Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Andi Putra Erianto
(1408011)
Aries Sugianto
(1408014)
Bayu D. Pratama
(1408017)
Nani S. Iryani
(1408099)
Rinawati
(1408121)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di
suatu negara. Angka kematian Maternal dan Neonatal masih tinggi, salah
satu faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas
kepada masyarakat yang belum terlaksana. Saat ini angka kematian
perinatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup.
Banyak faktor yang mempengaruhi angka kematian tersebut antara lain
penyakit dan semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan baik
langsung maupun tidak langsung. Faktor yang berhubungan langsung pada
bayi baru lahir adalah penyakit. Penyakit tersebut sangat beresiko tinggi
pada bayi, oleh karenanya perlu mendapat penatalaksanaan yang cepat
sehingga angka kematian dan kesakitan dapat diturunkan.
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir
menderita
ikterus
pada
minggu
pertama.
Angka
kejadian
menunnjukkan
kemungkinan
adannya
ikterus
patologis
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
hiperbilirubin.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu
hiperbilirubin
b. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa keperawatan pada klien
hiperbilirubin
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada klien
hiperbilirubin
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
hiperbilirubin
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien hiperbilirubin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0,3 1,1
mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
B. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti
Infeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
D. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20
mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah
melewati darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah,
dan hipoksia.
E. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala yang pada penderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2.
Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau
3.
infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke
4.
seperti dempul
6.
Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7.
Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8.
Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9.
Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
F. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking
G. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini
(pemberian ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran,
misalnya sulfa furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang
mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik
pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan
berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine
dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto
terapi.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih
dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl
merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan
hapatitis dan atresia billiari.
I. Pengkajian Fokus
1. Riwayat Penyakit
Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan
Rh atau golongan darah A,B,O). Polisistemia, infeksi, hematoma,
gangguan
menderita DM.
2. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang
meningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses kon jungasi sebelum ibu partus.
3. Riwayat Persalinan
Lahir prematur / kurang bulan, riwayat trauma persalinan.
4. Riwayat Postnatal
Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit
bayi tampak kuning.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythenia, gangguan
saluran cerna dan hati (hepatitis)
6. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
7. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua pada bayi
yang ikterus
8. Pemeriksaan Fisik
Ikterus terlihat pada sklera selaput lendir,urin pekat seperti teh, letargi,
hipotonus, refleks menghisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang,
tangisan melengking. Selain itu, keadaan umum lemah, TTV tidak stabil
terutama suhu tubuh. Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun,
pemeriksaan tonus otot ( kejang /tremor ). Hidrasi bayi mengalami
penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas, sclera mata kuning
(kadang kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine
dan feses.
J. Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake
cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam
diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : terjadi keseimbangan cairan
Intervensi :
a. Catat jumlah dan kualitas feses
b. pantau turgor kulit
c. pantau intake output cairan
d. Monitor status dehidrasi
e. Monitor TTV
f. Kolaborasi pemberian IV
2. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam
diharapkan suhu dalam batas normal
Kriteria hasil : Nadi dalam batas normal
Suhu dalam batas normal
Intervensi :
g. Beri suhu lingkungan yang netral
h. Monitor suhu sesering mungkin
i. Monitor WBC,Hb,Hct
j. Monitor warna dan suhu kulit
k. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik jika diperlukan
l. Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam.
PATHWAYS
Peningkatan destruksi eritrosit
(Gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus
entero hepatik)
Indikasi fototerapi
Gangguan
integritas kulit
Diare
Hipertermi
Kekurangan
volume cairan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA BAYI
Nama bayi
: By. M.S
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tanggal lahir/usia
Tanggal masuk
: 9 Desember 2015
Alamat
: Tn.S/ Ny.M
: Swasta/-
Usia ayah/ibu
: 35/31 tahun
Diagnosa medis
: Hiperbilirubinemia
B. RIWAYAT BAYI
Apgar score
:-
Usia gestasi
: 38 minggu
Berat badan
: 4000 gram
panjang badan : 58 CM
Aspirasi mekonium ( -)
Denyut jantung janin abnormal ( -)
Masalah lain: Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat (- )
Ketuban pecah dini ( -) berapa jam:-
C. RIWAYAT IBU
Usia
31
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
2.
Gravida
1
Jenis Persalinan:
Pervaginam (x)
Sectio caesarea (-) alasan: Komplikasi kehamilan: tidak ada (x) ada (-)
Ruptur plasenta/plasenta previa (-)
Preeklampsia (-)
Suspect sepsis (-)
Persalinan prematur/postmatus (-)
Masalah lain: Perawatan Antenatal (-)
Partus
1
Abnormal
0
kejang (-)
lemah (-)
3. Kepala/leher
a. Fontanel anterior: lunak (x) tegas (-)
menonjol (-) cekung (-)
b. Sutura sagitalis: tepat (x)
menjauh (-)
datar (-)
terpisah (-)
sklera: ikterik
abnormal (-)
6. Wajah
a. Bibir sumbing (-)
b. Sumbing palatum (-)
7. Abdomen
a. Lunak (x)
tegas (-)
datar (-)
b. Lingkar perut : 42 cm
c. Liver: teraba(-)
kurang dari 2cm(-)
kembung (-)
lebih dari
8. Toraks
a. Simetris (x)
b. Retraksi derajad 0 (x) derajad 1 (-) derajad 2 (-)
c. Klavikula normal (x) abnormal (-)
9. Paru-paru
a. Suara napas kanan kiri sama (x)
tidak sama (-)
b. Suara napas bersih (x) ronch (-)
sekresi (-)
wheezing (-) vesikuler (x)
c. Respirasi spontan (x) tidak spontan (-)
Alat bantu pernapasan : (-) oxihoo (-) nasal kanul (-) O2
boks terbuka konsentrasi:10. Jantung
a. Bunyi normal synus rhythm (NSR)
b. Mur mur (-)lokasi:c. Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
d. Denyut nadi
: 124x/menit
Nadi perifer
Brakhial kanan
Keras
Brakhial kiri
Femoral
kanan
Femoral kiri
X
X
X
(-)
Lemah
Tidak ada
11. Ekstremitas
a. Gerakan bebas (x)
b. Ekstremitas atas
ROM (-)
tidak terkaji (-)
:
normal (x)
abnormal (-)
13. Genital
Perempuan normal (-) laki-laki normal (x) abnormal (-)
Sebutkan :14. Anus
Paten (x)
imperforata (-)
15. Spina
Normal (x)
abnormal (-)
Sebutkan: 16. Kulit
a. Warna pink (-) pucat (-)
jaundice(x) sianosis pada :
kuku(-)
sikumoral (-)
(-)
b. Kemerahan (rash) : (-)
c. Tanda lahir : (-)
Sebutkan:d. Turgor kulit : elastis (x)
edema (-)
e. Lanugo
: (-)
17. Suhu
a. Lingkungan
Penghangatan radian (-)
B. RIWAYAT SOSIAL
a. Struktur Keluarga (Genogram Tiga Generasi)
X
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
X
: meninggal
.........
: tinggal serumah
: pasien
b. Antisipasi VS pengalaman nyata kelahiran : Ibu klien
mengatakan ini kelahiran anak pertama dengan kondisi nya
sekarang sudah membaik dan sering menemani di ruangan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
IBU
X
X
X
X
X
X
TINGKAH LAKU
Menyentuh
AYAH
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama
Kontak nama
Riwayat persalinan
Pervaginam
Riwayat imunisasi
BCG, HB1
al
Indikasi
Diagnostik/laboratorium
pemer
dan tujuan
Hasil
Nilai
normal
Bilirubin total
iksaan
9 Jan Untuk
17,14 mg/dl
Bilirubin direk
2015
mengetahu
0,31 mg/dl
0-0,2
i bilirubin
10,64 mg/dl
0-10
Bilirubin indirek
High
Bilirubin total
10 Jan Untuk
6,24 mg/dl
0-0,2
Bilirubin direk
2015
mengetahu
0,25 mg/dl
0-10
i bilirubin
Bilirubin indirek
Analisa
High
E. ANALISA DATA
N
o
1.
Problem
Etiologi
Peningkatan kadar
Kondisi
kekuningan
Do : ikterus, jaundice, bilirubin total
fisiologis/patologis
Resiko perubahan
Efek samping
suhu tubuh
fototerapi
Resiko gangguan
Efek samping
integritas kulit
fototerapi
17,14 mg/dl
2.
Ds :Do:
dalam boks terbuka
3.
difototerapy
bayi mendapat ASI dan PASI
Ds: Do :
dalam boks terbuka, difototerapi
jaundice
BAB dan BAK menggunakan
pempers
Tgl/jam
Diagnosa keperawatan
ditemukan
9 Jan 2015 /
Peningkatan kadar
11.30
2.
fisiologis/patologis.
10 Jan 2015/
14.00
3.
10 Jan
2015/14.00
fototerapi
Resiko gangguan
integritas kulit b/d efek
samping fototerapi
paraf
tgl/jam
teratasi
paraf
Dx keperawatan
Peningkatan kadar
bilirubin darah b/d
kondisi
fisiologis/patologi
s
Tujuan, kriteria
evaluasi
Tujuan dan
kriteria hasil:
Tidak ada
intervensi
Rasional
keperawatan
tindakan
a.Monitor
tanda- a.Mengetahui
tanda
vital
serum
fisiologis
peningkatan
hiperbilirubinemi
b.Monitor bilirubin
adanya
dengan:
Hasil
peningkatan
menunjukan
Resiko perubahan
suhu tubuh b/d
klien
b.Untuk megethui
a ditandai
atau
bilirubun
2.
keadaan
normal
Tanda dan
penurunan
hiperbilirubin
c.Monitor bila ada c.Peningkatan
muntah,
kaku
hiperbilirubin
gejala
kuduk
atau
mengakibatka
hiperbilirubi
tremor
adanya
n seperti
gangguan
jaundice dan
pada
ikterik hilang
syaraf
sistem
efek samping
fototerapi
tanda vital
b.Perhatikan suhu
lingkungan dan
gunakan isolasi
a.Mengetahui
keadaan
fisiologis
klien
b.Suhu
lingkungan
disesuaikan
c.Berikan minum
tambahan
agar
tidak
terlalu kontras
c.ASI
dapat
3.
membantu
penurunan
hiperbilirubin
dan
Resiko terjadi
metabolisme
gangguan
tubuh
bayi
terhadap
efek samping
terjadinya
fototerapi
hipertermi
a. Observasi
keadaan
a.Perawatan kulit
keutuhan kulit
yang
dan warnanya
dapat
kurang
Tujuan dan
meningkatkan
kriteria hasil:
terjadinya
selama dalam
gangguan
perawatan kulit
b.Bersihkan segera
bayi tidak
mengalami
atau BAK
integritas
kulit.
b.Jangan biarkan
gangguan kulit
BAB
atau
BAK
bayi
lembab
pada
pempers,
dapat
c.Gunakan
lotion
pada
daerah
bokong
resiko
gangguan
integritas
kulit..
d.Jaga alat tenun c.Agar
dalam keadaan
lembab
bersih
tidak
kering
terjadi
dan
iritasi
d.Untuk
tidak
dan
terjadi
kenyamanan
e.Lakukan
alih
baring
dan
pemijatan
dan
keefektifan
higiene bayi
e.Mengurangi
penekanan
pada satu sisi
tubuh
Dx keperawatan
Tgl/ja
Peningkatan kadar
m
9 Jan
bilirubin dalam
2015/
11.30-
Implementasi
respon
fisiologis/patologis. 14.00
Melakukan fototerapi
sesuai advis dokter
S:O:
Resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
samping fototerapi
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek
klienmenan
Memberikan ASI dan
gis
samping fototerapi
S:O : Klien
BAK dan
BAB
paraf
S:O:
Mengukur suhuklien
Peningkatan kadar
darah b/d kondisi
samping fototerapi
resiko terjadi
36,7 oC
S:Melakukanfototerapis O : klien
diberikan
esuai advis dokter
bilirubin dalam
fisiologis/patologis
resiko perubahan
Suhuklien
foto terapi
karena
9 Jan
kadar
2015/
14.0021.00
gangguan integritas
bilirubin
Mengganti popok
klien
171 mg/dl
S:O : Klien
BAK dan
samping fototerapi
BAB
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
S:O:
klienminu
mbanyak
3.
9 Jan
resiko perubahan
suhu tubuh b/d efek
2015 /
21.00- Melakukanfototerapis
S:O:
Suhuklien
resiko terjadi
37 oC
S:O:
gangguan integritas
klienmenan
samping fototerapi
07.00
Menggantipopokklien
gis
Memberikan ASI dan
PASI melalui dot
S:O : Klien
BAK dan
Melakukanfototerapis
esuaiadvisdokter
Memberikaninjeksise
suaiadvisdokter
Menggantipopokklien
Memberikan ASI dan
BAB
S:O:
klienminu
mbanyak
No
1.
Dx keperawatan
Tgl/ja
Peningkatan kadar
m
10 Jan
2015/
b/d kondisi
07.0014.00
fisiologis/patologis.
Implementasi
Mengkaji TTV klien
respon
S:O : Suhu
36oC
Melakukan fototerapi
S: O: klien
diberikan
foto terapi
S:O : klien
menangis
samping fototerapi
keras,reflek
Mengganti popok klien
resiko terjadi
gangguan integritas
kulit b/d efek
samping fototerapi
Memberikan ASI
Mengobservasi refleks
bayi
Memonitor suhu tubuh.
hisap baik,
S:
O: Klen
BAB dan
BAK
S:O : klien
minum
Banyak,refle
mengobservasi keadaan
k hisab
baik,aktif, S:
warnanya.
36,7oc
S: -
O:warna
kulit sudah
Miringkan bayi setelah
diberi ASI
Berikan kenyamanan
pada lingkungan bayi
tidak
joundice
S:O : bayi
diberikan
ASI oleh
ibunya
S: Bayi
nampak
tenang
Peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
Mengganti popok klien
b/d kondisi
fisiologis/patologis
resiko perubahan
S:O : klien
nampak
menangis
saat diganti
10 Jan
samping fototerapi
2015/
14.00-
Berikan kenyamanan
popok
S:O : bayi tidur
21.00
engan tenang
2.
Mengganti popok klien
S:O : Klien
BAK dan
gangguan integritas
BAB
S:O:
klienminum
resiko terjadi
samping fototerapi
3.
banyak
Peningkatan kadar
10 Jan
2015 /
b/d kondisi
21.00-
Mengukursuhuklien
Melakukanfototerapisesu
S:O:
Suhuklien
36,6 oC
S:O:
klienmenangi
s
fisiologis/patologis
aiadvisdokter
resiko perubahan
Memberikaninjeksisesua
S:O:
iadvisdokter
Klienmenan
gisketika di
samping fototerapi
resiko terjadi
07.00
Menggantipopokklien
suntik
S:O : Klien
gangguan integritas
kulit b/d efek
BAK dan
samping fototerapi
BAB
S:O:
klienminum
banyak
No
1.
Dx keperawatan
Tgl/ja
Peningkatan kadar
m
11Jan
2015/
b/d kondisi
11.30-
fisiologis/patologis.
14.00
Implementasi
Mengkaji TTV klien
respon
S:O : Suhu
36oC
S:O : klien
menangis
Resiko perubahan
samping fototerapi
klienminum
mengobservasi keadaan
keutuhan kulit dan
resiko terjadi
S:O:
warnanya.
banyak
S:O : warna
kulit normal
Hasil lab
gangguan integritas
menunjukan
kadar
samping fototerapi
bilirubin
6,24 mg/dl
I. EVALUASI
No
1.
tgl/jam
9 jan 2015
Dx .keperawatan
peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
Perkembangan
S:
O:Klien tampak
ikterik,jaundice.
KU sadar, aktif,
=36,70C
Bilirubin 17,14 mg/dl
A: masalah belum teratasi
P:optimalkan intervensi
2.
S:
O:Klien tampak tenang,
paraf
S:
O: Tak ada tanda-tanda
kerusakan integritas kulit
A: masalah teratasi
P: optimalkan intervensi
10 Jan 2015
1.
peningkatan kadar
bilirubin dalam darah
S:
O:.KU sadar, aktif, t =3670C
A: masalah teratasi sebagian
S:
resiko perubahan suhu
samping fototerapi
3
Resiko terjadi ganggua
n integritas kulit b/d
11 Jan 2015
1.
efek samping
fototerapi
S: mengerti tentang
hiperbilirubin
peningkatan kadar
mendengarkan penjelasan
3.
S:
O: Tak ada tanda-tanda
resiko terjadi ganggua
n integritas kulit b/d
efek samping
fototerapi
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan
hiperbilirubin pada bayi Ny. M S di RSUD kota Semarang yang dilakukan
dengan melaksanakan penerapan asuhan keperawatan dikaitkan antara teori
yang digunakan sebagai landasan didalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada atau tidaknya kesenjangan
antara teori dan praktek di lapangan, penulis uraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada kasus bayi Ny. M.S ibu mengatakan cemas bayinya malas minum. Dari
hasil pemeriksaan ditemukan keadaan umum sedang,perut tidak terjadi
pembesaran hati,warna kuning pada kepala, leher, badan sampai lutut, reflek
morro dan grasping kuat, BAK berwarna kuning jernih dan BAB kuning
kecoklatan. hasil bilirubin total 17,74 mg%,
bilirubin direk 0,32 %. Menurut Surasmi (2003) bayinya malas minum,
Menurut matondang (2003) pada bayi hiperbilirubin derajat III keadaan
umum lemah. Menurut saifudin ( 2002 ) pada bayi dengan hiperbilirubin derajat
III terdapat pembesaran hati. Menurut farrer (2007) pada kasus hiperbilirubin
derajat III reflek lemah. Menurut Prihardjo ( 2002 ) pada bayi hiperbilirubin
dengan derajat III BAK berwarna dempul dan BAK berwarna gelapMenurut
Saifuddin (2002) pada bayi dengan hiperbilirubin derajat III hasil laboraotorium
kadar bilirubin diatas 10 14 mg% (normal < 5 mg%). Sehingga pada tahap ini
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus di lahan praktek yaitu dikasus
keadaan umum sedang dan diteori lemah,dikasus perut tidak ada pembesaran
hati sedangkan diteori ada pembesaran hati, dikasus reflek morro dan gasping
kuat sedangkan diteori lemah, dikasus BAK berwarna kuning jernih dan BAB
kuning kecoklatan sedangkan diteori BAK berwarna dempul dan BAK berwarna
gelap.
2. Interpretasi Data
Bayi Ny. MS lahir normal cukup bulan, umur 8 hari, dengan Hiperbilirubin
dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, peningkatan kadar
bilirubin dalam darah. Kebutuhan yang diberikan pemenuhan cairan dan nutrisi
yang adekuat, mengobservasi keadaan umum dan keadaan hiperbilirubin.Menurut
Manuaba (2002), masalah yang sering dijumpai pada bayi adalah gangguan
sistem pernafasan, reflek hisap dan menelan minuman, kesadaran menurun atau
sering tidur, kebutuhan yang harus diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin
pemberian cairan yang cukup, mengobservasi keadaan umum secara intensif dan
kolaborasi dengan dr. Sp.A. Pada langkah ini penulis tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus dilahan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Masalah potensial pada bayi dengan hiperbilirubin Derajat III yaitu potensial
terjadi hiperbilirubin derajat IV. Menurut Varney (2007), diagnosa potensial
pada bayi dengan hiperbilirubin derajat IV akan muncul apabila kadar
bilirubin semakin meningkat lebih dari 10 14 mg%. Pada kasus ini tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.
4. Antisipasi
Langkah antisipasi yang dilakukan antara lain : kolaborasi dengan dokter
spesialis anak, untuk pemberian : Foto terapi dengan program penyinaran
selama selama 6 jam dan istirahat 2 jam. Pada teori Antisipasi menurut Varney
(2007), Antisipasi untuk tanda hiperbilirubin derajat IV pada kasus ini antara
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari asuhan keperawatan pada kasus bayi dengan Hiperbilirubin
derajat III pada bayi Ny. M.S di RSUD Kota Semarang dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut sebagai berikut :
1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. MS, ibu mengatakan bayinya malas minum.
dari hasil pemeriksaan ditemukan pemeriksaan keadaan umum sedang
pada kepala, leher, badan sampai lutut.tidak ada pembesaran hati,BAB 2 x
untuk
lebih
B. Saran
Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis ingin memberikan sedikit
saran supaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan menjadi
lebih baik, diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan
lebih
meningkatkan
profesionalisme
dalam
melaksanakan asuhan pada bayi baru lahir agar dapat mempercepat proses
penyembuhan khususnya pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubin
derajat III dan mencegah terjadinya komplikasi.
2. Bagi pasien
Diharapkan Ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan
memantau bayinya dirumah dengan baik dan memberikan ASI saja selama
6 bulan, apabila terjadi kegawat daruratan segera di bawa ke tenaga
kesehatan terdekat agar segera memperoleh penanganan.
3. Bagi Penulis yang lain
Penulis selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin derajat III,
sehingga akan didapatkan hasil dari asuhan kebidanan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter
Pratama. Jakarta.
Ngastiah. 2008. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.