Vous êtes sur la page 1sur 14

PRESENTASI KASUS

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kulit Dan Kelamin
Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada Yth :


dr. Siti Aminah, Sp.KK

Diajukan Oleh :
Fauziyyah Ardilla
20090310025

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

MOLUSKUM KONTAGIOSUM

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kulit Dan Kelamin
Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Fauziyyah Ardilla
20090310025

Mengetahui
Dosen Penguji Klinik

dr. Siti Aminah, Sp.KK

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Tahun 1817, jauh sebelum terjadi peningkatan kejadian moluskum kontagiosum,
Bateman pertama kali menjelaskan cairan seperti susu yang bisa didapatkan dari lesi
karakteristik. Henderson dan Paterson, 2 peneliti yang mempelajari moluskum kontagiosum
selama 25 tahun, menggambarkan cairan seperti susu berasal dari jaringan selular. Baru
kemudian kedua peneliti ini menyadari bahwa mereka telah menemukan tanda badan inklusi
intracytoplasmic, yang kemudian dinamakan badan Henderson-Paterson (badan moluskum).
Sampai dengan awal abad ke-20, komunitas medis tetap tidak yakin penyebab
moluskum kontagiosum. Otoritas tertentu percaya bahwa papula menyebabkan pembesaaran
kelenjar sebasea, sementara yang lain mendalilkan bahwa infestasi parasit menyebabkan lesi.
Sebuah terobosan dalam studi moluskum kontagiosum terjadi pada tahun 1905 ketika
Juliusburg menemukan dan mendokumentasikan sifat virus moluskum kantagiosum.

BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama

: Tn. DE

No. RM

: 626530

Usia

: 33 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: Diploma

Pekerjaan

: Swasta ( Pekerja Loundry )

Status pernikahan

: Belum menikah

Alamat

: Seturan no.9 Catur Tunggal, Depok, Sleman.

Tanggal Periksa

: 13-02-2015

B. Anamnesis
Keluhan Utama :
Terdapat kutil di daerah kelamin
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki berumur 33 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
dengan keluhan utama terdapat kutil di daerah kelamin sejak 1,5 bulan yang lalu.
Awalnya kutil hanya 1 dan semakin lama semakin banyak. Kutil juga terdapat
menyebar di daerah tangan, dada dan paha. Kutil dirasakan tidak gatal, tidak nyeri
atau sakit ketika ditekan maupun tidak, dan tidak ada keluhan lainnya. Tidak ada
riwayat demam saat keluhan dirasakan. Pasien belum pernah mengobati keluhannya
ini sebelumnya. Pasien mengaku sedang mengkonsumsi ekstrak manggis dan vitamin
E dalam 2 bulan terakhir, dan semenjak meminum ekstrak manggis, pasien merasakan
sering buang air besar agak encer setiap pagi.
Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat keluhan yang sama (-), riwayat asma (-), riwayat alergi (-) dan penyakit kulit
lainnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga ataupun orang sekitar yang mengalami hal serupa ( pasien
tidak mengetahui )
Riwayat Sosial / Pekerjaan :
Sex bebas (+), berganti pasangan (+) 4 orang sejak 2008 hingga sekarang, dengan
lawan jenis, biasanya 1 - 2x seminggu, kondom (+)
C. Pemeriksaan fisik
Kesadaran

: Compos Mentis

Vital Sign

: Suhu afebris

Kepala

: Dalam batas normal

Thorax

: Jantung : S1/S2 reguler Paru: Ronkhi (-/-), Wheezing(-/ -)

Abdomen

: Nyeri tekan (-), Bising usus (+)

Ekstremitas : Edema (-) Hangat (+)


D. Pemeriksaan Dermatology
Pubis : Terdapat papul berbatas tegas, sewarna kulit, berbentuk kubah (dome shaped),
delle (+)
Tangan, dada, paha : terdapat papul sewarna kulit, menyebar, satu satu.
E. Diagnosis Kerja
Moluskum Kontagiosum
F. Diagnosis Banding
Veruka vulgaris
Keratoakantoma
G. Penatalaksanaan

BAB III
PEMBAHASAN
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
A. DEFINISI
Moluskum kontagiosum merupakan suatu penyakit infeksi virus pada kulit yang
disebabkan oleh virus golongan poxvirus genus Molluscipox dengan wujud klinis berupa
benjolan pada kulit atau papul-papul multiple yang berumbilikasi di tengah, mengandung
badan moluskum, serta dapat sembuh dengan sendirinya.
B. EPIDEMIOLOGI
Moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara tropis.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak. Biasanya pada dewasa oleh karena hubungan
seksual. Media penularan penyakit ini melalui kontak langsung. Penyakit ini menyebar
dengan cepat pada suatu komunitas yang padat dengan higienitas yang kurang.
Pada negara tropis, insiden paling tinggi pada anak-anak dengan rentang usia 2 hingga
3 tahun. Sedangkan pada negara maju, biasanya pada anak-anak sekolah karena penggunaan
kolam renang yang bersama-sama. Studi di Jepang pada tahun 2008, menyatakan bahwa
terdapat 7000 anak terserang moluskum kontagiosum dengan 75% di antaranya memiliki
riwayat penggunaan kolam renang bersama. Di Amerika Serikat, pada tahun 2003, hanya
ditemukan 5% anak-anak yang terkena moluskum kontagiosum, dan kira-kira antara 5-20%
menyerang dewasa dengan AIDS.
C. PATOFISIOLOGI
Virus moluskum kontagiosum, yang berisi linier double-stranded DNA, menyebabkan
penyakit kulit moluskum kontagiosum. Inkubasi rata-rata moluskum kontagiosum adalah 2-7
minggu, dengan kisaran ekstrim sampai 6 bulan. Infeksi dan infestasi MOCV menyebabkan
hyperplasia dan hipertrofi epidermis. Inti virus bebas dapat ditemukan pada epidermis. Jadi
pabrik MOCV berlokasi di lapisan sel granular dan malphigi. Badan moluskum banyak
mengandung virion MOCV matur yang banyak mengandung struktur collagen-lipid-rich
saclikeintraseluler yang diduga berperan penting dalam mencegah reaksi sistem
imun host untuk mengenalinya. Ruptur dan pecahnya sel yang mengandung virus terjadi pada
bagian tengah lesi. MOCV menimbulkan tumor jinak selain juga menyebabkan lesi pox
6

nekrotik.

Histologi, badan-badan inklusi yang paling nyata terlihat dalam stratum

granulosum dan lapisan stratum korneum pada epidermis. Hiperproliferasi epidermis juga
terjadi karena terjadi peningkatan dua kali lipat dalam devisi seluler lapisan basal epidermis.
Virus moluskum kontagiosum menyebabkan 3 pola penyakit berbeda dalam 3 populasi
pasien yang berbeda yaitu anak-anak, orang dewasa yang imunokompeten, dan pasien dengan
imunokompremais (anak-anak atau orang dewasa). Anak-anak tertular virus moluskum
kontagiosum dapat melalui kontak langsung kulit dengan kulit atau kontak tidak langsung
kulit dengan benda yang terkontaminasi seperti peralatan olahraga dan pemandian umum.
Lesi biasanya terjadi di dada, lengan, badan, kaki, dan wajah. Pada orang dewasa, moluskum
kontagiosum dianggap sebagai penyakit menular seksual (PMS). Pada hampir semua kasus
yang mengenai orang dewasa sehat, pasien menunjukan beberapa lesi, yang terbatas pada
perineum, genital,

perut bagian bawah, atau pantat.

Umumnya,

pada populasi

imunokompeten, moluskum kontagiosum adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri.


Pasien yang terinfeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) atau pasien yang
kekebalannya menurun perjalanan penyakitnya lebih lama dengan lesi lebih luas dan atipikal.
Pada pasien terinfeksi HIV, lesi umumnya terdistribusi secara lebih luas, sering terjadi pada
wajah, dan mungkin timbul dalam jumlah ratusan.
D. Bagaimanakah cara penularan penyakit Moluskum Kontagiosum ?
Secara umum, memang penularan moluksum kontagiosum adalah melalui kontak
langsung dari orang ke orang melalui barang-barang, seperti misalnya pakaian, handuk, alat
cuci atau alat mandi. Selain itu, moluskum kontagiosum juga dapat ditularkan melalui kontak
olahraga. Saat seseorang menyentuh lesi di suatu bagian tubuh, kemudian dia
menyentuhkannya ke bagian tubuh lainnya, makanya akan dapat menyebarkan MOCV juga,
proses ini disebut sebagai autoinokulasi. Jika yang terkena adalah daerah wajah, saat
mencukur kumis atau jenggot juga dapat menyebarkan virus. Meskipun penularannya secara
umum tergolong rendah, tetapi tidak diketahui berapa lama seseorang yang terinfeksi dapat
menularkan atau menyebarkan virus tersebut. Tungau juga bisa menjadi kemungkinan
penyebaran virus penyebab moluskum kontagiosum.
Jika terdapat suatu kejadian luar biasa atau wabah moluskum kontagiosum, maka perlu
diperhatikan beberapa kemungkinan penularannya, yaitu :
1. Kolam renang

2. Kontak saat olahraga (misalnya gulat)


3. Proses pembedahan (tangan seorang ahli bedah yang terkena moluskum kontagiosum)
4. Proses tato (jarang)
5. Hubungan seksual; lesi moluskum kontagiosum oleh karena hubungan seksual biasanya
berkembang dalam jangka waktu 2-3 bulan setelahnya. Jika ada anak-anak dengan lesi
moluskum kontagiosum di daerah genital, maka bisa curiga ke arah kekerasan seksual
pada anak.
Pada kasus ini telah dijelaskan pada anamnesis pasien sempat berenang bersama temantemannya di kolam renang, berarti kemugkinan besar pasien tertular melalui aktivitas
berenang di kolam renang.

E. GEJALA KLINIS
Gejala subyektif
Biasanya penyakit ini tidak memberikan gejala (asymptomatik ). Hanya pada lesi yang
berukuran besar(giant moluskum contagiosum ) karena sesuatu trauma (tergaruk,tersinggung)
bisa mengalami infeksi sekunder yang mengakibatkan terjadinya pustule,kadang-kadang
menyerupai bisul (furuncle ).
Gejala obyektif
Lesi merupakan papula lunak yang berbatas tegas, licin, diameternya bervariasi dari 1-5
mm, bisa juga sampai 1,5 cm ( giant moluskum contagiosum ) , dan berbentuk kubah ( dome
shaped ) sewarna kulit. Di bagian tengah lesi, biasanya terdapat lekukan (delle) kecil, berisi
bahan seperti nasi dan berwarna putih yang merupakan cirri khas dari moluskum
kontagiosum.

F. DIAGNOSIS
Riwayat Klinis

1. Anak : Orang tua menjelaskan adanya eksposur dengan anak-anak lain yang terinfeksi
moluskum kontagiosum di sekolah, asrama, atau fasilitas rekreasi publik (misalnya,
tempat olahraga, kolam renang).
2. Dewasa yang imunokompeten, orang dewasa yang terinfeksi tanpa adanya
imunokompremais biasanya aktif secara seksual dan tidak mengetahui bahwa pasangan
mereka terinfeksi.
3. Memiliki banyak pasangan seksual meningkatkan risiko infeksi.
4. Frekuensi hubungan seks tanpa kondom juga meningkatkan risiko penularan.
5. Pasien yang terinfeksi HIV. Pasien umumnya memiliki jumlah CD4 rendah, dan tingkat
keparahan infeksi berbanding terbalik dengan jumlah CD4 pasien. Pasien yang kurang
patuh atau tidak patuh dengan terapi antiretroviral (ART) untuk pengobatan HIV
meningkatan risiko terinfeksi moluskum kontagiosum, sama seperti orang yang
memiliki banyak pasangan seksual.
Pemeriksaan Fisik
1. Lesi individu biasanya diskrit, seperti lilin, merah, berbentuk kubah, papul-papul
umbilikasi dengan permukaan halus. Lesi bisa sedikit atau banyak, tergantung pada
status imunologi dari host. Pada semua pasien, lesi umumnya tanpa gejala, tapi pruritus
dan / atau reaksi eksematosa perilesional bisa terjadi.
2. Pada anak-anak dan orang dewasa yang sehat lesi biasanya 1-2 mm diameter dan
jumlah kurang dari 20.
3. Pada anak-anak, lesi umumnya didistribusikan pada badan, lengan, kaki, wajah.
4. Pada orang dewasa imunokompeten, lesi biasanya ditemukan pada genitalia, perut
bagian bawah, paha atas bagian dalam, dan / atau pantat.
5. Durasi rata-rata dari lesi yang tidak diobati adalah 6-9 bulan tetapi bisa juga sampai
selama 5 tahun.
6. Individu yang HIV positif
Infeksi moluskum kontagiosum umumnya lebih parah pada pasien dengan HIV. Lesi
dapat timbul dalam jumlah ratusan dan umumnya berdiameter lebih besar (bisa> 2
cm), bentuk lebih tidak teratur dan konfluen.

Selain pada lipat paha, lesi sering ditemukan pada wajah. Durasi lesi yang tidak
diobati 5 tahun atau lebih karena pada penderita ini tidak tejadi penyembuhan
sendiri, akibat dari adanya imunokompresi.
7. Pada kedua individu baik imunokompeten dan imunokompromise, moluskum
kontagiosum jarang ditemukan di mukosa oral dan konjungtiva.

Moluskum kontagiosum pada anak di axilla

Moluskum kontagiosum pada penderita HIV

10

Moluskum kontagiosum pada pasien imunokompeten

Pada kasus ini didiagnosis Moluskum Kontagiosum karena dari anamnesis dijelaskan
bahwa anak ini sering berenang bersama teman-temannya di kolam renang. Hal yang
dilakukan pasien ini merupakan salah satu cara yang menyebabkan penularan penakit
Moluskum Kontagiosum. Kemudian didukung dengan adanya ujud kelainan kulit
yang berupa di wajah terdapat papul berbatas tegas, sewarna kulit, berbentuk kubah
(dome shaped), delle (+)

G. Apa sajakah diagnosis banding penyakit Moluskum Kontagiosum ?


1. Veruka vulgaris : vegetasi lentikular, permukaan kasar, kering, warna keabu-abuan, kulit di
sekitarnya tidak meradang.
2. Keratoakantoma : biasanya nodula-nodula keras, pada bagian tengah didapati sumbatan
keratin, bisa ditemukan di wajah, telinga, punggung, dan tangan.

H. Apa sajakah faktor resiko penyebab terjadinya Moluskum Kontagiosum ?


1. Anak-anak, adanya kontak langsung kulit ke kulit dengan anak yang terkena atau berbagi
menggunakan peralatan (misalnya, peralatan di tempat olahraga).
2. Dewasa imunokompeten - Terutama terjadi karena kontak seksual dengan pasangan yang
terkena.
3. Pasien imunokompresi - kontak seksual dengan pasangan yang terkena, serta non-seksual
kontak kulit-ke-kulit dengan seorang individu yang terkena.
11

4. Penggunaan imunosupresi penggunaan topikal obat imunosupresan (tacrolimus) dapat


menyebabkan erupsi yang lebih hebat pada daerah yang diberi obat.
I. Bagaimanakah penatalaksaan penyakit Moluskum Kontagiosum ?
Terapi yang diberikan intinya adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan
moluskum.

Bisa

menggunakan

teknik cryosurgery, evisceration, curettage,

elektrokauterisasi , adhesive tape stripping.


Selain itu bisa juga dicoba obat-obatan, seperti misalnya podophyllin dan podofilox.
Berupa suspensi 25% dalam bentuk larutan benzoin atau alkohol dapat diterapkan seminggu
sekali. Pengobatan ini memerlukan beberapa tindakan pencegahan. Mengadung dua mutagen,
quercetin dan kaempherol. Beberapa efek samping termasuk kerusakan erosif parah pada
kulit normal yang berdekatan yang dapat menyebabkan jaringan parut dan efek sistemik
seperti neuropati perifer, kerusakan ginjal, illeus, leukopenia, dan trombositopenia, terutama
jika digunakan pada permukaan mukosa. Podofilox adalah alternatif yang lebih aman untuk
podofilin dan dapat digunakan oleh pasien di rumah. Penggunaan yang direkomendasikan
biasanya terdiri dari penerapan 0,05 ml podofiloks 5% dalam etanol berbufer laktat dua kali
sehari selama 3 hari. Agen aktif ini mutlak dikontraindikasikan pada kehamilan.
Cantharidin (larutan 0,9% dari collodian dan aseton) telah digunakan dengan sukses
dalam pengobatan moluskum kontagiosum. Agen ini diterapkan hati-hati ke kubah dari lesi
dengan atau tanpa oklusi dan dibiarkan di tempatnya selama sedikitnya 4 jam sebelum dicuci.
Cantharidin bisa menyebabkan pelepuhan parah. Ini harus diuji pada satu lesi dahulu sebelum
mengobati sejumlah besar lesi. Tidak boleh digunakan pada wajah. Ketika dapat ditoleransi,
pengobatan ini diulang setiap minggu. Biasanya diperlukan perawatan 1-3 kali.
Iodine solution dan salicylic acid plaster, berupa sebuah larutan iodin 10% ditempatkan
pada papula moluskum dan, saat kering, ditutupi dengan potongan-potongan kecil dari plester
asam salisilat 50% dan tape. Proses ini diulang setiap hari setelah mandi. Setelah lesi telah
menjadi eritematosa dalam 3-7 hari, hanya larutan iodin yang diterapkan. Hasil telah
dilaporkan rata-rata 26 hari. Dapat mengakibatkan maserasi dan erosi.
Krim tretinoin 0,1% telah digunakan dalam pengobatan moluskum kontagiosum. Hal
ini diterapkan dua kali sehari ke lesi. Hasil telah dilaporkan rata-rata 11 hari. Efek samping

12

berpa eritema. Tretinion krim 0,05% juga telah digunakan dengan sukses dan terdapat
penurunan iritasi.
Cidofovir. Sidofovir adalah analog nukleosida yang memiliki sifat antiviral yang
manjur. Beberapa studi kecil dan laporan kasus menggambarkan keberhasilan penggunaan
sidofovir yang dioleskan atau dengan injeksi intralesi di beberapa penyakit kulit virus. Krim
sidofovir 3% telah berhasil digunakan untuk mengobati moluskum kontagiosum dalam studi,
dengan rentang waktu dalam 2-6 minggu. Namun biaya tinggi, butuh banyak persiapan, dan
karsinogenik dalam hasil dari beberapa studi. telah membatasi penggunaannya.
Imiquimod krim 5% telah digunakan secara topikal untuk mengobati moluskum
kontagiosum dengan menginduksi tingkat tinggi IFN- dan sitokin lain secara lokal.
Diterapkan ke area tiap malam selama 4 minggu. Hasil yang diperoleh dapat tercapai hingga
3 bulan.
EDUKASI PASIEN
Terangkan pada pasien tentang sifat infeksi dan penularan penyakit untuk mengurangi
transmisi moluskum kontagiosum kepada orang lain, serta untuk menghindari infeksi ulang di
masa depan dan meminimalkan autoinokulasi.

13

DAFTAR PUSTAKA
1. Hogan

DJ.

Molluscum

Contagiosum,

eMedicine;

2009,

Available

at

http://emedicine.medscape.com/article/762139.
2. Wikipedia,

Molluscum

Contagiosum.

Wikipedia;

2009.

Available

at;

http://en.wikipedia.org/wiki/Molluscum_contagiosum.

14

Vous aimerez peut-être aussi