b. Rekan-rekan S1 Keperawatan Semester 6.
c. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya dalam memajukan pendidikan. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, amin.

Jombang, 30 Maret 2015

Penyusun,

DAFTAR ISI

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................i


KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang.............................................................................................. 1

1.2

Tujuan Penulisan............................................................................................ 1

BAB II..................................................................................................................... 3
1.1

Pengertian.................................................................................................... 3

1.2

Etiologi........................................................................................................ 4

1.3

Patofisiologi.................................................................................................. 4

1.4

Manifestasi Klinik.......................................................................................... 6

1.5

Faktor Resiko................................................................................................ 7

1.6

Pemeriksaan Penunjang.................................................................................... 7

1.7

Penatalaksanaan............................................................................................. 8

1.8

PNP............................................................................................................ 9

BAB III.................................................................................................................. 10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma,
terdapat di dalam endometrium mataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium
terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada di luar uterus disebut
endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik,
ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara
klinis lebih banyak persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan
pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada
wanita yang lebih muda dan yang infertile. (Sarwono, 2007)
Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita yang
mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium,
ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum
rotundum, tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal (serviks, vagina,
vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe).
Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau
kista yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka
tersebut berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat
berkisar dari luka kecil dari 10 cm.

1.2

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
endometriosis.
Tujuan Khusus :
1. Mengkaji data pasien serta menganalisisnya
2. Menegakkan diagnosa keperawatan dan menentukan prioritas masalah klien
1

3. Menyusun rencana tindakan pada klien endometriosis


4. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien endometriosis
5. Mengevaluasi hasil tindakan

BAB II
PEMBAHASAN

1.1

Pengertian

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan


dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa
tumbuh di ovarium, tuba falopi, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis. (Scott, R James, dkk. 2002)

Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan selsel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus.
(Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002)

Endometriosis

adalah

suatu

penyakit

dimana

bercak-bercak

jaringan

endometrium tumbuh di luar Rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium


hanya ditemukan di dalam lapisan Rahim.

Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ
perut. Endometium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur)
dan ligament penyokong rahim.

Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar,
ureter (saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih,
vagina, jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan
endometrium tumbuh di dalam paru-paru.

Endometiosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama
(ibu, anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan resiko

terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama


kali pada usia diatas 30 tahun dan kulit putih.

Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10-15% wanita subur yang berusia 25-44
tahun, 25-50% wanita mandul dan bisa juga terjadi pada usia remaja.

Endometriosis yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena menghalangi


jalannya sel telur dari ovarium ke rahim.

1.2

Etiologi

Penyebab endometriosis tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mencoba


menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa teori, antara lain:
a. Teori Implantasi dan Regurgitasi.
Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri
melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis di
luar pelvis.
b. Teori Metaplasia.
Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah
menjadi endometrium.
Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada
epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum dari
ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama.
c. Teori Hormonal.
Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis.
Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis. Pemberian
steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang sudah lama
dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari
kadar estrogen di dalam tubuh.
d. Teori Imunologik.
Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan permukaan
ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis dengan mesotel.
Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun
4

karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat familiar,
menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan, menunjukkan aktivitas sel Bpoliklonal.

1.3

Patofisiologi

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut.

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi


sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi
estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium.
Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini
akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan


mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
pertumbuhan

sel-sel

abnormal

meningkat

seiring

dengan

peningkatan

perkembangbiakan sel abnormal.

Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen


endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii
menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
menuju ke bagian tubuh lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi


siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih
rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan


menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis.
Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah
permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan
hubungan seks.

Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.

1.4

Manifestasi Klinik
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila
datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau
berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala
endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bisa
menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit
korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :
a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenore)
Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang
semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti
tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang

endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Jika kista endometriumnya
besar dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan peritoneum usus,
keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan
intensitas yang berbeda-beda.
b. Dispareunia
Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum douglasi.
c. Nyeri pada saat defekasi
Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena
adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)
Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian
luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu. Menstruasi tidak teratur terdapat pada
60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi,
perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi
yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah.
e. Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita
dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan
infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena
fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik
khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis
ringan benda-benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas
dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan
terfiksasi.

1.5

Faktor Resiko

Faktor-faktor resiko untuk endometriosis :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Nuliparitas
Infertilitas
Wanita usia produktif ( 15 44 tahun )
Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
Menstruasi yang lama (>7 hari)
Spotting sebelum menstruasi
Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
7

j. Terpapar Toksin dari lingkungan


Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.

1.6

Pemeriksaan Penunjang
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
a. Laparoskopi

Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang
akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi.
Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna
kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk
mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara
radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien
dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan
diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang dicurigai endometriosis,
kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi
Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis,
kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan
USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang
spesifik untuk endometriosis.
c. MRI
MRI tidak menawarkan pemeriksaan yang lebih superior dibandingkan dengan
USG. MRI dapat digunakan untuk melihat kista, massa ekstraperitoneal, adanya
invasi ke usus dan septum rektovagina.
d. Pemeriksaan serum CA 125
Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium.
Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan
inin mempunyai nilai sensitifitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkatkan
pada keadaan infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125
dapat digunakan sebagai monitor prognostic pascaoperatif endometriosis bila

nilainya tinggi berarti prognostic kekambuhannya tinggi. BIla didapati CA 125>65


mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.

1.7

Penatalaksanaan
Pengobatannya bergantung pada gejala-gejala pasien, keinginan untuk hamil, dan
keparahan penyakit. Jika pasien tidak menunjukkan gejala, obbservasi setiap 6 bulan
adalah semua yang diperlukan. Terapi lainnya untuk beragam tingkatan gejala
mencakup paliasi, terapi hormone, atau pembedahan.
a. Tindakan pliatif
Tindakan ini mencakup medikasi (analgestik, inhibitor prostaglandin) dan
kehamilan, yang menghilangkan gejala karena tidak adanya menstruasi selama
gestasi.
b. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan
hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan
atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang
berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan
endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis
yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta
mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa
nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone

yang

secara

langsung

dapat

menyebabkan

atrofi

jaringan

endomeetriosis.
c. Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat
menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini ,
pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan.
Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya
pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang
endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang
sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula
dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil

pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka


pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak
dianjurkan.
d. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

1.8

PNP

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

11

Vous aimerez peut-être aussi