Vous êtes sur la page 1sur 24

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas tutorial Sistem Pencernaan

Kolelitiasis

Oleh :
Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ardiansyah Putra
Eldisa Syafril
Fani Lutfiani
Gita Aprilonia
Ilhanda Putri
Mika Herly

7. Miza Seprina
8. Nilla Wiryanti
9. Rika Aprianti
10. Rizka Agusny
11. Sahmidar

Kelas : II A S1 Keperawatan
Dosen Pembimbing : Ns. H. Junaidi, S.Kep
Dosen Pakar : Elmi M.Kes

STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi


TA : 2014/2015

Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Kolelitiasis. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas tutorial sistem Pencernaan.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil, terutama
kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya menbangun demi kepentingan makalah penulis di masa mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adannya makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.
Bukittinggi, 30 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulis................................................................................................1
1

BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Anatomi dan Fisiologi....................................................................................3


Definisi .........................................................................................................4
Klasifikasi ....................................................................................................4
Etiologi ..........................................................................................................5
Faktor resiko...................................................................................................6
Manifestasi Klinis .........................................................................................7
patofisiologi....................................................................................................8
komplikasi......................................................................................................8
Penatalaksanaan.............................................................................................9
Askep..............................................................................................................10

BAB III : PENUTUP.................................................................................................20


A. Kesimpulan....................................................................................................20
B. Saran ..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara barat, batu empedu mengenai 10% orang dewasa. Angka prevalensi orang
dewasa lebih tinggi. Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin
(20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3% hingga 4%).
Kolelitiasis termasuk penyakit yang jarang pada anak. Menurut Ganesh et al dalam
pengamatannya dari tahun januari 1999 sampai desember 2003 di Kanchi kamakoti
Child trust hospital, mendapatkan dari 13.675 anak yang mendapatkan pemeriksaan
USG, 43 (0,3%) terdeteksi memiliki batu kandung empedu. Semua ukuran batu sekitar
kurang dari 5 mm, dan 56% batu merupakan batu soliter. Empat puluh satu anak (95,3%)
dengan gejala asimptomatik dan hanya 2 anak dengan gejala (Gustawan, 2007).
Di Indonesia, kolelitiasis baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi
penelitian batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak
mempunyai keluhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kolelitiasis ?
2. Bagaimana etiologi kolelitiasis?
3. Bagaiamana patofisiologi kolelitiasis ?
4. Apa saja manifestasi klinis kolelitiasis?
5. Apa saja faktor resiko kolelitiasis?
6. Bagaimana komplikasi kolelitiasis?
8. Bagaimana penatalaksanaan kolelitiasis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kolelitiasis
2. Untuk mengetahui etiologi kolelitiasis
3. Untuk mengetahui patofisiologi kolelitiasis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kolelitiasis
5. Untuk mengetahui faktor resiko kolelitiasis
6. Untuk mengetahui komplikasi kolelitiasis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik kolelitiasis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan kolelitiasis

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan fisiologi


a. Anatomi Empedu

Kandung

empedu

adalah

kantong

berbentuk buah pear yang terletak pada


permukaan

visceral

hepar.

Kantung

empedu dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya
menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding
anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan dengan
permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan
sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi
kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi
kandung empedu dengan sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan
permukaan visceral hati.
b.

Fisiologi Empedu
Kandung empedu berperan sebagai resevoir empedu dengan kapasitas sekitar 50 ml.

Kandung empedu mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu


proses ini, mukosanya mempunyai lipatan lipatan permanen yang satu sama lain saling
berhubungan. Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel - sel thorak yang
membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli.
Empedu dibentuk oleh sel-sel hati ditampung di dalam kanalikuli. Kemudian disalurkan
ke duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini
kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian keduanya
membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum mencapai doudenum
terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus sistikus yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan empedu sebelum disalurkan ke duodenum.

B. Defenisi

Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam


kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &
Suddarth, 2001).
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada
saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol.
(Williams, 2003)
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson,
2005).

C. Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkankan
atas 3 (tiga) golongan.
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50%
kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterol
b. Hipomotilitas kandung empedu
c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung <20%
kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsiumbilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk akibat adanya faktor
stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter
Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu,
khususnya E. Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan
dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin
menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan
adanya hubungan erat antara infeksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen

cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu
yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa
zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak
ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini
terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini
belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan
empedu yang steril.
3. Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50% kolesterol.

D. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi
terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.
a) Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi
empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap
dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk
membentuk batu empedu.
b) Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,
perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi
kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis.
Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan
keterlambatan pengosongan kandung empedu.
c) Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus
meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu ,dibanding
panyebab terbentuknya batu.

E. Faktor Resiko
5

a. Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga
meningkatkan resiko terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon
(esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan
aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang
dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
orang degan usia yang lebih muda.
c. Berat Badan (BMI)
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi
gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.

f. Penyakit Usus Halus


Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease,
diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
g. Nutrisi Intravena Jangka Lama
6

Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi


untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati intestinal. Sehingga
resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu

F. Manifestasi Klinis

Rasa nyeri dan kolik bilier Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,
kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan
menderita panas dan berkeringat dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran
kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya
disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi
besar, pasien mengalami anoreksia. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat
kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi
kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya
saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan
menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan
ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien
melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.

Ikterus Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan


gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum
akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran
mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejal gatal-gatal pada
kulit.

Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan
membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen
empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut Clay-colored

G. Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena
bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting
7

dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan
kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan
kolesterol turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media
yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan
koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari
garam empedu dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam
empedu rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
(Schwartz,2000)
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol keluar dari larutan
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang
lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris
yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. (Schwartz,2000).

H. Komplikasi
a. Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu tersumbat
oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.
b. Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi

yang

menyebar melalui saluran - saluran dari usus kecil setelah saluran- sa luran menjadi
terhalang oleh sebuah batu empedu.
c.

Hidrops

Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung empedu.
Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya.
Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi
empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.

d. Empiema

Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa
dan membutuhkan kole sistektomi darurat segera.

I. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan pendukung dan diit
Kurang lebih 80% pasien sembuh dengan istirahat, pemberian cairan infus,
pengasapan monogastrik, analgesik, dan antibiotik.
Diit dibatasi pada makanan cairan rendah lemak, penatalaksanaan diit merupakan bentuk
terapi utama pada pasien yang mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan
mengeluhkan gangguan gastrointestinal ringan.
b. Farmakoterapi
1. Obat-obat antikosinengik-antispasmodik.
2. Analgesik.
3. Antibiotik bila disertai kolesistitis
4. Asam empedu (asam kemodeoksikolat).
c. Litotripsi
1. Litotripsi syok gelombang extra konporeal: kejutan gelombang berulang yang
diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam kandung empedu untuk memecahkan
batu empedu.
2. Litotripsi syok gelombang intrakonporeal: batu dapat dipecahkan dengan ultra sound,
tembakan laser atau intotripsi hiokolik yang dipasang melalui endoskopi yang diarahkan
pada empedu.
d. Penatalaksanaan Pembedahan
1. Kolesistektomi
Merupakan salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan. Kandungan empedu
diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligari.
2. Minikolesistektomi

Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandungan empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm. Jika dipertukaran batu kandung empedu yang berukuran lebih besar.
3. Kolesitektomi Lapanoskopi
Dilakukan melalui insisi kecil atau fungsi yang berat melalui dinding abdomen dalam
umbilikus.

J. Askep Kolelitiasis
1. PENGKAJIAN
Identitas pasien
Nama

Jenis kelamin

Umur

No MR

Riwayat Kesehatan
RKS

: pasien mengtakan demam, berkeringat, lemah, nyeri hebat pada perut kanan atas

yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan
muntah dan bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar, tidak nafsu makan,
kulit dan mata kuning, gatal-gatal pada kulit, urine berwarna sangat gelap, feses pucat.
RKD : klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayatkan sebelumnya. Klien
memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadi
kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam kandung
empedu pun tinggi.
RKK : Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok
manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan
riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat
keluarga.
Pemeriksaan Fisik
10

a.

Kesadaran : biasanya kesadaran pasien terganggu

b.

Tanda-Tanda Vital
Pada pasien kolelitiasis suhu meningkat diatas normal karenan terjadi infeksi dan proses
peradangan.

c.

Kepala
Wajah : Wajah menyeringai dan meringis karena kesakitan
Mata : Konjuktiva anemia, pupil isokor dan sklera ikterus (berwarna kuning), reflek
cahaya positif serta tajam penglihatan menurun.
Mulut : Mukosa bibir tampak kering dan kuning

d.

Abdomen

Palpasi
e.

:Nyeri pada kuadran kanan atas,

Integumen

Seluruh bagian tubuh terlihat kekuningan, kulit tampak kusam dan kering serta turgor kulit
menurun.
Pemeriksaan penunjang

Leukosit : meningkat 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).


Hb : rendah (N : laki-laki 14gr-18gr, perempuan 12-14gr,)
Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
Kenaikan kadar enzim transaminase SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat
ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat
kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin. Nilai normal SGOT adalah 3-45
u/L, sedangkan nilai normal SGPT adalah 0-35 u/L

Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).


Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi

sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).


USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu

empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur diagnostik)
Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk

melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk

menentukan adanya batu dan cairan pankreas.


Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim
billiar.

11

CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,

obstruksi/obstruksi joundice.
Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada
saluran atau pembesaran pada gallblader.

Data Fokus
1. Data Subjektif
pasien mengatakan :

Demam

Berkeringat

nyeri hebat pada perut kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu

mual dan muntah

tidak nafsu makan

lemah

kulit dan mata kuning

gatal-gatal pada kulit

urine berwarna sangat gelap

feses pucat.

2. Data objektif

Palpasi nyeri abdomen pada kuadran kanan atas

Suhu naik diatas normal

Tampak muntah

Ikterik

Konjungtiva anemia

Pasien tampak menyeringai dan meringis kesakitan

Mukosa bibir kering

Hb rendah

Turgor kulit jelek

Kenaikan kadar enzim transaminase SGOT, SGPT

Peningkatan kadar bilirubin dalam darah

12

Analisa Data
Data
1. Ds :

Etilogi
Obstruksi

klien mengatakan nyeri hebat

Masalah
atau Nyeri akut

spasme duktus

pada perut kanan atas yang


menjalar ke punggung atau
bahu
Do :

wajah pasien tampak


menyeringai dan meringis
kesakitan

Palpasi nyeri abdomen pada


kuadran kanan atas

2. Ds :
Klien

Penurunan

intake Kekurangan volume

mengatakan

mual, cairan, Kehilangan cairan


muntah, demam, berkeringat
cairan
yang
Do :
(Mual,
Pasien tampak muntah-muntah berlebihan
Demam, suhu meningkat diatas muntah, berkeringat)
normal, berkeringat
Mukosa bibir kering
Turgor kulit jelek

3. Ds :

Anoreksia,
Pasien mengatakan mual, muntah
muntah, tidak nafsu makan,

mual, Ketidakseimbangan
nutri

kurang

dari

kebutuhan tubuh

lemah
Do :

Ds:

Kunjungtiva anemis
Turgor kulit jelek.
Hb rendah
Peningkatan

kadar Gangguan integritas


13

Pasien

mengatakn

kulit bilirubin dalam darah kulit

gatal-gatal, mata dan kulit akibat peradangan


berwarna

kuning,

urin

berwarna pekat seperti teh,


nyeri perut sebelah kanan
atas
Do :

Kulit

dan daerah

(khusus

Sklera)

tampak

mata
pasien

berwarna

kekuningan (ikterus)
palpasi
nyeri
pada
abdomen kuadran kanan

atas
Kadar

bilirubin

darah

dalam

meningkat

(hiperbilirubinemia)
Tugor kulit jelek, kusam

dan kering
Kenaikan kadar
transaminase

enzim
SGOT,

SGPT

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis : obstruksi, proses inflamasi
b. Resiko kekurangan volume cairan b.d penurunan intake cairan dan mual, muntah
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,
anoreksia
d. Gangguan Integritas kulit b.d peningkatan kadar bilirubin dalam darah akibat
peradangan

14

3. INTERVENSI
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut b.d agen
cedera bilogis :
obstruksi atau
spasme duktus,
proses inflamasi

NOC

Rencana Keperawatan
NIC

NOC
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu
mengontrol nyeri

Pain Management

komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor prespitasi


Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi

(tahu mengontrol
nyeri, mampu
menggunakan

terapeutik untuk mengetahui

teknik

pengalaman nyeri pasien


Kaji kultur yang mempengaruhi

respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim

farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri, mencari

bantuan)
Melaporkan

kesehatan lain tentang


ketidakefektifan kontrol nyeri

bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan

manajemen nyeri
Mampu

masa lampau
Bantau pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat

mengenali nyeri

mempengaruhi nyeri seperti suhu

(skala, intensitas,

ruangan, pencahayaan dan

frekuensi dan

Lakukan pengkajian nyeri seara

tanda nyeri)
Menyatakan rasa

kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penenangan

nyaman setelah

nyeri (farmakologi, non

nyeri berkurang

farmakologi dan inter personal)


Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menetukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non

15

farmakologi
Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol

nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien

tentang manajemen nyeri.


Analgesic Administration
Tentukan lokasi , karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat


Cek intruksi dokter tentang jenis

obat, dosis dan frekuensi.


Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik

ketika pemberian lebih dari satu


Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan berat nyeri


Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian, dan dosis optimal


Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri

secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik

pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu

terutama saat nyeri hebat


Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala

Resiko kekurangan 1. Mempertahankan


volume cairan b.d

urine output sesuai

Fluid manegemenent

Pertahankan intake dan


16

penurunan

intake

cairan dan mual,


muntah

dengan usia dan BB,


BJ urine normal, Ht

(kelembaban membrane

normal.
2. Tekanan darah, nadi,

mukosa, nadi adekuat,

suhu tubuh dalam


batas normal.
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas

output yang akurat.


Monitor status dehidrasi

tekanan darah ortostatik) jika

diperlukan.
Monitor vital sign.
Monitor masukan

turgor kulit baik,

makanan/cairan dan hitung

membrane mukosa

intake kalori harian.


Monitor status nutrisi.
Dorong keluarga untuk

membantu pasien makan.


Kolaborasi pemberian cairan

IV
Dorong pasien untuk

menambah intake oral


Monitor status cairan

lembab, tidak ada rasa


haus yang berlebihan.

termasuk intake dan output

cairan
Monitor tingkat Hb dan Ht

pasien
Monitor BB
Monitor respon pasien

terhadap penambahan cairan


Pemberian cairan IV dan
monitor tanda dan gejala agar
tidak terjadi kelebihan
volume cairan.

Ketidakseimbanga

Kriteria hasil :

Nutrition Management

n nutrisi kurang 1. Adanya peningkatan

Kaji adanya alergi makanan

dari

Kolaborasi dengan ahli gizi

kebutuhan berat badan sesuai

tubuh b.d mual, dengan tujuan.

untuk menentukan jumlah

muntah, anoreksia

2. Mengidentifikasi

kalori dan nutrisi yang

kebutuhan nutrisi.

dibutuhkan pasien

3. Tidak ada tanda-tanda

Anjurkan pasien untuk


17

mal-nutrisi.

meningkatkan protein dan

4. Tidak ada penurunan

vitamin C

berat badan yang berarti

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang


mengandung serat tinggi
untuk mencegah konstipasi

Beri makanan yang terpilih


seperti tinggi serat dan tinggi
protein (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)

Ajarkan pasien bagaimana


membuat atatan harian

Berikan informasi tentang


kebutuhan nutrisi

Kaji kemampuan pasien


untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition monitoring :

BB pasien dalam batas


normal

Monitor adanya penurunan


berat badan

Monitor tipe dan jumlah


aktifitas

Monitor interaksi anak atau


orang tua selama makan

Monitor lingkungan selama


makan

Jadwalkan pengobatan dan


tindakan tidak selama jam
makan
18

Monitor kulit kering dan


perubahan pigmentasi

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut


kusam dan mudah patah

Monitor mual muntah

Monitor kadar albumin, total


protein, Hb, Ht

Monitor pertumbuhan dan


perkembangan

Monitor pucat, kemerahan,


dan kekeringan jaringan
konjungtiva

Monitor kalori dan intake


nutrisi

Catat adanya edema,


hiperemik, hipertonik, papila
lidah dan cavitas oral

Gangguan Integrita KH :
s

kulit b.d 1. Integritas kulit yang

menggunakan pakaian yang

peningkatan kadar baik bisa dipertahankan


bilirubin

(sensasi, temperatur,

longgar

dalam darah akibat hidrasi, pigmentasi)


peradangan

2. Tidak ada luka/lesi

kulit dan

perawatan alami

Jaga kebersihan kulit agar


tetap bersih dan kering

Mobilisasi (ubah posisi


pasien) pasien setiap dua jam

mempertahankan
kelembaban kulit dan

Hindari kerutan pada tempat


tidur

3. Perfusi jaringan baik


4. Mampu melindungi

Anjurkan pasien untuk

sekali

Oleskan lotion atau minyak /


baby oil pada daerah yang

19

tertekan

Monitor aktivas dan


mobilisasi pasie

Memandikan pasien dengan


sabun dan air hangat

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &
Suddarth, 2001).
Macam-Macam Kolelitiasis adalah :
1.

Kolelitiasis Kolesterol

2.

Kolelitiasis Pigmen

3.

Kolelitiasis Campuran

20

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

21

Vous aimerez peut-être aussi