Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 5:
1)
2)
3)
4)
UMI KALSUM
AHMAD PRIYANI
SITI RAHMAH
EDI DARMA PURBA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi
berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita
penyakit ini. Bagi individu berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai 47,2%.
Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang
semakin bertambah banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga
menjadi epidemi di Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per
tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan
laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama
dibandingkan laki-laki.
Penyakit Alzheimer atau demensia senil dari tipe Alzheimer merupakan penyakit
kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak dan diketahui
mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. Penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang paling ditakutkan pada masa modern, karena
penyakit ini merupakan bencana besar yang terjadi pada pasien dan keluarganya,
dimana pengalaman pasien yang mengalaminya merupakan akhir yang tak ada
habisnya sampai kematian tiba.
B.Tujuan
a. Tujuan umum
````Memenuhi tugas Student dari dosen pembimbing dan untuk mengetahui secara
garis besar gangguan pada sistem Persyarafan dan asuhan keperawatananya
b. Tujuan khusus
1. Meningkatakan pengetahuan dan wawasan mengenai konsep dasar penyakit
Alzheimer, yang meliputi Etiologi, Manifestasi klinis, Patofisiologi (Pathway),
komplikasi, penatalaksanaan medis dan pemeriksaan dignostiknya.
D. Sistematika penyusunan
Penyusunan makalah ini terdiri atas empat (IV) bab yang disusun secara
sistematis meliputi :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan umum, tujuan
khusus, sistematika penyusunan dan ruang lingkup penyusunan
BAB II : Pembahasan yang terdiri atas konsep dasar penyakit Alzheimer,
meliputi etiologi, manifestasi klinis, pathway, komplikasi, penatalaksanaan medis dan
pemeriksaan diagnostik
BAB III : Asuhan Keperawatan yang terdiri atas Pengkajian, Diagnosa,
Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
BAB IV: Tinjauan kasus
BAB V : Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran
BAB II
LANDASAN TEORITIS MEDIS
1. Pengertian Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan
degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk
merawat diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya
ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan Medikal Bedah :
jilid 1 hal 1003).
Alzheimer merupakan penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan
menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.
Penyakit Alzheimer ditandai dengan hilangnya ingatan dan fungsi kognitif secara progresif
(Arif Mutaqqin, 2008).
lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah banyak. Insiden
kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden
alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan lakilaki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan lakilaki.
3. Anatomi Fisiologi
6. Pariental lobe terletak di bagian atas otak yang berfungsi untuk merasakan sensai pada
tubuh seperti sentuhan, temperatur dan rasa sakit.
7. Temporal lobe berfungsi untuk memproses suara yang masuk dan juga daya ingat.
8. Left hemisphere (hemisfer kiri) atau lebih di kenal dengan otak kiri berfungsi untuk
berhitung, analisa dan bahasa.
9. Right hemisphere (otak kanan) berfungsi untuk menghayalkan pikiran-pikiran.
4. Penyebab/Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif
dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau
asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut
mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler,
kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein
abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut
terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh
adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi
radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit
alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor nongenetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus
factor genetika.
5. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada
penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak
berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein
besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada
korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
PATHWAY
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
6. Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak menyadari secara
pasti kapan timbulnya penyakit.erjadi pada usia 40-90 tahun.
Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.
Tidak ada gangguan kesadaran.
Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.
Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan kelenjar tiroid.
(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :
Kehilangan daya ingat/memori, terutama memori jangka pendek.
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah
tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga
lupa bahwa orang itu adalah tetangganya.
Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa.
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan
makanan.
Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi
penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata
dengan kata yang tidak biasa.
Disorientasi waktu dan tempat
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita Alzheimer
dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu
bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau
sebaliknya
Salah menempatkan barang
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita
Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada
kotak gula.
Perubahan tingkah laku.
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer dapat
berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.
Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga,
mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori
menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.
Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat
pada hobi yang selama ini ditekuninya (Yulfran, 2009).
a.
1)
2)
1)
2)
3)
4)
5)
b.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai berikut:
Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan :
atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal,
sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :
Neurofibrillary tangles (NFT): Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamenfilamen abnormal yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT
berkolerasi dengan beratnya demensia.
Senile plaque (SP): Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve
ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia.
Amiloid prekusor protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21.
Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks
piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik,
korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas
Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi
(NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit
alzheimer.
Degenerasi neuron: Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada
penyakit alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan
pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus,
amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra.
Kematian sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel
noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis,
nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron
kolinergik yang berdegenerasi pada lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit
alzheimer.
Perubahan vakuoler: Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat
menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT
dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula.
Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum
dan batang otak
Lewy body: Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada
enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks
frontalis, temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan
immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran histopatologi
penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan variant dari penyakit
alzheimer.
Pemeriksaan Neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa
bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,
perhatian dan pengertian berbahasa.
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting karena :
1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui bila terjadi
perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
2) Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan kelainan kognitif
pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor
metabolik, dan gangguan psikiatri
3) Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia
karena berbagai penyebab.
c.
d. MRI
Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn pada
ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan
kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya
atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii.
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan penyebab
lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
e.
EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatka perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
f.
g.
Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti
pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat,
serologi sifilis, skrining antibody yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)
8. Tindakan Penanganan/Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
a. Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase
yang bekerja secara sentral
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin
(Razadyne), & rivastigmin
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian
berlangsung
ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan penderita Alzheimer,
mual & muntah, bradikardi, HCl, dan nafsu makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym
yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal
pada nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode
yang sama.
3) Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik.
Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada
penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin: Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal.
Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu
Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian oral Haloperiodol 1-5
mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut.
Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti depresant (amitryptiline 25100 mg/hari)
6) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan
enzym ALC transferase.
Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif (Yulfran, 2009)
9. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu: usia
lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat,
rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan
penggunaan terapi sulih hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan
hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di
antaranya yaitu :
a. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun
mengkonsumsi alkohol.
b. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar
mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini
yang merusak sel-sel tubuh.
c. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang terdengar.
Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri
dengan berbagai pengetahuan.
10. Prognosis
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita
prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu :
Alzheimer
menunjukkan
a.
b.
c.
bahwa
nilai
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi
prognostik penderita alzheimer.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun
sesudah diagnosis. Biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
11. Komplikasi
a.
Infeksi
b.
Malnutrisi
c.
Kematian
BAB III
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan,
golongan darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah diderita pasien, baik penyakit
yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya penyakit Alzheimer, maupun yang tidak.
Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien saat ini, dalam kasus ini
penyakit Alzheimer.Riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya penyakit Alzheimer
maupun yang tidak.
c. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan
untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa
yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
d. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan
factor predisposisi).
e. Pengkajian psikososial
1) Sosialisasi lansia pada saat sekarang.
Pada umumnya lansia dengan alzheimer memiliki sosialisasi yang menurun dikarenakan
fungsi kognitif yang melemah dan memunculkan prilaku, tanda-tanda tidak menyenangkan
dalam sosialisasi.
2) Sikap pada orang lain
Sikap lansia dengan alzheimer biasanya berubah menjadi buruk, gangguan kognitif, binggung
serta mengingat menyebabkan sikap curiga, bermusuhan dan prilaku tidak tepat yang lebih
sering.
3) Harapan dalam melakukan sosialisasi
f. Masalah emosional/ Integritas ego dengan Deppresion Scale
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini
bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra
tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan
kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , sering
khawatir, menunjukakan kegelisahan, kecendrungan mengurung diri, menyatakan banyak
pikiran atau ada masalah keluarga.
g. Pengkajian spiritual
1) Kegiatan keagamaan, mungkin akan terlihat berubah pada lansia. Lansia akan cenderung
mendalami spiritual keagamaannya, namun terkadang berlebihan karena terjadinya
disorientasi waktu.
2) Konsep/keyakinan klien tentang kematiann.
Lansia umumnya cenderung pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan tentang
kematiannya.
3) Harapan klien
h. Pengkajian Fungsional lansia dengan Indeks Katz atau Modifikasi Dari Barthel
Indeks.penhgkajian uini berfungsi menilai kemampuan lansia dalam melakukan
ADL
1) Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.
2) Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam
pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/
kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan (mungkin
mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).
3) Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang,
kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk
buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada
waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya
dimeja, makan, menggunakan alat makan.
i. Status mental dengan SPSMQ dan MMSE
SPSMQ
No
Pertanyaan
1
Tanggal berapa sekarang?
2
Hari apa sekarang ?
3
Apa nama tempat ini?
4
Alamat anda
5
Berapa umur anda
6
Kapan anda lahir (minimal tahun)
Benar
Salah
7
8
9
10
Kesimpulan :
Salah 0-3
Salah 4-5
Salah 6-8
Salah 9-10
Pada klien dengan Alzheimer biasanya memiliki hasil SPSMQ dari kerusakan intelektual
ringan hingga kerusakan intelektual berat, tergantung keparahan kerusakan otak.
N
o
Nilai
maksimal
Aspek
kognitif
klien
Orientasi
Orientasi
Registrasi
Perhatian
dan
kalkulasi
Mengingat
Bahasa
Nilai
klien
Kriteria
Menyebutkan
dengan
benar:
tahun/musim/tanggal/hari/bulan
Dimana anda sekarang?
Negara
Indo/provinsi/kota/panti
werda/wisma
Sebutkan 3 objek (oleh pemeriksa)
1detik utk mengatakan masing2 objek,
kemudian tanyakan kepada klien ketiga
objek tadi (utk disebutkan)
Minta klien utk memulai dari angka 100
kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali (93,
86,79,72,65)
Minta klien utk mengulangi ketiga objek
pada no 2 (registrasi) tadi, bila benar 1
point utk masing2 objek
Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien (misal jam
tangan atau pensil)
Minta kepada klien utk mengulang kata
berikut tdk ada, jika, dan, atau,tetapi
bila benar nilai 2 point. Bila pertanyaan
benar 2-3 buah, misal : tidak ada, tetapi
maka nilai 1 point.
Minta klien utk mengikuti perintah
berikut yg tdd 3 langkah: ambil kertas
di tangan anda, lipat dua dan taruh di
lantai
Ambil kertas
Lipat dua
Taruh di lantai
Perintahkan pada klien utk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
point).
Tutup mata anda
Perintahkan pada klien utk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar.
Tulis satu kalimant
Menyalin gambar
Total nilai
Kesimpulan MMSE:
> 23
: aspek koqnitif dari fungsi mental baik
18-22
: kerusakan aspek fungsi mental ringan
17
: terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Gejala : Pengingkayan terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadangkadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan,
mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat).
Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan
adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung
secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat
sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata
yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan
substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.
Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan
motorik halus).
j. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi
atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
k. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan
individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
a.
1)
2)
3)
4)
b.
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan
degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital,
meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan
B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan
atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif,
peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot Bantu nafas.
Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan
pada klien dengan inaktivitas.
B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada
pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
c.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan
pengkajian pada sistem lainnya.
1) Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran:Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung
pada perubahan status kognitif klien.
Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi penciuman
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan keadaan usia
lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan ketajaman penglihatan
Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis serta
penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan perubahan
status kognitif
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi dan
indera pengecapan normal
c) Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada
fungsi motorik secara umum.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration neuron iriversibel
Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi memori.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan deficit kognitif.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iskemia lobus temporal atau frontal
sekunder akibat penyakit Alzheimer.
Kerusakan interaksi social berhubungan dengan hambatan komunikasi sekunder akibat
penyakit mental kronis.
Perubahan pola tidur berhubungan dengan Perubahan lingkungan, tekanan psikologis,
kerusakan neurologis, perubahan aktivitas
Inkontinensia berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis / tonus otot.
Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
kemampuan ADL, faktor psikologis.
Kurang pengetahuan klien dan keluarga berhubungan dengan keterbatasan kognitif, daya
ingat.
Rencana Keperawatan
No
1
Diagnosa keperawatan
Perubahan proses pikir
berhubungan dengan
degeneration neuron
iriversibel.
Intervensi
Rasional
Klien mampu
menginterpretasikan
stimulus sedikit demi
sedikit
Klien mampu
mengakomodasikan
sedikit demi sedikit
suatu ide/perintah
Klien
mampu mengenali
orang-orang
terdekatnya, seperti
nama keluarganya.
Klien
mampu mengenali
tempat-tempat
disekitarnya, seperti
alamat rumah.
Klien
mampu mengenali
Mandiri
i.
Kaji derajat gangguan
kognitif, seperti perubahan
orientasi terhadap orang,
tempat waktu, rentang
perhatian dan kemampuan
berpikir
ii.
Pertahankan
lingkungan yang
menyenangkan dan tenang.
iii.
Lakukan pendekatan
dengan cara perlahan dan
tenang.
iv.
Tatap wajah ketika
bercakap-cakap dengan
pasien
v.
Ajarkan klien dalam
mengingat tempat, dan
bendan. Gunakan kata-kata
yang pendek dan kalimat
yang sederhana dan berikan
instruksi sederhana. Ulangi
instruksi tersebut sesuai
dengan kebutuhan.
vi.
Ajarkan dan
libatkan keluarga dalam
Mandiri
1. Memberikan dasar untuk
evaluasi/perbandingan yang akan
datang dan mempengaruhi pilihan
terhadap intervensi.
perawatan klien
Kolaborasi
1. Antisiklotik, seperti
halopiridol (Haldol) ;
tioridazin (Mallril)
2. Vasodilator, seperti
siklandelat (Cyclospasmol)
Risiko cedera
berhubungan dengan
kerusakan fungsi
memori.
Klien dapat
meningkatkan tingkat
aktivitas
Klien dapat
beradaptasi dengan
lingkungan
Mandiri
Mandiri
1.
Awasi klien secara ketat 1.
Untuk mengkaji keamanan klien.
selama beberapa malam
pertama.
2.
Anjurkan individu untuk 2.
Untuk menghindarkan risiko
meminta bantuan selama
cedera akbat suasana gelap.
malam hari.
3.
Singkirkan benda-benda 3.
Untuk menghindari risiko
berbahaya dari klien.
cedera/terpapar benda-benda
berbahaya.
4.
Pasang pegangan tangan 4.
Untuk menghindari terpleset di
di kamar mandi.
kamar mandi.
5.
Untuk memudahkan klien
5.
Pertimbangkan
menginstruksikan
keadaan bahaya
penggunaan sistem alarm.
pada dirinya.
klien tampak
bersih dan segar
Mandiri
1.
Identifikasi kesulitan
berpakaian/perawatan diri,
seperti keterbatasan fisik;
apatis/depresi atau
temperatur ruangan.
2.
Identifikasi kebutuhan
akan kebersihan diri dan
berikan bantuan sesuai
kebutuhan dengan
perawatan
rambut/kuku/kulit,
bersihkan kacamata dan
gosok gigi.
3.
Gabungkan kegiatan
sehari-hari kedalam jadwal
aktivitas jika mungkin.
4.
Mandiri
1.
Memahami penyebab yang
mempengaruhi pilihan intervensi/
strategi
2.
Sesuai dengan perkembangan
penyakit, kebutuhan akan kebersihan
dasar mungkin dilupakan.
3.
Mempertahankan kebutuhan
rutin dapat mencegah kebingungan
yang semakin memburuk dan
meningkatkan partisipasi pasien.
4.
Membantu dalam
mengantisipasi dan merencanakan
pertemuan kebutuhan individual.
6.
Kaji kemampuan
komnikasi untuk BAK.
Kemampuan menggunakan
urinal pispot. Antarkan ke
kamar mandi bila kondisi
memungkinkan .
7.
Identifikasi kebiasaan
BAB . anjurkan minum dan
meningkatkan aktivitas.
8.
Berikan informasi
kepada klien dan keluarga
mengenai
pentingnya kebutuhan akan
kebersihan diri
Kerusakan komunikasi
verbal berhubungan
dengan iskemia lobus
temporal atau frontal
sekunder akibat
penyakit Alzheimer.
Membuat
teknik/metode
Kolaborasi :
1.
Pemberian suppositoria
dan pelumas faeces /
pencahar.
2.
Konsul ke dokter terapi
okupasi.
Mandiri
1.
Kaji kemampuan klien
untuk berkomunikasi.
2.
Menentukan cara-cara
berkomunikasi seperti
mempertahankan kontak
mata, pertanyaan dengan
Mandiri
1.
Untuk menentukan tingkat
kemampuan klien dalam
berkomunikasi.
2.
Untuk membantu proses
berkomunikasi dengan klien, dan
agar tidak terjadi miskomunikasi.
3.
Untuk memudahkan klien
dalam memanggil perawat saat
membutuhkan bantuan.
4.
Memberikan terapi bicara pada
klien.
Kerusakan interaksi
sosial berhubungan
dengan hambatan
komunikasi sekunder
akibat penyakit mental
kronis.
klien mampu
berinteraksi dengan
orang disekitarnya
dengan baik.
Mandiri
1.
Beri individu hubungan
suportif.
2.
Bantu mengidentifikasi
alternative tindakan.
3.
Bantu menganalisis
pendekatan yang berfungsi
paling baik.
4.
Gunakan pertanyaan dan
observasi untuk mendorong
individu dengan
keterbatasan keterampilan
interaksi
5.
Bantu anggota keluarga
dalam memahami dan
memberi dukungan.
Mandiri
1.
Agar individu terstimulasi untuk
melakukan interaksi social.
2.
Agar klien mampu
mengidentifikasi tindakan yang baik.
3.
Agar klien mampu melakukan
interaksi dengan orang lain dengan
baik.
4.
Untuk merangsang klien untuk
menjawab pertanyaan perawat secara
tidak langsung menstimulasi klien
untuk berinteraksi.
5.
Dukungan keluarga sangat
membantu dalam melakukan
interaksi social.
Rasional :
1. Hambatan kortikal pada
informasi reticular akan
berkurang selama tidur,
meningkatkan respons otomatik,
karenanya respons kardiovaskular
terhadap suara meningkat selama
tidur
2. Aktivitas fisik dan mental yang
lama mengakibatkan kelelahan
yang dapat meningkatkan
kebingungan , aktivitas yang
terprogram tanpa stimulasi
berlebihan meningkatkan waktu
tidur.
3. Meningkatkan relaksasi dengan
perasaan mengantuk
Kolaborasi :
1.
Berikan obat sesuai
indikasi :
- Antidepresi, seperti
;amitriptilin (elavil),
doksepin (senequan),
trasolon (desyrel)
- Oksazepam (serax),
triazolam (halcion)
2.
Hindari penggunaan
difenhidramin (benadryl)
Inkontinensia b.d
kehilangan fungsi
neurologis/ tonus otot
Anjurkan minum
adekuat selama siang hari
(minimal 2 liter sesuai
toleransi), batasi minum
saat menjelang malam
dan waktu tidur
4.
5.
Rasional :
1. Meningkatkan
orientasi/penemuan kamar mandi
dan mencegah cedera
Risiko perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
perubahan diet/
pemasukan makanan
menurun
Mandiri :
1. Kaji pengetahuan
klien/keluarga mengenai
kebutuhan makan
2. Usahakan/ berikan bantuan
dalam memilih menu
3. Berikan makanan kecil
setiap jam sesuai
kebutuhan
4. Hindari makanan yang
terlalu panas
Kolaborasi :
1.
Rujuk atau konsultasikan
dengan ahli gizi
Rasional :
1. Identifikasi kebutuhan untuk
membantu perencanaan
pendidikan
2. Klien tidak mampu menentukan
pilihan kebutuhan nutrisi
3. Makan makanan kecil
meningkatkan masukan yang
sesuai
4. Makan panas mengakibatkan
mulut terbakar atau menolak
untuk makan
Rasional :
1. Bantuan diperlukan untuk
mengembangkan keseimbangan
diet dan menemukan kebutuhan /
makan yang disukai
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Ny D, 75 tahun dirawat di RS Sari mutiara dengan keluhan utama sendi-sendi tangan dan jari terasa linulinu, demikian juga panggul, pinggang dan kaki terasa sakit dan terasa tidak kuat untuk berdiri lama dan
bekerja seperti mencuci baju/peralatan makan dan menyapu terasa mudah lelah. Kondisi klien selama
dirawat adalah juga klien sudah kehilangan daya ingat (pikun), perhatian menurun, perilaku sosial yang
menyerupai anak-anak, gelisah dan mood klien yang cepat berubah dari sedih menjadi gembira.
4.1
TD
HR
RR
T
: 180/90 mmHg
: 75x/menit
: 20x/menit
: 36 c
PENGKAJIAN
Biodata
Tgl. Pengkajian
: 1 September 2014
Nama
: Ny. D
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
:75 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
Status Perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Keluhan Utama
Keluhan utama kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa. Kondisi klien selama dirawat adalah juga
klien sudah kehilangan daya ingat (pikun), perhatian menurun, perilaku sosial yang menyerupai anakanak, gelisah dan mood klien yang cepat berubah dari sedih menjadi gembira.
Klien mengatakan kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa.kondisi klien selama dirawat sudah
kehilangan daya ingat (pikun),perhatian menurun,perilaku sosial yang menyerupai anak-anak,gelisah dan
mood klien yang cepat berubah dari sedih menjadi gembira.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan adanya penyakit hipertensi.
Riwayat /Keadaan Psikososial
Bahasa yang digunakan
Daya adaptasi
Aktifitas istirahat
Merasa lelah
Siang/malam: gelisah, tidak berdaya
Sirkulasi
Klien memiliki riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik, hipertensi
Eliminasi:
Hiygene
Ny. D terlihat tidak rapi dan pembersihan buruk, rambut kurang bersih dan sudah berwarna putih/uban,
kuku tangan kotor tapi dipotong pendek, pakaian dan tempat tidur tampak bersih. Kebiasaan mandi 1 kali
sehari karena lupa untuk ke kamar mandi. Kebiasaan mencuci rambut sekali seminggu dengan
menggunakan shampoo terkadang saja bila ada, dan lebih sering sabun mandi dipakai untuk mencuci
rambut sekaligus.
Interaksi sosial :
Perilaku sosial menyerupai anak-anak
Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut putih, tipis, dan mudah rontok. Pada kulit kepala tidak terdapat lesi/benjolan.
Tidak tampak oedema pada palpebrae. Sclera tampak putih kekuningan (agak keruh), conjunctiva
merah muda, pupil isokor dan ada refleks terhadap cahaya. Mata sebelah kanan visusnya 6/300
yaitu hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter. Rongga hidung tidak ada polip/benda
asing, tidak ada peradangan mukosa hidung, letak septum dibagian tengah. Daun telinga tampak
bersih, sedang pendengaran kurang. Mengenai gigi, hanya tertinggal 3 buah (1 di bawah, 1 di
tidak ada.
Dada dan Punggung : dada/punggung tampak berbentuk kiposis (bungkuk), tapi tidak ada
dyspnea, getaran dinding dada sama saat palpasi, perkusi terdengar sonor, dan auskultasi
terdengar vesikuler pada lapang paru, terdapat suara ronchi nada rendah. Inspeksi pada dinding
dada terlihat ictus cordis pada ICS 5, perkusi jantung terdengar pekak, sedangkan auskultasi
diperkusi tersebut.
Ekstremitas Atas dan Bawah : Tidak ditemukan kelumpuhan ekstremitas, patah tulang tidak ada,
kulit keriput, tidak ada pembengkakan/edema. Ny. D berjalan tampak sempoyongan dengan
menggunakan tongkat.
Sistem Immune : Tidak dapat terkaji secara jelas karena butuh pemeriksaan khusus tapi menurut
ANALISA DATA
No
Symptom
Etiologi
.
1.
DS :
Perubahan
Problem
dalam
lama
dan
makan
menyapu
terasa
mudah lelah.
DO :
lemah
Vital sign TD 180/90,
HR
75x/menit,
RR
20x/menit, T 38,5oC.
2.
DS :
mudah lelah.
Os mengatakan sendisendi tangan dan jari
terasa linu
terkoordinasi
DO :
3.
jari kaku.
Os kelihatan binggung
DS :
neuron
ireversibel)
dengan
hilang
memori
ditandai
ingatan
atau
Os kelihatan
kebingugan
4.
DS :
Os mengatakan tidak
bisa tidur dan tidak
menentukan
kebutuhan/waktu tidur
DO :
5.
Os kelihatan gelisah
DS :
Os mengatakan
kebiasaan mandi 1x
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
Dx.Keperawatan
.
1.
Sindrom
stress
KH
INTERVENSI
mampu
RASIONAL
Tempatkan pada
IMPLEMENTAS
EVALUASI
Perawatan
I
JAM 08.00 WIB
S:
relokasi
beradaptasi
ruangan pribadi
dirumah sakit
Mengatur jadwal
klien
berhubungan
pada
jika mungkin
mengubah
aktivitas klien
mengatakan
dengan
perubahan
dan bergabung
aktivitas rutin
secara rutin
cukup
perubahan dalam
lingkungan
dengan orang
pasien dan
aktivitas
dan
terdekat dalam
dapat
dan
kehidupan sehari-
aktivitas
aktivitas
menimbulkan
Menjelaskan
mampu
hari
kehidupan
perawatan
peningkatan
aktivitas klien
dalam
sehari-hari
mampu
waktu makan,
seterusnya.
Tentukan
masalah
ditandai
dengan
kebingungan,
keprihatinan,
menunjukk
gelisah,
tampak
an rentang
cemas,
mudah
perasaan
jadwal aktivitas
klien
masukkan
yang sesuai
tersinggung,
dalam kegiatan
dan rasa
takut yang
berkurang
tidak
menyimpan
dan
rutin
Berikan
penjelasan,infor
masi yang
menyenangkan
membaik
cukup
melakukan
tingkah laku
Konsistensi
memberikan
laku klien
aktivitas
jaminan dan
Berkurangny
mungkin
mengurangi
Memulai
kebingungan
kebingungan
melakukan
,dan gelisah
dan
aktivitas
meningkatkan
bertahap
rasa
secara A :
Tujuan
teratasi
pengalama
mengenai
kegiatan
Catat tingkah
yang
menggunca
laku,munculnya
ngkan
2.
Trauma
resiko
terhadap
cedera
berhubungan
dengan kesulitan
Tidak
rasa terkejut.
Stress
Pertahankan
perasaan
meningkat,rasa
curiga,mudah
tidak
tersingung.
Pertahankan
nyaman/nyeri
dalam keadaan
mencetuskan
tenang.
Beri dorongan
penurunan
Kaji derajat
P:
kondisi klien
dan
lanjutkan
intervensi
fisik kelelahan
tingkah laku
Menenangkan
situasi
Memberikan
keyakinan
Mengidentifika
Memanta
S:
klien
mengalami
gangguan
si risiko
trauma
Keluarga
kemampuan
Hilangkan/mini
pontensial di
lingkungan
Seseorang
potensial
cukup
di
membaik
dengan
lingkunga
dan cukup
gangguan
kuat dalam
keseimbangan,
mengenali
malkan sumber
kelemahan,
resiko
bahaya
otot
sebagian
kebersamaan
Menurunkan
tidak
potensial di
terkoordinasi.
lingkungan
dalam
lingkungan
Alihkan
kongnitif
risiko mengatakan
melakukan
dan
perhatian pasien
mengidenti
ketika perilaku
fikasi tahap
untuk
berbahaya
Berikan tanda
gangguan
Memberit
aktivitas
persepsi
Mempertahank
ahu
sehari-hari
kegiatan
O:
an keamanan
Memfasilitasi
yang
Otot-otot
mampu
terkoordinasi
untuk
A:
dilakukan
Tujuan
memperbai
untuk
kinya
mengidentifikas
keamanan
i klien
untuk kembali
jika hilang.
teratasi
P:
Pertahankan
kondisi klien
dan
lanjutkan
intervensi
3.
Perubahan proses
Mampu
Kaji derajat
Mengurangi
pikir
mengenali
gangguan
kecemasan dan
berhubungan
perubahan
kongnitif,seperti
dengan
dalam
perubahan
perubahan
berpikir/tin
fisiologis
gkah
laku
S:
Menyakin
klien
emosional
Kebisingan
kan dan
mengatakan
memberi
cukup
orientasi
merupakan
membaik
terhadap
sensori
sentuhan
Mengkaji
dan cukup
(degenerasi
dan faktor-
orang,tempat,w
berlebihan yang
tingkah
kuat dalam
neuron
faktor
aktu,kemampua
meningkatkan
laku dan
melakukan
ireversibel)
penyebab
n berpikir.
Pertahankan
gangguan
daya
aktivitas
neuron.
Menimbulkan
ingatan
sehari-hari
atau
O:
memori
Otot-otot
ditandai dengan
jika
hilang ingatan
memungki
lingkungan
atau memori,
nkan
Mampu
yang
perhatian,
menyenangkan
terutama
tidak mampu
memperlih
klien
menginterpretasi
atkan
dan tenang.
Tatap
wajah
penurunan
ketika berbicara
menilai realitas
tingkah
dengan akurat.
laku
dengan klien.
Panggil
klien
hilang konsentrsi,
yang
tidak
diinginkan.
gangguan
perceptual.
Nama
adalah
bentuk identitas
diri
namanya.
Gunakan suara
menimbulkan
rendah
terhadap realita
dan
berbicara
dan
pengenalan
agak
A:
Tujuan
dengan
yang
terkoordinasi
dan klien.
Meningkatkan
dengan perlahan
pemahaman.
pada klien.
Ucapan tinggi
dan keras
menimbulkan
lingkunga
teratasi
n
P:
Pertahankan
kondisi klien
dan
lanjutkan
intervensi
stress yg
mencetuskan
konfrontasi dan
4.
Perubahan
pola
Mampu
Beri
respon marah.
Aktivitas fisik
tidur
menciptaka
kesempatan
dan mental
berhubungan
n pola tidur
untuk
dengan
yang
perubahan
S:
Mengatur
klien
yang lama
jadwal
mengatakan
beristirahat/tidu
mengakibatkan
adekuat
kelelahan yang
tidur
lingkungan
dengan
sejenak,anjurka
dapat
ritual
Mengkaji
ditandai
dengan
penurunan
n latihan saat
meningkatkan
pola tidur
pikiran
keluhan
verbal
terhadap
siang,turunkan
tentang kesulitan
pikiran
aktivitas mental
kebingungan,
Peningkatan
tidur,
yang
terus-
walaupun
melayang-
Mengeval
layang
kebingungan,di
uasi
O:
sorientasi dan
tingkat
Perubahan
stress
tingkah laku
menerus terjaga,
melayang-
tidak
layang
Tampak
stres
Lengkapi
tingkah laku
yang tidak
Kolaborasi
: yg baik
kooperatif
Penguatan
berikan obat
A:
mampu
menentukan
kebutuhan/ waktu
atau
tidur.
melaporkan
ritual secara
dapat
teratur
beristirahat
yang
bahwa saatnya
tidur.
Antidepresi
sesuai indikasi
Tujuan
teratasi
P:
cukup.
Pertahankan
kondisi klien
dan
lanjutkan
intervensi
5.
Kurang
perawatan
diri
Mampu
Identifikasi
Memahami
S:
melakukan
kesulitan dalam
penyebab yang
klien
berhubungan
aktivitas
berpakaian/pera
mempengaruhi
mengatakan
dengan
perawatan
diri sesuai
pilihan strategi
Sesuai dengan
mampu
intoleransi
watan diri
Identifikasi
aktivitas,
dengan
kebutuhan akan
perkembangan
perawatan
menurunnya daya
tingakat
penyakit,kebutu
diri
tahan
kemampua
kebersihan diri
Gabungkan
kegiatan sehari-
kebersihan
hari ke dalam
O:
dasar mungkin
jadwal aktivitas.
Lakukan
Perubahan
dilupakan.
Mempertahank
ketrampilan
dan
kekuatan ditandai
n diri
dengan
sendiri.
penurunan
kemampuan
melakukan
aktivitas
hari.
sehari-
han akan
pengawasan
an kebutuhan
namun berikan
rutin dapat
kesempatan
mencegah
untuk
kebingungan
melakukan
melakukan
motorik dan
perubahan
kongnitif dan
perubahan
fifik
sendiri
Beri banyak
yang semakin
waktu untuk
meningkatkan
melakukan
partisipasi
tugas
pasien
Mudah
memburuk dan
A:
Tujuan
teratasi
sekali
P:
terjadi frustasi
Pertahankan
jika kehilangan
kondisi klien
kemandirian.
Pekerjaan yang
tadinya mudah
sekarang
menjadi
terhambat
karena adanya
penurunan
keterampilan
motorik dan
perubahan
kongnitif dan
perubahan fisik
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Alzheimer adalah jenis kepikunan yang dapat melumpuhkan pikiran dan kecerdasan
seseorang. Keadaan ini ditunjukkan dengan kemunduran fungsi intelektual dan emosional
secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari. Menurut dr.
Samino, SpS (K), Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI), alzheimer timbul
akibat terjadinya proses degenerasi sel-sel neuron otak di area temporo-parietal dan frontalis.
Demensia Alzheimer juga merupakan penyakit pembunuh otak karena mematikan fungsi selsel otak. Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer.
Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya
ingat secara progresif. Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh penderita sendiri, mereka
sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang. Cara pencegahan penyakit
alzheimer yaitu dengan tetap menerapkan gaya hidup sehat misalnya berolahraga rutin, tidak
merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, mengonsumsi sayur dan buah segar karena ini
mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat radikal bebas yang akan mampu merusak
sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri
dengan berbagai pengetahuan juga merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit
alzheimer.
5.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat mengerti,
memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit alzheimer yang pada akhirnya mampu
melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan angka insidensi penyakit alzheimer ini.
Selain itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi tentang hal
yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi yang lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Corwin, J. Elisabet. 2004. Patofisiologi untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi klinis 2nded., Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Nanda Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare. 2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60 UNIT 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC