Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada
kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid
mengalami gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit yang
disebabkan
oleh
kelainan
hormon
paratiroid
yakni
hipoparatiroid
dan
Rumusan Masalah
Apakah pengertian hiperparatiroid?
Apa etiologi hiperparatiroid?
Bagaimana patofisiologi hiperparatiroid?
Bagaimana manifestasi klinik hiperparatiroid?
Apa pemeriksaan diagnosk hiperparatiroid?
Komplikasi apa saja yg bisa terjadi pada penderita hiperparatiroid?
Bagaimana penatalaksanaan hiperparatiroid?
Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan hiperparatiroid?
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tujuan
Memahami pengertian hiperparatiroid
Mampu memahami etiologi hiperparatiroid
Memahami patofisiologi hiperparatiroid
Mampu memahami manifestasi klinik hiperparatiroid
Mampu memahami pemeriksaan diagnosk hiperparatiroid
Mampu memahami komplikasi hiperparatiroid
Mampu memahami penatalaksanaan hiperparatiroid
Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan hiperparatiroid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP MEDIS
A. Anatomi dan fisiologi kelenjar paratiroid
1) Ion kalsium sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi, koagulasi darah,
kontraksi otot, permeabilitas membran sel, dan kemampuan eksibilitas
neuromuskular yang normal.
2) Ion fosfat sngat penting untuk metabolisme selular, sistem buffer sam-basa tubuh,
juga sebagai komponen nukleotida dan membran sel.
b. PTH meningkatkan kadar kalsium darah melalui tiga mekanisme.
1) PTH menstimulasi aktivitas osteoklas (sel penghancur tulang). Sehingga
2)
makanan.
3) PTH menstimulasi reabsorbsi kalsium dari tubulus ginjal untuk mengganti fosfor,
sehingga menurunkan kehilangan ion kalsium dalam urine dan meningkatkan
kadar kalsium darah.
Pengendalian sekresi terjadi melalui sistem pengendalian umpan balik dengan
1.
2.
kalsium
oleh
ginjal,
dan
meningkatkan
produksi
ginjal.
Indonesia
sendiri
kira-kira
sekitar
1000
orang
diketahui
terkena
D. Klasifikasi
1. Primary hiperparathyroidism (hiperparatiroidisme primer)
Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai
konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi. Kebanyakan juga mempunyai
konsentrasi serum kalsium yang tinggi, dan bahkan juga konsentrasi serum ion
kalsium yang juga tinggi. Tes diagnostik yang paling penting untuk kelainan ini
adalah menghitung serum hormon paratiroid dan ion kalsium.
Penderita hiperparatiroid primer mengalami peningkatan resiko terjangkit batu
ginjal sejak 10 tahun sebelum didiagnosis. Pengangkatan paratiroid mereduksi
resiko batu ginjal hingga 8.3%, dan bahkan setelah 10 tahun sejak pengangkatan,
resiko menjadi hilang.
2. Hiperparatiroidisme sekunder
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang
berlebihan karena rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus,
kelainan ini berkitan dengan gagal ginjal akut. Penyebab umum lainnya karena
kekurangan vitamin D. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 5)
Hipersekresi hormon paratiroid pada hiperparatiroidisme sekunder sebagai
respons terhadap penurunan kadar kalsium terionisasi didalam serum. (Clivge R.
Taylor, 2005, 780)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah hiperplasia kompensatorik keempat
kelenjar yang bertujuan untuk mengoreksi penurunan kadar kalsium serum. Pada
sebagian besar kasus, kadar kalsium serum dikoreksi ke nilai normal, tetapi tidak
dengan
perkembangan
hipersekresi
hormon
paratiroid
karena
hiperkalsemia.
E. Etiologi
1. Primer (sekresi PTH tidak sesuai )
a.
Hiperplasi
Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui.
Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin
neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan.
Familial
hypocalcuric
dan
hypercalcemia
dan
neonatal
severe
b. Malabsorbsi
c.
Kelainan gastrointestinal
d. Kelainan hepatobilier
e.
f.
terdahulu)
Penyebabnya masih belum diketahui. Perubahan mungkin terjadi pada titik
pengatur mekanisme kalsium pada level hiperkalsemik.
b. Hipernefroma
c.
F. Manifestasi klinik
1. Hiperparatiroidisme Primer
a) Sebagai akibat hiperkalsemia yang gejalanya berupa anoreksia, nausea, muntahmuntah, konstipasi dan berat badan menurun, lekas lelah dan otot-otot lemah,
miopati proksimal, polidipsi dan poliuria (diabetes insipidus like syndrome),
perubahan mental (depresi, stupor, perubahan personalitas, koma, konvulsi).
b)
c) Sebagai akibat peningkatan resorbsi tulang, nyeri tulang dan deformitas, fraktur
patologis, osteoklastoma dan perubahan gambaran tulang pada foto x-ray.
d) Sebagai akibat hipertensi, gagal ginjal, ulkus peptic, sindrom Zollinger Ellison,
pankreatitis akut, pankreatitis menahun dan kalkuli, multiple adenomatosis
syndrome, hiperurisemia, gout. Apabila ditemukan gambaran klinis, seperti
tersebut di atas, maka harus curiga akan kemungkinan hiperpatiroidisme.
2. Hiperparatiroidisme Sekunder
Hiperparatiroidisme sekunder biasanya disertai dengan penurunan kadar
kalsium serum yang normal atau sedikit menurun dengan kadar PTH tinggi dan
fosfat serum rendah. Perubahan tulang disebabkan oleh konsentrasi PTH yang
tinggi sama dengan pada hiperparatiroidisme primer. Beberapa pasien
menunjukkan kadar kalsium serum tinggi dan dapat mengalami semua komplikasi
ginjal, vaskular, neurologik yang disebabkan oleh hiperkalsemia.
3. HiperparatiroidismeTertier
Manifestasi klinis dari hiperparatiroidisme tersier meliputi hiperparatiroidisme
yang kebal setelah pencangkokan ginjal atau hiperkalsemia baru pada
hiperparatiroidisme sekunder akut.
Secara umum, adapun tanda dan gejala dari hipertiroidisme, yaitu:
1. Gejala apatis
2. keluhan mudah lelah
3. kelemahan otot
4. mual, muntah
5. hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan
peningkatan kadar kalsium dalam darah
6. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah
tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan oleh
efek langsung kalsium pada otak serta sistem syaraf. Peningkatan kadar
kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan syaraf dan otot.
7. Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroid dapat terjadi akibat
demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel sel
raksasa benigna akibat pertumbuhan osteoklas yang berlebihan. Pasien
dapat mengalami nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah
punggung dan persendian; nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur
patologik; deformitas; dan pemendekan badan. Kehilangan tulang yang
berkaitan dengan hiperparatiroid merupakan faktor resiko terjadinya
fraktur.
8. Insidens ulukus peptikum dan pankeatis meningkat pada hiperparatiroid
dan dapat menyebabkan terjadinya gejala gastrointestinal.
G. Patofisiologi
1. Hiperparatiroidisme Primer
Hiperparatiroidisme primer terjadi akibat meningkatnya sekresi PTH, biasanya
adanya suatu edema paratiroid. Normalnya kadar kalsium yang rendah
menstimulasi sekresi PTH, sedangkan kadar kalsium yang tinggi menghambat
sekresi PTH. PPPada hiperparatiroidisme proimer ,PTH tidak tertekan dengan
meningkatnya kadar kalsium (terjadi disfungsi system umpan balik negatif), hal
ini menimbulkan keadaan hiperkalsemia. Dalam beberapa hal peningkatan
kalsium serum merupakan satu-satunya tanda disfungsi paratiroid dan terdektesi
dengan pemeriksaan rutin. Gejala kelemahan yang ringan dan mudah mengalami
kelelahan timbul. Pada beberapa pasien efek hiperkalsemia yang berat (pada
penyakit ginjal atau tulang) dapat pula menjadi bukti.
Hampir semua gejala yang timbul akibat adanya hiperkalsemia, namun
vomitus dan anoreksia mengawali hipokalsemia. Akibat peningkatan kalsium
pada otot menimbulkan hipotonusitas otot-otot kerangka, refleks tendon dan otototot gastrointestinal. Melemahnya otot dan timbulnya kelemahan sering dijumpai.
Perubahan mental bermacam-macam mulai dari kebingungan pai depresi atau
psikosis. Peningkatan gejala yang relatif masih kecil dapat merupakan penyebab
utama perubahan mental, khususnya pada orang tua.
Jika kadar kalsium serum meningkat antara 16 sampai 18 mg/dl. Krisis
hiperkalsemia akut terjadi. Muntah-muntah dengan hebat menyebabkan dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit. Demam, perubahan mental yang berat atau
koma dapat timbul, berakhir dengan suatu kematian jika penyakitnya tidak diatasi.
Hiperplasia dan produksi PTH yang berlebihan mungkin cukup untuk
mempertsahnakan
kadar
kalsium
yang
normal,
namun
hal
ini
dapat
membahayakan integritas tulang. Berbagai macam lesi tulang dapat timbul, nyeri
tulang hebat, dan fragilitas tulang menjadi predisposisi terjadinya trauma pada
pasien. Berbeda dengan hiperparatiroid gagal ginjal ditandai dengan adanya
hiperfosfatemia.
2. Hiperparatiroidisme Sekunder
Hiperparatiroidisme sekunder timbul karena suatu keadaan hipokalsemia
kronik, seperti pada gagal ginjal. Hiperplasia kelenjar paratiroid terjadi dengan
meningkatnya PTH. Pada beberapa pasien dengan keadaan ini, kelenjar paratiroid
memiliki sifat otonom dan kehilangan sifat responsivitasnya terhadap kadar
kalsium serum (hiperparatiroidisme tersier).
Hiperparatiroidisme
menyebabkan
hiperkalsemia
dan
hipofosfatemia.
Terdapat penigkatan ekskresi baik kalsium maupun fosfat urin dengan efek
sebagai berikut :
a) Ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin.
b) Poliuria
c)
sebenarnya
dapat
memperburuk
hiperkalsemia
dengan
yang
penting
dan
terjadi
pada
55%
penderita
Penatalaksanaan
1. Kausal: Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
2. Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan
Hidrasi dengan infuse
3. Sodium chloride per os
4. Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15 mgr %
atau 3,75 mmol / L):
5. Koreksi (rehidrasi) cepat per infuse
6. Forced diuresis dengan furosemide
7. Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus perlahnlahan (1-2 kali seminggu)
8. Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
9. Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal.
J. Pengobatan/ Penyembuhan
1. Primary hiperparathyroidism (hiperparatiroidisme primer)
Operasi
pengangkatan
kelenjar
yang
semakain
membesar
adalah
L. Prognosis
Pengobatan hiperparatiroidisme sekunder pada kebanyakan pasien berhasil.
Pasien yang menjalani pengangkatan kelenjar paratiroid mempunyai kira-kira
10% resiko kumatnya penyakit. Hal ini mungkin berkaitan dengan fungsi yang
berlebihan atau hilangya kelenjar dileher atau hiperplasia. Adakalanya pasien
yang telah menjalani operasi tetap mengalami hiperparatiroidisme, jika jaringan
telah
dicangkkok,
hipoparatiroidisme.
adakalanya
pencagkokan
dapat
membalikkan
II.
Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan Utama
b.
c.
d.
e.
f.
hiperparatiroid
g. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
h. Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
3. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
a.
Breath (B1):
Gejala: nafas pendek, dispnea nocturnal paroksimal, batuk dengan / tanpa sputum kental
dan banyak.
Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan frekensi/kedalaman (pernafasan Kussmaul)
b. Blood (B2)
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi,
Tanda: hipertensi (nadi kuat, edema jaringan, pitting pada kaki, telapak tangan),
disritmia jantung, pucat, kecenderungan perdarahan.
c.
Brain (B3)
Gejala: penurunan daya ingat, depresi, gangguan tidur, koma.,
Bowel (B5)
Bone (B6)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
Kalsium serum meninggi
Fosfat serum rendah
Fosfatase alkali meninggi
Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
Foto Rontgen:
Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
Cystic-cystic dalam tulang
Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
Analisa Data
No Data
1.
DS : px mengeluhkan nyeri
pada tulangnya
DO :
S : 36,3 N : 78x/menit
TD : 160/100
RR : 20x/menit
Pergerakan sendi : terbatas
Kekuatan otot :
3
3
3
3
Kelainan ekstremitas (+)
Kelainan tl.belakang (-)
Fraktur (+)
Kompartmen syndrome
Turgor kulit : kurang
Analisis data
Masalah keperawatam
Hiperaratiroid
Nyeri akut
$
produksi kalsium
$
Merangsang kelenjar
paratiroid untuk
meningkatkan sintesis
paratiroid hormon
$
peningkatan giant
multinukleal osteoklas
pada lakuna Howship,
serta penggantian sel
normal & sumsum tulang
dengan jaringan fibrotik
$
Peningkatan kadar kalsium
ekstraselular (termasuk di
tulang) dan mengendap
pada jaringan halus.
$
kalsifikasi berbentuk nodul
pada jaringan subkutis,
tendon (kalsifikasi
DS : px mengeluhkan mual
dan muntah
DO :
S : 36,3 N : 78x/menit
TD : 160/100
RR : 20x/menit
Muntah (+)
Abdomen : kembung
Nyeri tekan (-)
Peristaltik : 7x/menit
Nafsu makan : menurun
Porsi makan : tidak habis
Hiperparatiroid
Gangguan nutrisi kurang
$
dari kebutuhan tubuh
Penurunan absorbsi
kalsium di gastrointestinal
$
Fungsi gastrointestinal
terganggu
$
Vomiting, Reflux,
Anorexia, konstipasi
$
Penurunan berat badan
$
gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
3.
DS : DO :
Klien terpasang kateter,
Periksaan USG menunjukan
ada gumpalan batu di vesika
urinaria
hiperparatiroidisme
Perubahan pola eliminasi
tubular ginjal
urin
$
mereabsorpsi kalsium
secara berlebihan
$
deposit kalsium pada
parenkim ginjal
$
nefrolithiasis
$
meningkatkan sekresi
bentuk aktif vitamin D di
ginjal.
$
Terbentuk Batu ginjal yang
biasanya terdiri dari
kalsium oksalat atau
kalsium fosfat
$
Perubahan pola eliminasi
urin
B. Diagnosa Keperwatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kalsifikasi tulang
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan terganggunya
fungsi gastrointestinal
3. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan terbentuknya batu ginjal
C. Intervensi Keperwatan
1. Diagnosis I: Nyeri berhubungan dengan kalsifikasi tulang
Tujuan
Intervensi
Mandiri
Kaji secara komprehensif tentang
1
nyeri,
meliputi:
lokasi,
karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas
/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
predisposisi.
2
Observasi isyaratisyarat non
verbal dari ketidaknyamanan,
khususnya
dalam
ketidakmampuan untuk berkomunikasi
3
secara efektif.
Gunakan komunikasi terapeutik
agar pasien dapat mengekspresikan
nyeri
4
Anjurkan penggunaan tekhnik non
farmakologi (ex:relaksasi, guided
imagery, terapi musik,
distraksi,aplikasi panas-
Rasional
Mandiri
Pengkajian secara komprehensif dapat
mengenali karakteristik, lokasi nyeri
sehingga dapat membantu
menentukana cara menanganan yangg
tepat selanjutnya
Mengobservasi isytarat-isyarat non
verval pada klien dapat mempermudah
perawat berkomunikasi dengan klien
Komunikasi terapeutik dapat membuat
klien merasa lebih nyaman sehingga
klien dapat mengekspresikan nyerinya
pada perawat
Teknik non farmakologi dapat melatih
klien untuk mengurahi rasa nyerinya
sendiri
Kolaborasi
dingin,masase, dll)
Kolaborasi
1 Berikan anelgetik untuk
mengurangi nyeri
2.
Diagnosis II
Kriteria hasil :
a. Berat badan klien normal atau meningkat
b. Klien dapat menghabiskan makanan sesuai yang telah dijadwalkan oleh ahli gizi
dan dokter
1
2
3
4
3.
Intervensi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
1
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
2
mencegah
konstipasi
Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi )
Monitor jumlah nutrisi dan
3
kandungan nutrisi
Observasi kemampuan pasien
4
untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Rasional
Perlu adanya konsultasi untuk
menyamakan
persepsi
mengenai
pemenuhan kebutuhan nutrisi
Untuk menanggulangi masalah
gangguan fungsi
gastrointestinal,
sehingga pikanerlu asupan nutrisi yang
memperhatikan tekstur dan kaya serat.
Mengetahui porsi nutrisi adekuat pada
klien
Mengetahui efektifitas pola asupan
nutrisi sebelumnya penatalaksanaan
lebih lanjut
Kriteria hasil :
a. Haluaran urin normal
b. Pengeluaran urin teratur
1
Intervensi
Rasional
Pertahankan catatan intake dan
1
Agar tercapai keseimbangan cairan
output yang akurat
tubuh,
dengan
memperhatikan
2
3
4
5
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan atau dikerjakan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat.
E. Evaluasi
MK: Retensi
urin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dan dokter
7. Haluaran urin normal
8. Pengeluaran urin teratur
DAFTAR PUSTAKA
Gambar-14.jpg. diakses 1 Maret 2011, pascapharmacy10.blogspot.com Web site:
http://t1.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcR20hKeIM3Y_GUr8gDPSGGVKe368qDk1C_QfTuVtRjZzdPtbS
UINQ
Henderson, M.A.1997.Ilmu Bedah untuk Perawat.Terjemahan dari Essential Surgery for
Nurses.Penerjemah: Dr. Andry Hartono.Editor:Dr. Sutantri.Jakarta: Yayasan
Esentia Medica
Paratiroid_jpg copy.jpg. Diakses 1 Maret 2011, dari humanhormone.blogspot.com Web
site:
http://t0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcRRAuriVFW6snO5cpmsU6U3bjQuvQqi2Ks3XiHZENrKRa4W2
crj
Paratiroid.jpg. Diakses 1 Maret 2011, dari nursingacademy2c.blogspot.com Web site:
http://t0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcRXbieo2QQ26oor09jf2IVUAXKunjs5t9yKCO8YLsYuO_Bd7bjcg
Seane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat, R., dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. dan B.G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. E/8.
Agung Waluyo, I Made Karyasa, Julia, H.Y. Kuncara, dan Yasmin Asih,
penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Surgical
Nursing. Vol.1. E/8
dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang
banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.
2. ANATOMI FISIOLOGI
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus
ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus
keempat cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk
kelenjar paratiroid dibagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus
ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan
kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya sangat bervariasi. Kelenjar
paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada posterolateral kutub bawah
kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar
paratiroid kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid. (R.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong, 2004, 695)
Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak
tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan
dua di kutub inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya
dapat cukup bervariasi, jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di
mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan
tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat
kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama mengandung sel
utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus
retikulum endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi
hormon paratiroid (PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar
mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya
Pada manusia, sebelum pubertas hanya sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel
ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia muda,
sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih belum jelas, sel-sel ini
mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi mensekresi
sejumlah hormon.
hypocalcuric
dan
hypercalcemia
dan
neonatal
severe
4. PATOFISIOLOGI
Namanya juga patofisiologi bikin sendiri donk...... Sesuai uraian materi disini
tentunya.
5. TANDA DAN GEJALA
Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan gejala akibat terganggunya
beberapa sistem organ. Gejala apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual,
muntah, konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung dapat terjadi; semua ini
berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium dalam darah. Manifestasi psikologis
dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah tersinggung dan neurosis hingga
keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek langsung kalsium pada otak serta
sistem saraf. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi
jaringan saraf dan otot.
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan
peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi
hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi kalsium
fosfat dalam pelvis da ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal (rena
calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroidisme dapat terjadi akibat
demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul berupa sel-sel raksasa
benigna akibat pertumbuhan osteoklast yang berlebihan. Pasien dapat mengalami
nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah punggung dan persendian;
nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas; dan pemendekkan
badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan hiperparatiroidisme merupakan
faktor risiko terjadinya fraktur.
Insidens ulkus peptikum dan prankreatis meningkat pada hiperparatiroidisme dan
dapat menyebabkan terjadinya gejala gastroitestinal. (Brunner & Suddath, 2001)
6. KLASIFIKASI
a. Primary hiperparathyroidisme (hiperparatiroidisme primer)
Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai
konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi. Kebanyakan juga mempunyai
konsentrasi serum kalsium yang tinggi, dan bahkan juga konsentrasi serum ion
kalsium yang juga tinggi. Tes diagnostik yang paling penting untuk kelainan ini
adalah menghitung serum hormon paratiroid dan ion kalsium. Penderita
hiperparatiroid primer mengalami peningkatan resiko terjangkit batu ginjal sejak
10 tahun sebelum didiagnosis. Pengangkatan paratiroid mereduksi resiko batu
ginjal hingga 8.3%, dan bahkan setelah 10 tahun sejak pengangkatan, resiko
menjadi hilang.
b. Secondary hyperparathyroidisme (hiperparatiroidisme sekunder)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang berlebihan
karena rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus, kelainan ini
berkitan dengan gagal ginjal akut. Penyebab umum lainnya karena kekurangan
vitamin D. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 5)
Hipersekresi hormon paratiroid pada hiperparatiroidisme sekunder sebagai
respons terhadap penurunan kadar kalsium terionisasi didalam serum. (Clivge R.
Taylor, 2005, 780)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah hiperplasia kompensatorik keempat kelenjar
yang bertujuan untuk mengoreksi penurunan kadar kalsium serum. Pada sebagian
besar kasus, kadar kalsium serum dikoreksi ke nilai normal, tetapi tidak
mengalami peningkatan. Kadang-kadang, terjadi overkoreksi dan kadar kalsium
c.
dengan
perkembangan
hipersekresi
hormon
paratiroid
karena
hiperkalsemia.
7. KOMPLIKASI
Krisis hiperkalsemia akut dapat terjadi pada hiperparatiroidisme. Keadaan ini
terjadi pada kenaikan kadar kalsium serum yang ekstrim. Kadar yang melebihi 15
mg/dl (3,7 mmol/L) akan mengakibatkan gejala neurologi, kardiovaskuler dan
ginjal yang dapat membawa kematian. Pembentukan batu pada salah satu atau
kedua ginjal yang berkaitan dengan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor
merupakan salah satu komplikasi hiperparatiroidisme yang penting dan terjadi
pada 55% penderita hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat
presipitasi kalsium fosfat dalam pelvis dan ginjal parenkim yang mengakibatkan
batu ginjal (renal calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
8. TES DIAGNOSTIK
Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium
dalam darah disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat
menyebabkan
tingginya
kadar
kalsium
dalam
darah,
tapi
hanya
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
9. PENATALAKSANAAN
Terapi yang dianjurkan bagi pasien hiperparatiroidisme primer adalah tindakan
bedah untuk mengangkat jaringan paratiriod yang abnormal. Namun demikian,
pada sebagian pasien yang asimtomatik disertai kenaikaan kadar kalsium serum
ringan dan fungsi ginjal yang normal, pembedahan dapat ditunda dan keadaan
pasien dipantau dengan cermat akan adanya kemungkinan bertambah parahnya
hiperkalsemia, kemunduran kondisi tulang, gangguan ginjal atau pembentukan
batu ginjal (renal calculi).
Dehidrasi karena gangguan pada ginjal mungkin terjadi, maka penderita
hiperparatiroidisme primer dapat menderita penyakit batu ginjal. Karena itu,
pasien dianjurkan untuk minum sebanyak 2000 ml cairan atau lebih untuk
mencegah terbentuknya batu ginjal. Jus buah yang asam dapat dianjurkan karena
terdapat bukti bahwa minuman ini dapt menurunkan pH urin. Kepada pasien
diuminta untuk melaporkan manifestasi batu ginjal yang lain seperti nyeri
abdomen dan hemapturia. Pemberian preparat diuretik thiazida harus dihindari
oleh pasien hiperparatiroidisme primer karena obat ini akan menurunkan eksresi
kalsium lewat ginjal dan menyebabkan kenaikan kadar kalsium serum. Disamping
itu, pasien harus mengambil tindakan untuk menghindari dehidrasi. Karena
adanya resiko krisis hiperkalsemia, kepada pasien harus diberitahukan untuk
segera mencari bantuan medis jika terjadi kondisi yang menimbulkan dehidrasi
(muntah, diare). Mobilitas pasien dengan banyak berjalan atau penggunaan kursi
goyang harus diupayakan sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami stress
normal akan melepaskan kalsium merupakan predisposisi terbentuknya batu
ginjal.
Pemberian fosfat per oral menurunkan kadar kalsium serum pada sebagian pasien.
Penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan
pengendapan ektopik kalsium fosfat dalam jaringan lunak.
Diet dan obat-obatan. Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi meskipun pasien
dianjurkan untuk menghindari diet kalsium terbatas atau kalsium berlebih. Jika
pasien juga menderita ulkus peptikum, ia memerlukan preparat antasid dan diet
protein yang khusus. Karena anoreksia umum terjadi, peningkatan selera makan
pasien harus diupayakan. Jus buah, preparat pelunak feses dan aktivitas fisik
B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang rinci mencakup :
a. Riwayat kesehatan klien.
b. Riwayat penyakit dalam keluarga.
c. Keluhan utama, antara lain :
1) Sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot
2)
Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anorexia, obstipasi, dan nyeri
3)
4)
d.
e.
f.
1)
2)
3)
g.
bingung bahkan koma dan bila tidak ditangani kematian akan mengancam.
h. Pemeriksaan diagnostik, termasuk :
1) Pemeriksaan laboratorium : dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam
plasma yang merupakan pemeriksaan terpenting dalam menegakkan kondisi
hiperparatiroidisme. Hasil pemeriksaan laboratorium pada hiperparatiroidisme
primer akan ditemukan peningkatan kadar kalsium serum; kadar serum posfat
anorganik menurun sementara kadar kalsium dan posfat urine meningkat.
2) Pemeriksaan radiologi, akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista dan
trabekula pada tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
RASIONAL
Karena klien rentan untuk mengalami fraktu
patologis
bahkan
oleh
benturan
ringa
mungkin
karena
tulang
yan
batu ginjal.
Membantu pasien mengoptimalkan prose
3.
penyembuhan.
Mengoptimalkan
energi
untuk
prose
penyembuhan pasien.
fisik seperti cara mengubah posisi tubuh, Mencegah terjadinya trauma fisik.
dan
cara
berjalan
serta
menghindari
INTERVENSI
Perbanyak asupan klien sampai
1.
2500 ml cairan per hari.
RASIONAL
Dehidrasi merupakan hal yang
berbahaya
bagi
klien
dengan
dan
kadar
kalisum
memudahkan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia dan
mual.
Tujuan : Klien akan mendapat masukan makanan yang mencukupi, seperti yang
dibuktikan oleh tidak adanya mual dan kembali pada atau dapat mempertahankan
berat badan ideal.
1.
INTERVENSI
Berikan dorongan pada klien
1.
RASIONAL
Untuk mencegah terjadinya
untuk
memperbaiki
2.
Bantu
klien
mengembangkan
diet
mencakup
kalori
tinggi
tanpa
4. Agar lebih tepat dalam penentuan
produk yang mengandung susu.
kebutuhan nutrisi yang harus
4. Rujuk klien ke ahli gizi untuk
dipenuhi oleh pasien dimana
membantu perencanaan diet klien.
pasien
dianjurkan
untuk
menghindari diet kalsium terbatas
atau kalsium berlebih. Karena
anoreksia
umum
terjadi,
harus diupayakan.
DAFTAR PUSTAKA
-