Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kolelitiasis
Oleh :
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ardiansyah Putra
Eldisa Syafril
Fani Lutfiani
Gita Aprilonia
Ilhanda Putri
Mika Herly
7. Miza Seprina
8. Nilla Wiryanti
9. Rika Aprianti
10. Rizka Agusny
11. Sahmidar
Kelas : II A S1 Keperawatan
Dosen Pembimbing : Ns. H. Junaidi, S.Kep
Dosen Pakar : Elmi M.Kes
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Kolelitiasis. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas tutorial sistem Pencernaan.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil, terutama
kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya menbangun demi kepentingan makalah penulis di masa mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adannya makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.
Bukittinggi, 30 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulis................................................................................................1
1
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa. Angka prevalensi orang
dewasa lebih tinggi. Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin
(20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3% hingga 4%).
Kolelitiasis termasuk penyakit yang jarang pada anak. Menurut Ganesh et al dalam
pengamatannya dari tahun januari 1999 sampai desember 2003 di Kanchi kamakoti
Child trust hospital, mendapatkan dari 13.675 anak yang mendapatkan pemeriksaan
USG, 43 (0,3%) terdeteksi memiliki batu kandung empedu. Semua ukuran batu sekitar
kurang dari 5 mm, dan 56% batu merupakan batu soliter. Empat puluh satu anak (95,3%)
dengan gejala asimptomatik dan hanya 2 anak dengan gejala (Gustawan, 2007).
Di Indonesia, kolelitiasis baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi
penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak
mempunyai keluhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kolelitiasis ?
2. Bagaimana etiologi kolelitiasis?
3. Bagaiamana patofisiologi kolelitiasis ?
4. Apa saja manifestasi klinis kolelitiasis?
5. Apa saja faktor resiko kolelitiasis?
6. Bagaimana komplikasi kolelitiasis?
8. Bagaimana penatalaksanaan kolelitiasis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kolelitiasis
2. Untuk mengetahui etiologi kolelitiasis
3. Untuk mengetahui patofisiologi kolelitiasis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kolelitiasis
5. Untuk mengetahui faktor resiko kolelitiasis
6. Untuk mengetahui komplikasi kolelitiasis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik kolelitiasis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan kolelitiasis
BAB II
PEMBAHASAN
Kandung
empedu
adalah
kantong
visceral
hepar.
Kantung
empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya
menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding
anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan
permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan
sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi
kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi
kandung empedu dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan
permukaan visceral hati.
b.
Fisiologi Empedu
Kandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml.
B. Defenisi
C. Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkankan
atas 3 (tiga) golongan.
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50%
kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterol
b. Hipomotilitas kandung empedu
c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung <20%
kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsiumbilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk akibat adanya faktor
stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter
Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu,
khususnya E. Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan
dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin
menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan
adanya hubungan erat antara infeksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen
cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu
yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa
zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak
ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini
terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini
belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan
empedu yang steril.
3. Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50% kolesterol.
D. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi
terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.
a) Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi
empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap
dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk
membentuk batu empedu.
b) Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,
perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi
kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis.
Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan
keterlambatan pengosongan kandung empedu.
c) Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus
meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu ,dibanding
panyebab terbentuknya batu.
E. Faktor Resiko
5
a. Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon
(esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan
aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang
dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
orang degan usia yang lebih muda.
c. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi
gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
F. Manifestasi Klinis
Rasa nyeri dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,
kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas dan berkeringat dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran
kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya
disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi
besar, pasien mengalami anoreksia. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat
kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi
kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya
saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan
menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan
ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien
melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.
Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan
membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen
empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut Clay-colored
G. Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena
bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting
7
dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan
kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan
kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media
yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan
koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari
garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam
empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
(Schwartz,2000)
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang
lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris
yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. (Schwartz,2000).
H. Komplikasi
a. Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu tersumbat
oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.
b. Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi
yang
menyebar melalui saluran - saluran dari usus kecil setelah saluran- sa luran menjadi
terhalang oleh sebuah batu empedu.
c.
Hidrops
Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung empedu.
Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya.
Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi
empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.
d. Empiema
Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa
dan membutuhkan kole sistektomi darurat segera.
I. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan pendukung dan diit
Kurang lebih 80% pasien sembuh dengan istirahat, pemberian cairan infus,
pengasapan monogastrik, analgesik, dan antibiotik.
Diit dibatasi pada makanan cairan rendah lemak, penatalaksanaan diit merupakan bentuk
terapi utama pada pasien yang mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan
mengeluhkan gangguan gastrointestinal ringan.
b. Farmakoterapi
1. Obat-obat antikosinengik-antispasmodik.
2. Analgesik.
3. Antibiotik bila disertai kolesistitis
4. Asam empedu (asam kemodeoksikolat).
c. Litotripsi
1. Litotripsi syok gelombang extra konporeal: kejutan gelombang berulang yang
diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam kandung empedu untuk memecahkan
batu empedu.
2. Litotripsi syok gelombang intrakonporeal: batu dapat dipecahkan dengan ultra sound,
tembakan laser atau intotripsi hiokolik yang dipasang melalui endoskopi yang diarahkan
pada empedu.
d. Penatalaksanaan Pembedahan
1. Kolesistektomi
Merupakan salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan. Kandungan empedu
diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligari.
2. Minikolesistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandungan empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm. Jika dipertukaran batu kandung empedu yang berukuran lebih besar.
3. Kolesitektomi Lapanoskopi
Dilakukan melalui insisi kecil atau fungsi yang berat melalui dinding abdomen dalam
umbilikus.
J. Askep Kolelitiasis
1. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Nama
Jenis kelamin
Umur
No MR
Riwayat Kesehatan
RKS
: pasien mengtakan demam, berkeringat, lemah, nyeri hebat pada perut kanan atas
yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan
muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar, tidak nafsu makan,
kulit dan mata kuning, gatal-gatal pada kulit, urine berwarna sangat gelap, feses pucat.
RKD : klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayatkan sebelumnya. Klien
memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung
empedu pun tinggi.
RKK : Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok
manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan
riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat
keluarga.
Pemeriksaan Fisik
10
a.
b.
Tanda-Tanda Vital
Pada pasien kolelitiasis suhu meningkat diatas normal karenan terjadi infeksi dan proses
peradangan.
c.
Kepala
Wajah : Wajah menyeringai dan meringis karena kesakitan
Mata : Konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus (berwarna kuning), reflek
cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.
Mulut : Mukosa bibir tampak kering dan kuning
d.
Abdomen
Palpasi
e.
Integumen
Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dan kering serta turgor kulit
menurun.
Pemeriksaan penunjang
empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk
melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk
11
obstruksi/obstruksi joundice.
Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada
saluran atau pembesaran pada gallblader.
Data Fokus
1. Data Subjektif
pasien mengatakan :
Demam
Berkeringat
nyeri hebat pada perut kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu
lemah
feses pucat.
2. Data objektif
Tampak muntah
Ikterik
Konjungtiva anemia
Hb rendah
12
Analisa Data
Data
1. Ds :
Etilogi
Obstruksi
Masalah
atau Nyeri akut
spasme duktus
2. Ds :
Klien
Penurunan
mengatakan
3. Ds :
Anoreksia,
Pasien mengatakan mual, muntah
muntah, tidak nafsu makan,
mual, Ketidakseimbangan
nutri
kurang
dari
kebutuhan tubuh
lemah
Do :
Ds:
Kunjungtiva anemis
Turgor kulit jelek.
Hb rendah
Peningkatan
Pasien
mengatakn
kuning,
urin
Kulit
dan daerah
(khusus
Sklera)
tampak
mata
pasien
berwarna
kekuningan (ikterus)
palpasi
nyeri
pada
abdomen kuadran kanan
atas
Kadar
bilirubin
darah
dalam
meningkat
(hiperbilirubinemia)
Tugor kulit jelek, kusam
dan kering
Kenaikan kadar
transaminase
enzim
SGOT,
SGPT
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis : obstruksi, proses inflamasi
b. Resiko kekurangan volume cairan b.d penurunan intake cairan dan mual, muntah
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
anoreksia
d. Gangguan Integritas kulit b.d peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat
peradangan
14
3. INTERVENSI
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen
cedera bilogis :
obstruksi atau
spasme duktus,
proses inflamasi
NOC
Rencana Keperawatan
NIC
NOC
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu
mengontrol nyeri
Pain Management
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
(tahu mengontrol
nyeri, mampu
menggunakan
teknik
respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim
farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
Mampu
masa lampau
Bantau pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penenangan
nyaman setelah
nyeri berkurang
menetukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
15
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
Fluid manegemenent
penurunan
intake
(kelembaban membrane
normal.
2. Tekanan darah, nadi,
diperlukan.
Monitor vital sign.
Monitor masukan
membrane mukosa
IV
Dorong pasien untuk
cairan
Monitor tingkat Hb dan Ht
pasien
Monitor BB
Monitor respon pasien
Ketidakseimbanga
Kriteria hasil :
Nutrition Management
dari
muntah, anoreksia
2. Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
dibutuhkan pasien
mal-nutrisi.
vitamin C
Nutrition monitoring :
Gangguan Integrita KH :
s
(sensasi, temperatur,
longgar
kulit dan
perawatan alami
mempertahankan
kelembaban kulit dan
sekali
19
tertekan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &
Suddarth, 2001).
Macam-Macam Kolelitiasis adalah :
1.
Kolelitiasis Kolesterol
2.
Kolelitiasis Pigmen
3.
Kolelitiasis Campuran
20
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
21