Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batubara
Batubara, bahan bakar fosil yang terbanyak, diperkirakan adalah tumbuh-tumbuhan yang
menjadi fosil. Ditaksir bahwa paling tidak diperlukan 20 kaki tumbuh-tumbuhan yang
dipadatkan untuk memperoleh lapisan batubara sebesar 1 kaki. Tumbuhan yang dipadatkan
ini, tanpa adanya udara serta dipengaruhi suhu dan tekanan tinggi, selanjutnya akan berubah
menjadi turf (Tumbuhan kapuk), suatu bahan bakar yang mempunyai grade sangat rendah,
kemudian akan menjadi batubara coklat, lalu menjadi legnite, kemudian menjadi batubara
subbitumin, lalu menjadi bitumen dan akhirnya batubara antrasitik.
Menurut ASTM, batubara diklasifikasikan dalam empat kategori utama menurut umur
dari yang tertua, yaitu batubara antrasitik, batubara bitumen, batubara subbitumin, dan
batubara lignitik. Variasi sifat-sifat dan komposisi batubara berdasarkan umur dapat dilihat
pada table 2.1 berikut.
adalah bahan bakar minyak yang paling berat dan viskos. Kedua jenis terakhir ini perlu
dipanaskan terlebih dahulu sebelum dipompakan.
Sifat-sifat terpenting dari minyak bumi serta turunannya adalah nilai pembakaran, berat
atau bobot jenis, titik nyala, dan titik lumernya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut :
bakar fosil. Bahan bakar ini dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu: gas alam, gas pabrik,
dan gas hasil sampingan. Komposisi bahan bakar gas umumnya dinyatakan dalm bentuk
fraksi mol atau volume dari komponen gas itu.
Gas alam adalah satu-satunya bahan bakar fosil gas yang sebenarnya dan biasanya
terperangkap dalam lapisan batu kapur (limestone) diatas reservoir minyak bumi. Gas alam
terdiri dari metana dengan sedikit fraksi gas lainnya.
Diantara semua bahan bakar fosil, gas alam mempunyai nilai pembakaran grafimetik
tertinggi, yaknik sekitar 55800 Kj/Kg atau 24000 Btu/lbm. Nilai pembakaran volumetriknya
sekitar 37000 Kj/m3 atau 1000 Ptu/Kaki3 pada 1 atmosfir dan 24C.
Pembakaran gas alam mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan minyak dan
batubara. Ia dapat terbakar dengan sedikit abu. Gas alam dapat diangkut dengan mudah
melalui saluran pipa dan gas dari luar negeri kadang-kadang dikonversikan menjadi gas alam
cair (LNG).
Bahan bakar gas pabrik terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah liquified,
petroleum gas (LPG), gas air, gas air karburasi, gas alam pengganti (substitute natural
gas/SNG) dan gas produser.
II.1.2.Bahan Bakar Nuklir
Energi diperoleh dari bahan bakar nuklir didapat melalui proses peluruhan radioaktif,
proses fusi, dan proses fisi.
hidrogen, tetapi tidak termasuk kebasahan yang dihasilkan oleh udara pembakaran. Oleh
karena panas laten penguapan air pada 1 lb/in2abs (tekanan parsial kira-kira uap air di gas
buang) adalah sekitar 2400 Kj/Kg, perbedaan antara HHV dan LHV dihitung dengan cara
pendekatan berdasarkan rumus:
HHV-LHV = 2400(M+9H2) Kj/Kg
Dimana M dan H2 adalah kebasahan dan fraksi massa hidrogen bahan bakar.
II.3. Proses Pembakaran
Proses pembakaran bahan bakar fosil aktual berlangsung dalam dua cara. Apabila suatu
bahan bakar fosil gas hidrokarbon (termasuk cairan dapat menguap) dicampur dan dipanaskan
sebelum berlangsungnya penyalaan aktual, oksigen mempunyai kesempatan untuk bereaksi
dengan molekul hidrokarbon dalam suatu proses yang disebut hidroksilasi. Senyawa-senyawa
yang terbentuk oleh interaksi ini disebut hidroksilasi, yang bersifat tidak stabil dan sangat
cepat dikonversi menjadi aldehida. Aldehida ini secara berangsung-angsur terbakar menjadi
karbon dioksida dan air. Nyala api yang dihasilkan adalah nyala api biru atau tak bercahaya
(nonluminous). Pembakaran jenis ini biasanya digunakan pada Bunsen burner di laboratorium
dan pada kompor gas konvensional dimana didinginkan pemanasan setempat.
Model pembakaran yang lain berupa pemasukan bahan bakar dan udara ke pembakar
tanpa mencampur reaktan tersebut terlebih dahulu. Hal ini menghasilkan terjadinya waktu
pencampuran yang sangat pendek serta pemanasan bahan bakar dan udara sangat cepat.
Disebabkan pemanasan secara cepat ini, senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut pecah
menjadi senyawa-senyawa yang lebih ringan, dan akhirnya menjadi unsur-unsur dasar karbon
dan hidrogen. Sebagai hasil dekomposisi termal ini, sebagian besar pembakaran terjadi antara
hidrogen dan karbon elemental. Unsur hidrogen terbakar dengan nyala api yang hampir tak
terlihat sedangkan unsur karbon terbakar dengan nyala api kuning yang khas.
BAB III
PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1)
Kalorimeter
Tabung Bom
5)
6)
Timbangan, untuk menimbangi bahan baker yang akan diukur nilai panasnya
Electromotor Pengaduk
Pengatur Penyalaan
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
1.
2.
3.
4.
BAB V
ANALISA PERCOBAAN
Analisa percobaan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus:
Nilai Panas (HHV) = (T1 - T2 - 0,05) x cv x 1000 (Kj/kg)
HHV =
Dimana: T1 = Suhu air pendingin sebelum dinyalakan
T2 = Suhu air pendingin setelah dinyalakan
cv = Panas jenis bom kalorimeter
(Kj/kg)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Pada bagian ini, para praktikan menyimpulkan hasil yang telah didiskusikan dari pengujian.
Hasil kesimpulan ini dapat pula merupakan perbandingan perhitungan hasil teori dan hasil
praktek.
6.2. Saran-Saran
Pada bagian ini, praktikan dapat memasukkan saran agar proses pengujian selanjutnya bisa
berjalan lebih baik lagi. Saran yang diberikan diharapkan dapat memberi masukan untuk
perbaikan, misalnya spesimen uji, peralatan uji, kondisi praktikum, peranan dosen dan asisten,
dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Culp Jr., Archie Y, Prinsip-Prinsip Konversi Energi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986.
2. Viliro, C.C, Thermal Engineering, International Text Book Company, Searntur, 1963.
3. Rangkuti, Chailullah, Panduan Praktikum Bom Kalorimeter, Laboratorium Motor Bakar
Jurusan Teknik Mesin USU, 1996.