Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
mendapatkan efek terapeutik, tetapi kadang-kadang traksi harus dipasang dengan arah
yang lebih dari satu untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan (Barbara,
1998).
D. JENIS- JENIS TRAKSI
1. Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan memberikan imobilisasi .
Traksi kulit apendikuler ( hanya pada ektermitas digunakan pada orang dewasa)
termasuk traksi ektensi Buck, traksi russell, dan traksi Dunlop.
a. Traksi buck
Ektensi buck ( unilateral/ bilateral ) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan
diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang
diinginkan . Digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah cidera
pinggulsebelum dilakukan fiksasi bedah (Smeltzer & Bare,2001 ).
Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana, dan paling tepat bila
dipasang untuk anak muda dalam jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling
sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma
sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut (Wilson, 1995 ).
Mula- mula selapis tebal semen kulit, tingtura benzoid atau pelekat elastis dipasang
pada kulit penderita dibawah lutut. Kemudian disebelah distal dibawah lutut diberi
stoking tubular yang digulung, kemudian plester diberikan pada bagian medikal dan
lateral dari stoking tersebut lalu stoking tersebut dibungkus lagi dengan perban elastis.
Ujung plester traksi pada pergelangan kaki di hubungkan dengan blok penyebar guna
mencegah penekanan pada maleoli. Seutas tambang yang diikat ketengah blok
penyebar tersebut kemudian dijulurkan melalui kerekan pada kaki tempat tidur. Jarang
dibutuhkan berat lebih dari 5 lb. penggunaan traksi kulit ini dapat menimbulkan
banyak komplikasi. Ban perban elastis yang melingkar dapat mengganggu sirkulasi
yang menuju kekaki penderita, yang sebelumnya sudah menderita penyakit vaskular.
Alergi kulit terhadap plester juga dapat menumbuhkan masalah. Kalau tidak dirawat
dengan baik mungkin akan menimbulkan ulserasi akibat tekanan pada maleolus.
Traksi berlebih dapat merusak kulit yang rapuh pada orang yang berusia lanjut.
Bahkan untuk peenderita dewasa lebih disukai traksi pin rangka, terutama bila
perawatan harus dilakukan selama beberapa hari.
b. Traksi Russell
Dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada
penggantung dan memberikan gaya tarik horizontal melalui pita traksi balutan elastis
ketungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar lutut benarbenar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Masalah yang paling sering dilihat pada traksi Russell adalah bergesernya penderita
kebagian kaki ketempat tidur,sehingga kerekan bagian distal saling berbenturan dan
beban turun kelantai. Mungkin perlu ditempatkan blok-blok dibawah kaki tempat
tidur sehingga dapat memperoleh bantuan dari gaya tarik bumi (Wilson, 1995).
Walaupun traksi rangka seimbang dapat digunakan untuk menangani hampir semua
fraktur femur, reduksi untuk fraktur panggul mungkin lebih sering diperoleh dengan
memakai traksi Russell dalam keadaan ini paha disokong oleh beban. Traksi
longitudinal diberikan dengan menempatkan pin dengan posisi tranversal melalui tibia
dan fibula diatas lutut. Efek dari rancangan ini adalah memberikan kekuatan traksi
( berasal dari gaya tarik vertikal beban paha dan gaya tarik horizontal dari kedua tali
pada kaki ) yang segaris dengan tulang yang cidera dengan kekuatan yang sesuai.
Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi rasa nyaman pada pasien yang
menderita fraktur panggul selama evaluasi sebelum operasi dan selama persiapan
pembedahan. Meskipun traksi Russell dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan
yang utama dan penting untuk patah tulang panggul pada penderita tertentu tetapi
pada penderita usia lanjut dan lemah biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan
timbul karena berbaring terlalu lama ditempat tidur seperti dekubitus, pneumonia, dan
tromboplebitis.
c. Traksi Dunlop
Adalah traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada lengan bawah
dalam posisi fleksi.
d. Traksi kulit bryant
Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang
paha. Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat badannya
lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami kerusakan
berat.
2. Traksi skelet
Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan paling
sering untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher. Kadangkadang skelet traksi bersifat seimbang yang menyokong ekstermitas yang terkena,
memungkinkan gerakan pasien sampai batas- batas tertentu dan memungkinkan
kemandirian pasien maupun asuh keperawatan sementara traksi yang efektif tetap
dipertahankan yang termasuk skelet traksi adalah sebagai berikut (Smeltzer &
Bare,2001 ).
a. Traksi rangka seimbang
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus
femoralis orng dewasa. Sekilas pandangan traksi ini tampak komplek, tetapi
sesunguhnya hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan tramversal melalui femur
distal atau tibia proksimal. Dipasang pancang traksi dan tali traksi utama dipasang
pada pancang tersebut. Ektermitas pasien ditempatkan dengan posisi panggul dan
lutut membentuk sekitar 35 , kerekan primer disesuaikan sedemikian sehingga garis
ketegangan koaksial dengan sumbu longitudinal femur yang mengalami fraktur.
Beban yang cukup berat dipasang sedemikian rupa mencapai panjang normalnya.
Paha penderita disokong oleh alat parson yang dipasang pada bidai tomas alat parson
dan ektermitas itu sendiri dijulurkan dengan tali, kerekan dan beban yang sesuai
sehingga kaki tergantung bebas diudara. Dengan demikian pemeliharaan penderita
ditempat tidur sangat mudah. Bentuk traksi ini sangat berguna sekali untuk merawat
berbagai jenis fraktur femur. Seluruh bidai dapat diadduksi atau diabduksi untuk
memperbaiki deformitas angular pada bidang medle lateral fleksi panggul dan lutut
lebih besar atau lebih kecil memungkinkan perbaikan lateral posisi dan angulasi alat
banyak memiliki keuntungan antara lain traksi elefasi keaksial. Longitudinal pada
tulang panjang yang patah, ektermitas yang cidera mudah dijangkau untuk
pemeriksaan ulang status neuro vascular, dan untuk merawat luka lokal serta
mempermudah perawatan oleh perawat. Seperti bentuk traksi yang mempergunakan
pin rangka, pasien sebaiknya diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya
peradangan atau infeksi sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor dan pin telah
tertarik dari tulang (Wilson, 1995 ).
b. Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai
dewasa muda. kontrol terhadap fragmen fragmen pada fraktur tulang femur hamper
selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan
pernapasannya. Pasien diajari untuk menarik napas dalam dan batuk-batuk untuk
membantu pengembangan penuh paru-paru dan mengeluarkan skresi paru. Bila
riwayat pasien dan data dasar pengkajian menunjukkan bahwa pasien mempunyai
resiko tinggi mengalami komplikasi respirasi, perawat harus berkonsultasi dengan
dokter mengenai penggunaan terapi khusus. Bila telah terjadi masalah respirasi, perlu
diberikan terapi sesuai resep.
Konstipasi dan anoreksia. Penurunan motilitas gastrointestinal menyebabkan
anorekksia dan konnstipasi. Diet tnggi serat dan tinggi cairan dapat membantu
merangsanng motilitas gaster. Bila telah terjadi konstipasi, perawat dapat
berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganannya, yang mungkin meliputi
pelunak tinja, laksatif, supositoria, dan enema. Untuk memmperbaiki nafsu makan
pasien, harus dicatat makanan apa yang disukai pasien dan dimasukkan dalam
program diet, sesuai kebutuhan.
Stasis dan infeksi saluran kemih. Pengosongan kandung kemih yang tak tuntas Karena
posisi pasien di tempat tidur dapat mengakibatkan stasis dan infeksi saluran kemih.
Selain itu pasien mungkin merasa bahwa menggunakan pispot di tempat tidur kurang
nyaman dan membatasi cairan masuk untuk mengurangi frekuensi berkemih. Perawat
harus memantau masukan cairan dan sifat kemih. Perawat harus mengajar pasien
untuk meminum cairan dalam jumlah yang cukup dan berkemih tiap 2 sampai 3 jam
sekali. Bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih, perawat
segera berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganan masalah ini.
Trombosi vena profunda. Stasis vena terjadi akibat imobilitas. Perawat harus
mmengajar pasien untuk malakuka latihan tumit dan kaki dalam batas terapi traksi
secara teratur sepanjang hari untuk mencegah terjadinya trombosis vena provunda
(DVT). Pasien didorong untuk meminum air untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsenntrasi yang menyertainya, yang akan mengakibatkan stasis. Perawat
memantau pasien terhadap terjadinya tanda DVT dan melaporkan hasil temuannya
segera mungkin ke dokter untuk evaluasi definitive dan terapi.
A. Pengkkajian Keperawatan
Dampak psikologik dan fisiologik masalah musculoskeletal, alat traksi, dan imobilitas harus
diperhitungkan. Traksi membatasi mobilitas dan kemandirian seseorang. Peralatannya sering
terlihat mengerikan, dan pemasangannya tampak menakutkan. Kebingungan, disorientasi,
dan masalah perilaku dapat terjadi pada pasien yang terkungkung pada tempat terbatas
selama waktu yang cukup lama. Maka tingkat ansietas pasien dan respon psikologis terhadap
traksi harus dikaji dan dipantau. Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status
neurovaskuler (misal : warna, suhu, pengisian kapiler, edema, denyut nadi, perabaan,
kemampuan bergerak) dievaluasi dan dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat. Integritas
kulit harus diperhatikan.
Pengkajian fungsi system tubuh harus dilengkapi sebagai data dasar dan perlu dilakukan
pengkajian terus menerus. Imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada system
kulit, respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat
berupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru, statis pneumonia, konstipasi, kehilangan nafsu
makan, satis kemih dan infeksi saluran kemih. Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan,
atau pembengkakan atau tanda human positif (ketidaknyamanan pada betis ketika kaki
didorsofleksi dengan kuat) mengarahkan adanya trombosis vena dalam. Identifikasi awal
masalah yang telah muncul dan sedang berkembang memungkunkan intervensi segera untuk
mengatasi masalah tersebut.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan utama paasien karena
traksi dapat meliputi yang berikut :
1. Kurang pengetahuan mengenai program terapi
2. Ansietas yang berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi
3. Nyeri dam ketidaknyamanan yang berhubungan dengan traksi dan imobilisasi.
4. Kurang perwatan diri : makan, hygiene, atau toileting yang berhubungan dengan traksi
5. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit dan traksi
C. Intervensi
Dorong klien latihan aktif untuk daerah yang dapat dilakukan1.
Dorong klien pada aktivitas terapeutik dan pertahankan rangsangan lingkungan. Ex : TV,
radio, kunjungan keluargaKaji derajat imobilitas yang dihasilkan karena adanya traksi dan
perhatikan persepsi klien terhadap imobilisasi
Tingkatkan bagian tubuh yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur2.
Berikan tindakan kenyamanan (contoh : sering ubah posisi, pijatan punggung) dan aktivitas
terapeutik. Dorong penggunaan teknik manajemen stres (contoh: nafas dalam, visualisasi)
dan sentuhan terapeutik
Berikan pijatan lemah pada area luka sesuai toleransi bila balutan telah dilepas
Selidiki keluhan nyeri luka, kemajuan yang tak hilang dengan analgesik
Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, relaksan otot
Berikan pemanasn lokal sesuai indikasi
Ubah posisi dengan sering geraka pasien dengan perlahan-lahan dan beri bantalan pada
tonjolan tulang dengan pelindung3.
Beri penguatan pada balutan awal sesuai dengan indikasi. Gunakan teknik aseptik dengan
tepat
Pertahankan klien tetap kering. Bebas keriput
Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar
Kaji hambatan terhadap partisipasi terhadap perawatan diri4.
Berikan waktu yang cukup untuk melakukan tugas-tugas dan tingkatkan kesabaran
Antisipasi kebutuhan kebersihan dan bantu klien sesuai dengan kebutuhan
5. Dorong ekspresi ketakutan masalah klien
Diskusikan tindakan keamanan
Dorong klien untuk menggunakan manajemen stres. Ex: bimbinan imajinasi, nafas dalam
Instruksikan klien, keluarga untuk melakukan perawatan mandiri6.
Dorong klien melakukan program latihan berkesinambungan
Tekankan diet seimbang dan pemasukan cairan yang adekuat
Anjurkan penghentian merokok
Indentifikasi tanda gejala yang memerlukan evaluasi medik. Ex: edema, eritema, dsb
ASKEP G I P S
BAB 2
GIPS
Definisi Gips
Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris , dan
dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa
batu putih yang mengandung unsur kalsium sulfat dan air.
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh
tempat gips di pasang (brunner & sunder, 2000)
gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan
mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram, 1999).
Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di
alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
2.2. Jenis -jenis gips
Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang.
Jenis-jenis gips sebagai berikut:
Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan
telapak tanga, dan melingkar erat didasar ibu jari.
Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai
disebelah prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak
lurus.
Gips tungkai pendek. Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari
kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.
Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat
disertai telapak untuk berjalan.
Gips spika. gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas
(gips spika tunggal atau ganda).
Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku.
Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips
spika tunggal atau ganda).
kering bewarna mengkilap , berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah
berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, serba lembab, dan berbau lembab.
Nonplester
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini mempunyai sifat
yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan air
dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi
dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa
menit.
Pemasangan gips
Persiapan alat alat untuk pemasangan gips:
Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)
Baskom berisi air hangat
Gunting perban
Benkok
perlak dan alasnya
waslap
pemotong gips
kasa dalam tempatnya
alat cukur
sabun dalam tempatnya
handuk
krim kulit
spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)
siapkan alat-alat yang akandigunakan untuk pemasangan gips
daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun,
kemudian dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit
Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan
dokter selama prosedur
Pasang spongs rubs(bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan di
pasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan di
daerah tonjolan tulang dan pada jalur saraf.
Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembunggelembung udara dari gips habis keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi air dalam
gips.
Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai
dari distal ke proksimal tidak terlalu kendor atau ketat. Pada waktu membalut, lakukan
dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Dianjurkan
dalam jarak yang tetap(kira-kira 50% dari lebar gips) Lakukan dengan gerakan yang
bersinambungan agar terjaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh.
Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotong gips.
Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan
diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.
Pelepasan gips
Alat yang di gunakan untuk pelepasan gips
Gergaji listrik/pemotong gips
Gergaji kecil manual
Gunting besar
Baskom berisi air hangat
Gunting perban
Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang di buka
Sabun dalam tempatnya
Handuk
Perlak dan alasnya
Waslap
Krim atau minyak
Gips akan di belah dengan menggunakan gergaji listrik
Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut oleskan krim atau minyak
Ajarkan pasien agar meninggikan ekstremitas atau mengunakan elastic perban jika
perlu untuk mengontrol pembengkakan.
2.7 Indikasi
Koreksi deformitas
b) Mereposisi sendiri
c) Menggunakan analgesic sesuai pogram
3. Kebutuhan diri terpenuhi dengan maksimal
a) Berpartisipasidalam aktivitas pemenuhan kebutuhan diri
b) Melakukan aktivitas higine secara mandiri dengan bantuan minimal
c) Memenuhi kebutuhan eleminasisecara mandiri dengan bantuan minimal
d) Memenuhimkebutuhan nutrisi secara mandiri dengan bantuan minimal
4. Eleminasi fekal teratur
a) Menunjukan kemampuan mobilisasi
b) Makan tinggi serat
c) Asupan cairan 2500 cc per hari
d) Konsistensi feses lunak
5. Memperlihatkan tidak terjadinya gangguan integritas kulit
a) Tidak menunjukan tanda infeksi sistemik kulit
b) Tidak menunjukan tanda local infeksi kulit
c) Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
d) Kulit tidak ada kemerahan dan lecet
6. Tidak terjadi cedera
a) Melakukan aktivitas secara bertahap
b) Menunjukan penggunaan alat bantu saat aktivitas
7. Memperlihatkan peninggatan kemampuan mobilitas
a) Menggunakan alat bantu yang aman
b) Berlatih untuk meningkatkan kekuatan otot
c) Mengubah posisi sesering mungkin
d) Melakukan latihan sesuai kisaran gerakan sendi yang tidak tertutup gips
8. Peredaran darah adekuat pada ekstremitas yang sakit
a) Memperlihatkan warna dan suhu kulit yang normal
b) Mengalami pembekakan yang minimal
c) Memperlihatkan waktu pengisian kapiler yang memuaskan ketika diuji
2.8.4 Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan peruubahan keadaan
pasien (Hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan.
T RAK S I
3.1 Definisi
Traksi tadalah usaha untuk menarik tulang yang patah untuk mempertahankan keadaan
reposisi secara umum traksi didapatkan dengan penempatan beban berat sehingga arah
tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang fraktur. Secara umum traksi dilakukan dengan
menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan
sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah
3.2 Beban traksi
Dewasa
= 5 - 7 Kg
Anak
= 1/13 x BB
3.3 Macam macam pemakaian traksi
Penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi, plester. Ex.
: traksi Buck, traksi Bryant.
Penarikan tulang yang mengalami fraktur melalui tulang. Ex. : traksi Russel
Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar
reduksi dapat dipertahankan.
Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung ). Dan
aktivitas terapeutik
Berikan pijatan lembut pada area luka sesuai dengan toleransi bila balutan telah dilepas
Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan teknik
aseptic dengan tepat.
Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan imajinasi,
nafas dalam.
Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema
eritema,dsb
3.6 Keuntungan pemakaian traksi
Mobilisasi terbatas
Stadium
penyatuan : absorbsi energi pada tempat fraktur.
Stadium
inflamasi : hematoma, nekrosis tepi fraktur, pelepasan sitokin,
jaringan granulasi dalam celah-celah berlangsung sekitar 2 minggu.
Stadium
reparatif : kartilago dan tulang berdiferensiasi dari periost atau
sel-sel parenkim, kartilago mengalami klasifikasi endokondral, dan
tulang membranosa yang dibentuk oleh osteoblas pada perifer dini
kalus, secara bertahap mengganti kartilago yang berklasifikasi
dengan tulang berlangsung selama satu sampai beberapa bulan.
Stadium
remodelling : tulang yang berongga-rongga berubah menjadi lamelar
Malunion
; adalah suatu keadaan dimana fraktur ternyata sembuh dalam posisi yang kurang sesuai,
membentuk sudut atau posisinya terkilir.
Delayed
union : merupakan istilah yang menyatakan proses penyembuhan yang terus berlangsung
tetapi kecepatannya lebih rendah daripada biasanya.
Non
union : adalah fraktur yang gagal untuk mengalami kemajuan ke arah penyembuhan, ini
disebabkan karena pergerakan yang berlebihan, distraksi yang berlebihan, infeksi dan
jaringan lunak terpisah secara parah.
Faktor lain seperti : imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, interposisi dan gangguan
perdarahan setempat
3.8.3 Penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun telah memakan waktu lama. Penyebab
antara lain :
Terlalu banyak tulang yang rusak pada cedera sehingga tidak ada yang menjembatani
fragmen
Faktor klien: Usia klien, Pengobatan yang sedang dijalani, Sistem sirkulasi, Gizi,
Riwayat penyakit
3.9 Konsep asuhan keperawatan
3.9.1 Pengkajian Keperawatan
Dampak psikologik dan fisiologik masalah musculoskeletal, alat traksi, dan imobilitas harus
diperhitungkan. Traksi membatasi mobilitas dan kemandirian seseorang. Peralatannya sering
terlihat mengerikan, dan pemasangannya tampak menakutkan. Kebingungan, disorientasi,
dan masalah perilaku dapat terjadi pada pasien yang terkungkung pada tempat terbatas
selama waktu yang cukup lama. Maka tingkat ansietas pasien dan respon psikologis terhadap
traksi harus dikaji dan dipantau. Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status
neurovaskuler (misal : warna, suhu, pengisian kapiler, edema, denyut nadi, perabaan,
kemampuan bergerak) dievaluasi dan dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat. Integritas
kulit harus diperhatikan.
Pengkajian fungsi system tubuh harus dilengkapi sebagai data dasar dan perlu dilakukan
pengkajian terus menerus. Imobilisasi dapat menyebabkan terjadinya masalah pada system
kulit, respirasi, gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskuler. Masalah tersebut dapat
berupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru, statis pneumonia, konstipasi, kehilangan nafsu
makan, satis kemih dan infeksi saluran kemih. Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan,
atau pembengkakan atau tanda human positif (ketidaknyamanan pada betis ketika kaki
didorsofleksi dengan kuat) mengarahkan adanya trombosis vena dalam. Identifikasi awal
masalah yang telah muncul dan sedang berkembang memungkunkan intervensi segera untuk
mengatasi masalah tersebut.
3.9.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan utama paasien karena
traksi dapat meliputi yang berikut :
1. Nyeri dan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan trauma jaringan syaraf.
2. Nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
3. Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
3.9.3 Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf
Tujuan :
Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas pada skala 0-10. Perhatikan respon
terhadap obat.
Motivasi penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalam dan visualisasi.
Makanan masuk
BB pasien naik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, klien memiliki rentang
respon adaptif, dengan kriteria hasil :
Rasional : Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu klien melalui penilaian
awal juga selama pemulihan
Rasional : Memberikan informasi yang jujur tentang apa yang diharapkan membantu
klien/orang terdekat menerima situasi lebih evektif.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh
tempat gips dipasang yang bertujuan untuk menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar
tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara
mengimobilisasi tulang yang patah tersebut (brunner & sunder, 2000).
Traksi adalah usaha untuk menarik tulang yang patah untuk mempertahankan keadaan
reposisi secara umum traksi didapatkan dengan penempatan beban berat sehingga arah
tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang fraktur.
Saran
Dalam melakukan tulisan dan menjelaskannya kepada orang lain harus mudah dimengerti
sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari seharusnya. Begitu juga dalam
penulisan Asuhan keperawatan harus dapat dimengerti dan menjelaskan secara lengkap
apalagi menyangkut penyakit yang berbahaya.
Tulisan yang baik harus didasari atas kemampuan intelektual dan jiwa seni dalam menulis
sehingga pembaca dapat mengerti dari maksud dan tujuan. Semoga tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume II
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. JaAkarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekutan otot yang kuat sehingga
reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian
tubuh digunakan untuk meminimalkan spasme otot, untuk mereduksi, menyejajarkan
mengibolisasikan fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara
kedua permukaan patahan tulang. Traksi doperlukan untuk reposisi dan imobilisasi pada
tulang panjang.
Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya, penyembuhan,
mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau perubahan bentuk. Penanganan nyeri dan
penegaan komplikasi adalah dua kunci tugas perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi
yang terjadi berhubungan dengan penggunaan traksi dan pematasan gerak, jika klien obesitas
cachetic, tua, anak muda, diabetes, dan perokok.
Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu untuk mendapatkan
garis tarikan yang diinginkan. Efek traksi yang dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X, dan
mungkin diperlukan penyesuaian. Indikasi traksi adalah pasien fraktur an atau dislokasi. Bila
otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan harus diganti untuk memperoleh
gaya tarik yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apa defenisi dari traksi ?
2. Apa saja jenis-jenis traksi ?
3. Apa saja komplikai dari traksi ?
4.
Bagaimana klasifikasi dari traksi ?
5.
Bagaimana etiologi dari traksi ?
6.
Bagaimana manifestasi klinis dari traksi ?
7.
Bagaimana pemeriksaan diagnosik dari traksi ?
8.
Bagaimana prinsip perawatan traksi ?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Untuk mengetahui apa defenisi dari traksi ?
2.
Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis traksi ?
3.
Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari traksi ?
4.
Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari traksi ?
5.
Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari traksi ?
6.
Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari traksi ?
7.
Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnosik dari traksi ?
8.
Untuk mengetahui bagaimana prinsip perawatan traksi ?
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan media buku dan
internet.
BAB II
A. PENGERTIAN
Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan
untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi
fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara kedua
permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka
untuk mendapatkan efek terapeutik. Faktor-faktor yang mengganggu keefekktifan tarikan
traksi harus dihilangkan (Smeltzer & Bare, 2001 ). Traksi merupakan metode lain yang baik
untuk mempertahankan reduksi ektermitas yang mengalami fraktur (Wilson, 1995 ).
B. JENIS- JENIS TRAKSI
1. Traksi kulit
Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan memberikan imobilisasi . Traksi
kulit apendikuler ( hanya pada ektermitas digunakan pada orang dewasa) termasuk traksi
ektensi Buck, traksi russell, dan traksi Dunlop.
a.
Traksi buck
Ektensi buck ( unilateral/ bilateral ) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan diberikan pada
satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan . Digunakan untuk
memberikan rasa nyaman setelah cidera pinggulsebelum dilakukan fiksasi bedah (Smeltzer &
Bare,2001 ).
Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana, dan paling tepat bila dipasang
untuk anak muda dalam jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling sering untuk jenis
traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut
diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut (Wilson, 1995 ).
Mula- mula selapis tebal semen kulit, tingtura benzoid atau pelekat elastis dipasang pada kulit
penderita dibawah lutut. Kemudian disebelah distal dibawah lutut diberi stoking tubular yang
digulung, kemudian plester diberikan pada bagian medikal dan lateral dari stoking tersebut
lalu stoking tersebut dibungkus lagi dengan perban elastis. Ujung plester traksi pada
pergelangan kaki di hubungkan dengan blok penyebar guna mencegah penekanan pada
maleoli. Seutas tambang yang diikat ketengah blok penyebar tersebut kemudian dijulurkan
melalui kerekan pada kaki tempat tidur. Jarang dibutuhkan berat lebih dari 5 lb. penggunaan
traksi kulit ini dapat menimbulkan banyak komplikasi. Ban perban elastis yang melingkar
dapat mengganggu sirkulasi yang menuju kekaki penderita, yang sebelumnya sudah
menderita penyakit vaskular. Alergi kulit terhadap plester juga dapat menumbuhkan masalah.
Kalau tidak dirawat dengan baik mungkin akan menimbulkan ulserasi akibat tekanan pada
maleolus. Traksi berlebih dapat merusak kulit yang rapuh pada orang yang berusia lanjut.
Bahkan untuk peenderita dewasa lebih disukai traksi pin rangka, terutama bila perawatan
harus dilakukan selama beberapa hari.
b. Traksi Russell
Dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan
memberikan gaya tarik horizontal melalui pita traksi balutan elastis ketungkai bawah. Bila
perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar lutut benar- benar fleksi dan menghindari
tekanan pada tumit (Smeltzer & Bare, 2001 ).
Masalah yang paling sering dilihat pada traksi Russell adalah bergesernya penderita kebagian
kaki ketempat tidur,sehingga kerekan bagian distal saling berbenturan dan beban turun
kelantai. Mungkin perlu ditempatkan blok-blok dibawah kaki tempat tidur sehingga dapat
memperoleh bantuan dari gaya tarik bumi (Wilson, 1995).
Walaupun traksi rangka seimbang dapat digunakan untuk menangani hampir semua fraktur
femur, reduksi untuk fraktur panggul mungkin lebih sering diperoleh dengan memakai traksi
Russell dalam keadaan ini paha disokong oleh beban. Traksi longitudinal diberikan dengan
menempatkan pin dengan posisi tranversal melalui tibia dan fibula diatas lutut. Efek dari
rancangan ini adalah memberikan kekuatan traksi ( berasal dari gaya tarik vertikal beban
paha dan gaya tarik horizontal dari kedua tali pada kaki ) yang segaris dengan tulang yang
cidera dengan kekuatan yang sesuai. Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi rasa
nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul selama evaluasi sebelum operasi dan
selama persiapan pembedahan. Meskipun traksi Russell dapat digunakan sebagai tindakan
keperawatan yang utama dan penting untuk patah tulang panggul pada penderita tertentu
tetapi pada penderita usia lanjut dan lemah biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan
timbul karena berbaring terlalu lama ditempat tidur seperti dekubitus, pneumonia, dan
tromboplebitis.
c.
Traksi Dunlop
Adalah traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada lengan bawah dalam
posisi fleksi.
d. Traksi kulit Bryant
Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha.
Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang berat badannya lebih dari 30
kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami kerusakan berat.
2. Traksi skelet
Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan paling sering untuk
menangani fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher. Kadang- kadang skelet traksi
bersifat seimbang yang menyokong ekstermitas yang terkena, memungkinkan gerakan pasien
sampai batas- batas tertentu dan memungkinkan kemandirian pasien maupun asuh
keperawatan sementara traksi yang efektif tetap dipertahankan yang termasuk skelet traksi
adalah sebagai berikut (Smeltzer & Bare,2001 ).
a. Traksi rangka seimbang
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus
femoralis orng dewasa. Sekilas pandangan traksi ini tampak komplek, tetapi sesunguhnya
hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan tramversal melalui femur distal atau tibia
proksimal. Dipasang pancang traksi dan tali traksi utama dipasang pada pancang tersebut.
Ektermitas pasien ditempatkan dengan posisi panggul dan lutut membentuk sekitar 35 ,
kerekan primer disesuaikan sedemikian sehingga garis ketegangan koaksial dengan sumbu
longitudinal femur yang mengalami fraktur. Beban yang cukup berat dipasang sedemikian
rupa mencapai panjang normalnya. Paha penderita disokong oleh alat parson yang dipasang
pada bidai tomas alat parson dan ektermitas itu sendiri dijulurkan dengan tali, kerekan dan
beban yang sesuai sehingga kaki tergantung bebas diudara. Dengan demikian pemeliharaan
penderita ditempat tidur sangat mudah. Bentuk traksi ini sangat berguna sekali untuk merawat
berbagai jenis fraktur femur. Seluruh bidai dapat diadduksi atau diabduksi untuk
memperbaiki deformitas angular pada bidang medle lateral fleksi panggul dan lutut lebih
besar atau lebih kecil memungkinkan perbaikan lateral posisi dan angulasi alat banyak
memiliki keuntungan antara lain traksi elefasi keaksial. Longitudinal pada tulang panjang
yang patah, ektermitas yang cidera mudah dijangkau untuk pemeriksaan ulang status neuro
vascular, dan untuk merawat luka lokal serta mempermudah perawatan oleh perawat. Seperti
bentuk traksi yang mempergunakan pin rangka, pasien sebaiknya diperiksa setiap hari untuk
mengetahui adanya peradangan atau infeksi sepanjang pin, geseran atau pin yang kendor dan
pin telah tertarik dari tulang (Wilson, 1995 ).
b. Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai dewasa muda.
kontrol terhadap fragmen fragmen pada fraktur tulang femur hamper selalu memuaskan
dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan cukup bebas diatas tempat
tidur (Wilson, 1995 ).
C. KOMPLIKASI
Decubitus
Konstipasi
Anoreksia
juga untuk menentukan level dari iritasi/ kompresi radiks, membedakan lesi radiks dan lesi
saraf perifer, membedakan adanya iritasi atau kompresi.
H. PRINSIP PERAWATAN TRAKSI
1. Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung ) dan
aktivitas terapeutik
2. Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
3. Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
4. Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan teknik
aseptic dengan tepat.
5. Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
6. Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
7. Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan imajinasi, nafas
dalam.
8. Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
9. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema, eritema
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa traksi digunakan untuk
menahan kerangka pada posisi sebenarnya, penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi
kelainan bentuk atau perubahan bentuk. Indikasi traksi adalah pasien fraktur an atau dislokasi
B. Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu agar mahasiswa dapat memahami prinsip
penanganan pasien dengan traksi guna kelancaran dalam perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurma Ningsih, Lukman.2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta:Salemba Medika.
http://www.endrix89.blogspot.com
http://www.jovandc.multiply.com