Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN

1.1. Maksud Percobaan


Praktikum bom calorimeter ini dimaksudkan untuk menunjang teori yang telah / sedang
diberikan pada mata kuliah konversi energi.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan utama praktikum ini adalah :
1. Mengenal dari dekat peralatan bom kalorimeter sebagai alat uji, mengetahui
bagaimana cara penggunaan, kemampuan dan sifat-sifatnya.
2. Untuk mengetahui parameter-parameter pengujian dari suatu bom kalorimeter.
3. Dapat menyadari pentingnya suatu pengujian bom calorimeter yang dikaitkan
penggunaannya didalam praktek.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Jenis Bahan Bakar


II.1.1. Bahan Bakar Fosil
Ada 3 kelas bahan bakar fosil yang umum digunakan yaitu : batubara, minyak bumi dan gas
alam. Bahan bakar lain seperti nafta, minyak pasir, ter dan turunan bahan bakar fosil dan pada
umumnya digabung kedalam salah satu dari ketiga kategori bahan bakar fosil tersebut. Semua
bahan bakar fosil dihasilkan dari pemfosilan senyawa karbohidrat senyawa itu dengan rumus
kimia Cx(H2O)x yang dihasilkan oleh tanaman hidup melalui proses fotosintesis ketika ia
merubah secara langsung energy surya menjadi energy kimia.

Batubara
Batubara, bahan bakar fosil yang terbanyak, diperkirakan adalah tumbuh-tumbuhan yang

menjadi fosil. Ditaksir bahwa paling tidak diperlukan 20 kaki tumbuh-tumbuhan yang
dipadatkan untuk memperoleh lapisan batubara sebesar 1 kaki. Tumbuhan yang dipadatkan
ini, tanpa adanya udara serta dipengaruhi suhu dan tekanan tinggi, selanjutnya akan berubah
menjadi turf (Tumbuhan kapuk), suatu bahan bakar yang mempunyai grade sangat rendah,
kemudian akan menjadi batubara coklat, lalu menjadi legnite, kemudian menjadi batubara
subbitumin, lalu menjadi bitumen dan akhirnya batubara antrasitik.
Menurut ASTM, batubara diklasifikasikan dalam empat kategori utama menurut umur
dari yang tertua, yaitu batubara antrasitik, batubara bitumen, batubara subbitumin, dan
batubara lignitik. Variasi sifat-sifat dan komposisi batubara berdasarkan umur dapat dilihat
pada table 2.1 berikut.

Gambar 2.1. Variasi Sifat-Sifat dan Komposisi Batubara Berdasarkan Umur


Ada dua basis analisa batubara, yakni analisa proksimasi dan analisa ultimasi. Analisa
proksimasi adalah analisa batubara yang paling sederhana dan menghasilkan fraksi massa dari
karbon tetap (FC), bahan dapat menguap (VM), kebasahan (M), dan abu (A) dalam batubara.
Analisa ultimasi adalah suatu analisa laboratorium yang memuat fraksi massa karbon (C),
hidrogen (H2), oksigen (O2), sulfur (S), dan nitrogen (N2) didalam batubara sekaligus dengan
nilai pembakaran tinggi (HHV)-nya.
Minyak Bumi
Minyak bumi (petroleum) dianggap berasal dari kehidupan laut yang membusuk
sebagian. Minyak bumi atau minyak mentah (crude oil) biasanya ditemui didalam kubah
karang berpori yang besar.
Ada enam jenis komersial dari bahan bakar minyak (BBM). BBM No. 1 adalah yang
paling ringan, paling tidak viskos, dan dibuat untuk dapur pembakaran yang bekerja dengan
sistem penguapan (vaporizing burner). BBM No. 2 adalah suatu minyak pemanas domestik
yang serba guna. BBM No. 3 sudah tidak tersedia lagi secara komersil. BBM No. 4 adalah
minyak pemanas jenis komersil yang relative ringan dan merupakan minyak yang paling berat
yang dapat dipompakan tanpa pemanasan pada suhu sedang. BBM No. 5 adalah suatu bahan
bakar minyak jenis komersil yang berat dan viskos. BBM No. 6 atau minyak bunker-C

adalah bahan bakar minyak yang paling berat dan viskos. Kedua jenis terakhir ini perlu
dipanaskan terlebih dahulu sebelum dipompakan.
Sifat-sifat terpenting dari minyak bumi serta turunannya adalah nilai pembakaran, berat
atau bobot jenis, titik nyala, dan titik lumernya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 2.2. Sifat-Sifat Turunan Minyak Bumi

Bahan Bakar Gas


Hampir semua bahan bakar gas adalah bahan bakar fosil atau hasil sampingan dari bahan

bakar fosil. Bahan bakar ini dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu: gas alam, gas pabrik,
dan gas hasil sampingan. Komposisi bahan bakar gas umumnya dinyatakan dalm bentuk
fraksi mol atau volume dari komponen gas itu.

Gas alam adalah satu-satunya bahan bakar fosil gas yang sebenarnya dan biasanya
terperangkap dalam lapisan batu kapur (limestone) diatas reservoir minyak bumi. Gas alam
terdiri dari metana dengan sedikit fraksi gas lainnya.
Diantara semua bahan bakar fosil, gas alam mempunyai nilai pembakaran grafimetik
tertinggi, yaknik sekitar 55800 Kj/Kg atau 24000 Btu/lbm. Nilai pembakaran volumetriknya
sekitar 37000 Kj/m3 atau 1000 Ptu/Kaki3 pada 1 atmosfir dan 24C.
Pembakaran gas alam mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan minyak dan
batubara. Ia dapat terbakar dengan sedikit abu. Gas alam dapat diangkut dengan mudah
melalui saluran pipa dan gas dari luar negeri kadang-kadang dikonversikan menjadi gas alam
cair (LNG).
Bahan bakar gas pabrik terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah liquified,
petroleum gas (LPG), gas air, gas air karburasi, gas alam pengganti (substitute natural
gas/SNG) dan gas produser.
II.1.2.Bahan Bakar Nuklir
Energi diperoleh dari bahan bakar nuklir didapat melalui proses peluruhan radioaktif,
proses fusi, dan proses fisi.

II.2. Nilai Kalor


Nilai pembakaran merupakan jumlah energi kimia yang terdapat dalam satu massa atau
volume bahan bakar. Ada dua macam nilai pembakaran, yaitu nilai pembakaran tinggu (High
Heating Value/HHV) atau brutto dan nilai pembakaran rendah (Low Heating Value/LHV).
Perbedaan antara kedua nilai ini pada dasarnya adalah sama dengan panas laten penguapan
dari uap air yang terdapat dalam hasil gas buang ketika bahan bakar dibakar dengan uap
kering.
Dalam suatu system pembakaran actual, hal ini termasuk air yang terdapat di dalam
bahan bakar yang telah dibakar (kebasahan) dan air yang dihasilkan dari pembakaran

hidrogen, tetapi tidak termasuk kebasahan yang dihasilkan oleh udara pembakaran. Oleh
karena panas laten penguapan air pada 1 lb/in2abs (tekanan parsial kira-kira uap air di gas
buang) adalah sekitar 2400 Kj/Kg, perbedaan antara HHV dan LHV dihitung dengan cara
pendekatan berdasarkan rumus:
HHV-LHV = 2400(M+9H2) Kj/Kg
Dimana M dan H2 adalah kebasahan dan fraksi massa hidrogen bahan bakar.
II.3. Proses Pembakaran
Proses pembakaran bahan bakar fosil aktual berlangsung dalam dua cara. Apabila suatu
bahan bakar fosil gas hidrokarbon (termasuk cairan dapat menguap) dicampur dan dipanaskan
sebelum berlangsungnya penyalaan aktual, oksigen mempunyai kesempatan untuk bereaksi
dengan molekul hidrokarbon dalam suatu proses yang disebut hidroksilasi. Senyawa-senyawa
yang terbentuk oleh interaksi ini disebut hidroksilasi, yang bersifat tidak stabil dan sangat
cepat dikonversi menjadi aldehida. Aldehida ini secara berangsung-angsur terbakar menjadi
karbon dioksida dan air. Nyala api yang dihasilkan adalah nyala api biru atau tak bercahaya
(nonluminous). Pembakaran jenis ini biasanya digunakan pada Bunsen burner di laboratorium
dan pada kompor gas konvensional dimana didinginkan pemanasan setempat.
Model pembakaran yang lain berupa pemasukan bahan bakar dan udara ke pembakar
tanpa mencampur reaktan tersebut terlebih dahulu. Hal ini menghasilkan terjadinya waktu
pencampuran yang sangat pendek serta pemanasan bahan bakar dan udara sangat cepat.
Disebabkan pemanasan secara cepat ini, senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut pecah
menjadi senyawa-senyawa yang lebih ringan, dan akhirnya menjadi unsur-unsur dasar karbon
dan hidrogen. Sebagai hasil dekomposisi termal ini, sebagian besar pembakaran terjadi antara
hidrogen dan karbon elemental. Unsur hidrogen terbakar dengan nyala api yang hampir tak
terlihat sedangkan unsur karbon terbakar dengan nyala api kuning yang khas.

BAB III
PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1)

Kalorimeter

Gambar 3.1. Kalorimeter


2)

Tabung Bom

Gambar 3.2. Tabung Bom


3)
4)

Tabung Gas Oksigen


Alat Ukur Tekanan Gas Oksigen

Gambar 3.3. Alat Ukur Tekanan Gas Oksigen

5)
6)

Termometer dengan Pembacaan hingga 1/100C


Pengaduk Air

Gambar 3.4. Pengaduk Air


7)
8)
9)

Timbangan, untuk menimbangi bahan baker yang akan diukur nilai panasnya
Electromotor Pengaduk
Pengatur Penyalaan

Gambar3.4. Pengatur Penyalaan


10) Kawat Penyala
11) Cawan tempat bahan bakar yang akan diukur

Gambar 3.6. Cawan Bahan Bakar


12) Gelas Ukur, untuk mengukur jumlah air pendingin

Gambar 3.7. Gelas Ukur

BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN
1.
2.
3.
4.

Membersihkan tabung bom dari sisa pengujian sebelumnya.


Menimbang bahan bakar yang akan diukur dengan timbangan sebesar 0,15 gram.
Mengukur volume bahan bakar.
Menyiapkan kawat untuk penyala dengan menggulungnya dan memasangnya pada

tangkai penyala yang terpasang pada penutup bom.


5. Menempatkan cawab berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala.
6. Menutup bom dengan kuat setelah dipasang ring-O dengan memutar penutup tersebut.
7. Mengisi oksigen kedalam bom dengan tekanan 30 bar.
8. Menempatkan bom yang telah dipasang kedalam kalorimeter.
9. Memasukkan air pendingin sebanyak 1250 mL.
10. Menutup kalorimeter dengan penutupnya.
11. Menghidupkan pengaduk air pendingin selama 5 (lima) menit sebelum penyalaan
dilakukan.
12. Membaca dan mencatat suhu air pendingin.
13. Menghidupkan penyalaan.
14. Mengaduk air pendingin selama 5 (lima) menit setelah penyalaan berlangsung.
15. Membaca dan mencatat kembali suhu air pendingin.
16. Mematikan pengaduk.
17. Menyiapkan kembali peralatan untuk pengujian selanjutnya.
18. Melakukan kembali pengukuran sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut untuk suatu bahan
bakar yang diuji/diukur. Hasil pengujian adalah harga rata-rata dari hasil kelima
pengukuran yang dilakukan.

BAB V
ANALISA PERCOBAAN
Analisa percobaan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus:
Nilai Panas (HHV) = (T1 - T2 - 0,05) x cv x 1000 (Kj/kg)
HHV =
Dimana: T1 = Suhu air pendingin sebelum dinyalakan
T2 = Suhu air pendingin setelah dinyalakan
cv = Panas jenis bom kalorimeter

(Kj/kg)

Kenaikan suhu akibat kawat menyala = 0,05C


Umumnya kandungan hidrogen didalam bahan bakar cair adalah berkisar 15%, maka
setiap kilogram bahan bakar akan mengandung 0,15 kg hydrogen. Air yang dihasilkan dalam
pembakaran adalah kali jumlah mol hidrogen dalam kandungan bahan bakar. Misalnya
untuk bahan bakariso-oktan C8H18, maka jumlah air yang akan terbentuk setiap pembakaran 1
kg bahan bakar adalah 9 x 0,15 = 1,35 kg. Panas laten pengkondensasian yang terjadi dari uap
dengan tekanan parsial 20 kN/m2 (dari table uap) adalah 2400 Kj/kg. Maka panas laten
pengkondensasian uap yang terjadidari hasil pembakaran setiap 1 kg bahan bakar adalah
2400 x 1,35 = 3240 Kj.
Tekanan parsial 20 kN/m2 yang diambil adalah merupakan hal yang biasa terjadi pada
knalpot motor bakar. Kesalahan yang mungkin terjadi dengan asumsi ini cukup kecil, karena
tabel uap terlihat pada tekanan parsial rendah perubahan panas laten pengkondensasian cukup
rendah, sebagaimana halnya pada knalpot motor. Maka:
LHV = HHV 3240 (Kj/kg).

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Pada bagian ini, para praktikan menyimpulkan hasil yang telah didiskusikan dari pengujian.
Hasil kesimpulan ini dapat pula merupakan perbandingan perhitungan hasil teori dan hasil
praktek.
6.2. Saran-Saran

Pada bagian ini, praktikan dapat memasukkan saran agar proses pengujian selanjutnya bisa
berjalan lebih baik lagi. Saran yang diberikan diharapkan dapat memberi masukan untuk
perbaikan, misalnya spesimen uji, peralatan uji, kondisi praktikum, peranan dosen dan asisten,
dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Culp Jr., Archie Y, Prinsip-Prinsip Konversi Energi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986.
2. Viliro, C.C, Thermal Engineering, International Text Book Company, Searntur, 1963.
3. Rangkuti, Chailullah, Panduan Praktikum Bom Kalorimeter, Laboratorium Motor Bakar
Jurusan Teknik Mesin USU, 1996.

Vous aimerez peut-être aussi