Vous êtes sur la page 1sur 19

A.

LATAR BELAKANG LAHIRNYA KETENTUAN AKUNTANSI UNTUK


KEGIATAN BISNIS INTERNASIONAL
Standar Akuntansi untuk bisnis luar negeri serta transaksi pertukaran
dalam mata uang asing dimulai pada tahun 1939 dengan dikeluarkannya
Accounting Research Bulletin (ARB) No. 4. Ketentuan ini kemudian
diperbaharui dengan ARB No. 43 tahun 1953, Bab 12. Prosedur utama
akuntansi untuk bisnis luar negeri tidak berubah sampai dibentuknya
FASB (Financial Accounting Standard Board) pada tahun 1973.
Di Indonesia perkembangan standar akuntansi untuk bisnis internasional
berjalan seiring dengan dikeluarkannya PSAK tahum 1994. Dalam PSAK
No. 10 dan 11 dijelaskan standar yang digunakan perusahaan dalam
mencatat transaksi dalam mata uang asing dan dalam menjabarkan
laporan keuangan mata uang asing.
Sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata
uang asing ke dalam mata uang domestic (dalam hal ini Rupiah),
meliputi :
1. Metode lancar-tak lancar (current-noncurent), yang menjabarkan akunakun lancar (current account) pada kurs sekarang, serta akun-akun
tidak lancar (noncurrent account) pada kurs historis.
2. Metode moneter-nonmoneter, yang mengubah aktiva dan kewajiban
moneter pada kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan
kewajiban nonmoneter pada kurs historis
3. Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai
pada harga masa lalu, sekarang dan masa depan sedemikian rupa
sehingga mereka bisa dinilai dengan prinsip akuntansi yang sama.
Misalnya akun kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan kewajiban
yang dinilai dengan harga sekarang atau masa depan dijabarkan ke
dalam kurs sekarang. Demikian juga aktiva dan kewajiban yang dinilai
pada harga masa lalu dijabarkan ke dalam kurs historis yang layak.
4. Metode kurs sekarang, yang menjabarkan seluruh aktiva dan
kewajiban pada kurs sekarang.
B. TUJUAN PENJABARAN DAN KONSEP MATA UANG FUNGSIONAL
Tujuan penjabaran laporan keuangan adalah :
a) Menyajikan informasi yang secara umum sejalan dengan efek
ekonomis yang diharapkan dari perubahan kurs pada ekuitas dan arus
kas perusahaan
b) Menggambarkan dalam laporan konsolidasi dari aktivitas finansial
serta hubungan dari masing-masing entitas terkonsolidasi

sebagaimana dinilai dalam mata uang- mata uang fungsional agar bisa
sejalan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
Konsep Mata Uang Fungsional
Mata uang fungsional dari suatu entitas adalah mata uang yang berlaku di
wilayah operasional utama perusahaan. Jadi, mata uang fungsional dari
sebuah entitas luar negeri adalah mata uang dengan mana perusahaan
tersebut menghasilkan serta membelanjakan uang kas mereka. Jika mata
uang fungsional tidak dapat diidentifikasikan dari arus kas, maka-maka
faktor-faktor lain dapat dipertimbangkan. Indikator ekonomi sebagai
pelengkap arus kas yang digunakan untuk menentukan mata uang
fungsional adalah :
1. Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih banyak
ditentukan oleh persaingan di tingkat lokal atau regulasi pemerintah
lokal.
2. Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada di negara perusahaan
induk, atau kontrak penjualan yang didasarkan pada mata uang
perusahaan induk.
3. Pengeluaran seperti upah pekerja serta biaya material yang
merupakan biaya lokal.
4. Jika pendanaan ditentukan oleh mata uang lokal dari entitas luar
negeri, serta jika dana yang dihasilkan dalam operasi perusahaan
cukup untuk melunasi hutang, baik hutang saat ini maupun akan
dating.
5. Perjanjian serta transaksi antar perusahaan dalam volume yang besar.
Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh
IAI pada bulan Mei 1998 yang pada dasarnya mengacu pada FASB
Statement No. 52 mengubah beberapa definisi tradisional dengan
melakukan redefinisi atas mata uang asing. Sebelum standar ini
dikeluarkan, mata uang asing berarti semua mata uang selain mata uang
negara yang bersangkutan. Mata uang lokal adalah mata uang dari
negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam kegiatan
domestik maupun luar negeri dari negara yang bersangkutan.
Berdasarkan standar ini, mata uang asing adalah semua mata uang selain
mata uang fungsional dari suatu entitas.
Standar ini mengijinkan penggunaan dua metode yang berbeda untuk
mengkonversikan laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri
ke dalam mata uang domestik (dalam hal ini Rupiah) berdasarkan mata
uang fungsional dari entitas luar negeri. Jika mata uang fungsional adalah
Rupiah, maka laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri
dikonversikan ke dalam Rupiah dengan menggunakan prosedur yang

sama dengan metode temporal. Jika mata uang fungsional adalah mata
uang lokal di wilayah perusahaan anak dikonversikan ke Rupiah dengan
metode kurs sekarang. Perusahaan harus memilih netode yang paling
tepat untuk menggambarkan kegiatan bisnis di luar negeri mereka.

C. DEFINISI DAN KONSEP PERTUKARAN DALAM MATA UANG ASING


Tujuan dari suatu mata uang adalah menyediakan suatu standar nilai, alat
pertukaran, serta unit pengukuran. Mata uang dari negara-negara yang
berbeda memenuhi kedua fungsi pertama dengan derajat efisiensi yang
berbeda-beda. Namun pada dasarnya semua mata uang berperan
sebagai unit pengukuran bagi kegiatan ekonomi di negara-negara
bersangkutan. Jadi, sumber maupun kegiatan finansial dari suatu negara
dinilai dengan mata uang negara tersebut. Suatu transaksi dikatakan
dinilai dengan mata uang tertentu jika besarnya dinyatakan dalam mata
uang tersebut.
Perhitungan Langsung dan Tak Langsung atas Kurs
Kurs adalah nisbah antara satu unit mata uang dengan jumlah mata uang
lain yang setara dengan mata uang tersebut pada suatu waktu. Kurs
dapat dihitung langsung maupun tidak langsung. Jika diasumsikan bahwa
Rp 1.600 dapat ditukar dengan 1 Dollar Singapura, maka :
Perhitungan langsung (setara Rupiah) :
= Rp 1.600
Perhitungan tak langsung (mata uang asing per Rupiah) :
= 0,000625 Dollar Singapura
Pendekatan pertama disebut perhitungan langsung (dari sudut pandang
Indonesia) sebab kursnya dinyatakan dalam Rupiah. Artinya Rp 1.600
sama nilainya dengan 1 Dollar Singapura. Pendekatan kedua disebut
perhitungan tak langsung (dari sudut pandang Indonesia) sebab kursnya

dinyatakan dalam Dollar Singapura (mata uang asing). Artinya 0,000625


Dollar Singapura sama nilainya dengan 1 Rupiah.
Kurs Mengambang, Tetap, serta Berganda
Kurs dapat ditentukan besarnya oleh pemerintah, dan dapat juga
dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan perubahan di pasar uang. Kurs tetap
atau kurs resmi ditetapkan oleh pemerintah. Sebaliknya kurs bebas
mencerminkan harga pasar yang berfluktuasi berdasarkan permintaan
dan penawaran serta faktor-faktor lain dari pasar uang dunia.
Kurs Mengambang secara teoritis, nilai suatu mata uang harus
mencerminkan daya belinya di pasar dunia. Misalnya, peningkatan dalam
laju inflasi suatu negara menunjukkan melemahnya daya beli mata uang
negara tersebut. Maka nilai mata uang tersebut melemah relatif terhadap
nilai mata uang lain. Surplus perdagangan yang besar menunjukkan
peningkatan permintaan atas mata uang negara yang bersangkutan dan
menyebabkan menguatnya mata uang tersebut relatif terhadap mata
uang lain. Sebaliknya, deficit perdagangan yang besar mengakibatkan
melemahnya nilai mata uang negara bersangkutan. Meskipun inflasi serta
neraca perdagangan merupakan basis bagi kurs mengambang, beberapa
faktor lain seringkali menjadi lebih berpengaruh. Para investor membeli
surat-surat berharga di pasar dunia, tingkat bunga menjadi lebih
menentukan dalam permintaan dan penwaran mata uang ketimbang
defisit perdagangan. Transaksi perdagangan mata uang yang bersifat
spekulatif juga mempengaruhi penentuan nilai kurs.
Kurs Tetap dan Kurs Berganda jika kurs yang dipakai adalah kurs
tetap, pemerintah dapat menetapkan kurs yang berbeda untuk transaksi
yang berbeda. Misalnya pemerintah menetapkan kurs preferensi untuk
impor, serta kurs penalti untuk ekspor, dalam rangka mencapai tujuan
perekonomian negara bersangkutan. Kurs seperti ini dikenal sebagai kurs
berganda.
Kurs Spot, Kurs Sekarang, dan Kurs Historis
Kurs spot (spot rate) adalah kurs untuk pertukaran yang terjadi langsung
pada saat transaksi
Kurs sekarang (current rate) adalah kurs dimana satu unit mata uang
dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau
tanggal transaksi.
Kurs Historis (historical rate) adalah kurs yang berlaku pada tangga
tertentu terjadinya transaksi

Perhitungan Kurs

Inggris (Pound)
Kanada (Dollar)
Jepang (Yen)
Perancis (Franc)
Jerman (Mark)

Ekuivalen
Rupiah
Rp 3.755
Rp 1.653
Rp 19
Rp 423,46
Rp 1.427

Mata uang asing


per Rp 1
0,000266 Pound
0,000604 Kanada
0,053 Yen
0,00236 Franc
0,00070 Mark

D. TRANSAKSI MATA UANG ASING SELAIN KONTRAK BERJANGKA


Diskusi tentang transaksi mata uang asing ini mengasumsikan bahwa
sudut pandang diambil dari sebuah perusahaan di Indonesia yang
memiliki mata uang fungsional Rupiah (yang juga menjadi mata uang
lokalnya). Transaksi luar negeri adalah transaksi yang terjadi antar Negara
atau antar perusahaan dari Negara yang berbeda. Transaksi mata uang
asing adalah transaksi dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata
uang selain dari mata uang fungsional dari suatu entitas.
Penjabaran Kurs Spot
Asumsikan bahwa sebuah perusahaan Indonesia mengimpor persediaan
dari perusahaan Malaysia ketika kurs spot yang terjadi adalah Rp 730 per
Ringgit Malaysia. Dalam transaksi ditentukan pembayaran 10.000 Ringgit
dalam 30 hari.
Importer Indonesia mencatat transaksi tersebut sebagai :
Persediaan
Rp 7.300.000
Hutang dagang (Ma)
Rp 7.300.000
(Translasi 10.000 Ringgit x Kurs Spot 730)
Jika hutang dagang dibayar pada saat kurs spot adalah Rp 720
pembayaran transaksi tersebut dicatat sebagai :
Hutang Dagang (Ma)
Rp 7.300.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp 100.000
Kas
Rp 7.200.000
(Kas yang dibutuhkan sama dengan 10.000 Ringgit sama dengan kurs spot 720)

Membandingkan perbedaan akuntansi yang timbul jika transaksi luar


negeri dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas (Rupiah) dan
bukan dalam mata uang asing.

Transaksi Penjualan
Asumsi PT Indofood menjual barang dagang kepada Schweber Industries Ltd. Seharga
Rp 15.000.000 atau 10.000 Mark pada saat kurs Rp 1.500, dan menerima pembayaran
pada saat kurs Rp 1.490.
Jika tagihan dalam Rupiah
(Tanggal Penjualan)
Piutang Dagang
Rp 15.000.000
Penjualan
Rp 15.000.000
Untuk mencatat penjualan kepada Schweber Industries: invoice sebesar Rp 15.000.000
(Tanggal Pembayaran)
Kas
Rp 15.000.000
Piutang Dagang
Rp 15.000.000
Untuk mencatat penerimaan pembayaran penuh dari Schweber Industries
(Jika tagihan dalam Mark Jerman)
Piutang Dagang (ma)
Rp 15.000.000
Penjualan
Rp 15.000.000
Untuk mencatat penjualan kepada Schweber; tagihan untuk 10.000 Mark Jerman
(10.000 Mark x Rp 1.500 = Rp 15.000.000)
Kas (ma)
Rp 14.900.000
Kerugian Pertukaran Mata Uang
100.000
Piutang Dagang
Rp 15.000.000
Untuk Mencatat penerimaan pembayaran penuh dari Schweber Industries (10.000 Mark
x Rp 1.490 = Rp 14.900.000

Transaksi Pembelian
Asumsi Indofood membei barang dagang dari Schweber seharga Rp 7.500.000 atau
5.000 Mark pada sat kurs Rp 1.500, dan membayar hutang tersebut ketika kurs Rp 1.520
Jika tagihan dalam Rupiah
(Tanggal Pembelian)
Persediaan
Rp 7.500.000
Hutang Dagang
Rp 7.500.000
Untuk mencatat pembelian dari Schweber; tagihan Rp 7.500.000
(Tanggal Pembayaran)
Hutang Dagang
Rp 7.500.000
Kas
Rp 7.500.000
Untuk mencatat pembayaran penuh pada Schweber
Jika tagihan dalam Mark Jerman
Persediaan
Rp 7.500.000
Hutang Dagang (ma)
Rp 7.500.000
Untuk mencatat pembelian dari Schweber : tagihan untuk
5000 Mark ( 5000 Mark x Rp 1.500 = Rp 7.500.000)
Hutang Dagang (ma)
Rp 7.500.000
Kerugian pertukaran mata uang
100.000
Kas
Rp 7.600.000
Untuk mencatat pembayaran penuh pada Schweber
(5000 Mark x Rp 1.520 = Rp 7.600.000)
Pembelian yang Dinyatakan dalam Mata Uang Asing

Sebuah perusahaan Indonesia, PT. Abuba membeli barang dagang dari


perusahaan Kebangsaan Malaysia, pada tanggal 1 Desember 19X8
sebesar 10.000 ringgit, pada saat kurs spot untuk ringgit Malaysia adalah
Rp. 770. PT Abuba melakukan tutup buku pada 31 Desember 19X8 pada
saat kurs spot untuk ringgit mencapai Rp 765, dan melunasi hutang
tersebut pada taggal 30 Januari 19X9 pada saat kurs spot adalah Rp 775.
Kejadian dan transaksi ini dicatat PT Abuba sebagai :

1 Desember 19X8
Persediaan
Rp 7.700.000
Hutang Dagang (ma)
Rp 7.700.000
(untuk mencatat pembelian barang dagang dari kebangsaan Malaysia
(10.000 ringgit x kurs Rp 770)
31 Desember 19X8
Hutang dagang (ma)
Rp 50.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp 50.000
Untuk menyesuaikan hutang dagang dengan kurs pada akhir tahun
(10.000 ringgit x (Rp 770 Rp 765))
30 Januari 19X9
Hutang dagang (ma)
Rp 7.650.000
Kerugian pertukaran mata uang
Rp 100.000
Kas
Rp 7.750.000
Untuk mencatat pembayaran total kepada Kebangsaan Malaysia
(10.000 ringgit x kurs Rp 775)

Penjualan yang Dinyatakan Dalam Mata Uang Asing


Pada tanggal 16 Desember 19X8, PT Abuba menjual barang dagang ke
kebangsaan Malaysia seharga 20.000 ringgit, saat kurs spot untuk ringgit
adalah Rp 760. Pt Abuba melakukan tutup buku pada 31 Desember 19X8
ketika kurs spot Rp 765. Kebangsaan Malaysia melunasi hutangya pada
tanggal 15 Januari 19X9 pada kurs spot Rp 770, dan PT Abuba mengkonversi

ringgit tersebut ke rupiah pada 20 Januari 19X9 pada kurs spot Rp 72,5.
Pencatatan yang dilakukan PT Abuba adalah sebagai berikut:

16 Desember 19X8
Piutang dagang (ma)
Rp 15.200.000
Penjualan
Rp 15.200.000
Untuk mencatat penjualan ke Kebangsaan Malaysia (20.000 ringgit x kurs Rp
760)
31 Desember 19X8
Piutang dagang (ma)
Rp 100.000
Keuntungan Pertukaran mata uang
Rp 100.000
Untuk menyesuaikan piutang dagang pada akhir tahun (20.000 ringgit x (Rp
765 Rp 760))

15 januari 19X9
Kas (ma)
Rp 15.400.000
Piutang Dagang
Rp 15.300.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp 100.000
Untuk mencatat pelunasan hutang oleh kebangsaan Malaysia (20.000 ringgit x Rp
770)
Dan mengakui keuntungan pertukaran mata uang untuk tahun 19X9 (20.000 ringgit
x (Rp 770 Rp 765)
20 Januari 19X9
Kas
Rp.15.450.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp 50.000
Kas (ma)
Rp 15.400.000
Untuk mengkonversikan 20.000 ringgit menjadi rupiah (20.000 x Rp 772,5)

Kontrak Forward Mata Uang dan Perjanjian-Perjanjian Lainnya


Perusahaan-perusahaan seringkali dapat menghindari keuntungan maupun
kerugian dari perubahan nilai kurs dengan cara melunasi atau meminta
pelunasan langsung (transaksi tunai) atau dengan melakukan operasi
hedging. Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau pembelian mata
uang asing untuk menghindari risiko memegang hutang atau piutang dalam
mata uang asing. Terdapat empat situasi dimana kontrak berjangka ini
digunakan, yaitu:

1. Untuk berspekulasi dalam pergerakan harga nilai tukar.


2. Untuk melakukan hedging atas posisi hutang bersih atau aktiva bersih
mata uang asing yang dieksposur
3. Untuk melakukan hedging komitmen mata uang asing
4. Untuk melkukan hedging investasi bersih di entitas luar negeri.
Spekulasi
Keuntungan maupun kerugian selisih kurs dari kontrak berjangka untuk
tujuan spekulasi terhadap pergerakan harga mata uang asing dimasukkan
kedalam pendapatan dimana kurs forward mengalami perubahan. Akuntansi
dasar bagi kontrak berjangka untuk tujuan spekulasi diilustrasikan pada
contoh berikut.
Pada tanggal 2 Nopember 19X7, Astra Internasional menyetujui kontrak
berjangka 90 hari untuk membeli 10.000 ringgit Malaysia pada saat kurs
forward 90 hari untuk ringgit adalah Rp 615. Kurs spot untuk ringgit pada
tanggal 2 Nopember 19X7 tersebut adalah Rp 619. Kurs pada 31 Desember
19X7 dan 30 januari 19X8 adalah sebagai berikut:

Forward 30 hari
623
Kurs spot

31 Desember 19X7 30 Januari 19X8


Rp 620
Rp

Rp 625

Rp 628

Jurnal pembukuan Astra Internasional untuk mencatat transaksi spekulasi


tersebut adalah sebagai berikut :

2 Nopember 19X7
Piutang kontrak (ma)
Rp 6.150.000
Hutang Kontrak
Rp
6.150.000
Untuk mencatat kontrak 10.000 ringgit x kurs forward 90 hari Rp 6.150.000
31 desember 19X7
Piutang kontrak (ma)
Rp 50.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp 50.000
Untuk menyesuaikan piutang dari pialang valuta asing dan untuk mengakui
Keuntungan dari perubahan kurs (10.000 ringgit x kurs forward 30 hari Rp 620 Rp
615 per buku)
30 Januari 19X8
Kas (ma)
Rp 6.280.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp 80.000
Piutang kontrak (ma)
Rp
6.200.000
Untuk mencatat penerimaan 10.000 ringgit. Kurs spot yang berlaku untuk ringgit
adalah Rp 628
Hutang kntrak
Rp 6.150.000
Kas
Rp 6.150.000
Untuk mencatat pembayaran kewajiban kepada pialang valuta asing, dinyatakan
dalam Rupiah.

Hedging Atas Posisi Aktiva Bersih dan Kewajiban Bersih


Posisi aktiva bersih yang diekspos dalam mata uang asing merupakan
kelebihan aktiva yang dinyatakan dalam mata uang asing atas kewajiban
yang juga dinyatakan dalam mata uang asing tersebut dan ditranslasikan ke
dalam kurs yang berlaku.
Ilustrasi : Hedging atas aktiva berih yang diekspos

Pertamina menjual minyak kepada Monato Company Selandia Baru seharga


150.000 Nf pada tanggal 1 Desember 19x7. Tanggal transaksi adalah 1
Desember 19x7, dan pembayaran jatuh tempo dalam 60 hari, yaitu 30
Januari 19X8. Bersamaan dengan penjualan itu, Pertamina melakukan
kontrak berjangka atas nilai 150.000 Nf tersebut dengan pialang valuta asing
dalam waktu 60 hari juga. Kurs untuk Nf adalah sebagai berikut :
1 Desember 19X7 31 Desember 19X7 30 Januari
19X7
Kurs spot

Rp 1.015

Rp 1.014,8

Rp 1.014,7

Kurs Forward 30-hari


1.013,8

Rp 1.014

Rp 1.013,9

Rp

Kurs Forward 60-hari


1.013,6

Rp 1.014

Rp 1.013,8

Rp

Jurnal :
1 Desember 19X7
Piutang dagang (ma)
Rp 152.250.000
Penjualan
Rp 152.250.000
Untuk mencatat penjualan ke Monato Co. (150.000 Nf x Rp 1.015)
Piutang Kontrak
Rp 152.100.000
Diskon atas kontrak berjangka
Rp 150.000
Hutang kontrak (ma)
Rp
152.250.000
Untuk mencatat kontrak berjangka 150.000 Nf dalam 60 hari
Piutang : 150.000 Nf x Rp 1.014
Hutang : 150.000 Nf x Rp 1.015

Amortisasi dari sisa diskon kontrak berjangka yang belum disusutkan pada
tahun 19X8 mengurangi pendapatan Pertamina pada tahun 19X8 sebesar Rp
75.000

31 Desember 19X7
Kerugian pertukaran mata uang
Rp 30.000
Piutang dagang
Untuk menyesuaikan piutang dagang dengan kurs sekarang
(150.000 Nf (Rp 1.015 Rp 1.014,8) = Rp 30.000)

Rp 30.000

Hutang kontrak (ma)


Rp 30.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp 30.000
Untuk menyesuaikan hutang kontrak kepada pialang valuta asing dengan
Kurs sekarang. Hutang 150.000 x Rp 1048,8 = Rp 152.200.000)
Amortisasi diskon kontrak berjangka
Diskon atas kontrak berjangka
Untuk mencatat amortisasi diskon Rp 150.000 x (30x60)

Rp 75.000
Rp 75.000

Dalam analisis terakhir, Pertamina melakaukan penjualan sebesar Rp


152.250.000, diskon dari transaksi untuk menghindari risiko fluktuasi harga
luar negeri sebesar Rp 150.000, serta penerimaan Rp 152.100.000 dari
penyelesaian transaksi penjualan. Diskon sebesar Rp 150.000 dikenakan
pada pendapatan selama masa kontrak berjangka.

30 januari 19X8
Kas (ma)
Rp 152.205.000
Kerugian pertukaran mata uang
Rp 15.000
Piutang dagang
(ma)
Rp
152.220.000
Untuk mencatat peneriman pembayaran piutang dari monato company
Kas: 150.000 Nf x Rp 1.014,7
Hutang Kontrak (ma)
Rp 152.220.000
Keuntungan pertukaran mata uang
Rp 15.000
Kas (ma)
Rp 152.205.000
Untuk mencatat delivery 150.000 dari monato kepada pialang
Valuta asing dalam pengakuan atas kewajiban.

Kas

Rp 152.100.000

Piutang Kontrak
152.100.000
Untuk mencatat penerimaan kas dari pialang valuta asing

Rp

Amortisasi dari diskon atas kontrak berjangka


Diskon atas kontrak berjangka
Untuk mencatat aortisasi dari diskon atas kontrak berjangk
Rp 150.000 x (30/60 hari)

Rp 75.000
Rp 75.000

Hedging atas Posisi Kewajiban Bersih yang Diekspos


Prosedur akuntansi serupa dengan ilustrasi sebelumnya, kecuali bahwa
tujuannya adalah melakukan hedging kewajiban dalam denominasi mata
uang asing.
Misalnya, sebuah kontrak berjangka untuk menerima 10.000 dollar Australia
pada 60 hari setelahnya memiliki kurs forward Rp 1.575 pada saat kurs spot
Rp 1.560. Maka kontrak berjangka dicatat sebagai berikut:
Piutang Kontrak (ma)
Premium atas kontrak berjangka
Hutang Kontrak
15.750.000

Rp 15.600.000
Rp 150.000
Rp

Hedging Atas Komitmen Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi


Komitmen mata uang asing adalah sebuah kontrak atau perjanjian yang
dinyatakan dalam mata uang asing yang menimbulkan transaksi mata uang
asing pada waktu kemudian. Misalnya, sebuah perusahaan Indonesia
melakukan kontrak untuk membeli peralatan dari perusahaan kanada pada
satu waktu masa dating, dimana harga faktur dinyatakan dalam dollar
Kanada. Perusahaan Indonesia tersebut harus melaporkan penyesuaian
terhadap perubahan nilai tukar sebab harga Rupiah pada masa yang akan
datang bisa saja naik atau turun sebelum transaksi sesungguhnya
dilaksanakan.
Komitmen mata uang asing yang dapat diidentifikasi berbeda dengan posisi
aktiva dan kewajiban bersih terekspos sebab komitmen tidak perlu mengikuti

peraturan akuntansi untuk mencatat aktiva serta kewajiban yang terkait


dalam pos tertentu.
Ilustrasi: Hedging atas Komitmen Pembelian Mata Uang Asing yang dapat
Diidentifikasi
Pada tanggal 2 Oktober 19X7, PT Elang Perkasa melakukan kontrak dengan
Emerald Corporation, Qatar untuk pembayaran 1.000 peti minuman bourbon
pada harga 60.000 Riyal pada saat Kurs spot untuk riyal adalah Rp 750.
Bourbon tersebut akan dibayar pada tanggal 31 Maret 19X8. Untuk
melakukan hedging terhadap komitmen ini, PT Elang Perkasa membeli
60.000 Riyal Qatar yang akan diterimanya dalam waktu 180 hari dengan
kurs forward sebesar Rp 775. Kurs spot yang berlaku pada tanggal 31
desember 19X7 dan 31 Maret 19X8 adalah berturut-turut Rp 740 dan Rp
730.
2 Oktober 19X7
Piutang kontrak (ma)
Rp 45.000.000
Premium atas kontrak berjangka
Rp 1.500.000
Hutang Kontrak
Rp
46.500.000
Untuk mencatat pembelian 60.000 riyal untuk diterima dalam 180 hari
Pada kurs forward Rp 775.

Pada tanggal 31 Desember 19X7 kurs untuk riyal turun menjadi Rp 740, dan
PT elang Perkasa menyesuaikan nilai piutangnya untuk mencerminkan
jumlah 60.000 riyal tersebut dalam kurs yang berlaku. Penyesuaian ini
menimbulkan kerugian pertukaran sebesar Rp 600.000, namun kerugian ini
ditangguhkan dengan cara sebagai berikut

31 Desember 19X7
Kerugian pertukaran ditangguhkan
Rp 600.000
Piutang Kontrak (ma)
Rp 600.000
Untuk mencatat penanguhan kerugian pertukaran mata uang
6.000 riyal x (Rp 750 Rp 740)

Ayat jurnal pada 31 Maret 19X8 untuk mencatat transaksi mata uang asing
dan kontrak berjangka yang berkaitan adalah sebagai berikut:
31 Maret 19X8
1. Pembelian
Rp 43.800.000
Hutang dagang (ma)
Rp
43.800.000
Untuk mencatat penerimaan 1000 peti minuman bourbon pada harga
60.000 riyal x kurs Rp 730
2. Hutang Kontrak
Rp 46.500.000
Kas
Rp 46.500.000
Untuk mencatat kontrak berjangka dengan pialang valuta asing
(dinyatakan dalam Rupiah)
3. Kas (ma)
Rp 43.800.000
Kerugian pertukaran ditahan
Rp 600.000
Piutang kontrak
(ma)
Rp
44.400.000
Untuk mencatat penerimaan 60.000 riyal dari pialang valuta asing
Pada saat kurs berada pada Rp 730.
4. Hutang dagang
(ma)
Rp 43.800.000
Kas (ma)
Rp 43.800.000
Untuk mencatat pembayaran 60.000 riyal kepada Emerald Corp.
5. Pembelian
Rp 2.700.000
Premium atas kontrak berjangka
Rp 1.500.000
Kerugian pertukaran ditangguhkan
Rp
1.200.000
Untuk mengoreksi premium dan kerugian pertukaran ditangguhkan
Sebagai penyesuaian terhadap biaya pembelian barang dagang.

Melakukan Hedging atas Investasi Bersih dalam Suatu Entitas Luar Negeri
Ilustrasi : asumsikan bahwa PT Mitra Saudara, sebuah perusahaan Indonesia
memiliki 40 persen investasi ekuitas pada perusahaan Swiss, Bennett Ltd., yang
dibelinya ketika nilai buku sama dengan nilai pasar. Mata uang fungssional Bennet
adalah Franc Swiss. Oleh karena aktiva maupun kewajiban dari investi saling
dilindungi (hedge) satu sama lain, hanya aktiva bersih yang dilaporkn terpengaruh

oleh risiko fluktuasi kurs. Untuk melakukan hedging pelaporan mata uang asing ini,
penyesuaian penjabaran dari transaksi hedging ini harus berlawanan arah dengan
penyesuaian penjabaran dari aktiva bersih investi. Maka, PT Mitra Saudara
meminjam Franc Swiss untuk melakukan hedging investasi ekuitas. Suatu kerugian
penjabaran pada investasi ekuitaas akan saling meniadakan sepenuhnya atau
sebagian dengan keuntungan penjabaran dari pinjaman, dan sebaliknya
Saldo dari investasi PT Mitra Saudara dalam pembukuan Bennett pada 3 Desember
19X2 adalah Rp 1.280.000.000 atau setara dengan 40 persen aktiva bersih Bennett
yang berjumlah 2.000.000 Franc dikalikan kurs akhir tahun Rp 1.600. Pada tanggal
ini PT Mitra Saudara tidak memiliki saldo penyesuaian penjabaran relatif terhadap
investasinya di Bennett. Untuk bisa melindungi investasi barunya di Bennett, PT
Mitra Saudara meminjam 800.000 Franc untuk setahun dengan bunga 12 persen
pada 1 Januari 19X3 pada kurs spot Rp 1.600. Pinjaman ini dinyatakan dalam Franc
dengan bunga dan cicilan akan dibayarkan pada tanggal 1 Januari 19X4. PT Mitra
Saudara mencatat pinjamannya sebagai berikut :
1 Januari 19X3
Kas
Rp 1.280.000.000
Hutang Pinjaman (ma)
Rp 1.280.000.000
Untuk mencatat pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swiss
(800.000 Franc x kurs spot Rp 1.600)
Pada tanggal 1 Nopember 19X3 Bennett mengumumkan dan membayarkan dividen
sejumlah 100.000 Franc. PT Mitra Saudara mencatat penerimaan dividennya pada
kurs spot Rp 1.750 yang berlaku hari itu.
1 Nopember 19X3
Kas
Rp 70.000.000
Investasi pada Bennet
t
70.000.000
Untuk mencatat penerimaan dividen dari Bennett
(100.000 Franc x 40% x kurs spot Rp 1.750)

Rp

Untuk tahun 19X3 Bennett melaporkan keuntungan bersih 400.000 Franc. Kurs ratarata tertimbang untuk translasi penerimaan dan pengeluaran Bennett pada tahun
ini adalah Rp 1.700, sementara kurs sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3
adalah Rp 1.800. perubahan-perubahan dalam aktiva bersih Bennett ini dimasukkan
dalam ikhtisar sebagai berikut

Franc Swiss

Rupiah

Aktiva bersih, 1 Januari 19X3

2.000.000

Rp 1.600

Rp 3.200.000.000

Tambah: Pendapatan bersih 19X3

400.000

Rp 1.700

680.000.000

Kurang: Dividen

(100.000)

Rp 1.750

(175.000.000)

Penyesuaian ekuitas-perubahan
Aktiva bersih, 31 Desember 19X3

2.300.000

435.000.000
x

Rp 1.800

Rp 4.140.000.000

PT Mitra Saudara membuat jurnal di bawah ini pada tanggal 31 Desember 19X3
untuk mencatat bagiannya dala pendapatan Bennett

31 Desember 19X3
Investasi pada Bennett
Rp 446.000.000
Pendapatan dari Bennett
Rp 272.000.000
Penyesuaian ekuitas dari penjabaran
Rp 174.000.000
Untuk mencatat kepemilikan 40% dari pendapatan Bennett
(400.000 Franc x kurs rata-rata tertimbang Rp 1.700) dan untuk mencatat
Kepemilikan 40% dari penyesuaian translasi (Rp 435.000.000 x 40%)
PT Mitra Saudara juga menyesuaikan hutang pinjaman dan investasi ekuitas dengan kurs
sekarang pada tanggal 31 Desember 19X3 dan mengakui bunga atas pinjaman tersebut sebagai
berikut :
Penyesuaian ekuitas dari penjabaran
Rp 160.000.000
Hutang pinjaman
Untuk menyesuaikan hutang pinjaman yang
dinyatakan dalam Franc Swiss terhadap kurs berlaku
pada akhir tahun (800.000 Franc x (Rp 1.800 Rp 1.600))
Beban Bunga
Rp 163.200.000
Kerugian pertukaran mata uang
Rp 9.600.000
Hutang bunga
Untuk mencatat biaya bunga (pada kurs rata-rata tertimbang)
dan mengakui hutang bunga yang dinyatakan dalam Franc
pada kurs akhir tahun sebagai berikut :

Hutang bunga (800.000 Franc x bunga 12% x 1 tahun x kurs Rp 1.800)


Dikurangi: Biaya bunga (800.000 Franc x bunga 12% x 1 tahun x kurs

Rp 160.000.000

Rp 172.800.000

Rp 172.800.000

Rata-rata tertimbang Rp 1.700)


Kerugian pertukaran mata uang

Rp 162.200.000
Rp 9.600.000

Pada tanggal 1 Januari 19X4 PT Mitra Saudara membayar pinjaman beserta bunga pada kurs
spot Rp 1.800 sebagai berikut :
1 Januari 19X4
Hutang bunga (ma)
Rp 172.800.000
Hutang pinjaman (ma)
1.440.000.000
Kas
Rp 1.612.800.000
Untuk mencatat pembayaran pinjaman beserta bunga yang dinyatakan dalam Franc Swiss pada
saat kurs spot Rp 1.800
Sebagai hasil dari operasi hedging ini, perubahan dalam investasi PT Mitra Saudara pada Bennet
yang disebabkan oleh perubahan kurs sebagian diimbangi oleh pinjamnnya dalam Franc Swiss.
Penyesuaian ekuitas dari saldo translasi yang muncul dalam bagian ekuitas pemegang saham
milik PT Mitra Saudara dalam neraca pada tanggal 31 Desember 19X3 adalah kredit sebesar Rp
14.000.000 (Kredit Rp 174.000.000 dari investasi ekuitas dari translasi dikurangi debit Rp
160.000.000 dari penyesuaian pinjaman yang dinyatakan dalam Franc Swiss).

Vous aimerez peut-être aussi