Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1 Miriam Budiardjo, 2004, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 30.
(cet.26).
2 Moh. Kusnardi, Harmaily Ibrahim, 1988, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
HTN FH UI dan CV Sinar Bakti, Jakarta, hlm 65. (cet. 7).
3 Soehino, 1993, Hukum Tata Negara : Sistem Pemerintahan Negara, Liberty, Yogyakarta, hlm 52.
4 Miriam Budiardjo, op.cit. hlm 151.
5 Ibid.
dan
menertibkan
gejala-gejala
kekuasaan
dalam
masyarakat. 10
ketatanegaraan Indonesia ?.
2. Bagaimana memposisikan hukum dan politik dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia ?.
3. Apa solusi konkret yang dapat diimplementasikan dalam rangka menjaga
independensi hukum dari intervensi politik ?.
Rumusan masalah ini akan memberikan pedoman dan arahan dalam mengambil
kesimpulan terhadap permasalahan yang diutarakan.
BAB II
PEMBAHASAN
17 Ibid.
18 Miriam Budiardjo, op.cit, hlm 8.
19 Ibid.
20 Ibid, hlm 9.
5
1. Negara (state), adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai
2.
3.
4.
5.
Ilmu politik mempelajari atau mengkaji politik, dan seperti disebutkan diatas ini
politik itu menyangkut sistem politik (Negara), pengambilan keputusan (decision
making), kebijakan umum (public policy) atau kebijakan (policy), kekuasaan (power)
dan
kewenangan
(authority),
dan
(allocation).25Dari
unsur-unsur
pokok
pembagian
yang
(distribution)
dipaparkan
atau
diatas,
alokasi
setidaknya
adanya
proses
politik.
Bila
kita
membahas
atau
membicarakan
Gubernur terpilih. Dua penghitungan suara dan dua keputusan yang berbeda ini
menimbulkan konflik berkepanjangan. Kubu Abdul Gafur-Fabanyo bersikukuh
bahwa merekalah yang menang karena KPU Pusat telah melakukan prosedur yang
berdasarkan UU dalam pengambilalihan pilkada Malut, sehingga hasilnyapun
bersifat definitif. Sementara kubu Thaib-Kasuba tetap pada pendiriannya bahwa
keputusan KPUD Malutlah yang sah, tidak ada kewenangan KPU untuk
membatalkan keputusan KPUD. Mendagri Mardiyanto pun angkat bicara, beliau
berpendapat untuk membiarkan KPU menjalankan tugasnya dan mengenai persoalan
pengambilalihan tugas akan diproses secara hukum.
Penonaktifan dua orang anggota KPUD Malut, yaitu M Rahmi Husen dan
Nurbaya Soleman berujung pada ancaman untuk menggugat KPU ke pengadilan.
Mereka bersikukuh bahwa penghentian sementara mereka tidak berdasar sama
sekali. Bahkan dinilai salah menggunakan UU. UU 22/2007 dianggap belum berlaku
sepenuhnya karena proses pilkada sudah berlangsung dan menggunakan UU
32/2004. Dengan demikian KPU Pusat tidak dapat mengambil alih. Mantan anggota
KPU Chusnul Mariyah pun mengatakan bahwa bila terjadi keraguan dalam
penghitungan suara, maka bisa dilihat dari hasil suara satu tingkat dibawahnya.42
Permasalahan pilkada Maluku Utara ini merupakan permasalahan dan ujian
yang pertama bagi KPU pasca dilantik Presiden tanggal 23 Oktober lalu. Pada hari
kamis 22 November 2007, KPU menggelar rapat pleno yang hasilnya memenangkan
pasangan Abdul Gafur-Fabanyo. Rapat pleno yang digelar itu tidak luput dari
perhatian publik yang ingin mengawal pilkada Malut. Tidak terkecuali pendukung
kedua calonpun ikut memanaskan situasi di sekitar kantor KPU yang bertempat di
Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.
Keributanpun sempat mewarnai proses rapat pleno. Bahkan keributan sempat
berlangsung dua kali. Yang pertama adalah saling dorong antara Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK) dengan aparat, saat anggota PPK memaksa masuk ke ruang ketua
KPU untuk mintga penjelasan mengenai pemeriksaan anggota PPk satu per satu.
Yang kedua adalah keributan karena bertemunya pendukung antara kedua kubu
pasangan yang saling beratraksi dan orasi. Sementara itu, ketua KPU Belitung
42 Lebih jelas baca Seputar Indonesia, Jumat, 23 November 2007, hlm 12.
11
BAB III
KESIMPULAN
14
15