Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Definisi BPH
Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) disebut juga Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah
hiperplasia kelenjar periuretral prostat yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer
dan menjadi simpai bedah.3
2. Anatomi Prostat
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler,
yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra
pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan
berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih
3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm.5
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :
1. lobus medius
2. lobus lateralis (2 lobus)
3. lobus anterior
4. lobus posterior 5,6
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjadi
satu dan disebut lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak tampak
karena terlalu kecil dan lobus lain tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi
cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.6
Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah: zona
perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretral.
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional yang letaknya proksimal dari
sfincter eksternus di kedua sisi dari verumontanum dan di zona periuretral. Kedua zona tersebut
hanya merupakan 2% dari seluruh volume prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat
berasal dari zona perifer.7,8
Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari verumontanum
dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan ligamentum pubo
prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan di sebelah belakang didapatkan
fascia denonvilliers.
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan
vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia pelvis dan
memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat
didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus prostatovesikal.6
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :
1. Kapsul anatomis
Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar prostat.
2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
1. Bagian luar disebut glandula principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang
menghasilkan bahan baku sekret.
2. Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatous
zone
3. Di sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan bagian
terkecil. Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi pada usia lanjut.
Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1. kapsul anatomis
2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya (outer
zone) sehingga terbentuk kapsul
3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone) dan
bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak
jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada lobus
medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu
keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit
mengandung jaringan kelenjar.5,6
Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis
dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai
epitel berlapis.
Vaskularisasi
Vaskularisasi kelenjar prostat yanng utama berasal dari a. vesikalis inferior (cabang dari
a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a. pudenda
interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis
prostat di Vesico Prostatic Junction. Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2
kelompok , yaitu:
1. Kelompok arteri urethra, menembus kapsul di postero lateral dari vesico prostatic junction dan
memberi perdarahan pada leher buli-buli dan kelompok kelenjar periurethral.
2. Kelompok arteri kapsule, menembus sebelah lateral dan memberi beberapa cabang yang
memvaskularisasi kelenjar bagian perifer (kelompok kelenjar paraurethral).9
Aliran Limfe
Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk plexus di peri prostat yang kemudian bersatu untuk
membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna , iliaca
eksterna, obturatoria dan sakral.9
Persarafan
Sekresi dan motor yang mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus dari Hipogastricus dan
medula sakral III-IV dari plexus sakralis.
3. Fisiologi Prostat
Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma
seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80%
pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan
dengan pemberian Stilbestrol.
4. Etiologi BPH
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia
prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).7
Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat
adalah:
1. Teori Hormonal
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara
hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan terjadi
konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim
aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma,
sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel
tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah
perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan
potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon
androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia,
akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan
penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin
akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional
histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap
estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
Terdapat empat peptic growth factor yaitu: basic transforming growth factor, transforming
growth factor 1, transforming growth factor 2, dan epidermal growth factor.
3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkuramgnya sel yang mati
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.
Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh
ke dalam gagal ginjal.7
Hiperplasi prostat
Tekanan intravesikal
tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung
dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.6
6. Gambaran Klinis BPH
Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di
luar saluran kemih.
1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah
Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif dan gejala
iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena
didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat
dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.
Gejalanya ialah :
1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy)
2. Pancaran miksi yang lemah (weak stream)
3. Miksi terputus (Intermittency)
4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung
tiga faktor, yaitu :
1. Volume kelenjar periuretral
2. Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
3. Kekuatan kontraksi otot detrusor7,10,11
Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga
meskipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos
prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya
kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.8
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna
pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat
menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum
penuh.
Gejalanya ialah :
1. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
2. Nokturia
3. Miksi sulit ditahan (Urgency)
4. Disuria (Nyeri pada waktu miksi)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat
berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <>
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150 ml.8
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, WHO
menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut Skor
Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score). Sistem skoring
I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu
pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang
menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.
Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: - Ringan :
skor 0-7
- Sedang : skor 8-19
- Berat : skor 20-35
Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untuk
mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami kepayahan (fatique)
sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.
Faktor pencetus
Kompensasi Dekompensasi
(LUTS) Retensi urin
Inkontinensia paradoksa
International Prostatic Symptom Score
Pertanyaan
Tidak
sekali
<20%
<50%
50%
>50%
Hampir selalu
Jumlah nilai :
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek
bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan
tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi
prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak
didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat,
batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat
keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu
prostat akan teraba krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadangkadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan
nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah
inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula
diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan
gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra,
fimosis, condiloma di daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa
kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra
simfisis.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.
Elektrolit
Gula darah
Sedimen
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada
saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan
infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.
Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih
bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit
diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica urinaria.
d. Pemeriksaan pencitraan
1. Foto polos abdomen (BNO)
BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan
kadangkala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan
tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel
kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat.
2. Pielografi Intravena (IVP)
Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya:
1. kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis
tekanan intravesica
resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju pancaran
mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml/detik
dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah
pancaran urin yang dihasilkan.
2. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat
membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang
melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran
dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan
intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur.
3. Pemeriksaan Volume Residu Urin
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sederhana
dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal atau
ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan
membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya
kosong, sedang pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin
lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada
penderita prostat hipertrofi.3,6,8,10,11
8 Diagnosis Banding
1. Kelemahan detrusor kandung kemih
1. kelainan medula spinalis
2. neuropatia diabetes mellitus
3. pasca bedah radikal di pelvis
4. farmakologik
3. Obstruksi fungsional :
1. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor dengan
relaksasi sfingter
2. ketidakstabilan detrusor
4. Kekakuan leher kandung kemih :
Fibrosis
5. Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh :
1. hiperplasia prostat jinak atau ganas
2. kelainan yang menyumbatkan uretra
3. uretralitiasis
4. uretritis akut atau kronik
e. striktur uretra
6. Prostatitis akut atau kronis3,11
9. Kriteria Pembesaran Prostat
Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya adalah :
1. Rektal grading
Berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum :
derajat 1 : <>
derajat 2 : 50-100 ml
derajat 3 : >100 ml
4. Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi : - derajat
1 : kissing 1 cm
derajat 2 : kissing 2 cm
derajat 3 : kissing 3 cm
10. Komplikasi
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat menimbulkan
komplikasi sebagai berikut :
1. Inkontinensia Paradoks
2. Batu Kandung Kemih
3. Hematuria
4. Sistitis
5. Pielonefritis
6. Retensi Urin Akut Atau Kronik
7. Refluks Vesiko-Ureter
8. Hidroureter
9. Hidronefrosis
10. Gagal Ginjal11
11. Penatalaksanaan
Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan
penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi
berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin, yaitu:
- Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan
prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.
- Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat lebih
menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
- Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari
100 ml
- Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan
miksi yang disebut WHO PSS (WHO Prostate Symptom Score). Skor ini berdasarkan jawaban
penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS
tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS.
Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.3,11
Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan
cara penanganan.
Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan
pengobatan secara konservatif.
Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang
sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR).
Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam
keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif.
Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman
biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu
jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.
Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan
penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang
sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi
diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi terbuka.3,11
Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan
kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Tindakan
bedah masih merupakan terapi utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun
demikian pada dekade terakhir dikembangkan pula beberapa terapi non-bedah yang mempunyai
keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah. Mengingat gejala klinik
hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya
elastisitas leher vesika, dan berkurangnya kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik
ditujukan untuk :
1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat
2. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor 7,11
Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah menghilangkan obstruksi pada leher vesica
urinaria. Hal ini dapat dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan
endourologi yang kurang invasif.
Pilihan Terapi pada Hiperplasi Prostat Benigna7
Observasi
Medikamentosa
Operasi
Invasif Minimal
Watchfull
waiting
Penghambat
adrenergik
Prostatektomi terbuka
TUMT
TUBD
Penghambat
reduktase
Fitoterapi
Hormonal
Endourologi
1. TUR P
2. TUIP
3. TULP (laser)
Strent uretra
dengan
prostacath
TUNA
jelas pada prostat yang sangat besar. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido
dan ginekomastia. 3,4,12
Fitoterapi
Merupakan terapi alternatif yang berasal dari tumbuhan. Fitoterapi yang digunakan untuk
pengobatan BPH adalah Serenoa repens atau Saw Palmetto dan Pumpkin Seeds. Keduanya,
terutama Serenoa repens semakin diterima pemakaiannya dalam upaya pengendalian prostatisme
BPH dalam konteks watchfull waiting strategy.
Saw Palmetto menunjukkan perbaikan klinis dalam hal:
bersifat antiinflamasi dan anti oedema dengan cara menghambat aktivitas enzim
cyclooxygenase dan 5 lipoxygenase. 4,5
3. Terapi Operatif
Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan penyulit tertentu, antara
lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, infeksi saluran kemih, kelainan pada saluran
kemih bagian atas, atau keluhan LUTS yang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani
pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau
operasi endourologi transuretra.
1. Prostatektomi terbuka
a.1. Retropubic infravesica (Terence Millin)
Keuntungan :
Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal
Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila membuka
vesika
Kerugian :
Mudah berdarah
Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam
vesika
Komplikasi : perdarahan, infeksi, osteitis pubis, trombosis
Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit : batu buli, batu
ureter distal, divertikel, uretrokel, adanya sistostomi, retropubik sulit karena kelainan os
pubis, kerusakan sphingter eksterna minimal.
Kerugian :
- Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica sembuh
Mortality rate 1 -5 %
Komplikasi :
Inkontinensia (<1%)
Perdarahan
Epididimo orchitis
Carcinoma
Ejakulasi retrograde
Impotensi
Fimosis
a.3. Transperineal
Keuntungan :
Impotensi
Inkontinensia
Perdarahan hebat
b. Prostatektomi Endourologi
b.1.Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP)
Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya terdiri dari
jaringan kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bersama kapsulnya. Metode ini cukup
aman, efektif dan berhasil guna, bisa terjadi ejakulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat
mengalami impotensi. Hasil terbaik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan
bedah. Untuk keperluan tersebut, evaluasi urodinamik sangat berguna untuk membedakan pasien
dengan obstruksi dari pasien non-obstruksi. Evaluasi ini berperan selektif dalam penentuan perlu
tidaknya dilakukan TUR.
Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di seluruh dunia.
Reseksi kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas)
agar supaya daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang
dipergunakan adalah berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran
listrik pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H2O
steril (aquades).
Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk
ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan air
dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal
dengan sindroma TUR P. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran
somnolen, tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi.
Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam keadaan
koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TURP ini adalah sebesar 0,99%. Karena itu
untuk mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan non ionik yang lain tetapi harganya
lebih mahal daripada aquades, antara lain adalah cairan glisin, membatasi jangka waktu operasi
tidak melebihi 1 jam, dan memasang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada
buli-buli selama reseksi prostat.
Keuntungan :
Teknik sulit
Intoksikasi cairan
Alat mahal
Ketrampilan khusus
Komplikasi:
- Selama operasi: perdarahan, sindrom TURP, dan perforasi
- Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi lokal atau sistemik
- Pasca bedah lanjut: inkontinensia, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd, dan striktura uretra.
b.2.Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran prostatnya
mendekati normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan pada pasien yang
umurnya masih muda umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher buli-buli atau
bladder neck incision (BNI) pada jam 5 dan 7. Terapi ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu
dengan menyayat memakai alat seperti yangg dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong
yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari dekat muara ureter sampai dekat ke
verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul prostat.
Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian ejakulasi
retrograde dibandingkan dengan cara TUR.
b.3.Trans Urethral Laser of the Prostate (Laser prostatectomy)
Oleh karena cara operatif (operasi terbuka atau TUR P) untuk mengangkat prostat yang
membesar merupakan operasi yang berdarah, sedang pengobatan dengan TUMT dan TURF
belum dapat memberikan hasil yang sebaik dengan operasi maka dicoba cara operasi yang dapat
dilakukan hampir tanpa perdarahan.
Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk masing-masing
lobus prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu ablasi akan ditemukan pop
corn effect sehingga tampak melalui sistoskop terjadi ablasi pada permukaan prostat, sehingga
uretra pars prostatika akan segera menjadi lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek
ablasi ikutan yang akan menyebabkan laser nekrosis lebih dalam setelah 4-24 minggu sehingga
hasil akhir nanti akan terjadi rongga didalam prostat menyerupai rongga yang terjadi sehabis
TUR.
Keuntungan bedah laser ialah :
1. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akibat
bekuan darah dan tidak memerlukan transfusi
2. Teknik lebih sederhana
3. Waktu operasi lebih cepat
4. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat
5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan
6. Resiko impotensi tidak ada
7. Resiko ejakulasi retrograd minimal
Kerugian :
Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional).6,8,11
3. Invasif Minimal
1. Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
Cara memanaskan prostat sampai 44,5C 47C ini mulai diperkenalkan dalam tiga tahun
terakhir ini. Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini dengan
gelombang mikro (microwave) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau gelombang radio
kapasitif akan terjadi vakuolisasi dan nekrosis jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan
tonus otot polos dan kapsul prostat sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi
berkurang. lanjut mengenai cara kerja dasar klinikal, efektifitasnya serta side efek yang mungkin
timbul.
Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan microwave
kedalam jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan tinggi maka perlu dilengkapi
dengan surface costing agar tidak merusak mucosa ureter. Dengan proses pendindingan ini
memang mucosa tidak rusak tetapi penetrasi juga berkurang.
Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang radio
frequency yang panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya prostat juga arah dari
gelombang radio frequency dapat diarahkan oleh elektrode yang ditempel diluar (pada pangkal
paha) sehingga efek panasnya dapat menetrasi sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain oleh
karena kateter yang ada alat pemanasnya mempunyai lumen sehingga pemanasan bisa lebih
lama, dan selama pemanasan urine tetap dapat mengalir keluar.
2. Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD)
Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan jalan melakukan
commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui operasi terbuka (transvesikal).
Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar. Mekanismenya :
1. Kapsul prostat diregangkan
2. Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut
3. Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika dirusak
alat yang panjangnya sesuai, lalu alat tersebut dimasukkan dengan kateter pendorong dan bila
letak sudah benar di uretra pars prostatika maka spiral tersebut dapat dilepas dari kateter
pendorong. Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi infravesikal yang juga
kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi penderita belum
memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang lebih invasif. 2,7,8,11
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC, 1994.
2. Rahardja K, Tan Hoan Tjay. Obat - Obat Penting; Khasiat, Penggunaan, dan Efek Efek
Sampingnya edisi V, Jakarta : Gramedia, 2002.
3. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 1997.
4. Majalah Illmu Bedah Indonesia: ROPANASURI Vol XXV, No. 1, Januari-Maret 1997; 37
5. Anonim. Kumpilan Kuliah Ilmu Bedah Khusus, Jakarta : Aksara Medisina, 1997.
6. Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP.
7. Purnomo B.P. Buku Kuliah Dasar Dasar Urologi, Jakarta : CV.Sagung Seto, 2000.
8. Rahardjo D. Pembesaran Prostat Jinak; Beberapa Perkembangan Cara Pengobatan, Jakarta : Kuliah
Staf Subbagian Urologi Bagian Bedah FK UI R.S. Dr. Cipto Mangunkusumo, 1993.
9. Cockett A.T.K, Koshiba K : Manual of Urologic Surgery, New York, Springer Verlag, 5, 1979, 1254
10. Reksoprodjo S. Prostat Hipertrofi, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah cetakan pertama, Jakarta :
Binarupa Aksara, 1995.
11. Tenggara T. Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Hipertrofi Prostat, Majalah Kedokteran
Indonesia volume: 48, Jakarta : IDI, 1998.
12. Mansjoer, A., dkk, Kapita Selekta Indonesia, Penerbit Media Asculapius, FK UI 2000; 320-3
BPH
Pengertian
BPH adalah suatu pembesaran dari kelenjar prostat (kelenjar yang terletak dibawah
vesika urinaria, berguna untuk menghasilkan semen untuk memberi kekuatan
terhadap sperma untuk melintasi jalan vagina yang cenderung bersuasana asam)
yang menyebabkan penyempitan ataupun penyumbatan pada lumen uretra dan
berakibat pada tidak lancarnya urin yang dikeluarkan.
Arti dari hyperplasi sendiri adalah bertambahnya jumlah sel. Jadi, pada kasus BPH
ini bukan bertambahnya ukuran sel dari prostat, tetapi bertambahnya jumlah dari
sel prostat. Biasanya penyakit ini cenderung menyerang pada orang tua dengan
usia > 50tahun dan biasanya, pembesaran ini memerlukan waktu yang cukup lama
untuk merasakan gejalanya, karena proses dari pembesaran prostat ini sendiri juga
membutuhkan waktu yang lama.
Kelenjar prostat pada pria, tumbuh pada waktu pubertas, lalu, akan tumbuh lagi
sekitar beberapa tahun kemudian.
Pertumbuhan atau pembesaran kelenjar prostat ini ada banyak teori yang
mendasarinya, yaitu anatara lain :
a. Teori keseimbangan hormon
Pada laki-laki, dihasilkan hormon testosteron dan estrogren, tetapi untuk mereka
yang masih muda, testosteron akan dihasilkan lebih banyak dari pada estrogen.
Nah, begitu pula sebaliknya, pada orang lanjut usia, maka jumlah dari prosuksi
testosteron akan menurun, sehingga akan meningkatkan prosuksi estrogen.
Estrogen iniah yang peka terhadap pertumbuhan dari sel pada kelenjar prostat
b. Interaksi stroma-epitel
Stimulasi sel stroma oleh DHT (dihidrotestosteron) dan estradiol menyebabkan sel
stroma memproduksi growth factor yang akhirnya mempengaruhi sel stroma itu
sendiri dan mempengaruhi sel-sel parenkim juga untuk terus tumbuh
c. Berkurangnya kemnatian sel prostat
Seharusnya terjadi keadaanm yang fisiologis yaitu seimbangnya antara kematian
sel yang direncanakan (apoptosis) dan regenasi sel. Pada BPH ini apoptosis tak
seimbang dengan regenerasi sel. Ketidakseimbangan ini belum diketahui dengan
pasti. Diduga hormon androgen berperan didalam menghambat proses kematian sel
d. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang sudah mati, maka dilakukan regenrasi sel. Didalam
prostat terdapat sel stem yang mempunyai kekuatan untuk proliferasi yang sangat
ekstensif. Akttivitas selk ini dipengaruhi oleh hormon androgen. Jika hormon ini
menurun, maka yang akan terjadi adalah apoptosis sel. Terjadinya proliferasi yang
terus menerus pada PBH diduga karena ketidaktepatan aktivitas dari sel stem
sehingga terus tumbuh
Ukuran
Ukuran dari kelenjar prostat yang normal adalah seperti kacang walnut atau seperti
buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya normalnya sekitar 20-25
gram.
Benign Prostatic Hyperplasia
Sekarang kita bahas ke BPH secara umum yaaa...** lanjuut gaan
a. Kelenjar prostat membesar pada laki-laki
b. Seseorang dengan pembesaran kelenjar prostat akan merasa sulit untuk
berkemih dan membutuhkan keseringan yang lebih tinggi untuk berkemih
dibandingkan dengan orang biasa. Hal ini terjadi karena saat seseorang dengan
BPH, maka akan terjadi oenyempitan lumen, dan ini mengakibatkan obstruksi. Efek
dari obstruksi ini adalah apabila pengosongan blader terjadi, maka blader tidak
akan kosong dengan sempurna (masih ada sisa). Pengosongan yang tidak
sempurna ini berakibat blader jadi cepat terisi penuh (walaupun orang itu minum
sedikit). Pengosongan yang tidak sempurna ini juga bisa mengakibatkan terjadinya
retensi urin dan bakteri pada urin yang tidak keluar akan menjadikan infeksi saluran
kemih. Infeksi yang mengenai blader dapat berakibat cytisis dan bisa menyebabkan
rasa sakit pada daerah suprapubik dimana blader berada. Obstruksi yang lama juga
Treatment / Pengobatan
Yang perlu kita lakukan apabila menemui pasien dengan BPH adalah kita ukur dulu
angka IPSS (International Prostat Symptoms Score). IPSS ini meliputi skor terhadap
ketidakselesaian pengosongan (incomplete emptying), frequency, intermittency,
Urgency, weak stream, straining dan nocturia. Tabel untuk skor ini dapat dilihat
pada alamat berikut (http://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&cd=3&ved=0CDAQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.gptraining.net%2Fprotocol%2Fdocs%2Fipss.doc&rct=j&q=International%20Prostate
%20Symptom%20Score&ei=DKJWTZywBsXsrAe3nsG0Bw&usg=AFQjCNGe6lfqwEdcjfz-etVDTmO7fL7DQ&cad=rja).
Sebenarnya, terapi pada BPH ini tidak diperlukan apabila BPH tidak disertai dengan
brother symptoms ataupun komplikasi seperti infeksi saluran kemih, darah pada
urin, gangguan fungsi ginjal, adanya batu ataupun retensi urin. Adapun obat yang
bisa memperparah gejala dari BPH ini adlah obat2 opoid ataupun obat antikolinergik
seperti antihistamin dan antidepressant. Kalau memungkinkan, maka stop obat2an
ini.
Alternatif lain untuk penderita BPH dengan skor IPSS ringan (1-7) adalah dengan
watchfull waiting. Besarnya risiko yang mengarah ke komplikasi berat tak dapat
ditentukan dengan terapi ini. Seseoang bisa memburuk, tapi tak sedikit juga yang
sembuh dengan spontan.
Terapi dengan obat
Obat-obat yang dapat digunakan untuk treatment pada prostat adalah :
a. alfa-andrenergic blocker
Obat ini dapat merelekskan tertentu pada prostat dan pada blader sehingga
meningkatkan aliran urin. Contohnya, terazosin, doxazosin, tamsulosin, alfuzosin
b. Finazteride dan dutasteride berguna untuk memblok hormon yang berespon
terhadap pertumbuhan prostat, membuat prostat mengerut, dan menunda untuk
dilakukannya operasi atau tindakan yang lainnya
c. Finasteride, dutasteride. Obat ini belum diketahui betul eeknya terhadap
symptom yang ada, tetapi, biasanya seseorang dengan BPH maka ia diberi alfaandrenergik dan kombinasi kedua jenis obat ini.
e. Interstitial cyctitis
f. Neorogenic Blader
g. Prostatitis, Bacterial
h. Prostatitis, Tuberculous
i. Radisi cystitis
j. Striktur uretra
k. Infeksi Saluran Kemih
1 Votes
BPH
PENDAHULUAN
Prostat merupakan organ fibromuskularyang mengelilingi leher vesika dan bagian proksimal
urethra pada pria.Beratnya sekitar 20-35 gram pada pria dewasa dan terdiri dari bagian anterior
dan bagian posterior . Secara embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi epitel urethra
posterior. Suplai darah prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis inferior dan masuk pada sisi
postero lateralis leher vesika.Drainase vena prostatb ersifat difus dan bermuara ke dalam pleksus
santorini. Persarafan prostat terutama berasal dari simpatis pleksus hipogastrikus dan serabut
yang berasal dari nervus sakralis ketiga dan keempat melalui pleksus sakralis. Drainase limfe
prostat ke nodi limfatisi obturatoria, iliaka eksterna dan presakralis, serta sangat penting dalam
mengevaluasi luas penyebaran penyakit dari prostat.
Fungsi prostat yang normal tergantung dari testosteron, yang dihasilkan oleh sel leydig testis
dalam respon terhadap rangsang oleh hormon luthein (LH). Dan hipofisis. Testosteron
dimetabolisme menjadi dihidrotestosteron oleh 5-reduktase didalam prostat dan vesikula
seminalis.
Hiperplasti prostat benigna merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan pada usia
yang kurang dari 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat
dari lahir sampai pubertas. Pada waktu itu ada peningkatan cepat dalam ukuran, yang kontinyu
sampai usia akhir 30-an. Pertengahan dasawarsa kelima, prostat dapat mengalami perubahan
hipertropi.
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalab penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis
BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia lebih dari. Hiperplasia
prostatik adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat;
pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan
tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari
kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Prostat tersebut
mengehlingi uretra, dan pembesaran bagian periuretral akan menyebabkan obstruksi leher
kandung kemih dan uretra pars prostatika, yang mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari
kandung kemih. Penyebab BPH kemungkinan berkaitan dengan penuaan dan disertai dengan
perubahan hormon. Dengan penuaan, kadar testosteron serum menurun, dan kadar estrogen
serum meningkat. Terdapat teori bahwa rasio estrogen/androgen yang lebih tinggi akan
merangsang hiperplasia jaringan prostat.
Tanda dan gejala yang sering terjadi yaitu sering berkemih, nokturia, urgensi (kebelet), urgensi
dengan inkontinensia, tersendat-sendat, mengeluarkan tenaga untuk mengalirkan kemih, rasa
tidak lampias, inkontinensia overflow, dan kemih yang menetes setelah berkemih. Kandung
kemih yang teregang dapat teraba pada pemeriksaan abdomen, dan tekanan suprapubik pada
kandung kemih yang penuh akan menimbulkan rasa ingin berkemih. Prostat diraba sewaktu
pemeriksaan rektal untuk menilai besarnya kelenjar.
Tes diagnostik yang dipakai termasuk USG abdominal untuk melihat hidronefrosis atau massa di
ginjal dan untuk menghitung volume sisa urine setelah berkemih dan ukuran prostat. Kistoskopi
dilakukan untuk menyingkirkan adanya divertikula kandung kemih, batu dan tumor. Pengukuran
urine dan uretrogram retrograd juga dapat dilakukan. Obstruksi pada leher kandung kemih
mengakibatkan berkurangnya atau tidak adanya aliran kemih dan ini memerlukan intervensi
untuk membuka jalan keluar urine. Metode yang mungkin adalah prostatetomi parsial, reseksi
transuretral prostat (TUR) atau insisi prostatektomi terbuka, untuk mengangkat jaringan
periuretral hiperplastik; insisi transuretral melalui serat otot leher kandung kemih untuk
memperbesar jalan keluar urine; dilatasi balon pada prostat untuk memparbesar lumen uretra;
dan terapi antiandrogen untuk membuat atrofi prostat. Baru-baru ini dikembangkan metode
pengobatan non bedah yaitu kateter uretra permanen yang ditempatkan pada uretra pars
prostatika.
PEMERIKSAAN FISIK PROSTAT :
1.Posisi: Variasi dari posisi menjelaskan untuk menunjukkan pemeriksaan rektum digital. Pasien
dipersilahkan berbaring di atas meja pemeriksaan dengan posisi lateral dekubitus, dengan posisi
kaki pada pinggul fleksi, pada kaki yang berada di atas tepat pada lutut didorong setinggi dada,
sedangkan pada kaki bagian bawah dibiarkan pada posisi nyaman bagi pasien dan pemeriksa.
Sebagai alternatif, pasien dapat membongkok diatas meja pemeriksaan saat posisi berdiri dengan
bagian tubuh atas bertumpu pada siku. Pada posisi lateral dekubitus ini, dengan tujuan penetrasi
terdalam pada rektum untuk merasakan perbesaran prostat pasien atau untuk merasakan bagian
atas dari kelenjar yang besar. Dapat juga yang lebih penting dari posisi, bagaimanapun, pada
sarung tangan pemeriksa dilumuri lumbrikan (pelicin) dan perlahan, jari melakukan penekanan
yang lembut selama berada posisi transversal di springter anus. Pemeriksaan rektum dapat
sebabkan nyeri yang sangat hebat atau tanpa nyeri sama sekali. Hal ini sangat penting pada
pemeriksaan tidak hanya palpasi kelenjar prostat tapi untuk palpasi bagian dalam dari rektum
untuk menilai kelainan yang lain.
2. Prostat: Saat pemeriksaan rektal.bagian belakang dari prostat dipalpasi. Yang signifikan dari
pemeriksaan ini pemeriksaan fisik generalis tidak dapat mengutamakan hal ini. Yang penting
dari tipe karsinoma prostat diawali pada bagian lobus posterior dari prostat, yang sangat dapat di
jangkau dangan pemeriksaan rektal dangan jari.
A. Kelenjar prostat yang normal ukurannya kecil, berukuran seperti walnut dengan struktur yang
rata, dengan bentuk seperti hati.Dengan kerutan ditengahnya, salah satu menurun ke aksis
longitudinal dari prosat. Terdapat dua sulkus lateral, dimana fold mukosa rektal membalik
keatasnya setelah refleksi dari prostat. Konsistensi dari prostat yang normal seperti ruberi,
Konsistensi dibandingkan dengan thenar bagian atas dengan ibu jari, dengan menggerakkan ibu
jari atau kelima jari.
B.Konsistensi yang abnormal dari prostat dapat ditandai dengan pemeriksaan rektal dan
termasuk abnormal nodular yang dapat ditegakkan atau dengan substansi dari prostat, area dari
indurasi dapat menandakan malignan, atau area dari kerutan atau fluktuasi dapat dihubungkan
dengan bentuk abses.
C. Memijat prostat dapat mengeluarkan dan mengarahkan secara cepat sekret prostat ke lumen
urethra. Kemungkinan sekret ini secara langung mengandung jika mengalami kekeringan saat
melewati meatus penile atau pada pasien jumlah urin yang sedikit ke penampungan segera
setelah pemijat.
Anatomi Prostat
w
Letaknya tepat inferior dari vesika urinaria dan posterior dari
symphisis pubis. Beratnya kira-kira 20 gram.
w
2,5 cm.
1. Anterior
: Ligamentum puboprostatikum
2. Posterior
: Diafragma urogenital
Di posterior kelonjar prostat masuk ductus ejaculatorius yang bermuara pada uretra
pars prostatica yaitu proximaldari sphincter externa.
Anterior
Posterior
Median
Lateral (kiri dan kanan)
w
w
Perdarahan
hemorrhoid media
w
Me Neal membagi kelenjar prostat menjadi 5 zona: zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior, zona periuretra
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari hipertrofi prostat:
Yang disertai gangguan fungsi ginjal, jika ada infeksi dapat timbul
pyelonefrotis.
Terjadi pada 50% pria berusia 60 tahun dan 80% pada pria berusia 80
tahun
ETIOLOGI
w
Teori dihidrotestosteron (DHT) DHT dibentuk dari testosteron dibantu oleh enzim 5a
reduktase dan koenzim NADPH. DHT inilah yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat
w
Ketidakseimbangan estrogen-testosteron pada usia tua testosteron menurun. Estrogen
meningkatkan sensitifitas sel prostat terhadap rangsang hormon androgen, meningkatkan jumlah
reseptor androgen dan menurunkan apoptosis sel
w
Interaksi stroma-epithel DHT dan estradiol menstimulasi sel stroma untuk mengeluarkan
growth factor sehingga menyebabkan proliferasi sel epithel dan sel stroma
w
BAB VI
DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDING
Diagnosa dan diagnosa banding dari hipertrofi prostat adalah:
DIAGNOSA
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan diluar
saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah.
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri dari gejala obstruksi
dan gejala iritatif.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, beberapa
ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung
sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
adalah Skor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score).
Gejala obstruksi :
-
Hesitansi
Intermitensi
Susah miksi
Hematuria
Gejala iritasi :
-
Frekuensi meningkat
Nokturi
Urgensi
Disuri
Sistem skoring I-PSS terdiri dari tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi
(LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan
dihubungkan dengan keluhan miksi diberi nilai dari 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang
menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 sampai 7.
Dari skor I-PSS dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu (1) ringan : skor 0-7,
(2) sedang : skor 8-19, (3) berat : skor 20-35.
Mild or No Symptoms. Skor IPSS 7 atau di bawah 7, pada umumnya memilih watchfull waiting
sekalipun prostata mereka membesar. Perlu diingat, bagaimanapun obstruksi traktus urinaria
dapat memperlihatkan pembesaran prostat sekalipun tidak mempunyai gejala, maka ada
beberapa resiko dengan pilihan ini, walaupun itu kecil.
3. Tabel score gejala Hiperplasti prostat benigna :
Tidak
sama
sekali
1. Berapa
0
sering anda
merasa bak
tidak tuntas
setiap habis
bak sejak
bulan lalu?
Kurang
dari 1 dari 5
2. Setelah 1 0
bulan yang
lalu,berapa
sering anda
kembali bak
kurang dari 2
jam dari bak
seblumnya?
3 Setelah 1 0
bulan yang
lalu, berapa
sering anda
terhenti saat
bak dan
kembali bak
lagi
beberapa
saat
kemudian
saat bak?
4. Setelah 1 0
bulan yang
lalu,berapa
sering anda
sulit saat
menahan bak
5. Setelah 1
bulan yang
lalu, berapa
sering
pancaran
urin anda
lemah?
6. Setelah 1
bulan yang
lalu,berapa
sering anda
mengedan
saat mulai
bak?
7. Setelah 1
bulan yang
lalu,berapa
sering anda
terbangun
saat tidur
(malam)
untuk bak?
0 None
1 Time
2 Time
3 Time
4 Time
5 Time
4. Laboratorium
w
Biasanya tidak ditemukan penyimpangan-penyimpangan yang berarti, keculi bila ada
gangguan
w
Fungsi ginjal (ureum dan creatinin yang meninggi) atau infeksi (urine keruh/pyuria,
bacteriuria).
5. X-Ray
w
Foto BNO/ foto polos abdomen biasanya normal,tetapi mungkin ditemukan batu
w
Pyetografi intravena dapat menunjukan hydronephrosis, hydroureter dan atau pembesaran
prostat ke arah intravesical (buli-buli terangkat lebih tinggi dari batas atas symphisis pubis)
w
6. Instrumentasi
w
Catneterisasi buli-buli setelah penderita kencing menunjukan residual urine, jumlahnya
menetukan tingkat demompensasi buli-buli terhadap obstruksi yang terjadi, tetapi bukan
terhadap pembesaran prostat.
w
Cystoscopy memperlihatkan adanya pembesaran lobus-lobus prostat dan perubahanperubahan yang timbul pada dinding/mukosa buli-buli
7. Sonografi
w
Transractal sonoggrafi dari prostat dapat menunjukan besarnya prostat secara akurat
Carcinoma prostat
Neurogenic bladder
Acute prostatitis
KOMPLIKASI
Obstruksi dan residual urin terutama pada vesika dan infeksi prostat, yang mana mungkin sulit
untuk dihilangkan. Pada beberapa pasien mungkin diikuti dengan refluks vesikoureteral,
pielonephritis.
Obstruksi mungkin terutama pada perkembangan vesical diverticula. Sisa infeksi urin mungkin
membantu terbentuknya kalkuli.
Yang panting dan sulit adalah menilai/menentukan kapan penderita harus dioperasi.
Kriteria untuk operasi adalah .
1. Adanya tanda-tanda gangguan fungsi ginanl akibat obstruksi.
2. Pasier-pasien yang mengeluh akibat obstruksi terutama karena nocturia.
1 Terapi konservatif:
Pemberian antiandrogen(estrogen)
Catherisasi terutama jika terjadi acute retensi bila tetap tak bisa buang air
kecil harus dipasang retensi catheter.
2 Terapi Operatif
Prognosis
Umumnya baik